Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
IODINE
Disusun oleh:
12613052
12613144
IODINE
Iodine atau iodium merupakan komponen penting dari hormon tiroid, dan asupan
iodium yang memadai sangat diperlukan untuk fungsi normal tiroid. Asupan iodium dari
populasi dinilai dengan mengukur konsentrasi iodium urin dalam sampel urin spot. Kisaran
optimal asupan yodium untuk mencegah penyakit tiroid relatif sempit. Asupan iodium
rendah maupun tinggi keduanya dapat mengganggu fungsi tiroid. Hubungan antara asupan
iodium dan fungsi tiroid telah dinilai dalam cross-sectional, longitudinal, dan intervensi
penelitian dengan mengukur UIC (Urinary Iodine Concentration) dan hormon tiroid pada
populasi dengan status iodiumnya yang berbeda(1).
Iodium ada di dalam tubuh dalam jumlah sangat sedikit, yaitu sebanyak kurang lebih
0,00004% dari berat badan atau 15-23 mg. Sekitar 75% dari iodium ini ada di dalam kelenjar
tiroid, yang digunakan untuk mensintesis hormone tiroksin, tetraiodotironin (T4) dan
triiodotironin (T3). Hormon-hormon ini diperlukan untuk pertumbuhan normal,
perkembangan fisik dan mental hewan dan manusia. Sisa iodium ada di dalam jaringan lain,
terutama di dalam kelenjar-kelenjar ludah, payudara, dan lambung serta di dalam ginjal. Di
dalam darah iodium terdapat dalam bentuk iodium bebas atau terikat dengan protein
(Protein-Bound IodineI/PBI)(2).
A. Fungsi Iodium
Mengapa iodium sangat penting ? Sebagai iodida, diperlukan untuk sintesis hormone
tiroid yang meregulasi perkembangan dan metabolisme(8). Iodium adalah mineral yang
sangat penting untuk fungsi tiroid yang tepat. Iodium, bila dikombinasikan dengan asam
amino tirosin, menghasilkan hormon tiroid penting yang mengontrol metabolisme, enzim
dan sintesis protein, dan sangat penting dalam pengembangan sistem saraf skeletal dan
pusat janin berkembang. Iodium merupakan bagian integral dari kedua macam hormon
tiroksin triiodotironin (T3) dan tetraiodotironin (T4). Fungsi utama hormon-hormon ini
adalah mengatur pertumbuhan dan perkembangan. Hormon tiroid mengontrol kecepatan
tiap sel menggunakan oksigen. Dengan demikian, hormon tiroid mengontrol kecepatan
pelepasan energi dari zat gizi yang menghasilkan energi. Kadar iodin di dalam banyak
mempengaruhi kerja hormon tiroksin, dimana salah satu fungsi penting hormon tiroksin
adalah berperan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta menjadi faktor
penting dalam proses perkembangan otak pada anak(3,4,5).
Tiroksin dapat merangsang metabolisme sampai 30%. Di samping itu kedua hormone
ini mengatur suhu tubuh, reproduksi, pembentukan sel darah merah serta fungsi otot dan
saraf. Iodium berperan dalam perubahan karoten menjadi bentuk aktif vitamin A, sintesis
protein, sintesis kolesterol darah dan adsorpsi karbohidrat dari saluran cerna(2).
Iodium mungkin juga memiliki fungsi fisiologis lain dalam tubuh. Sebagai contoh,
iodium berperan dalam respon imun dan mungkin memiliki efek menguntungkan pada
displasia mammae dan penyakit payudara fibrokistik(5).
Kebutuhan iodium sehari sekitar 1-2 g per kg berat badan. Widyakarya Pangan dan Gizi
(1998) menganjurkan AKG untuk iodium sebagai berikut(2) :
Bayi
Balita dan anak sekolah
Remaja dan dewasa
Ibu hamil
Ibu menyusui
: 50-70 g
: 70-120 g
: 150 g
: + 25 g
: + 50 g
Iodium g/hari
50
60
60
60
70
100
110
Wanita
11-14 tahun
15-18 tahun
19-50 tahun
50 tahun ke atas
Kehamilan
Laktasi :
0-4 bulan
4 bulan ke atas
130
140
140
140
Tidak ada
peningkatan
Tidak ada
peningkatan
130
140
140
140
Kriteria epidemiologi untuk penilaian nutrisi iodium dalam populasi berdasarkan nilai tengah
atau kisaran konsentrasi iodium urin (UIC) atau kedua pemisahan batas UIC(1) :
Tidak ada informasi tentang gizi iodium untuk ibu hamil dan menyusui di tabel penilaian
WHO. a Istilah berlebihan berarti melebihi jumlah yang dibutuhkan untuk mencegah dan
mengendalikan defisiensi iodium. b Pada wanita menyusui, angka-angka untuk median UIC
lebih rendah dari persyaratan iodium karena iodium diekskresikan dalam ASI(1).
Gejala kekurangan iodium adalah malas dan lamban, kelenjar tiroid membesar, pada ibu
hamil dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin, dan dalam keadaan berat
bayi lahir dalam keadaan cacat mental yang permanen, keterbelakangan mental dan
gangguan perkembangan saraf pada anak-anak, gangguan mental dan fisik pada orang
dewasa, peningkatan risiko kanker tiroid, dan beberapa penelitian menunjukkan bahwa
mungkin ada hubungan antara kekurangan iodium dan penyakit payudara fibrokistik serta
hambatan pertumbuhan yang dikenal sebagai kretinisme. Seorang anak yang menderita
kretinisme mempunyai bentuk tubuh abnormal dan IQ sekitar 20. Kekurangan iodium pada
anak-anak menyebabkan kemampuan belajar yang rendah(2, 6).
Defisiensi iodium merupakan penyebab dominan gondok endemik. Tingkat
keparahan gondok endemik yang disebabkan defisiensi iodium diklasifikasikan menurut
ekskresi iodium dalam urin (g/gr kreatinin) tahapan daripada keparahan tersebut adalah(3):
Tahap 1
Tahap 2
: Gondok endemik dengan sekresi iodium dalam urin rata-rata 25-50 g/gr
kreatinin pada kondisi ini sekresi hormon tiroid boleh jadi tidak cukup
sehingga menanggung risiko hipotiroidisme, tetapi tidak sampai ke
kreatinisme.
Tahap 3
: Gondok endemik dengan rata-rata ekskresi iodium dalam urin kurang dan
25 mg/gr kreatinin. Pada kondisi ini populasi memiliki risiko menderita
kreatinisme.
Bentuk Gangguan
Keguguran (aborsi)
Lahir mati
Kelainan congenital
Kematian perinatal
Kretinisme bayi
Kretinisme saraf
Kretinisme miksedema
Kerusakan psikomotor
Gondok neonatus
Hipotiroidisme neonates
Gondok
Hipotiroidisme juvenile
Fungsi mental
Perkembangan fisik terhambat
Dewasa
Semua usia
(Dikutip dari Trace elements in human nutrition and health WHO 1996)
kalaupun ada dalam bahan pangan yang dikonsumsi jumlahnya sedemikian kecil sehingga
tidak membahayakan(7).
Asupan, penyerapan, dan ketersediaan iodium. Kandungan iodium dalam makanan
dan diet iodium total sangat bervariasi, bergantung pada keadaan geokimiawi, tanah dan
budaya. Ketiga hal ini mempengaruhi asupan iodium oleh tumbuhan ynag dijadikan
makanan pokok, serta bahan pangan yang berasal dari hewan. Selain itu, selama proses
memasak, keterkandungan iodium dalam makanan dapat susut. Sebagai contoh,
penggorengan akan mengurangi kadar iodium sebanyak 20%, penggilingan 23%, dan
perebusan sebesar 58%(7).
*DV = Daily Value. Dvs dikembangkan oleh US Food and Drug Administration (FDA) untuk
membantu konsumen membandingkan isi produk gizi dalam konteks diet keseluruhan. DV
iodium 150 mcg untuk orang dewasa dan anak-anak berusia 4 tahun atau lebih. Namun, FDA
tidak memerlukan label makanan untuk daftar isi iodium kecuali makanan telah diperkaya
dengan nutrisi ini. Makanan menyediakan 20% atau lebih dari DV dianggap sumber tinggi
nutrisi(5,6).
urin sewaktu, tanpa harus puasa terlebih dahulu, kerap digunakan meskipun tidak cocok
diterapkan untuk pemeriksaan status iodium perorangan. Metode ini tidak dapat digunakan
jika fungsi ginjal sampel tidak normal dan/atau mengalami KKP(7).
G. Transpor Iodida
Iodida ditranspor melintasi membran basalis dari sel tiroid oleh suatu proses yang
memerlukan energi aktif yang tergantung pada ATPase Na+-K+. Sistem transpor aktif ini
memungkinkan kelenjar tiroid manusia untuk mempertahankan suatu konsentrasi iodida
bebas 30-40 kali dibandingkan plasma. Jebakan tiroiodida dirangsang jelas oleh TSH dan
oleh antibodi perangsang reseptor TSH (TSH-R ab [stim]) ditemukan pada penyakit Graves.
Sistem transpor aktif ini memungkinkan kelenjar tiroid manusia untuk mempertahankan
suatu konsentrasi iodida bebas 30-40 kali dibandingkan plasma(9).
I. DAFTAR PUSTAKA
1) Brent, Gregory A. 2010. Thyroid Function Testing. Springer: Los Angeles. 45-46
2) Almatsier, Sunita. 2011. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. 261266
3) Supariasa, I Dewa Nyoman. 2002. Penilaian Status Gizi. EGC: Jakarta. 169-170
4) Ferdinand, fictor., Moekti ariebowo. 2010. Praktis Belajar Biologi. Visindo Media
Persada: Jakarta. 166
5) National Institute of Health. 2011. Iodine, Fact Sheet For Health Professional. Available at
NIH: http://ods.od.nih.gov/factsheets/Iodine-Health Professional. Diakses pada tanggal
23 September 2014
6) Grotto, David. RD. LDN,. 2013. The Best Things You Can Eat. Da Capo Press : USA.
7) Dr. Arisman, MB. 2009. Gizi dalam Daur Kehidupan Edisi 2. EGC: Jakarta. 165-170
8) Barasi, Mary E,. 2009. At a Glance Ilmu Gizi, Erlangga : Jakarta. 131-134
9) Wilkin TJ. Mechanism of disease : Receptor Autoimmunity in Endocrine Disorders. N Eng J
Med 1990; 323: 1318
10) Jurnal, 2000, Greenspan F S MD, Baxter J D MD, 1994