Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Yulianti L, (2010) Bayi dengan berat lahir rendah merupakan
masalah kesehatan yang sering dialami pada sebahagian masyarakat. Bayi berat
lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang
dari 2500 gram.
Kejadian BBLR berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada
masa kehamilan ibu dan masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan
kebutuhan komsumsi makanan pun kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat
terjadi pada mereka yang status perekonomiannya cukup, umur waktu hamil
kurang dari 20 tahun atau lebigh dari 35 tahun, paritas, jarak kelahiran, kadar
hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan antenatal. BBLR termasuk faktor utama
dalam peningkatan mortalitas dan morbilitas neonatus, bayi dan anak serta
memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupan dimasa depan.
Berdasarkan data dari The Fifty Sixth Session of Regional Committee,
WHO for south-East Asia, pada tahun 2003 kematian bayi terjadi pada usia
neonatus dengan penyebab infeksi 33%, asfiksia/ trauma 28%, BBLR 24%,
kelainan bawaan 10% dan lain lain 5%. Resiko kematian BBLR 4 kali lebih
besar dibandingkan bayi baru lahir dengan berat badan lebih dari 2.500 gram.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan oleh bidan di masyarakat adalah melakukan
kunjungan rumah untuk memantau keadaan bayi dan menggalakkan pemberian
Air Susu Ibu (ASI).
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh
kelahiran di dunia dengan batasan 33%-38% dan lebih sering terjadi di negara
berkembang atau sosial ekonomi rendah. Data statistik menunjukkan 90%
kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali
lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. Angka

kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah ke daerah yang lain,
yaitu berkisar antara 9%-30%. Hasil studi di 7 daerah diperoleh angka BBLR
dengan rentang 2,1%-17,2%. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI,
angka BBLR sekitar 7,5%. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang
ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia sehat 2010
yaitu maksimal 7%.

B. Ruang Lingkup Pembahasan


Berdasarkan latar belakang masalah, bahwa kematian bayi yang
disebabkan oleh Bayi Berat Lahir Rendah ( BBLR ) merupakan suatu masalah
yang cukup kompleks yang dapat disebabkan oleh ekonomi keluarga, gizi, umur
waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebigh dari 35 tahun, paritas, jarak
kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan antenatal. Oleh karena
itu penulis memberi batasan pada permasalahan tentang Dokumentasi Asuhan
Kebidanan pada Bayi Ny. Y dengan Berat Badan Lahir Rendah di RSUD DR.
Moch. Ansari Saleh Banjarmasin tanggal 11-18 Desember 2014.

C. Tujuan Penulisan
1.

Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan pada Bayi Ny. Y dengan Berat
Badan Lahir Rendah di RSUD DR. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin
tanggal 11-18 Desember 2014 dengan menggunakan pendekatan asuhan
kebidanan sesuai dengan kewenangan bidan.

2.

Tujuan Khusus
a.

Melaksanakan pengkajian data dan analisa data pada Bayi Ny. Y


dengan Berat Badan Lahir Rendah di RSUD DR. Moch. Ansari
Saleh Banjarmasin tanggal 11-18 Desember 2014.

b.

Merumuskan analisa pada Bayi Ny. Y dengan Berat Badan Lahir


Rendah di RSUD DR. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin tanggal 11-

18
Desember 2014.
c.

Merencanakan asuhan kebidanan pada Bayi Ny. Y dengan Berat


Badan Lahir Rendah di RSUD DR. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin
tanggal 11-18 Desember 2014.

d.

Melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi pada Bayi Ny. Y


dengan Berat Badan Lahir Rendah di RSUD DR. Moch. Ansari
Saleh Banjarmasin tanggal 11-18 Desember 2014.

e.

Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang dilaksanakan pada Bayi


Ny. Y dengan Berat Badan Lahir Rendah di RSUD DR. Moch.
Ansari Saleh Banjarmasin tanggal 11-18 Desember 2014.

f.

Mendokumentasikan

semua

asuhan

kebidanan

yang

telah

dilaksanakan pada Bayi Ny. Y dengan Berat Badan Lahir Rendah di


RSUD DR. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin tanggal 11-18
Desember 2014.

D. Manfaat Penulisan
1.

Manfaat Praktis
Dapat

meningkatkan

pengetahuan

dan

keterampilan

dalam

memberikan asuhan kebidanan khususnya perawatan bayi dengan berat


badan lahir rendah.
2.

Manfaat Ilmiah
Dokumentasi asuhan kebidanan ini diharapkan dapat menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan tentang bayi dengan berat badan lahir
rendah.

3.

Manfaat Akademik / Institusi


Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Praktik Kebidanan II
Kegawatdaruratan Maternal Neonatal Program Studi D III Kebidanan
dan sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa Jurusan Kebidanan Poltekkes

Kemenkes Banjarmasin.

E. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan Dokumentasi Asuhan
Kebidanan ini secara sistematis meliputi:
1.

Studi Kepustakaan
Penulis mempelajari literatur-literatur yang relevan dengan masalah
yang

dibahas

sebagai

dasar

teoritis

yang

digunakan

dalam

pembahasan Dokumentasi Asuhan Kebidanan ini.


2.

Studi Kasus
Dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah dalam
Asuhan

Kebidanan

yang

meliputi:

Pengkajian

data

melalui

anamnesa, Pemeriksaan fisik, Analisa, dan Penatalaksanaan.


3.

Studi Dokumentasi
Dengan membaca dan mempelajari status serta menginterpretasikan
data yang berhubungan dengan klien baik yang bersumber dari catatan
dokter, bidan maupun sumber lain yang menunjang.

4.

Diskusi
Diskusi dengan tenaga kesehatan yakni dokter,bidan, maupun dengan
pembimbing Karya tulis ilmiah serta sumber lain yang menunjang.

F. Sistematika Penulisan
Untuk lebih memudahkan pemahaman dalam penulisan Dokumentasi
Asuhan Kebidanan ini, maka penulis menyusun secara sistematika yang
terdiri dari :
1.

BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas tentang latar belakang BBLR, ruang lingkup
penulisan, tujuan penulisan yang terdiri dari tujuan umum dan tujuan
khusus, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

2.

BAB II. TINJAUAN TEORI


Pada bab ini membahas tentang Konsep Dasar Tentang Asuhan Bayi
Baru Lahir yang terdiri dari Pengertian, Etiologi, Gambaran klinik,
Komplikasi dan Penatalaksanaan bayi dengan berat badan lahir rendah.

3.

BAB III. TINJAUAN KASUS


Pada bab ini membahas tentang pengkajian data, pemeriksaan fisik,
analisa data, penatalaksanaan tindakan asuhan kebidanan, evaluasi
asuhan kebidanan, dan pendokumentasian hasil asuhan dalam bentuk
SOAP.

4.

BAB IV. PEMBAHASAN


Pada Bab ini akan dibahas tentang kesenjangan antara teori dan
tinjauan kasus pada pelaksanaan Asuhan Kebidanan Bayi Ny. Y dengan
Berat Badan Lahir Rendah di RSUD DR. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin tanggal 11-18 Desember 2014. Pendekatan dalam tinjauan
kasus ini dilaksanakan berdasarkan langkah-langkah Asuhan Kebidanan
yang selanjutnya didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

5.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN


Pada bab ini membahas tentang kesimpulan yang telah diperoleh
dari hasil pembahasan dan memberikan saran sesuai dengan apa yang
telah diperoleh.

DAFTAR PUSTAKA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

BAYI BERAT LAHIR RENDAH

A. Pengertian
Menurut Manuaba, 2010 bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat
badan kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. Berat lahir
adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. Ada 2 tipe BBLR
yaitu prematur dan kecil masa kehamilan.
Menurut Saifudin, 2007 bayi berat lahir rendah adalah semua bayi baru
lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2.500 gram. Bayi dengan
berat lahir rendah dibedakan menjadi:
1.
2.
3.

Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500 -2500 gram
Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram
Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER) berat lahir, < 1000 gram.

B. Etiologi
Menurut dr. Arief ZR, 2009 BBLR dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, yaitu:
1.

Faktor ibu
a.

Penyakit
1) Toksemia gravidarum
2) Perdarahan antepartum
3) Trauma fisik dan psikologis
4) Nefritis akut
5) Diabetes mellitus

b.

Usia ibu
1) Usia ibu < 20 tahun
2) Usia > 35 tahun

c.

Keadaan social
1) Golongan sosial ekonomi rendah
2) Perkawinan yang tidak sah

d.

Sebab lain

1) Ibu yang perokok


2) Ibu peminum alcohol
3) Ibu pecandu narkotik
2.

3.

Faktor janin
a.

Hidramnion

b.

Kehamilan ganda

c.

Kelainan kromosom

d.

Cacat bawaan

Faktor lingkungan
a.

Tempat tinggal dataran tinggi

b.

Terpapar radiasi

C. Gambaran Klinik Bayi Berat Lahir Rendah


Menurut dr.Arief ZR. 2009 gambaran klinik bayi berat lahir rendah,
yaitu:
1.

Karakteristik Prematuritas Murni


a.

Usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan


sesuai dengan berat untuk masa kehamilan.

b.

Berat badan kurang dari 2500 gram, Panjang Badan: 45 cm, Lingkar
Kepala kurang dari 33 cm, Lingkar Dada kurang dari 30 cm.

c.

Kulit tipis dan transparan, tampak mengkilat dan licin.

d.

Kepala lebih besar dari badan

e.

Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga dan lengan

f.

Lemak subkutan kurang

g.

Ubun- ubun dan sutura lebar

h.

Rambut tipis, halus

i.

Tulang rawan dan daun telinga immature

j.

Puting susu belum terbentuk dengan baik

k.

Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristatik usus dapat terlihat

l.

Genetalia belum sempurna, Perempuan: labia minora belum tertutup

oleh labia mayora, Laki-laki testis belum turun.


m. Pergerakan kurang dan lemah
n.

Banyak tidur, tangis lemah, pernapasan belum teratur dan sering


mengalami serangan apnue.

2.

o.

Refleks menghisap dan menelan belum sempurna

p.

Refleks tonic neck lemah

Dismaturitas
a. Bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa kehamilan
b. Kulit pucat, keriput, tipis
c. Verniks caeosa tipis/ tidak ada
d. Jaringan lemak dibawah kulit tipis
e. Tali pusat berwarna kuning kehijauan
f. Mekonium kering

Penilaian Maturitas Neonatus


Mengetahui dengan tepat lamanya masa gestasi untuk tiap neonatus
terutama BBLR sangat berpengaruh pada morbiditas dan mortalitas perinatal,
pengetahuan ini sangat penting untuk menilai tingkat pengembangan bayi
prematur.
Menurut Wiknjosastro, 2006 penilaian maturitas neonatus, yaitu:
Tabel 1. Ciri Kematangan Fisik Bayi Lahir Normal (Menurut Ballard)

Tabel. 2 Kematangan Neuromuskular (Menurut Sarwono, 2006)

Cara menilai aktivitas Neuromuskular


1.

Sikap (Posture)
Dinilai bila bayi dalam posisi terlentang dan tenang.

2.

Sudut pergelangan tangan (Square window)


Tangan bayi difleksikan diantara ibu jari dan telunjuk pemeriksa lalu
diukur sudut antara hypothenar eminence dengan forearm.

3.

Membaliknya lengan (Popliteal angle)


Lakukan fleksi lengan bawah selama 5 detik, kemudian lengan
tersebut diekstensikan dan dilepas. Nilailah derajat kembalinya ke posisi
fleksi.

4.

Sudut popliteal (Scarf sign)


Bayi tidur terlentang, paha dipegang sedemikian rupa sehingga
terdapat posisi lutut-dada (knee-chest position), setelah itu dilakukan
ekstensi tungkai bawah, ukurlah sudut dibawah lutut tersebut.

5.

Tanda selempangan (Sraf sign)


Posisi terlentang, peganglah salah satu lengan bayi dan usahakan
tangan tersebut mencapai leher posterior dari bahu sisi lainnya. Angkat
dan geserlah siku bayi diatas dadanya dan lihat sampai dimana siku
tersebut dapat digeser. Makin mudah bayi makin mudah sikunya
melewati garis tengah kesisi lain.

6.

Kepala ke telinga (Heel to ear)


Poisisi terlentang, gerakkan kaki bayi ke telinga dari sisi yang sama.
Perhatikan jarak yang tidak mencapai telinga dan ekstensi lutut.

D. Komplikasi
Menurut Saifudin, 2007 komplikasi yang bisa terjadi pada bayi dengan
berat badan lahir rendah, yaitu:
1.

Gangguan pengaturan suhu tubuh


Suhu tubuh yang tidak stabil karena kesulitan mempertahankan suhu

tubuh yang disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat dari


kurangnya jaringan lemak dibawah kulit, permukaan tubuh relatif lebih
luas dibandingkan dengan berat badan, otot yang tidak aktif, produksi
panas yang berkurang oleh karena lemak coklat yang belum cukup serta
pusat pengaturan yang belum berfungsi secara sempurna.
2.

Gangguan saluran pernapasan


Gangguan pernapasan sering menimbulkan penyakit berat pada
BBLR. Hal ini disebabkan karena kurangnya surfaktan, pertumbuhan dan
perkembangan paru yang belum sempurna, otot pernapasan yang masih
lemah dan tulang iga yang mudah melengkung. Penyakit gangguan
pernapasan yang sering diderita bayi prematur adalah penyakit membran
hialin dan aspirasi pneumonia. Disamping itu sering timbul pernapasan
periodik dan apnue yang disebabkan oleh pernapasan di medulla belum
matur.

3.

Gangguan alat pencernaan dan problem nutrisi


Distensi abdomen akibat dari motilitas usus berkurang, daya untuk
mencerna dan mengabsorsi lemak laktosa dan vitamin yang larut dalam
lemak dan beberapa mineral tertentu berkurang, kerja dari spinter cardio
oesofagus yang belum sempurna dan mudah terjadi aspirasi.

4.

Immatur hati memudahkan terjadinya hiperbilirubinemia dan defisiensi


vitamin K.

5.

Ginjal yang immatur baik secara anatonis maupun fungsinya


Produksi urine yang sedikit, jika tidak bisa mengurangi kelebihan air
tubuh dan elektrolit maka akan mudahterjadi edema.

6.

Gangguan imunologik
Bayi prematur relative belum sanggup membentuk anti bodi dan
daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih belum baik.

7.

Perdarahan intraventrikuler
Hal ini disebabkan karena bayi prematur sering menderita apnue,

asfiksia berat dan syndrome gangguan pernapasan. Akibatnya bayi


menjadi hipoksia, hipertensi dan hiperkapnea. Keadaan ini menyebabkan
aliran darah keotak bertambah. Penambahan aliran darah keotak akan
lebih banyak karena tidak adanya otoregulasi serebral pada bayi
prematur, sehingga mudah terjadi perdarahan dari pembuluh darah
kapiler yang rapuh dan iskemia dilapisan germinal yang terletak didasar
ventrikel lateralis antara nukleus kaudatus dan ependim. Luasnya
perdarahan intraventrikuler ini dapat di diagnosis dengan ultrasonografi
atau CT scan.

E. Penatalaksanaan pada Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah


1.

Pengaturan suhu
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya
harus

dipertahankan

dengan

ketat.

Cara

menghangatkan

dan

mempertahankan suhu tubuh ada lima cara yaitu:


a.

Kangaroo Mother Care (KMC)


Kangaroo mother care (KMC) adalah kontak kulit diantara ibu
dan bayi secara dini, terus menerus dan dikombinasi dengan
pemberian ASI eksklusif. Tujuannya agar bayi kecil tetap hangat.
Dapat dimulai segera setelah lahir atau setelah bayi stabil. KMC
dapat dilakukan di rumah sakit atau di rumah setelah bayi pulang.
Bayi tetap bisa dirawat dengan KMC meskipun belum bisa menyusu,
berikan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternative cara
pemberian minum.

b. Inkubator
Menurut

Hidayat

A,

2009

inkubator

merupakan

cara

memberikan perawatan pada bayi dengan dimasukkan kedalam alat


yang berfungsi membantu terciptanya suatu lingkungan yang cukup
dengan suhu yang normal. Dalam pelaksanaan perawatan didalam

inkubator terdapat dua cara yaitu dengan cara tertutup dan terbuka.
1)

Inkubator tertutup
Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dapat dibuka
apabila dalam keadaan tertentu seperti apnue, apabila membuka
inkubator usahakan suhu bayi tetap hangat dan oksigen harus
selalu

disediakan.

Tindakan

perawatan

dan

pengobatan

diberikan melalui hidung. Bayi harus keadaan telanjang (tidak


memakai pakaian) untuk memudahkan observasi. Pengaturan
panas disesuaikan dengan berat badan dan kondisi tubuh.
2)

Inkubator terbuka
Pemberian inkubator dilakukan dalam keadaan terbuka saat
pemberian perawatan pada bayi. Menggunakan lampu pemanas
untuk memberikan keseimbangan suhu normal dan kehangatan.
Membungkus dengan selimut hangat. Dinding keranjang ditutup
dengan kain atau yang lain untuk mencegah aliran udara. Kepala
bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang melalui
kepala. Pengaturan suhu inkubator disesuaikan dengan berat
badan sesuai dengan ketentuan dibawah ini

Berat badan

0-24 jam

2 -3 hari

4-7 hari

8 hari

lahir (gram)
1500
1501-2000
2001-2005
>2500
2.
Pernapasan

(C)
34-36
33-34
33
32-34

(C)
33-35
33
32-34
32

(C)
33-34
32-34
32
31-32

(C)
32-33
32
32
32

Pada BBLR jalan napas yang terhambat akan menimbulkan asfiksia,


hipoksia dan akhirnya kematian. BBLR berisiko mengalami serangan
apnue dan defisiensi surfakstan, sehingga tidak dapat memperoleh
oksigen yang cukup yang sebelumnya diperoleh dari plasenta. Dalam
kondisi seperti ini diperlukan pemberian oksigen. Pemberian okesigen

bisa diberikan melalui kateter nasal dan kateter nasofaring. Pada BBLR
metode yang lebih efektif menggunakan kateter nasal dengan frekuensi
pemberian sebanyak 1-2 liter/menit.
3.

Pemberian makanan bayi


a.

Pada bayi prematur refleks hisap, telan, dan batuk belum sempurna,
kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama
lifase masih kurang disamping itu kebutuhan protein 3-5 gram/ hari
dan tinggi Kalori ( 110/kg/ hari ) agar berat badan bertambah sebaikbaiknya.

b.

Pemberian minuman dimulai pada waktu berumur 3 jam agar bayi


tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia.

c.

Sebelum pemberian minuman pertama harus dilakukan pengisapan


cairan lambung hal ini perlu untuk mengetahui ada tidaknya atresia
esophagus dan mencegah muntah. Pengisapan cairan lambung juga
dilakukan pada setiap pemberian minum selanjutnya.

d.

Pada umumnya bayi dengan berat lahir 2000 gram atau lebih dapat
menyusu dengan ibunya, bayi dengan kurang 1500 gram diberikan
minum melalui sonde lambung.

e.

Cara pemberian ASI melalui susu botol adalah dengan frekuensi


pemberian yang lebih sering dalam jumlah susu yang sedikit,
frekuensi pemberian minum makin berkurang dengan bertambahnya
berat bayi.

f.

Banyaknya cairan yang diberikan adalah 60 ml/ kg/ hari, setiap hari
dinaikkan 20 sampai 200 ml/kg/hari.

g.

Air susu yang paling baik adalah ASI, bila bayi belum dapat
menyusu, ASI dipompa dan dimasukkan kebotol steril. Bila ASI
tidak ada susunya dapat diganti dengan susu buatan yang rendah
lemak yang mudah dicerna bayi dan mengandung 20 kalori/ 30 ml
air atau sekurang- kurangnya bayi mendapat 110 kalori/ kg BB/ hari.

Menurut Winkjosastro, H.2007 beberapa hal yang harus diperhatikan


dalam pemberian makanan pada bayi dengan berat lahir rendah, yaitu:
1.

Bayi diletakkan pada sisi kanan untuk membantu mengosongkan


lambung, atau dalam posisi setengah duduk dipangkuan perawat atau
dengan meninggikan kepala dan suhu 30C ditempat tidur bayi.

2.

Sebelum susu diberikan diteteskan dahulu dipunggung tangan untuk


merasakan apakah susu cukup hangat dan apakah keluarnya satu
tetes tiap detik.

3.

Pada waktu bayi minum harus diperhatikan apakah ia menjadi biru,


ada gangguan pernapasan atau perut kembung. Pengamatan
dilakukan terus sampai kira-kira setengah jam sesudah minum.
Gumpalan susu dimulut harus dibersihkan dengan memberikan 3- 4
sendok teh air putih yang sudah dimasak.

4.

Untuk mencegah perut kembung, bayi diberi minum sedikit demi


sedikit dengan perlahan- perlahan dan hati- hati.

5.

Sesudah minum, bayi didudukkan atau diletakan diatas pundak


selama 10-15 menit untuk mengeluarkan udara dilambung dan
kemudian ditidurkan pada posisi kanan atau tidur dalam posisi
tengkurap, hal ini dilakukan agar tidak terjadi regurgitasi atau
muntah.

6.

Bila biru dan mengalami gangguan pernapasan pada waktu minum,


kepala bayi harus direndahkan 30 cairan dimulut dan faring
disuction, bila masih biru dan tidak bernapas harus segera diberi
oksigen dan pernapasan buatan.

4.

Pencegahan infeksi
Menurut Winkjosastro, H. 2007 pencegahan infeksi dapat dilakukan
dengan cara, yaitu:
a.

Mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi di bawah air


yang mengalir dengan menggunakan sabun cair.

b.

Memakai masker dan gaun khusus dalam ruangan.

c.

Pisahkan bayi infeksi dengan bayi yang bayi yang sehat.

d.

Setiap bayi mempunyai perlengkapan sendiri, bila memungkinkan


bayi di mandikan ditempat tidurnya masing-masing.

e.

Perawatan kulit dan tali pusat di lakukan dengan teknik aseptic dan
antiseptic.

f.

Para pengujung orang sakit hanya dapat melihat dari balik kaca.

g.

Petugas kesehatan yang menderita penyakit menular , (ISPA,


Konjungtivitis, dll) tidak boleh merawat bayi.

h.

Membersihkan ruang perinatal dan tempat tidur bayi paling sedikit


seminggu sekali dengan cairan antiseptic.

Bagan Penanganan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)


Kriteria

Berat Badan bayi < 2500


gram

Kategori

Penilaian
Penanganan

Bayi berat lahir sangat Bayi berat lahir rendah


rendah (BBLSR)

(BBLR)

Berat lahir < 1500 gram

Berat lahir 1500 2500

1.

gram
Keringkan secepatnya dengan handuk hangat

2.

Kain yang basah secepatnya diganti dengan yang


kering dan hangat.

3.

Berikan lingkungan hangat dengan cara kontak


kulit ke kulit dan bungkus BBLSR dengan kain
hangat.

4.

Beri lampu 50 watt dengan jarak minimal 60 cm


dari bayi.

5.

Kepala bayi ditutupi topi.

6.

Beri oksigen.

7.

Tali pusat dalam keadaan bersih.

Puskesmas

1. Teteki ASI bila dapat 1. Beri ASI.


Bila tidak dapat

menelan. Bila tidak


dapat

menelan,

menghisap,
menelan

langsung rujuk.
2. Rujuk ke rumah sakit

tetesi

bisa
langsung

langsung

dari

putting
2. Bila

tidak

menelan

dapat
langsung

dirujuk
Rumah Sakit

1. Sama dengan diatas.


2. Beri minum dengan sonde/ tetesi ASI
3. Bila tidak mungkin, infus dekstrose 10% +
Bicarbonas Natricus 1,5%= 4:1
Hari I : 60 cc/kg/hari

Hari II : 70 cc/kg/hari.

4. Antibiotika
Bila tidak dapat menghisap putting susu / tidak
dapat menelan langsung/sesak/biru/tanda-tanda
hipotermi berat, terangkan kemungkinan akan
meninggal.
Sumber : Saifuddin AB, 2006

BAB IV
PEMBAHASAN

Pengumpulan data dilakukan melalui anamnesis kemudian pemeriksaan


fisik sesuai kebutuhan untuk mengetahui kondisi kesehatan klien, Dalam teori
ditemukan

bahwa

tahap

pengkajian dasar

asuhan

kebidanan

yang

kegiatannya ditujukan untuk mengumpulkan informasi data mengenai Bayi


Ny Y umur kehamilan 32 minggu dengan kasus berat badan lahir rendah.

Berat badan 1600 gram, Panjang badan 44 cm, Jenis kelamin laki-laki,
Denyut jantung: 158 x/menit, Pernapasan: 56 x/menit, Suhu: 36,8 C dengan
gangguan pemenuhan nutrisi dan potensial terjadinya hipotermi.
Dari hasil anamnesa, ibu mengatakan umur 17 tahun. Menurut teori ibu
yang usia waktu hamil < 20 tahun merupakan salah satu penyebab bayi lahir
dengan berat badan lahir rendah. Hal ini memang dialami oleh klien sehingga
terdapat kesamaan antara teori dengan fakta yang ada.
Bayi Ny. Y berat badan lahir rendah dengan usia kehamilan kurang
dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat untuk masa
kehamilan. Hal ini sesuai dengan data yang ada yaitu hasil penilaian umur
kehamilan pada waktu bayi dilahirkan dihitung HPHT Ny Y yaitu 32
Minggu menandakan bayi kurang bulan. Menurut teori bayi lahir dengan usia
kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan
berat untuk masa kehamilan adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR),
dimana berat badan sesuai dengan berat badan seharusnya untuk masa
kehamilan dan hal ini memang dialami oleh klien yang dikaji sehingga
terdapat kesesuaian antara teori tersebut dengan fakta yang ada.
Bayi diberikan ASI setiap 2 jam dan sampai pada tanggal 18 Desember
2014 ASI yang diberikan sudah 7 cc per 2 jam, BB meningkat yaitu 1900
gram, TTV dalam batas normal, bayi diberikan oksigen 1 L/menit, bayi sudah
tidak sesak napas lagi, tali pusat kering masih terbungkus dengan kasa steril,
bayi masih dirawat di incubator dengan suhu 33c, Bayi sudah BAK 6x/hari
dan BAB 4x /hari kali, bayi belum diperbolehkan pulang atas instruksi dokter.
Pada kasus ini, setelah dilakukan perawatan dan tindakan yang intensif
selama delapan hari berat badan bayi R tidak mengalami penurunan dari
berat badan lahir. Terjadi ikterus selama 2 hari namun dapat teratasi setelah
dilakukan fototherapy. Dengan demikian dapat terlihat bahwa proses suhan
kebidanan yang diterapkan pada bayi R dengan Berat Lahir Rendah cukup
berhasil dan efektif.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah mempelajari teori tentang Bayi Berat Lahir Rendah ( BBLR ) kurang
dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan masa gestasi dan
pengalaman langsung dilahan praktik Ruang Merah Delima RSUD DR. H. Moch
Ansari Saleh Banjarmasin, maka penlis menyimpulkan beberapa hal dan
mengemukakan beberapa saran :

A. KESIMPULAN

1.

Masalah pada bayi Ny. Y adalah gangguan pemenuhan nutrisi dan


potensial terjadi hipotermia. Masalah tersebut dapat diatasi dengan
mempertahankan suhu tubuh bayi, pemberian minum yang adekuat dan
pencegahan infeksi.

2.

Terdapat aspek-aspek penting dari asuhan segera bayi baru lahir yaitu
pencegahan kehilangan panas, pernapasan, pemenuhan nutrisi dan
pencegahan infeksi.

3.

Pendokumentasian sangat penting dilaksanakan pada setiap tahap dari


proses manajemen kebidanan, karena hal ini merupakan bukti
pertanggungjawaban bidan terhadap asuhan kebidanan yang telah
diberikan pada klien.

B. SARAN
Adapun saran yang penulis kemukakan untuk mencapai asuhan
kebidanan yang baik, diperlukan :
1.

Pada tempat pelayanan kesehatan yang melakukan perawatan bayi


diharapkan ruangan yang cukup hangat, peralatan yang cukup steril dan
bila memungkinkan menyiapkan pakaian khusus dalam ruangan, baik
untuk petugas maupun pengunjung bayi.

2.

Diharapkan petugas kesehatan dapat melakukan pengawasan dan


penanganan dan perawatan yang tepat pada bayi khususnya berat badan
lahir rendah.

3.

Bagi masyarakat agar memeriksakan diri ( kehamilan ) sedini mungkin,


memberikan ASI secepatnya dan diberikan sesering mungkin.

DAFTAR PUSTAKA

dr. Arief ZR, dkk. 2009. Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Hidayat, AA. 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Salemba Medika.

Manuaba, IGB. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: EGC.

Saifudin. Et. al. 2007. Buku Pnaduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo.

Wiknjosastro. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai