Pemicu 1 Sheila Etika Dan Hukum Kedokteran
Pemicu 1 Sheila Etika Dan Hukum Kedokteran
ETIKA
Adalah pedoman, patokan, atau ukuran untuk
menilai tindakan atau perilaku seseorang ;
yang lahir dari konsensus atau semacam
kesepakatan dalam masyarakat atau kelompok
masyarakat, dan kekuatannya turun temurun.
Etika ini berkembang mengikuti
perkembangan masyarakat baik oleh karena
faktor teknologi, kondisi sosial ekonomi
maupun faktor-faktor lainnya.
PERBEDAAN
Etika Kedokteran
Hukum Kedokteran
Kesepakatan profesi
kedokteran untuk ditaati
dan diamalkan
ASPEK
ETIKA
DISIPLIN
HUKUM
Norma
Moral
(Masalah Moral)
Disiplin
(Standar Profesi)
Norma Hukum
Pelanggaran
Dilema Moral
(baik/buruk)
Melanggar
Standar profesi
(benar/salah)
Langgar norma
hukum
(benar/salah)
Kualitas moral
Kualitas Profesi
(layanan/perilaku)
Kehormatan Profesi
Kehormatan
Profesi
Dampak
Penyelesaian
konflik/perdamaia
n
Lingkup
Perilaku etik
Kompetensi
pelayanan medik
& perilaku
profesional
Bentuk
Aturan Disiplin
Kedokteran
Disusun oleh
Organisasi Profesi
(IDI, IPDGI)
Kompilasi oleh
KKI
Negara ( DPR +
Pemerintah)
Peraturan hukum
ttg pelayanan
medik
Sanksi
Pidana :
Denda/penjara
Nasehat/teguran Re-Edukasi
Perdata:
Ganti rugi
Pengucilan
Yang
memeriksa
Pencabutan
STR/SIP
MKEK (Majelis
MKDKI
Kehormatan Etik (Majelis
Kedokteran)
Khormatan
Disiplin
MKEKG
Kedokteran
Indo), terdiri
dari
Anggota profesi - Dokter
- Dokter gigi
- Sarjana
Administrasi
: pencabutan
Pengadilan:
- Negeri
- Tata Usaha
Negara
Anggota :
Hakim
SK Menkes No.
434/Menkes/SK/X/1983
Declaration of Geneva
Dengan hikmat saya berjanji untuk mendarmabaktikan hidup
saya untuk melayani kemanusiaan.
Saya akan menghormati dan menghargai guru-guru saya
sebagaimana mestinya.
Saya akan menjalani profesi saya dengan penuh kesadaran
dan kehormatan.
Kesehatan pasien saya adalah pertimbangan utama saya.
Saya akan menghormati rahasia-rahasia yang dipercayakan
kepada saya, bahkan sampai setelah pasien meninggal.
Saya akan menjaga sedapat-dapatnya, kehormatan dan tradisi
kemuliaan profesi medis.
Declaration of Geneva
I solemnly pledge myself to consecrate my life to the service of humanity
I will give to my teachers the respect and gratitude which is their due
I will practice my profession with conscience and dignity. The health of my
patient will be my first consideration
I will respect the secrets which are confided in me, even after patient has died
I will maintain by all the means in my power, the honor and the noble traditions
of the medical profession. My colleagues will be my brothers
I will not permit considerations of religion, nationality, race, party politics or
social standing to intervene between my duty and my patient
I will maintain the utmost respect for human life from the time of conception,
even under threat and I will not use my medical knowledge contrary to the laws
of humanity
I make these promises solemnly, freely and upon my honor.
(International Code of Medical Ethics 1947)
Sumpah
Hipokrates
SIFAT KETUHANAN
INTEGRASI ILMIAH &
SOSIAL
KEMURNIAN NIAT
6 SIFAT DASAR
DOKTER
(KODEKI)
KESUNGGUHAN
KERJA
KELUHURAN BUDI
KERENDAHAN HATI
Kodeki
Kewajiban Umum
Pasal 1
Setiap dokter harus menjunjung tinggi,
menghayati dan mengamalkan sumpah
dokter
Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa berupaya
melaksanakan profesinya sesuai dengan
standar profesi yang tertinggi
Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya,
seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh
sesuatu yang mengakibatkan hilangnya
kebebasan dan kemandirian profesi
Pasal 4
Setiap dokter harus menghindarkan diri dari
perbuatan yang bersifat memuji diri
Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin
melemahkan daya tahan psikis maupun fisik
hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan
pasien, setelah memperoleh persetujuan pasien
Pasal 6
Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati
dalam mengumumkan dan menerapkan setiap
penemuan teknik atau pengobatan baru yang
belum diuji kebenarannya dan hal-hal yang dapat
menimbulkan keresahan masyarakat
Pasal 7
Seorang dokter hanya memberi surat keterangan
dan pendapat yang telah diperiksa sendiri
kebenarannya
Pasal 7a
Seorang dokter harus dalam setiap praktik
medisnya, memberikan pelayanan medis yang
kompeten dengan kebebasan teknis dan moral
sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang
(compassion) dan penghormatan atas martabat
manusia
Pasal 7b
Seorang dokter harus bersikap jujur dalam
berhubungan dengan pasien dan sejawatnya,
dan berupaya untuk mengingatkan
sejawatnya yang dia ketahui memiliki
kekurangan dalam karakter atau kompetensi,
atau yang melakukan penipuan atau
penggelapan dalam menangani pasien
Pasal 7c
Seorang dokter harus menghormati hak-hak
pasien, hak-hak sejawatnya dan hak tenaga
kesehatan lainnya dan harus menjaga
kepercayaan pasien
Pasal 7d
Setiap dokter harus senantiasa mengingat
akan kewajiban melindungi makhluk insani
Pasal 8
Dalam melakukan pekerjaannya, seorang
dokter harus memperhatikan kepentingan
masyarakat dan memperhatikan semua aspek
pelayanan kesehatan yang menyeluruh
(promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif),
baik fisik maupun psikososial, serta berusaha
menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat
yang sebenar-benarnya
Pasal 9
Setiap dokter dalam bekerja sama dengan
para pejabat dibidang kesehatan dan bidang
lainnya serta masyarakat harus saling
menghormati
Pasal 10
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan
segala ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam
hal ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan,
maka atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk [asien kepada
dokter yg mempunyai keahlian dalam [enyakit tersebut
Pasal 11
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar
senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya
dalam beribadat dan atau dalam masalah lainnya
Pasal 12
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya
tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal
dunia.
Pasal 13
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan
darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia
dan mampu memberikannya
Kodeki
Kewajiban Dokter terhadap Teman Sejawat
Pasal 14
Setiap dokter memperlakukan teman
sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan
Pasal 15
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih
pasien dari teman sejawat, kecuali dengan
persetujuan atau berdasarkan prosedur yang
etis
Kodeki
Kewajiban Dokter terhadap Diri Sendiri
Pasal 16
Setiap dokter harus memelihara
kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan
baik
Pasal 17
Setiap dokter harus senantiasa mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran/ kesehatan
Hak Dokter
Hak untuk bekerja sesuai standar profesi medis.
Hak untuk menolak melaksanakan tindakan medis yang
bertentangan dengan suara hatinya.
Hak untuk mengakhiri hubungan dengan pasien jika ia menilai
kerjasamanya dengan pasien tidak ada gunanya lagi.
Hak atas privacy.
Hak atas itikad baik pasien.
Hak atas imbalan jasa yang layak.
Hak atas fair play dalam menghadapi pasien yang tidak puas
atas pelayanan yang diberikan oleh dokter.
Hak untuk memilih pasien sesuai kemampuan dokter &
kompetensinya.
Hak-hak Pasien
Hak untuk menerima pengobatan dan perawatan.
Hak untuk menolak pengobatan dan perawatan.
Hak untuk memilih pengobatan dan perawatan.
f.
g.
Sertifikat Kompetensi
Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kemampuan
seorang dokter atau dokter gigi untuk menjalankan praktek kedokteran di
seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi. (Pasal 1 ayat 4)
Sertifikat Kompetensi dikeluarkan oleh Kolegium yang bersangkutan (Pasal
29 ayat 3d)
Sertifikat kompetensi berlaku 5 tahun
Sertifikat kompetensi ulang (resertifikasi) termasuk didalam ranah
pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
Minimal requirment ditetapkan 200 Satuan Kredit Partisipasi (SKP) IDI per 5
tahun, untuk mendapatkan sertifikasi kompetensi baru
BIOETIKA
KELAHIRAN BIOETIKA
Kelahiran bioetika (1960-an) disebabkan ok perubahan besar pada th
1950-an:
Perubahan lingkungan umum global
Perubahan lingkungan khusus kesehatan
Definisi bioetika (F. Abel):
Studi interdisipliner tentang problem yg ditimbulkan o/
perkembangan di bidang biologi & ilmu kedokteran baik pada skala
mikro maupun pada skala makro, lagipula tentang dampaknya atas
masyarakat luas serta sistem nilai-nya, kini & di masa mendatang
Definisi :
Bioetika merupakan etika mengenai kehidupan hingga mencegah
pengambilan keputusan yang dapat menimbulkan dilema negatif.
Perkembangan bioteknologi
Cth: vaksin, cek DNA, th gen, teknik
reproduksi, biofarmasi (hormon, enzim,
vitamin, protein, Ab, zat pelarut, dll)
Perubahan lingkungan khusus kesehatan lainnya Biaya kesehatan (org miskin smakin
sulit), peran swasta (dg orientasi laba), riset yg melibatkan manusia
Menurut..
Definisi Bioetika
W.T. Reich
Studi sistematik ttg perilaku manusia dalam lapangan ilmu2 ttg kehidupan
(life sciences) & pemeliharaan kesehatan (health care), dikaji dari aspek
nilai2 & asas2 moral
S. Gorovitch
(1977)
Shannon
Menyelidiki dimensi etis dari masalah2 teknologi, ilmu kedokteran & biologi
sejauh diterapkan dalam kehidupan
F.J.E Basterra Bukan hanya berurusan dg hub dokter-pasien dari sudut pandang moral,
tapi juga ikut perduli dg profesi2 terkait, seperti kesehatan mental
International Studi ttg isu2 etis, sosial, hukum & isu2 lain yg timbul dalam pelayanan
Association
kesehatan & ilmu2 biologi
of Bioethics
PENDEKATAN BIOETIKA
Pendekatan akademis bertanya & mencari
jawaban
Orientasi empiris
Hal2 baru didunia kedok. Yg sudah dialami o/ masyarakat (cth:
transplantasi) isu2 yg timbul dr sini m.p pertanyaan
Kaidah
Dasar
Moral
2 asas etika
kotemporer
(menghormati
otonomi manusia
dan justice)
Beneficence
Kriteria
1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan
orang lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
Non-maleficence
Kriteria
1. Menolong pasien emergensi :
Dengan gambaran sbb :
- pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko
kehilangan sesuatu yang penting (gawat)
- dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut
- tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
- manfaat bagi pasien > kerugian dokter
2. Mengobati pasien yang luka
3. Tidak membunuh pasien ( euthanasia )
4. Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien
5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
6. Mengobati secara proporsional
7. Mencegah pasien dari bahaya
8. Menghindari misrepresentasi dari pasien
9. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
10. Memberikan semangat hidup
11. Melindungi pasien dari serangan
YL-BLOKbidang
1- 2010 kesehatan
12. Tidak melakukan white collar crime dalam
JUSTICE : KEADILAN
Tertuju pada pihak ke 3 selain individu ps; pihak
penyandang dana berpotensi dirugikan
Memberi perlakuan sama kepada ps untuk
kebahagiaan ps & umat manusia :
Memberi sumbangan relatif = kebutuhan mereka
Menuntut pengorbanan mereka secara relatif =
kemampuan mereka
autonomy
Kriteria
1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (kondisi elektif)
3. Berterus terang
4. Menghargai privasi
5. Menjaga rahasia pasien
6. Menghargai rasionalitas pasien
7. Melaksanakan informed consent
8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi otonomi pasien
10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam mengambil keputusan termasuk
keluarga pasien sendiri
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non emergensi
12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien
YL-BLOK 1- 2010
justice
Kriteria
1. Memberlakukan sesuatu secara universal
2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
4. Menghargai hak sehat pasien
5. Menghargai hak hukum pasien
6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok yang rentan
8. Tidak melakukan penyalahgunaan
9. Bijak dalam makro alokasi
10. Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya
12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi) secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
14. Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alas an tepat/sah
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan kesehatan
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social, dsb
YL-BLOK 1- 2010
Prima Facie
dalam kondisi atau konteks tertentu, seorang
dokter harus melakukan pemilihan 1 kaidah
dasar etik ter-absah sesuai konteksnya
berdasarkan data atau situasi konkrit terabsah.
Inilah yang disebut pemilihan berdasarkan asas
prima facie.
Pasal
Isi Kodeki
Bioetik
Pasal 1
Semua asas
Pasal 2
Beneficence
Nonmaleficence
Pasal 3
Justice
Pasal 4
Pasal 5
Beneficence
Otonomi
Pasal 6
Beneficence
Nonmaleficence
Pasal
Isi Kodeki
Bioetik
Pasal 7
Beneficence
Non-maleficence
Pasal 7a
Beneficence
Non-maleficence
Pasal 7b
Beneficence
Non-maleficence
Pasal 7c
Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hakhak sejawatnya, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan
harus menjaga kepercayaan pasien
Otonom
Pasal 7d
Beneficence
Non-maleficence
Pasal
Isi Kodeki
Bioetik
Pasal 8
Beneficence
Nonmaleficence
Justice
Pasal 9
Pasal 10
Beneficence
Nonmaleficence
Otonom
Pasal 11
Otonom
Pasal
Isi Kodeki
Bioetik
Pasal 12
Beneficence
Nonmaleficence
Otonom
Pasal 13
Beneficence
Nonmaleficence
Pasal 14
Pasal 15
Pasal 16
Pasal 17
PRINSIP REGISTRASI
DOKTER/DOKTER GIGI (pasal 29)
Dr/drg yg praktik harus memiliki S.T.R.
Syarat memperoleh S.T.R.:
Ijazah
Surat bukti sumpah/janji
Keterangan sehat fisik & mental
Sertifikat kompetensi
Pernyataan akan mematuhi etika profesi
Re-registrasi : 5 tahun,
Pertimbangan: div registrasi & div pembinaan
FK/ FKG/KPS
-Ijasah
-bukti sumpah
KOLEGIUM
(Uji kompetensi &sertifikat
kompetensi)
Tembusan:
IDI/PGDI, Dinkes
Kirim ke pihak yang
bersangkutan melalui
pos
KKI
(proses registrasi)
Kelurahan
POLISI
Tembusan:
IDI/PGDI, Dinkes
KKI
(proses registrasi)
STR
FK/ FKG/KPS
-Ijasah spesialis
KOLEGIUM
SPESIALIS
Tembusan:
IDI/PGDI, Dinkes
Kirim ke pihak
yang
bersangkutan
melalui pos
STR
KKI
(proses registrasi)
Alur Permohonan
Pemohon mengajukan permohonan ke KKI melalui
FK/FKG/Kolegium/Langsung dengan melengkapi persyaratanyang
diperlukan;
FK/FKG/Kolegium mengirimkan berkas pemohon ke KKI dengan
melampirkan semua persyaratan
KKI meneliti seluruh berkas persyaratan dan apabila disetujui
diterbitkan STR selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah
permohonan diterima oleh KKI;
STR asli dan 3 (tiga) lembar fotokopi STR yang dilegalisir oleh KKI
dikirimkan ke pemohon, dengan tembusan ke Biro Kepegawaian
Depkes RI, Dinkes Propinsi dan PB IDI atau PB PDGI;
Permohonan STR yang tidak disetujui, akan dikembalikan kepada
pemohon selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak berkas diterima
KKI;
Persyaratan
Mengisi surat permohonan untuk memperoleh STR sebagaimana
terlampir pada formulir 1a;
Melampirkan persyaratan sebagai berikut :
Fotokopi Ijazah dokter/dokter gigi yang dilegalisir oleh Dekan/Wadek I
Institusi Pendidikan yang bersangkutan;
Fotokopi sertifikat kompetensi yang dilegalisir oleh Kolegium terkait;
Surat keterangan sehat fisik dan mental (asli) dari dokter yang
memiliki SIP (dengan mencantumkan nomor SIPnya);
Fotokopi bukti sumpah/janji dokter/dokter gigi;
Surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika
profesi (bermaterai), formulir 1b;
Pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 4 (empat) lembar
dan ukuran 2 x 3 cm sebanyak 2 (dua) lembar;
Bukti bayar registrasi dari Bank
ALUR
SERTIFIKASI KOMPETENSI
(dikeluarkan o/ Kolegium
setempat)
STR
REKOMENDASI IDI
SIP
SERTIFIKASI KOMPETENSI
PRAKTEK DOKTER
UU 29 / 2004
PRAKTIK KEDOKTERAN
Praktik kedokteran adalah rangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh dokter dan
dokter gigi terhadap pasien dalam
melaksanakan upaya kesehatan
UU Praktik Kedokteran
Mengatur tentang SIAPA yang berhak praktik kedokteran:
Lulus pendidikan kedokteran yg sesuai dengan standar
pendidikan
Sertifikast kompetensi dari kolegium
Surat tanda registrasi (KKI, Nasional)
Surat Ijin Praktik (Dinkes, Kab/Kota)
Continue Professional Development
Diperbaharui secara periodik (5tahun)
Mengatur tentang
DASAR PEMIKIRAN
Agar upaya kesehatan dilakukan oleh dokter
dan dokter gigi yang memiliki etik dan moral
yang tinggi, keahlian dan kewenangan yg
ditingkatkan melalui pendidikan, sertifikasi,
registrasi, lisensi, pembinaan, pengawasan,
pemantauan
Perlindungan & kepastian hukum buat
pemberi & penerima layanan
TUJUAN UU PRADOK
Memberikan perlindungan kepada pasien
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
Kepastian hukum bagi pemberi layanan dan
kepada penerima layanan
SISTEMATIKA UU PRADOK
Konsil kedokteran
Penyelenggaraan praktik
Disiplin profesi
Persyaratan praktik
+ Pendidikan
+ Registrasi
Penyelenggaraan praktik
Mkdki + disiplin profesi
Ketentuan pidana
PERSYARATAN PRAKTIK
Konsil kolegium org.Profesi
Pendidikan
Registrasi
PERSYARATAN PRAKTIK
Bertujuan: menjaga dan meningkatkan
akuntabilitas profesi
Bahwa setiap dokter memiliki kompetensi &
memiliki kewenangan (papan praktik: nama +
STR + SIP)
Bahwa orang yg bukan dokter tidak akan
memiliki STR + SIP
PERSYARATAN DOKTER
Standar pendidikan
Disusun oleh aipki (asosiasi institusi pendidikan
kedokteran Indonesia), irspi (ikatan rumah sakit
pendidikan Indonesia), kolegium
Ditetapkan oleh konsil
Standar kompetensi
Kurikulum standar
Ujian kompetensi
Sertifikat kompetensi
Kompetensi berjenjang & dik-lat berkelanjutan
PELAKSANAAN PRAKTIK
Praktik kedokteran diselenggarakan berdasarkaan pada
kesepakatan antara dokter atau dokter gigi dengan pasien
dalam upaya untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan
pemulihan kesehatan
Pasal 39
PELAKSANAAN PRAKTIK
Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dilarang mengizinkan
dokter atau dokter gigi yang tidak memiliki SIP untuk
melakukan praktik kedokteran di sarana tersebut
Pasal 42
PENYELENGGARAAN PRAKTIK
Pasal 36-38
Pasal 39-43
Pasal 44
Pasal 45
Pasal 46-47
Pasal 48
Pasal 49
Pasal 50-53
: ijin praktik
: pelaksanaan praktik
: standar pelayanan
: persetujuan tindakan
: rekam medis
: rahasia kedokteran
: kendali mutu & biaya
: hak & kewajiban pasien dan dokter
PASAL
Pasal 75
Pasal 76
Pasal 77
ISI
(1) Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa
memiliki surat tanda registrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah).
(2) Setiap dokter atau dokter gigi warga negara asing yang dengan sengaja melakukan praktik
kedokteran tanpa memiliki surat tanda registrasi sementara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 31 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling
banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
(3) Setiap dokter atau dokter gigi warga negara asing yang dengan sengaja melakukan praktik
kedokteran tanpa memiliki surat tanda registrasi bersyarat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling
banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa
memiliki surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).
Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk lain yang
menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter atau
dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi
dokter gigi dan/atau surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak
Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
PASAL
Pasal 78
Pasal 79
Pasal 80
ISI
Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan alat, metode atau cara lain dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan kesan seolah-olah yang
bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi dokter
atau surat tanda registrasi dokter gigi atau surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 73 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling
banyak Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), setiap dokter atau dokter gigi yang :
a. dengan sengaja tidak memasang papan nama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat
(1);
b. dengan sengaja tidak membuat rekam medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat
(1); atau
c. dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 huruf a,
huruf b, huruf c, huruf d, atau huruf e.
(1) Setiap orang yang dengan sengaja mempekerjakan dokter atau dokter gigi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 42, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
atau denda paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
(2) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh korporasi,
maka pidana yang dijatuhkan adalah pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditambah sepertiga atau dijatuhi hukuman tambahan berupa pencabutan izin.
PASAL
Pasal 29
Pasal 31
ISI
(1) Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia
wajib memiliki surat tanda registrasi dokter dan surat tanda registrasi dokter gigi.
(1) Surat tanda registrasi sementara dapat diberikan kepada dokter dan dokter gigi
warga negara asing yang melakukan kegiatan dalam rangka pendidikan, pelatihan,
penelitian, pelayanan kesehatan di bidang kedokteran atau kedokteran gigi yang
bersifat sementara di Indonesia.
Pasal 32
(1) Surat tanda registrasi bersyarat diberikan kepada peserta program pendidikan
dokter spesialis atau dokter gigi spesialis warga negara asing yang mengikuti
pendidikan dan pelatihan di Indonesia.
Pasal 36
Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib
memiliki surat izin praktik.
Pasal 41
Pasal 42
(1) Dokter atau dokter gigi yang telah mempunyai surat izin praktik dan
menyelenggarakan praktik kedokteran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 wajib
memasang papan nama praktik kedokteran.
(2) Dalam hal dokter atau dokter gigi berpraktik di sarana pelayanan kesehatan,
pimpinan sarana pelayanan kesehatan wajib membuat daftar dokter atau dokter
gigi yang melakukan praktik kedokteran.
Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dilarang mengizinkan dokter atau dokter gigi
yang tidak memiliki surat izin praktik untuk melakukan praktik kedokteran di sarana
pelayanan kesehatan tersebut.
PASAL
Pasal 46
ISI
(1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam
medis.
(2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera dilengkapi setelah pasien selesai
menerima pelayanan kesehatan.
(3) Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan petugas yang
memberikan pelayanan atau tindakan.
Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai kewajiban:
Pasal 51
Pasal 73
a. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional
serta kebutuhan medis pasien;
b. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang
lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan;
c. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu
meninggal dunia;
d. melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain
yang bertugas dan mampu melakukannya; dan
e. menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau kedokteran
gigi.
(1) Setiap orang dilarang menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk lain yang menimbulkan
kesan bagi masyarakat seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah
memiliki surat tanda registrasi dan/atau surat izin praktik.
(2) Setiap orang dilarang menggunakan alat, metode atau cara lain dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat yang menimbulkan kesan seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter atau
dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi dan/atau surat izin praktik.
INFORMED CONSENT
Informed Consent
Menurut PerMenKes no 290/MenKes/Per/III/2008 dan UU no 29
th 2004 Pasal 45 serta Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran
KKI tahun 2008, Informed Consent merupakan persetujuan
tindakan kedokteran yang diberikan oleh pasien atau keluarga
terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap
mengenai tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap
pasien tersebut
Menurut Lampiran SKB IDI No. 319/P/BA./88 dan Permenkes no
585/Men.Kes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medis
Pasal 4 ayat 2 menyebutkan dalam memberikan informasi kepada
pasien / keluarganya, kehadiran seorang perawat / paramedik
lainnya sebagai saksi adalah penting.
REKAM MEDIS
REKAM MEDIS
Dalam penjelasan Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran,
Rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen
tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan
dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
D. Pembiayaan
Berkas rekam medis dapat dijadikan petunjuk dan bahan
untuk menetapkan pembiayaan dalam pelayanan
kesehatan pada sarana kesehatan. Catatan tersebut dapat
dipakai sebagai bukti pembiayaan kepada pasien.
E. Statistik Kesehatan
Rekam medis dapat digunakan sebagai bahan statistik
kesehatan, khususnya untuk mempelajari perkembangan
kesehatan masyarakat dan untuk menentukan jumlah
penderita pada penyakit-penyakit tertentu.
Aspek administrasi
Aspek Medis
Aspek Hukum
Aspek Keuangan
Aspek Penelitian
Aspek Pendidikan
Aspek Dokumentasi
DASAR HUKUM
Peraturan pemerintah No. 10 Tahun 1966 tentang
Wajib Simpan Rahasia Kedokteran.
Peraturan pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang
Tenga Kesehatan.
Keputusan menteri kesehatan No. 034 / Birhub /
1972 tentang Perencanaan dan Pemeliharaan Rumah
Sakit di mana rumah sakit diwajibkan:
Mempunyai dan merawat statistik yang up to date.
Membina rekam medis yang berdasarkan ketentuan yang
telah ditetapkan.
C. Sanksi hukum
119
KELEMAHAN
Rekam Medis Konvensional
Isi: sulit menemukan data
Fragmentasi: jika masing-masing unit atau
instalasi menyimpan rekam medik berbeda
untuk orang yang sama
Untuk mengirimkan informasi: data perlu
disalin
Tidak bisa mengintegrasikan sistem
pendukung keputusan klinik dengan
informasi pasien yang telah dikumpulkan