Anda di halaman 1dari 122

Pemicu 1

Sheila Jessica Andavania


405100047

ETIKA
Adalah pedoman, patokan, atau ukuran untuk
menilai tindakan atau perilaku seseorang ;
yang lahir dari konsensus atau semacam
kesepakatan dalam masyarakat atau kelompok
masyarakat, dan kekuatannya turun temurun.
Etika ini berkembang mengikuti
perkembangan masyarakat baik oleh karena
faktor teknologi, kondisi sosial ekonomi
maupun faktor-faktor lainnya.

Etika Profesi Dokter :


Tata aturan yang mengatur tingkah laku dan
perilaku para dokter, khususnya yang berkaitan
dengan ketika seorang dokter menjalankan
pekerjaan kedokterannya.

Ada 2 prinsip utama:


Prinsip mengutamakan kepentingan dan
keselamatan pasien (kaidah etika yang melindungi
pasien)
Prinsip melindungi citra profesi dokter (kaidah
etika yang melindungi dokter)

PERBEDAAN
Etika Kedokteran

Hukum Kedokteran

Norma / nilai / moral


profesi kedokteran

Peraturan yang dibuat


oleh Penguasa

Mengendali dari dalam


nurani dokter

Mengatur dari luar nurani


dokter

Kesepakatan profesi
kedokteran untuk ditaati
dan diamalkan

Diharuskan untuk ditaati


oleh semua masyarakat
termasuk dokter

ASPEK

ETIKA

DISIPLIN

HUKUM

Norma

Moral
(Masalah Moral)

Disiplin
(Standar Profesi)

Norma Hukum

Pelanggaran

Dilema Moral
(baik/buruk)

Melanggar
Standar profesi
(benar/salah)

Langgar norma
hukum
(benar/salah)

Kualitas moral

Kualitas Profesi
(layanan/perilaku)

Kehormatan Profesi

Kehormatan
Profesi

Dampak

Penyelesaian
konflik/perdamaia
n

Lingkup

Perilaku etik

Kompetensi
pelayanan medik
& perilaku
profesional

Bentuk

Kode etik Profesi

Aturan Disiplin
Kedokteran

UU, PP, Permen,


KepPres, dll

Disusun oleh

Organisasi Profesi
(IDI, IPDGI)

Kompilasi oleh
KKI

Negara ( DPR +
Pemerintah)

Peraturan hukum
ttg pelayanan
medik

Sanksi

Moral/Hati nurani Teguran

Pidana :
Denda/penjara

Nasehat/teguran Re-Edukasi

Perdata:
Ganti rugi

Pengucilan

Yang
memeriksa

Pencabutan
STR/SIP

MKEK (Majelis
MKDKI
Kehormatan Etik (Majelis
Kedokteran)
Khormatan
Disiplin
MKEKG
Kedokteran
Indo), terdiri
dari
Anggota profesi - Dokter
- Dokter gigi
- Sarjana

Administrasi
: pencabutan

Pengadilan:
- Negeri
- Tata Usaha
Negara
Anggota :
Hakim

Sumpah Dokter Indonesia


Sumpah Dokter Indonesia adalah sumpah yang dibacakan oleh
seseorang yang akan menjalani profesi dokter Indonesia secara
resmi.
Sumpah Dokter Indonesia didasarkan atas Deklarasi Jenewa
yang isinya menyempurnakan Sumpah Hippocrates.

SK Menkes No.
434/Menkes/SK/X/1983

Pengambilan Sumpah Dokter


Pengambilan sumpah dokter merupakan saat
yang sangat penting artinya bagi seorang
dokter berikrar bahwa dalam mengamalkan
profesinya, ia akan selalu mendasarkannya
dengan kesanggupan yang telah diucapkannya
sebagai sumpah.
Suasana hikmat dapat diwujudkan bila
upacara pengambilan sumpah dilaksanakan
secara khusus, mendahului acara pelantikan
dokter.

Untuk yang beragama Islam, "Demi Allah saya


bersumpah". Untuk penganut agama lain
mengucapkan lafal yang diharuskan sesuai
yang ditentukan oleh agama masing-masing.
Sesudah itu lafal sumpah di ucapkan secara
bersama-sama oleh semua peserta
pengambilan sumpah.
Bagi mereka yang tidak mengucapkan
sumpah, perkataan sumpah di ganti dengan
janji.

Yang wajib mengambil sumpah


Semua dokter Indonesia lulusan pendidikan dalam
negeri maupun luar negeri wajib mengambil sumpah
dokter.
Mahasiswa asing yang belajar di Perguruan Tinggi
Kedokteran Indonesia juga diharuskan mengambil
sumpah dokter Indonesia.
Dokter asing tidak harus diambil sumpahnya karena
tamu, ia menjadi tanggung jawab instansi yang
memperkerjakannya.
Dokter asing yang memberi pelayanan langsung kepada
masyarakat Indonesia, harus tunduk pada KODEKI.

Penjelasan beberapa hal yang berkaitan


dengan lafal sumpah dokter
Dalam pengertian "Guru-guru saya", termasuk
juga mereka yang pernah menjadi guru /
dosennya.
Dalam ikrar sumpah yang keempat, dikemukakan
bahwa dalam menjalankan tugas seorang dokter
akan mengutamakan kepentingan masyarakat
dalam pengertian ini tak berarti bahwa
kepentingan individu pasien dikorbankan demi
kepentingan masyarakat tetapi harus ada
keseimbangan pertimbangan antara keduanya.

Declaration of Geneva
Dengan hikmat saya berjanji untuk mendarmabaktikan hidup
saya untuk melayani kemanusiaan.
Saya akan menghormati dan menghargai guru-guru saya
sebagaimana mestinya.
Saya akan menjalani profesi saya dengan penuh kesadaran
dan kehormatan.
Kesehatan pasien saya adalah pertimbangan utama saya.
Saya akan menghormati rahasia-rahasia yang dipercayakan
kepada saya, bahkan sampai setelah pasien meninggal.
Saya akan menjaga sedapat-dapatnya, kehormatan dan tradisi
kemuliaan profesi medis.

Kolega saya adalah saudara saya.


Saya tidak akan membiarkan pertimbangan-pertimbangan
yang bersifat agama, bangsa, ras, partai politik atau status
sosial mempengaruhi dalam tugas dan pasien saya.
Saya akan menjaga setinggi-tingginya kehidupan manusia
sejak permulaan, walaupun dalam keadaan terancam, dan
saya tidak akan menggunakan pengetahuan kedokteran
saya berlawanan dengan hukum hukum kemanusiaan.
Saya menyatakan janji ini dengan segenap kesungguhan
tanpa paksaan dan dengan segala hormat saya.
(International Code of Medical Ethics, Geneve, 1947)

Declaration of Geneva
I solemnly pledge myself to consecrate my life to the service of humanity
I will give to my teachers the respect and gratitude which is their due
I will practice my profession with conscience and dignity. The health of my
patient will be my first consideration
I will respect the secrets which are confided in me, even after patient has died
I will maintain by all the means in my power, the honor and the noble traditions
of the medical profession. My colleagues will be my brothers
I will not permit considerations of religion, nationality, race, party politics or
social standing to intervene between my duty and my patient
I will maintain the utmost respect for human life from the time of conception,
even under threat and I will not use my medical knowledge contrary to the laws
of humanity
I make these promises solemnly, freely and upon my honor.
(International Code of Medical Ethics 1947)

Sumpah
Hipokrates

SIFAT KETUHANAN
INTEGRASI ILMIAH &
SOSIAL

KEMURNIAN NIAT

6 SIFAT DASAR
DOKTER
(KODEKI)

KESUNGGUHAN
KERJA

KELUHURAN BUDI

KERENDAHAN HATI

Kodeki
Kewajiban Umum
Pasal 1
Setiap dokter harus menjunjung tinggi,
menghayati dan mengamalkan sumpah
dokter
Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa berupaya
melaksanakan profesinya sesuai dengan
standar profesi yang tertinggi

Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya,
seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh
sesuatu yang mengakibatkan hilangnya
kebebasan dan kemandirian profesi
Pasal 4
Setiap dokter harus menghindarkan diri dari
perbuatan yang bersifat memuji diri

Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin
melemahkan daya tahan psikis maupun fisik
hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan
pasien, setelah memperoleh persetujuan pasien
Pasal 6
Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati
dalam mengumumkan dan menerapkan setiap
penemuan teknik atau pengobatan baru yang
belum diuji kebenarannya dan hal-hal yang dapat
menimbulkan keresahan masyarakat

Pasal 7
Seorang dokter hanya memberi surat keterangan
dan pendapat yang telah diperiksa sendiri
kebenarannya
Pasal 7a
Seorang dokter harus dalam setiap praktik
medisnya, memberikan pelayanan medis yang
kompeten dengan kebebasan teknis dan moral
sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang
(compassion) dan penghormatan atas martabat
manusia

Pasal 7b
Seorang dokter harus bersikap jujur dalam
berhubungan dengan pasien dan sejawatnya,
dan berupaya untuk mengingatkan
sejawatnya yang dia ketahui memiliki
kekurangan dalam karakter atau kompetensi,
atau yang melakukan penipuan atau
penggelapan dalam menangani pasien

Pasal 7c
Seorang dokter harus menghormati hak-hak
pasien, hak-hak sejawatnya dan hak tenaga
kesehatan lainnya dan harus menjaga
kepercayaan pasien
Pasal 7d
Setiap dokter harus senantiasa mengingat
akan kewajiban melindungi makhluk insani

Pasal 8
Dalam melakukan pekerjaannya, seorang
dokter harus memperhatikan kepentingan
masyarakat dan memperhatikan semua aspek
pelayanan kesehatan yang menyeluruh
(promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif),
baik fisik maupun psikososial, serta berusaha
menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat
yang sebenar-benarnya

Pasal 9
Setiap dokter dalam bekerja sama dengan
para pejabat dibidang kesehatan dan bidang
lainnya serta masyarakat harus saling
menghormati

Pasal 10
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan
segala ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam
hal ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan,
maka atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk [asien kepada
dokter yg mempunyai keahlian dalam [enyakit tersebut
Pasal 11
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar
senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya
dalam beribadat dan atau dalam masalah lainnya

Pasal 12
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya
tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal
dunia.

Pasal 13
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan
darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia
dan mampu memberikannya

Kodeki
Kewajiban Dokter terhadap Teman Sejawat
Pasal 14
Setiap dokter memperlakukan teman
sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan
Pasal 15
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih
pasien dari teman sejawat, kecuali dengan
persetujuan atau berdasarkan prosedur yang
etis

Kodeki
Kewajiban Dokter terhadap Diri Sendiri
Pasal 16
Setiap dokter harus memelihara
kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan
baik
Pasal 17
Setiap dokter harus senantiasa mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran/ kesehatan

Hak Dokter
Hak untuk bekerja sesuai standar profesi medis.
Hak untuk menolak melaksanakan tindakan medis yang
bertentangan dengan suara hatinya.
Hak untuk mengakhiri hubungan dengan pasien jika ia menilai
kerjasamanya dengan pasien tidak ada gunanya lagi.
Hak atas privacy.
Hak atas itikad baik pasien.
Hak atas imbalan jasa yang layak.
Hak atas fair play dalam menghadapi pasien yang tidak puas
atas pelayanan yang diberikan oleh dokter.
Hak untuk memilih pasien sesuai kemampuan dokter &
kompetensinya.

Hak-hak Pasien
Hak untuk menerima pengobatan dan perawatan.
Hak untuk menolak pengobatan dan perawatan.
Hak untuk memilih pengobatan dan perawatan.

Hak untuk memilih dokter dan sarana pelayanan


kesehatan.
Hak untuk mendapatkan informasi yang jelas perihal
penyakit yang diderita.

Hak atas rahasia kedokteran yang meliputi:


Segala rahasia yang oleh pasien secara sadar atau
tidak disampaikan kepada dokter.
Segala sesuatu yang diketahui oleh dokter yang
ada hubungannya dengan pelaksanaan
pekerjaannya dalam bidang kedokteran dan
dalam hubungannya sebagai dokter yang
mengobati pasiennya.
Hak untuk mendapat bantuan medis.
Hak untuk mendapatkan perawatan yang baik dan
berkesinambungan.
Hak untuk mendapatkan perhatian dan pelayanan
yang layak (= Hak atas itikad baik dari dokter).

Konsil Kedokteran Indonesia


Merupakan suatu badan independen yang bertanggung jawab
kepada Presiden
Bersifat otonom, mandiri, dan non struktural untuk
menjalankan fungsi regulator,
Terkait dengan peningkatan kemampuan dokter & dokter gigi
dalam pelaksanaan praktik kedokteran sesuai dengan UU
No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran

Fungsi Konsil Kedokteran Indonesia


Pengaturan , Pengesahan, Penetapan serta Pembinaan
Dokter dan Dokter gigi yang menjalankan praktek
kedokteran, dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan medis

Tugas Konsil Kedokteran Indonesia


Melakukan registrasi dokter dan dokter gigi
Mengesahkan standar pendidikan profesi dokter
dan dokter gigi
Melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan
praktik kedokteran yang dilaksanakan bersama
lembaga terkait sesuai dengan fungsi masing-masing

Wewenang Konsil Kedokteran Indonesia


a.
b.
c.
d.
e.

f.
g.

Menyetujui/menolak permohonan registrasi dr/drg


Menerbitkan/mencabut STR dr/drg
Mengesahkan Standar kompetensi dr/drg
Melakukan pengujian thd persyaratan reg dr/drg
Mengesahkan penerapan cabang ilmu
kedokteran/kedokteran gigi
Melakukan pembinaan bersama thd dr/drg pelaksanaan
etika profesi yang ditetapkan Organisasi Profesi
Melakukan pencatatan dr/drg yg dikenakan sanksi oleh
Organisasi profesi atau perangkatnya karena melanggar
etika profesi

Sertifikat Kompetensi
Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kemampuan
seorang dokter atau dokter gigi untuk menjalankan praktek kedokteran di
seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi. (Pasal 1 ayat 4)
Sertifikat Kompetensi dikeluarkan oleh Kolegium yang bersangkutan (Pasal
29 ayat 3d)
Sertifikat kompetensi berlaku 5 tahun
Sertifikat kompetensi ulang (resertifikasi) termasuk didalam ranah
pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
Minimal requirment ditetapkan 200 Satuan Kredit Partisipasi (SKP) IDI per 5
tahun, untuk mendapatkan sertifikasi kompetensi baru

BIOETIKA

KELAHIRAN BIOETIKA
Kelahiran bioetika (1960-an) disebabkan ok perubahan besar pada th
1950-an:
Perubahan lingkungan umum global
Perubahan lingkungan khusus kesehatan
Definisi bioetika (F. Abel):
Studi interdisipliner tentang problem yg ditimbulkan o/
perkembangan di bidang biologi & ilmu kedokteran baik pada skala
mikro maupun pada skala makro, lagipula tentang dampaknya atas
masyarakat luas serta sistem nilai-nya, kini & di masa mendatang
Definisi :
Bioetika merupakan etika mengenai kehidupan hingga mencegah
pengambilan keputusan yang dapat menimbulkan dilema negatif.

Perubahan Lingkungan Umum Global

Perubahan Lingkungan Khusus Kesehatan

Perombakan tatanan dunia


Sosial, budaya, eko, pendidikan, negara merdeka
baru pasca Perang Dunia 2
Pendidikan pmbicaraan & tuntutan hak
Ekonomi dilakukan global & menjadi no1

Perkembangan biologi baru (New Biology)


Sdh banyak cabang ilmu mikro, bio
seluler & molekuler, patologi molekuler,
fisiologi, patologi, morfogenesis, ekologi,
genetika, dll

Ilmu teknologi & bisnis global


Ilmu & teknologi mulai banyak disertai dg
motivasi bisnis & keuntungan

Perkembangan Ilmu Kedokteran Baru


Dipengaruhi new biology ketakutan
dehumanisasi o/ dokter

Komunikasi Informasi Transportasi


Kemudahan transportasi, teknologi informasi
yg menghub seluruh dunia

Perkembangan teknologi alat2 medis


Diawali dr teknologi2 pasca perang dunia yg
menjadi dasar

Revolusi demografi & Degenerasi Lingkungan


Populasi namun sumber daya

Perkembangan bioteknologi
Cth: vaksin, cek DNA, th gen, teknik
reproduksi, biofarmasi (hormon, enzim,
vitamin, protein, Ab, zat pelarut, dll)

Krisis moral & konflik (negri, antarbangsa),


dominasi budaya

Perkembangan profesi dokter


Ps sudah (-) anggap dr sbg dewa, dr sudah
(-) bs anggap org sekitarnya sbg bawahan,
tp sebagai mitra kerja sederajat

Perubahan lingkungan khusus kesehatan lainnya Biaya kesehatan (org miskin smakin
sulit), peran swasta (dg orientasi laba), riset yg melibatkan manusia

Menurut..

Definisi Bioetika

W.T. Reich

Studi sistematik ttg perilaku manusia dalam lapangan ilmu2 ttg kehidupan
(life sciences) & pemeliharaan kesehatan (health care), dikaji dari aspek
nilai2 & asas2 moral

S. Gorovitch
(1977)

Penyelidikan kritis ttg dimensi2 moral dari pengambilan keputusan dalam


konteks yg melibatkan ilmu2 biologis

Shannon

Menyelidiki dimensi etis dari masalah2 teknologi, ilmu kedokteran & biologi
sejauh diterapkan dalam kehidupan

F.J.E Basterra Bukan hanya berurusan dg hub dokter-pasien dari sudut pandang moral,
tapi juga ikut perduli dg profesi2 terkait, seperti kesehatan mental
International Studi ttg isu2 etis, sosial, hukum & isu2 lain yg timbul dalam pelayanan
Association
kesehatan & ilmu2 biologi
of Bioethics

PENDEKATAN BIOETIKA
Pendekatan akademis bertanya & mencari
jawaban
Orientasi empiris
Hal2 baru didunia kedok. Yg sudah dialami o/ masyarakat (cth:
transplantasi) isu2 yg timbul dr sini m.p pertanyaan

Orientasi asas (asas2 etika)


Mencari jawaban memuaskan (baik dari ahli/akademisi) u/
pertanyaan2 yg timbul dari orientasi empiris diatas yg
disesuaikan dg etika tradisional & kontemporer
Pendekatan berdasarkan asas Asas Principlism (o/Beauchamp)

Pendekatan pengaturan kodifikasi & pengawasan


oleh:
Komite etika (misalnya di RS), asosiasi profesi, lembaga2
(Pusat Kajian Bioetika, Lembaga Ilmu Pengetahuan, Komite
Etika Penelitian, & juga badan2 pemerintah)

2 asas etika medis


tradisonal
(beneficence dan
non-maleficence)

Kaidah
Dasar
Moral
2 asas etika
kotemporer
(menghormati
otonomi manusia
dan justice)

ETIKA MEDIS TRADISIONAL


Beneficence
Non-maleficence
Asas menghormati hidup
manusia
Asas menjaga kerahasian
(konfidensialitas)
Asas kejujuran
Asas tdk mementingkan
diri sendiri
Asas budi pekerti dan
tingkah laku luhur

ETIKA MEDIS KOTEMPORER


Asas menghormati
otonomi pasien
Asas keadilan (justice)
Asas berkata benar (truth
telling, veracity)

KAIDAH DASAR MORAL


BENEFICIENCE : SIKAP/ BERBUAT BAIK
Tertuju pada individu ps stabil (tidak gawat darurat, tidak
rentan)
Menjamin harkat dan martabat manusia
Menjamin ps/keluarga/sesuatu yang tak hanya sejauh
menguntungkan dokter
Maksimalisasi akibat baik
Minimalisasi akibat buruk
Ada 2 macam :
General beneficience : berbuat baik kepada siapapun termasuk
yang tidak kita kenal, merupakan etika normative
Specific beneficience : bermoral bila tindakan baik ditujukan
pada pihak khusus yang kita kenal. Hal ini menimbulkan
kewajiban mutlak profesi, khususnya secara psikologis

Beneficence
Kriteria
1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan
orang lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia

3. Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkan dokter


4.
5.
6.
7.

Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya


Paternalisme bertanggungjawab/berkasih sayang
Menjamin kehidupan baik
Pembatasan goal based (sesuai tujuan/kebutuhan pasien)

8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien


9. Minimalisasi akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat
11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
12. Tidak menarik honorarium di luar kewajaran
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
14. Mengembangkan profesi secara terus menerus
15. Memberikan obat berkhasiat namun murah

16. Menerapkan golden rule principle

NON MALEFICENCE : TIDAK MERUGIKAN


Tertuju pada ps yang kesakitan / menderita, gawat
darurat, menjelang cacat, distress, rentan, tidak /
bukan otonom seperti uzur, terjepit tanpa pilihan,
miskin, bodoh
Komplementer beneficence
Kewajiban ini berdasarkan :
Ps dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko

Jika kehilangan sesuatu yang penting :


Dokter sanggup mencegah bahaya / kehilangan tersebut
Manfaat bagi ps (hanya mengalami risiko minimal)
Tindakan kedokteran terbukti efektif

Non-maleficence
Kriteria
1. Menolong pasien emergensi :
Dengan gambaran sbb :
- pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko
kehilangan sesuatu yang penting (gawat)
- dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut
- tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
- manfaat bagi pasien > kerugian dokter
2. Mengobati pasien yang luka
3. Tidak membunuh pasien ( euthanasia )
4. Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien
5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
6. Mengobati secara proporsional
7. Mencegah pasien dari bahaya
8. Menghindari misrepresentasi dari pasien
9. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
10. Memberikan semangat hidup
11. Melindungi pasien dari serangan
YL-BLOKbidang
1- 2010 kesehatan
12. Tidak melakukan white collar crime dalam

JUSTICE : KEADILAN
Tertuju pada pihak ke 3 selain individu ps; pihak
penyandang dana berpotensi dirugikan
Memberi perlakuan sama kepada ps untuk
kebahagiaan ps & umat manusia :
Memberi sumbangan relatif = kebutuhan mereka
Menuntut pengorbanan mereka secara relatif =
kemampuan mereka

AUTONOMY : SELF DETERMINATION


Tertuju pada capable person : individu ps yang sehat,
dewasa, bebas, sejajar dengan dokternya
Menghendaki, menyetujui, membenarkan,
mendukung, membela, membiarkan ps demi dirinya
sendiri (sebagai makhluk bermartabat)

autonomy
Kriteria
1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (kondisi elektif)
3. Berterus terang
4. Menghargai privasi
5. Menjaga rahasia pasien
6. Menghargai rasionalitas pasien
7. Melaksanakan informed consent
8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi otonomi pasien
10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam mengambil keputusan termasuk
keluarga pasien sendiri
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non emergensi
12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien

13. Menjaga hubungan (kontrak)

YL-BLOK 1- 2010

justice
Kriteria
1. Memberlakukan sesuatu secara universal
2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
4. Menghargai hak sehat pasien
5. Menghargai hak hukum pasien
6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok yang rentan
8. Tidak melakukan penyalahgunaan
9. Bijak dalam makro alokasi
10. Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya
12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi) secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
14. Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alas an tepat/sah
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan kesehatan
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social, dsb
YL-BLOK 1- 2010

Prima Facie
dalam kondisi atau konteks tertentu, seorang
dokter harus melakukan pemilihan 1 kaidah
dasar etik ter-absah sesuai konteksnya
berdasarkan data atau situasi konkrit terabsah.
Inilah yang disebut pemilihan berdasarkan asas
prima facie.

HUBUNGAN BIOETIKA - KODEKI

Pasal

Isi Kodeki

Bioetik

Pasal 1

Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan


mengamalkan sumpah dokter.

Semua asas

Pasal 2

Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan


profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi.

Beneficence
Nonmaleficence

Pasal 3

Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter


tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan
hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.

Justice

Pasal 4

Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang


bersifat memuji diri.

Pasal 5

Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan


daya tahan psikis maupun fisik hanya diberikan untuk
kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh
persetujuan pasien.

Beneficence
Otonomi

Pasal 6

Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam


mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan teknik
atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan
hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.

Beneficence
Nonmaleficence

Pasal

Isi Kodeki

Bioetik

Pasal 7

Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan


pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya

Beneficence
Non-maleficence

Pasal 7a

Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya,


memberikan pelayanan medis yang kompeten dengan
kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa
kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas
martabat manusia

Beneficence
Non-maleficence

Pasal 7b

Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan


dengan pasien dan sejawatnya, dan berupaya untuk
mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki
kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang
melakukan penipuan atau penggelapan, dalam menangani
pasien

Beneficence
Non-maleficence

Pasal 7c

Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hakhak sejawatnya, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan
harus menjaga kepercayaan pasien

Otonom

Pasal 7d

Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban


melindungi hidup makhluk insani.

Beneficence
Non-maleficence

Pasal

Isi Kodeki

Bioetik

Pasal 8

Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus


memperhatikan kepentingan masyarakat dan memperhatikan
semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh (promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif), baik fisik maupun psikososial, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi
masyarakat yang sebenar-benarnya.

Beneficence
Nonmaleficence
Justice

Pasal 9

Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di


bidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harus
saling menghormati.

Pasal 10

Setiap dokten wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan


segala ilmu dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien.
Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan
atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien,ia wajib
merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam
penyakit tersebut.

Beneficence
Nonmaleficence
Otonom

Pasal 11

Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien


agar senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan
penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah
lainnya.

Otonom

Pasal

Isi Kodeki

Bioetik

Pasal 12

Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang


diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah
pasien itu meninggal dunia

Beneficence
Nonmaleficence
Otonom

Pasal 13

Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai


suatu tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang
lain bersedia dan mampu memberikannya.

Beneficence
Nonmaleficence

Pasal 14

Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya


sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.

Pasal 15

Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dan teman


sejawat, kecuali dengan persetujuan atau berdasarkan
prosedur yang etis.

Pasal 16

Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat


bekerja dengan baik.

Pasal 17

Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan


ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran/kesehatan.

SURAT KETERANGAN DOKTER

SURAT TANDA REGISTRASI

Surat Tanda Registrasi (STR)


Untuk memperoleh STR, dokter dan dokter gigi wajib
mengajukan permohonan kepada KKI dengan
melampirkan:
1. Fotokopi ijasah dokter, dokter spesialis, dokter gigi
atau dokter gigi spesialis.
2. Surat pernyataan telah mengucapkan
sumpah/janji dokter atau dokter gigi.
3. Surat keterangan sehat fisik dan mental dari
dokter yang telah memiliki SIP.
4. Fotokopi sertifikasi kompetensi.
5. Surat pernyataan akan mematuhi dan
melaksanakan ketentuan etika profesi

PRINSIP REGISTRASI
DOKTER/DOKTER GIGI (pasal 29)
Dr/drg yg praktik harus memiliki S.T.R.
Syarat memperoleh S.T.R.:

Ijazah
Surat bukti sumpah/janji
Keterangan sehat fisik & mental
Sertifikat kompetensi
Pernyataan akan mematuhi etika profesi

Re-registrasi : 5 tahun,
Pertimbangan: div registrasi & div pembinaan

Surat Tanda Registrasi (STR)


STR ini akan berlaku selama 5 tahun dan harus
melakukan registrasi ulang 6 bulan sebelum masa
STR yang digunakan habis.
Sebelum STR diperpanjang, dokter harus melakukan
uji kompetensi untuk mengetahui apakah mengalami
penurunan kompetensi atau tidak.
Jika ada dokter yang berpraktik tapi tidak memiliki
STR, maka akan dikenakan sanksi 5 tahun penjara

Alur permohonan STR


dokter/ dokter gigi
(kelengkapan
persyaratan STR)

FK/ FKG/KPS
-Ijasah
-bukti sumpah

KOLEGIUM
(Uji kompetensi &sertifikat
kompetensi)
Tembusan:
IDI/PGDI, Dinkes
Kirim ke pihak yang
bersangkutan melalui
pos

KKI
(proses registrasi)

Alur Proses Permohonan STR Duplikat


dokter/ dokter gigi
(STR rusak dan
persyaratan )

Dokter /dokter gigi


(STR hilang)

Kelurahan

POLISI

Tembusan:
IDI/PGDI, Dinkes

KKI
(proses registrasi)
STR

Kirim ke pihak yang


bersangkutan melalui
pos

Alur permohonan STR Peningkatan


Kompetensi
Dokter spesilis/ dokter
gigi spesialis
(kelengkapan
persyaratan STR)

FK/ FKG/KPS
-Ijasah spesialis

KOLEGIUM
SPESIALIS
Tembusan:
IDI/PGDI, Dinkes
Kirim ke pihak
yang
bersangkutan
melalui pos

STR

KKI
(proses registrasi)

SURAT IJIN PRAKTEK

Surat Izin Praktek (SIP)


Surat Izin Praktik selanjutnya disebut SIP adaiah bukti tertulis
yang diberikan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada
dokter dan dokter gigi yang telah memenuhi persyaratan
untuk menjalankan praktik kedokteran.
Syarat- syarat yang diminta:
1. SIP lama
2. STR yang dilegalisir
3. Fotocopy ijazah
4.REKOMENDASI IDI
5.Pas foto 4x6 = 4 lbr 2x3 = 1 lbr
6.Mengisi formulir permohonan.
7.Biaya administrasi.

Registrasi Baru Dokter dan Dokter Gigi

Ket : 1a,b alur surat masuk


2 alur surat keluar
3a,b,c,d tembusan

Alur Permohonan
Pemohon mengajukan permohonan ke KKI melalui
FK/FKG/Kolegium/Langsung dengan melengkapi persyaratanyang
diperlukan;
FK/FKG/Kolegium mengirimkan berkas pemohon ke KKI dengan
melampirkan semua persyaratan
KKI meneliti seluruh berkas persyaratan dan apabila disetujui
diterbitkan STR selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah
permohonan diterima oleh KKI;
STR asli dan 3 (tiga) lembar fotokopi STR yang dilegalisir oleh KKI
dikirimkan ke pemohon, dengan tembusan ke Biro Kepegawaian
Depkes RI, Dinkes Propinsi dan PB IDI atau PB PDGI;
Permohonan STR yang tidak disetujui, akan dikembalikan kepada
pemohon selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak berkas diterima
KKI;

Persyaratan
Mengisi surat permohonan untuk memperoleh STR sebagaimana
terlampir pada formulir 1a;
Melampirkan persyaratan sebagai berikut :
Fotokopi Ijazah dokter/dokter gigi yang dilegalisir oleh Dekan/Wadek I
Institusi Pendidikan yang bersangkutan;
Fotokopi sertifikat kompetensi yang dilegalisir oleh Kolegium terkait;
Surat keterangan sehat fisik dan mental (asli) dari dokter yang
memiliki SIP (dengan mencantumkan nomor SIPnya);
Fotokopi bukti sumpah/janji dokter/dokter gigi;
Surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika
profesi (bermaterai), formulir 1b;
Pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 4 (empat) lembar
dan ukuran 2 x 3 cm sebanyak 2 (dua) lembar;
Bukti bayar registrasi dari Bank

ALUR
SERTIFIKASI KOMPETENSI
(dikeluarkan o/ Kolegium
setempat)

STR

REKOMENDASI IDI

SIP

SERTIFIKASI KOMPETENSI

SURAT IZIN PRAKTIK


Adalah bukti tertulis yang diberikan pemerintah kepada
dokter atau dokter gigi yang akan menjalankan praktik
kedokteran setelah memenuhi persyaratan
Pasal 1 butir 7

Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik


kedokteran di Indonesia wajib memiliki SIP
Pasal 36

SIP dikeluarkan oleh pejabat kesehatan yang berwenang di


Kabupaten/Kota tempat praktik kedokteran atau kedokteran
gigi dilaksanakan
Pasal 37 ayat 1

SURAT IZIN PRAKTIK


SIP dokter atau dokter gigi hanya diberikan untuk
paling banyak tiga tempat
Pasal 37 ayat 2

Satu SIP hanya berlaku untuk satu tempat praktik


Pasal 37 ayat 3

Syarat mendapatkan SIP


STR dokter atau dokter gigi yang masih berlaku
Mempunyai tempat praktik
Memiliki rekomendasi dari organisasi profesi
Pasal 38 ayat 1

SURAT IZIN PRAKTIK


SIP masih berlaku sepanjang
Surat tanda registrasi dokter atau dokter gigi
masih berlaku
Tempat prakti masih sesuai dengan yang
tercantum dalam SIP
Pasal 38 ayat 2

PRAKTEK DOKTER

UU 29 / 2004
PRAKTIK KEDOKTERAN
Praktik kedokteran adalah rangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh dokter dan
dokter gigi terhadap pasien dalam
melaksanakan upaya kesehatan

UU Praktik Kedokteran
Mengatur tentang SIAPA yang berhak praktik kedokteran:
Lulus pendidikan kedokteran yg sesuai dengan standar
pendidikan
Sertifikast kompetensi dari kolegium
Surat tanda registrasi (KKI, Nasional)
Surat Ijin Praktik (Dinkes, Kab/Kota)
Continue Professional Development
Diperbaharui secara periodik (5tahun)

Mengatur Pelaksanaan Praktik :


Hubungan pasien-dokter
Informed consent
Rekam medik
Rahasia kedokteran
Standar pelayanan, profesi, S.O.P
Hak dan kewajiban pasien dan dokter
Kendali mutu dan biaya
Pembinaan, disiplin, pidana

Mengatur tentang

Azas dan Tujuan


Konsil Kedokteran Indonesia
Standar Pendidikan Profesi
Registrasi
Penyelenggaraan Praktik
Disiplin (MKDKI)
Pembinaan dan Pengawasan
Ketentuan Pidana
Ketentuan Peralihan

DASAR PEMIKIRAN
Agar upaya kesehatan dilakukan oleh dokter
dan dokter gigi yang memiliki etik dan moral
yang tinggi, keahlian dan kewenangan yg
ditingkatkan melalui pendidikan, sertifikasi,
registrasi, lisensi, pembinaan, pengawasan,
pemantauan
Perlindungan & kepastian hukum buat
pemberi & penerima layanan

TUJUAN UU PRADOK
Memberikan perlindungan kepada pasien
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
Kepastian hukum bagi pemberi layanan dan
kepada penerima layanan

SISTEMATIKA UU PRADOK

Konsil kedokteran
Penyelenggaraan praktik
Disiplin profesi
Persyaratan praktik
+ Pendidikan
+ Registrasi

Penyelenggaraan praktik
Mkdki + disiplin profesi
Ketentuan pidana

PERSYARATAN PRAKTIK
Konsil kolegium org.Profesi
Pendidikan
Registrasi

PERSYARATAN PRAKTIK
Bertujuan: menjaga dan meningkatkan
akuntabilitas profesi
Bahwa setiap dokter memiliki kompetensi &
memiliki kewenangan (papan praktik: nama +
STR + SIP)
Bahwa orang yg bukan dokter tidak akan
memiliki STR + SIP

PERSYARATAN DOKTER
Standar pendidikan
Disusun oleh aipki (asosiasi institusi pendidikan
kedokteran Indonesia), irspi (ikatan rumah sakit
pendidikan Indonesia), kolegium
Ditetapkan oleh konsil

Standar kompetensi
Kurikulum standar
Ujian kompetensi
Sertifikat kompetensi
Kompetensi berjenjang & dik-lat berkelanjutan

PELAKSANAAN PRAKTIK
Praktik kedokteran diselenggarakan berdasarkaan pada
kesepakatan antara dokter atau dokter gigi dengan pasien
dalam upaya untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan
pemulihan kesehatan
Pasal 39

Dokter atau dokter gigi yang berhalangan menyelenggarakan


praktik kedokteran harus membuat pemberitahuan atau
menunjuk dokter atau dokter gigi pengganti
Pasal 40 ayat 1

Dokter atau dokter gigi pengganti harus mempunyai SIP


Pasal 40 ayat 2

PELAKSANAAN PRAKTIK
Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dilarang mengizinkan
dokter atau dokter gigi yang tidak memiliki SIP untuk
melakukan praktik kedokteran di sarana tersebut
Pasal 42

Dokter atau dokter gigi yang telah mempunyai SIP dan


menyelenggarakan praktik kedokteran sesuai dengan
ketentuan yang berlaku wajib memasang papan nama praktik
kedokteran
Pasal 41 ayat 1

Pimpinan sarana pelayanan wajib membuat daftar dokter


atau dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran
Pasal 41 ayat 2

PENYELENGGARAAN PRAKTIK

Pasal 36-38
Pasal 39-43
Pasal 44
Pasal 45
Pasal 46-47
Pasal 48
Pasal 49
Pasal 50-53

: ijin praktik
: pelaksanaan praktik
: standar pelayanan
: persetujuan tindakan
: rekam medis
: rahasia kedokteran
: kendali mutu & biaya
: hak & kewajiban pasien dan dokter

UU no. 29 thn 2004 tentang praktik kedokteran


Praktik kedokteran
Rangkaian kegiatan yang dilakukan o/ dokter/dokter gigi
terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan (pasal
1,butir 1)
Asas: praktik kedokteran dilaksanakan berdasarkan Pancasila dan
disasarkan pada nilai ilmiah, manfaat, keadilan, kemanusiaan,
keseimbangan, serta perlindungan dan keselamatan pasien
(pasal 2)
Tujuan: pengaturan praktik kedokteran bertujuan (pasal 3)
a. Memberikan perlindungan kepada pasien
b. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis
yang diberikan o/ dokter/dokter gigi
c. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter,
dan dokter gigi

SANKSI BAGI DOKTER


UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 29 TAHUN 2004
TENTANG
PRAKTIK KEDOKTERAN
(BAB X KETENTUAN PIDANA)

PASAL

Pasal 75

Pasal 76

Pasal 77

ISI

(1) Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa
memiliki surat tanda registrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah).
(2) Setiap dokter atau dokter gigi warga negara asing yang dengan sengaja melakukan praktik
kedokteran tanpa memiliki surat tanda registrasi sementara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 31 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling
banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
(3) Setiap dokter atau dokter gigi warga negara asing yang dengan sengaja melakukan praktik
kedokteran tanpa memiliki surat tanda registrasi bersyarat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling
banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa
memiliki surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).
Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk lain yang
menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter atau
dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi
dokter gigi dan/atau surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak
Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).

PASAL

Pasal 78

Pasal 79

Pasal 80

ISI

Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan alat, metode atau cara lain dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan kesan seolah-olah yang
bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi dokter
atau surat tanda registrasi dokter gigi atau surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 73 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling
banyak Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), setiap dokter atau dokter gigi yang :
a. dengan sengaja tidak memasang papan nama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat
(1);
b. dengan sengaja tidak membuat rekam medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat
(1); atau
c. dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 huruf a,
huruf b, huruf c, huruf d, atau huruf e.
(1) Setiap orang yang dengan sengaja mempekerjakan dokter atau dokter gigi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 42, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
atau denda paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
(2) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh korporasi,
maka pidana yang dijatuhkan adalah pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditambah sepertiga atau dijatuhi hukuman tambahan berupa pencabutan izin.

PASAL

Pasal 29

Pasal 31

ISI

(1) Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia
wajib memiliki surat tanda registrasi dokter dan surat tanda registrasi dokter gigi.
(1) Surat tanda registrasi sementara dapat diberikan kepada dokter dan dokter gigi
warga negara asing yang melakukan kegiatan dalam rangka pendidikan, pelatihan,
penelitian, pelayanan kesehatan di bidang kedokteran atau kedokteran gigi yang
bersifat sementara di Indonesia.

Pasal 32

(1) Surat tanda registrasi bersyarat diberikan kepada peserta program pendidikan
dokter spesialis atau dokter gigi spesialis warga negara asing yang mengikuti
pendidikan dan pelatihan di Indonesia.

Pasal 36

Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib
memiliki surat izin praktik.

Pasal 41

Pasal 42

(1) Dokter atau dokter gigi yang telah mempunyai surat izin praktik dan
menyelenggarakan praktik kedokteran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 wajib
memasang papan nama praktik kedokteran.
(2) Dalam hal dokter atau dokter gigi berpraktik di sarana pelayanan kesehatan,
pimpinan sarana pelayanan kesehatan wajib membuat daftar dokter atau dokter
gigi yang melakukan praktik kedokteran.
Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dilarang mengizinkan dokter atau dokter gigi
yang tidak memiliki surat izin praktik untuk melakukan praktik kedokteran di sarana
pelayanan kesehatan tersebut.

PASAL

Pasal 46

ISI
(1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam
medis.
(2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera dilengkapi setelah pasien selesai
menerima pelayanan kesehatan.
(3) Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan petugas yang
memberikan pelayanan atau tindakan.
Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai kewajiban:

Pasal 51

Pasal 73

a. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional
serta kebutuhan medis pasien;
b. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang
lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan;
c. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu
meninggal dunia;
d. melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain
yang bertugas dan mampu melakukannya; dan
e. menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau kedokteran
gigi.
(1) Setiap orang dilarang menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk lain yang menimbulkan
kesan bagi masyarakat seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah
memiliki surat tanda registrasi dan/atau surat izin praktik.
(2) Setiap orang dilarang menggunakan alat, metode atau cara lain dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat yang menimbulkan kesan seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter atau
dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi dan/atau surat izin praktik.

INFORMED CONSENT

Informed Consent
Menurut PerMenKes no 290/MenKes/Per/III/2008 dan UU no 29
th 2004 Pasal 45 serta Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran
KKI tahun 2008, Informed Consent merupakan persetujuan
tindakan kedokteran yang diberikan oleh pasien atau keluarga
terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap
mengenai tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap
pasien tersebut
Menurut Lampiran SKB IDI No. 319/P/BA./88 dan Permenkes no
585/Men.Kes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medis
Pasal 4 ayat 2 menyebutkan dalam memberikan informasi kepada
pasien / keluarganya, kehadiran seorang perawat / paramedik
lainnya sebagai saksi adalah penting.

Informasi/keterangan yang wajib diberikan sebelum


suatu tindakan kedokteran dilaksanakan adalah:

Diagnosa yang telah ditegakkan.


Sifat dan luasnya tindakan yang akan dilakukan.
Manfaat dan urgensinya dilakukan tindakan tersebut.
Resiko resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi daripada
tindakan kedokteran tersebut.
Konsekwensinya bila tidak dilakukan tindakan tersebut dan
adakah alternatif cara pengobatan yang lain.
Kadangkala biaya yang menyangkut tindakan kedokteran
tersebut.

Resiko resiko yang harus diinformasikan kepada


pasien yang dimintakan persetujuan tindakan
kedokteran :
Resiko yang melekat pada tindakan kedokteran tersebut.
Resiko yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya.

Pengecualian terhadap keharusan pemberian


informasi sebelum dimintakan persetujuan tindakan
kedokteran adalah:
Dalam keadaan gawat darurat ( emergensi ), dimana
dokter harus segera bertindak untuk menyelamatkan jiwa.
Keadaan emosi pasien yang sangat labil sehingga ia tidak
bisa menghadapi situasi dirinya.
Ini tercantum dalam PerMenKes No.
290/Menkes/Per/III/2008.

Tujuan Informed Consent:


Memberikan perlindungan kepada pasien terhadap
tindakan dokter yang sebenarnya tidak diperlukan dan
secara medik tidak ada dasar pembenarannya yang
dilakukan tanpa sepengetahuan pasiennya.
Memberi perlindungan hukum kepada dokter terhadap
suatu kegagalan dan bersifat negatif, karena prosedur
medik modern bukan tanpa resiko, dan pada setiap
tindakan medik ada melekat suatu resiko (Permenkes No.
290/Menkes/Per/III/2008 Pasal 3).

REKAM MEDIS

REKAM MEDIS
Dalam penjelasan Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran,
Rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen
tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan
dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor


749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang Rekam Medis, rekam
medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen
tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan
dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan
kesehatan.

MANFAAT REKAM MEDIS


A. Pengobatan Pasien
Sebagai dasar dan petunjuk untuk merencanakan dan
menganalisis penyakit serta merencanakan pengobatan,
perawatan dan tindakan medis yang harus diberikan kepada
pasien.

B. Peningkatan Kualitas Pelayanan


Meningkatkan kualitas pelayanan untuk melindungi tenaga
medis dan untuk pencapaian kesehatan masyarakat yang
optimal.

C. Pendidikan dan Penelitian


Informasi perkembangan kronologis penyakit, pelayanan medis,
pengobatan dan tindakan medis, bermanfaat untuk bahan
informasi bagi perkembangan pengajaran dan penelitian di
bidang profesi kedokteran dan kedokteran gigi.

D. Pembiayaan
Berkas rekam medis dapat dijadikan petunjuk dan bahan
untuk menetapkan pembiayaan dalam pelayanan
kesehatan pada sarana kesehatan. Catatan tersebut dapat
dipakai sebagai bukti pembiayaan kepada pasien.

E. Statistik Kesehatan
Rekam medis dapat digunakan sebagai bahan statistik
kesehatan, khususnya untuk mempelajari perkembangan
kesehatan masyarakat dan untuk menentukan jumlah
penderita pada penyakit-penyakit tertentu.

F. Pembuktian Masalah Hukum, Disiplin dan Etik


Rekam medis merupakan alat bukti tertulis utama,
sehingga bermanfaat dalam penyelesaian masalah hukum,
disiplin dan etik.

ISI REKAM MEDIS


A. Rekam Medis Pasien Rawat Jalan
Isi rekam medis sekurang-kurangnya memuat catatan/dokumen tentang:
- identitas pasien;
- pemeriksaan fisik;
- diagnosis/masalah;
- tindakan/pengobatan;
- pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
B. Rekam Medis Pasien Rawat Inap
Rekam medis untuk pasien rawat inap sekurang-kurangnya memuat:
- identitas pasien;
- pemeriksaan;
- diagnosis/masalah;
- persetujuan tindakan medis (bila ada);
- tindakan/pengobatan;
- pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
C. Pendelegasian Membuat Rekam Medis
Selain dokter dan dokter gigi yang membuat/mengisi rekam medis, tenaga kesehatan lain
yang memberikan pelayanan langsung kepada pasien dapat membuat/mengisi rekam medis
atas perintah/ pendelegasian secara tertulis dari dokter dan dokter gigi yang menjalankan
praktik kedokteran.

KEGUNAAN REKAM MEDIS

Aspek administrasi
Aspek Medis
Aspek Hukum
Aspek Keuangan
Aspek Penelitian
Aspek Pendidikan
Aspek Dokumentasi

KEPEMILIKAN REKAM MEDIS


1. Milik rumah sakit atau tenaga kesehatan:
a. Sebagai penanggungjawab integritas dan kesinambungan pelayanan.
b. Sebagai tanda bukti rumah sakit terhadap segala upaya dalam
penyembuhan pasien
c. Rumah sakit memegang berkas rekam medis asli.

Direktur RS bertanggungjawab atas:


a. Hilangnya, rusak, atau pemalsuan rekam medis
b. Penggunaan oleh badan atau orang yang tidak berhak .
2. Milik pasien, pasien memiliki hak legal maupun moral atas isi rekam medis.
Rekam medis adalah milik pasien yang harus dijaga kerahasiaannya.
3. Milik umum, pihak ketiga boleh memiliki (asuransi, pengadilan, dsb) .

YANG BERKEWAJIBAN MEMBUAT


REKAM MEDIS
1. Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi.
2. Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan.
3. Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten
apoteker.
4. Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan,
entomolog kesehatan, mikrobiologi kesehatan, penyuluh
kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian.
5. Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien.
6. Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan
terapis wicara.
7. Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi
gigi, teknisi elektromedis, analisi kesehatan, refraksionis optisien,
othotik prostetik, teknisi tranfusi dan perekam medis.

DASAR HUKUM
Peraturan pemerintah No. 10 Tahun 1966 tentang
Wajib Simpan Rahasia Kedokteran.
Peraturan pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang
Tenga Kesehatan.
Keputusan menteri kesehatan No. 034 / Birhub /
1972 tentang Perencanaan dan Pemeliharaan Rumah
Sakit di mana rumah sakit diwajibkan:
Mempunyai dan merawat statistik yang up to date.
Membina rekam medis yang berdasarkan ketentuan yang
telah ditetapkan.

Peraturan menteri kesehatan No. 749a / Menkes /


Per / xii / 89 tentang Rekam Medis

Aspek hukum, disiplin, etik dan


kerahasiaan rekam medis
A. Rekam medis sebagai alat bukti

Dpt digunakan sbg salah satu alat bukti tertulis di


pengadilan

B. Kerahasiaan rekam medis

Rahasia kedokteran tsb dpt dibuka hanya utk kepentingan


ps u/ memenuhi permintaan aparat penegak hukum (
hakim majelis), permintaan ps sendiri atau berdasarkan
ketentuan undang2 yg berlaku

C. Sanksi hukum

Psl 79 UU Praktik Kedokteran mengatur bahwa setiap


dokter atau dokter gigi dng sengaja tdk membuat rekam
medis dpt dipidana dng pidana kurungan plg lama 1
tahun / denda plg byk 50 juta
Juga dpt dikenakan sanksi secara perdata

D. Sanksi disiplin dan etik

Dokter dan dokter gigi yg tidak membuat rekam


medis selain mendapat sanksi hukum jg dpt
dikenakan sanksi disiplin dan etik sesuai dng UU
Praktik Kedokteran, Peraturan KKI, KODEKI,
KODEKGI
Dalam peraturan KKI Nomor
16/KKI/PER/VIII/2006 tntg Tata Cara Penanganan
Kasus Dugaan Pelanggaran Disiplin MKDKI dan
MKDKIP, ada 3 alternatif sanksi disiplin:
a) Pemberian peringatan tertulis
b) Rekomendasi pencabutan STR atau surat izin praktik
c) Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di
institusi pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi

PENYIMPANAN REKAM MEDIS


Berdasarkan peraturan Menkes RI No.269/Menkes/Per/III/2008
tetang rekam medis
Pasal 8
Rekam medis pasien rawat inap dirumah sakit wajib disimpan
sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 5 tahun, terhitung
dari tgl terakhir pasien berobat atau dipulangkan
Pasal 9
Rekam medis pada sarana pelayanan kesehatan non rumah
sakit wajib disimpan sekurang-kurangnya untuk jangka 2
tahun, terhitung dari tgl terakhir pasien berobat

JENIS REKAM MEDIS


a. Rekam medis konvensional
b. Rekam medis elektronik

REKAM MEDIK DI RAK:


tidak lengkap, sulit diakses

KARTU REGISTER REKAM MEDIK:


perlu waktu lama, sulit dikelola

ISI REKAM MEDIK ELEKTRONIK


Teks (kode, narasi, report)
Gambar (komputer grafik, gambar yang di-scan,
hasil foto rontgen digital)
Suara (suara jantung, suara paru)
Video (proses operasi)

119

KELEMAHAN
Rekam Medis Konvensional
Isi: sulit menemukan data
Fragmentasi: jika masing-masing unit atau
instalasi menyimpan rekam medik berbeda
untuk orang yang sama
Untuk mengirimkan informasi: data perlu
disalin
Tidak bisa mengintegrasikan sistem
pendukung keputusan klinik dengan
informasi pasien yang telah dikumpulkan

Rekam Medis Elektronik


Kepercayaan terhadap komputer:
keterandalan, privasi, keamanan
Pemanfaatan untuk keperluan klinik
sehari-hari (perlu waktu untuk analisis)
Technophobia: sikap negatif atau gagap
teknologi terhadap komputer di tempat
kerja
120

HAK DAN KEWAJIBAN


Hak dan Kewajiban Pasien
Hak : Pasien berhak penuh atas keterangan tentang dirinya yang tertulis dalam RM
dan petugas kesehatan tanpa persetujuan pasien tidak dibenarkan sama sekali
menyebarluaskan keterangan tersebut.
Kewajiban : Pasien wajib memberikan keterangan yang benar dan lengkap tentang
identitas, berbagai latar belakang serta masalah kesehatan yang dihadapinya.
Hak dan Kewajiban Petugas Kesehatan
Hak : Petugas kesehatan berhak memperoleh keterangan benar dan lengkap.
Kewajiban :
Petugas kesehatan wajib menjaga kerahasiaan ini RM dan tidak dibenarkan
memberitahukan isi RM tersebut, termasuk juga kepada badan asuransi
kesehatan, apabila sebelumnya tidak mendapat persetujuan dari pasien yang
bersangkutan.
Bertanggung jawab terhadap kebenaran dan kelengkapan penulisan isi RM
tersebut.

HAK DAN KEWAJIBAN


Hak dan Kewajiban Sarana Pelayanan Kesehatan
Hak : Hak dari sarana pelayanan kesehatan, misal Klinik Dokter Keluarga, adalah
memiliki RM yang dipergunakan. RM sebagai berkas adalah milik dan inventaris
sarana pelayanan kesehatan, tetapi isinya adalah milik pasien.
Kewajiban : Sarana pelayanan kesehatan bertanggung jawab mnyelenggarakan
pelayanan RM yang baik, termasuk bertanggung jawab pula menyediakan berbagai
tenaga, sarana, prasarana yang diperlukan

Anda mungkin juga menyukai