Anda di halaman 1dari 5

MIELITIS

March 6, 2013 Admin


Definisi
Mielitis adalah inflamasi medulla spinalis yang biasanya mencakup baik substansia grisea
maupun substansia alba.
Mielitis Transversa adalah suatu sindrom mielitis yang dikarakterisir oleh disfungsi medulla
spinalis yang mencakup kedu belahan medulla spinalis dalam potongan melintangnya.
Jika proses inflamasinya menyebar keatas secara progresif maka disebut mielitis ascendens.
Bila proses inflamasinya terbatas pada substansia grisea, ekspresi yang tepat adalah
poliomielitis (poliogrisea = kelabu). Bila lesi mengenahi substansia alba, disebut
leukomielitis. Jika lesi inflamasi medulla spinalis letaknya multifokal maka disebut mielitis
disseminata. Sedangkan bila lesinya mneghasilkan kerusakan medulla spinalis yang ekstensif
dengan distribusi di banyak segmen yang berdekatan maka disebut mielitis difusa.
Klasifikasi mielitis
Klasiikasi mielitis berdasar etiologinya adalah sebagai berikut :
1. Mielitis yang disebabkan oleh virus filterabel :

Poliovirus, virus coxsackie B dan echovirus


Herpes zoster
Rabies
Virus B

2. Mielitis dengan etiologi yang tidak diketahui

Mielitis post infeksiosa dan mielitispost vaksinal


Multiple sclerosis yang akut dan kronik berulang
Mielitis nekrotik atau degeneratif

3. Mielitis sekunder dari penyakit inflamasi mening

Meningoradikulitis khronik (tabes dorsalis)


Meningomielitis khronik
Sifilis meningovaskuler
Meningitis gummatosa, termasuk : pakhimeningitis spinal khronik

4. Mielitis piogenik atau supurativa

Meningomielitis subakut
Abses medula spinalis
Abses dan granuloma epidural akut

5. Mielitis tuberkulosa

Penyakit Pott (spondilitis tuberkulosa) dengan kompresi medulla spinalis


Meningomielitis tuberkulosa
Tuberkuloma medulla spinalis

6. Lain-lain

Infeksi-infeksi parasit dan jamur yang menyebabkan granuloma eodural, meningitis


yang terlokalisir atau meningomielitis dan abses
Arakhnoiditis khronik adhesiva

Patologi
Mielitis biasanya melibatkan medulla spinalis saja, tetapi bisa juga mielitis merupakan bagian
dari inflamasi serebrispinali yang umum misalnya pada ensefalomielitis. Pada stadium akut
medulla spinalis biasanya membengkak dan pada potongan melintang bisa menunjukan
perdarahan. Gambaran patologi yang penting adalah degenerasi medulla spinalis yang
sifatnya destruktif mielin dan musnahnya aksis silinder. Elemen inflamasi misalnya limfosit
dan sel plasma, berada di jaringan medulla spinalis dan di sekeliling pembuluh darah disertai
infiltrasi ke meningen. Pada beberapa bentuk bisa dijumpai nekroisi yang lengkap dari
medulla spinalis, dengan respon fagositik yang ekstensif dan ploriferasi mesodermal. Sel-sel
neuron dalam substansia grisea bisa mengalami degenerasi berat. Reaksi mesodermal
biasanya hebat disertai dengan dilatasi, proliferasi atau infiltrasi pembuluh darah.
Pembentukan parut sel-sel glia didapatkan pada beberapa bentuk. Kelainan patologik ini bisa
terjadi disetipa tingkat : sevikal, torakal, atau lumbal. Tapi paliing sering terletak di regio
torakal karena bagian medulla spinalis ini paling panjang dan pemasokan darahnya paling
jelek.
Gambaran Klinis
1. Motorik
Mielitis merupakan gangguan gerak yang berupa kelumpuhan, disamping gangguan sensorik
dan vegetatif. Onset dan perjalanan gambaran klinisnya sampai tingkat tertentu dipengaruhi
oleh karakter proses patologiknya. Namun untuk menentukan simtomatologinya yang lebih
penting adalah topik patologiknya di medulla spinalis atau tingkat medulla spinalis disamping
intensitas dan luasnya proses patologik.
Jika prose topik mielitasi ada di segmen servikal atau medulla spinalis dapat terjadi
tetraparesis atau tetraplegi yang bersifat spastik atau UMN. Kalo topiknya ada di tingkat
servikal bawah dari medulla spinalis akan menimbulkan tetraparesia atau tetraplegi yang
pada anggota atas bersifat flaksid atau LMN dan pada anggota bawah bersifat spastik atau
UMN. Bila topiknya ada di semen lumbal dan sakral medulla spinalis akan berakibat sebagai
paraparesis atau paraplegi inferior yang bersifat flaksid atau LMN. Namun yang paling sering
topiknya terletak pada segmen torakal sehingga akan menimbulkan paraparesis atau paraplegi
inferior yang bersifat spastik atau UMN. Kelumpuhannya juga dapat mengambil bentuk
monoparesis atau monoplegi yang bersifat flaksid atau LMN jika topiknya ada dibagian
ventral subtansia grisea misalnya poliomielitis. Pada mielitis dissreminata ataupun pada
mielitis transversa parsialis kelumpuhan dapat bersifat tidak simetris.

Riwayat adanya infeksi sebelumnya, yang mengesankan suatu infeksi virus atau bakteri bisa
didapatkan sepertiga penderita, yang paling sering adalah infeksi traktus respiratorus bagian
atas atau suatu penyakit flu dan kadang-kadang berupa gangguan gastrointestinal. Gejala
lainnya demam dengan derajat ringan, ruam atau eksantem, nyeri kepala, kaku kuduk bisa
ada atau tidak. Onset atau awitan penyakit ini dapat berlangsung akut sub akut atau khronis.
Periode syok spinal dapat berlangsung selama tiga sampai empat minggu. Periode ini terjadi
berhubungan dengan awitan mielitis transversa yang mendadak. Dibawah tingkat lesinya
bersifat flaksid, disertai hilangnya semua jenis sensorik, hilangnya fungsi otonom dan
arefleksia. Tetapi jika ditumpangi suatu infeksi saluran kemi yang berat atau ulkus dekubitus
periode syok spinal akan memanjang.
Pada saat yang sama terjadi paresis atau paralisis kandung kemih dan rektum, suatu periode
syok spinal mula-mula akan timbul retensio urine dan alvi. Pada periode ini dapat terjadi
kemudian suatu over-flow incontinesia. Pada mielitis tranversa dengan toppik di segmen
torakal, setelah periode syok spinal lewat akan terjadi kandung kemih otomatik atau
neurogenik. Fekal inkontinensia kurang sering dijumpai.
2. Sensoris
pada awitan penyakit dapat timbul parestesi dan nyeri. Parestesi sering digambarkan seperti
rasa tebal, kesemutan, jimpe biasanya dimulai dari ibu jari atau kaki kemudian naik ke
tungkai, badan dan bahkan mencapau anggota gerak atas. Nyeri dirasakan dipunggung
menjalar kebawah ke tungkai atau ke sekeliling badan, (rasa seperti sabuk).
Ganguan sensoris terpenting adalah defisit semua modalitas sensorik dibawah level tertentu
yang merupakan topik dari proses patologik (mielitisanya) dan berpola inervasi segmental.
Modalitas sensorik yang terkena dapat mencakup rasa raba, rasa nyeri, vibrasi dan
propiosepsi.
Ulkus dekubitus timbul akibat hilangnya sensasi, gangguan trofik dan kurang kebersihan.
Tempat predileksi ulkus dekubitus adalah diatas sakrum, tumit dan trokanter mayor. Gejala
lain : priapisme, ilius paralitikus, atrofi testis, ginekomastia, hipotensu, paralisis diafragma.
Pada penyakit yang berlangsung lama terjadi perubahan-perubahan metabolik. Ekskresi
protein meningkat dan protein serum menurun. Kalium darah meningkat tapi natrium dan
klorida menurun serta terjadi hiperkalsiuri dan osteoporosis.
Pemeriksaan Liquor Serebro Spinalis (LSS) menunjukan pleiositosis pada 50% penderita.
Jumlah sel-sel LSS meningkat menjadi 20-300 sel (jarang sampai setinggi 1000 sel) per mm
kubik. Jenis selnya adalah mononuklear, poliomorfonuklear atau campuran namun terutama
adalah limfosit. Kadar protein LSS meningkat pada 40% penderita sedangkan kadar
gulukosanya normal. Tes queckensted biasanya menunjukan tidak adanya obstruksi pada
ruang subarakhnoid, kecuali pada keadaan tertentu seperti edema medulla spinalis yang berat,
arakhnoiditis khornis adhevisa dan abses ekstradural.

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dari gejala lesi transversal medulla spinalis (meliputi defisit motorik,
sensorik dan vegetatif) disertai dari gejala umum infeksi (yang mendahului atau menyertai
berupa demam, eksantema, dan lain-lain) ditambah dengan bukti tidak adanya blokade pada
aliran LSS.

Diagnosis Bandingan
1. Sindroma Guillain Barre
2. Oklusi aorta abdominalis
3. Multiple sklerosis
Penatalaksanaan Rehabilitasi Medik
1. Fisioterapi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

ROM exercise pada extrimitas yang lumpuh


Alih baring setiap 2 jam (antisipasi ulkus dekubitus)
Latihan LGS pasif
Posisioning (ankle:block)
Program transfer (dari tempat tidur ke kursi roda, sebaliknya, dll)
Latihan duduk dengan catatan lengan dan tangan sebagai pendukung
Whell Chair life
Latihan penguatan otot ekstremitas atas

2. Okupasi terapi
1. Latihan ADL berpakaian untuk anggota gerak bawah (memakai celana)
2. Melakukan aktifitas yang sifatnya waktu luang sesuai hobi (melukis, kerajinan
tanganm dll)
3. Latihan ketahanan duduk
4. Mengarahkan vokasioanal (kerja) sesuai dengan minat dan bakat dengan
menggunakan kemampuan tangan.
3. Ortotik prostetik
a. Pembuatan Cock Up Splint untuk mencegah kontraktur wrist dan jari-jari tangan

b. TLSO
*gambar
c. AFO mencegah kontraktur tendon achiless
*gambar
d. Kursi roda bila kondisi penderita untuk jalan tidak memungkinkan

Anda mungkin juga menyukai