BAB 1
PENDAHULUAN
1. Rumusan Masalah1
Materi dalam rumusan masalah ini pernah dibawakan di beberapa forum diskusi
bertema menolak liberalisasi pendidikan, di antaranya adalah diskusi dengan
para mahasiswa dan aktivis di: Lampung, Jakarta, Bandung, Yogyakarta,
Surabaya, dan Makasar.
kami dalam kondisi 1982. Hal itu karena salah satu hambatan utamanya
adalah biaya pendidikan yang terlalu tinggi dan tidak terjangkau oleh
masyarakat golongan menengah ke bawah. Kasus yang sama terjadi di
Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut
Pertanian Bogor (IPB), Universitas Airlangga (UNAIR), dan Universitas
Sumatera Utara (USU) yang sudah diprivatisasi atau diswastanisasi
dalam bentuk Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Masyarakat tidak
tahu kronologisnya, tiba-tiba mereka hanya merasakan bahwa uang
sekolah dan kuliah menjadi amat sangat mahal sekali (perlu tekanan
dengan bahasa hiperbola), dan tidak terjangkau bagi golongan menengah
ke bawah.
Gerakan ke arah liberalisasi pendidikan itu tidak mudah terbaca
oleh publik karena menumpang gerakan demokratisasi yang sedang
diusung oleh para aktivis pro-demokrasi, sehingga kesannya selalu baik.
Bahwa berkurangnya campur tangan pemerintah dalam pendidikan itu
akan menumbuhkan otonomi, demokrasi, dan kemandirian lembagalembaga pendidikan. Tapi implikasi negatif dari berkurangnya campur
tangan pemerintah tersebut tidak pernah disebutkan kepada publik,
yang diperkenalkan kepada publik hanya sisi baiknya saja. Padahal
bagaimanapun semua itu terdapat campur tangan kapital yang memiliki
kepentingan liberalisasi di banyak bidang, misalnya Proyek
Pengembangan Relevansi dan Efisiensi Pendidikan Tinggi, yang salah
satu dari indikator utamanya adalah lolosnya Rancangan UndangUndang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP) paling lambat tahun
2010. Dalam proyek tersebut Bank Dunia menekankan bahwa
perguruan tinggi yang secara efektif otonom antara lain harus dapat
mengelola keuangan secara independen, mengatur sumber daya manusia
secara mandiri, dan mampu menggalang cukup dana.2
2
Pendahuluan
Pendahuluan
Pendahuluan
Pendahuluan
10
Pendahuluan
11
12
Pendahuluan
13
14
Pendahuluan
15
Bagian analisis dari buku ini dipaparkan pada Bab V, yang melihat
sisi gelap dari kebijakan privatisasi dan liberalisasi pendidikan, sekaligus
juga menunjukkan posisi penulis dalam menghadapi privatisasi
pendidikan melalui lahirnya UU BHP maupun aturan-aturan pendukung
lainnya, mengingat UU BHP bukan berdiri sendiri, tapi satu paket dengan
PP No.48 Tahun 2008, RPP PPP, serta Perpres No.76 dan 77 Tahun
2007 yang menempatkan pendidikan sebagai sektor yang terbuka bagi
modal asing.
Sedangkan pada Bab VI dibahas mengenai strategi perlawanan
terhadap privatisasi dan liberalisasi pendidikan yang digulirkan oleh
Pemerintah RI melalui berbagai kebijakan yang liberalistik. Bab VI ini
juga menawarkan rekomendasi aksi yang dapat dilakukan oleh
masyarakat dalam menghadapi gelombang privatisasi dan liberalisasi
pendidikan, termasuk strategi menolak UU BHP.
.