Anda di halaman 1dari 3

Kelompok 2 (Pertemuan ke 7)

Anggota

: Helmi Aditya Ariesta


Lisa Dwi Pratiwi SK
Nuriyatul Millah

Kelas

: DIV / Semester V

Mata Kuliah : IPTEK


Rangkuman dari Kuliah Tamu (Helen Keller Internasional)

Misi HKI : untuk menyelamatkan penglihatan dan kehidupan dari mereka yang paling
rentan dan kurang beruntung. Kami memerangi penyebab dan akibat dari kebutaan dan
malnutrisi dengan membuat program-program berdasarkan bukti dan penelitian dalam
bidang penglihatan, kesehatan dan gizi.

Program-program HKI : Gizi, Kesehatan Mata, Pendidikan Inklusif.

Masalah gizi dan ketahanan pangan:


1) 57% balita mengalami stunting.
2) 34% balita mengalami underweight.
3) 24% WUS mengalami underweight.
4) 58% balita menderita anemia gizi besi.
5) 36% ibu hamil menderita anemia gizi besi.
6) Rendah keberagaman makanan, umumnya jagung, kurang konsumsi protein
hewani dan makanan sumber vitamin A.
7) Tinggi kerentanan terhadap kerawanan pangan -90% rumah tangga mengalami
kerawanan pangan di Sumba, TTS, TTU, Belu.
8) 85% rumah tangga bergantung pada pertanian.
9) Perilaku gizi dan perawatan anak-PMBA, kurang optimal.

Strategi untuk mengatasi kurang gizi:


1) Pendidikan gizi dan komunikasi perubahan perilaku.
2) Fortifikasi.
3) Suplementasi.
4) Pendekatan berbasis pangan.

Model Homestead Food Production (HFP) bertujuan untuk mengatasi penyebab yang
mendasari dari kurang gizi yang berkaitan dengan pangan, pengasuhan dan kesehatan.
a) Profil proyek:
RANTAI (Rapid Action on Nutrition and Agriculture Initiative) / Aksi Segera
Inisiatif Gizi dan Pertanian.
Lama : 4 tahun (Oktober 2011 sampai September 2015).
Kerjasama / mitra : TTS Bupati, Bappeda, Badan Ketahanan Pangan dan
Penyuluhan, Kesehatan, Perikanan, Peternakan, Sinode.
Target : 4.000 KK yang rentan.
Model program:
1) 200 kebun contoh di TTS.
2) 1 kelompok per kebun contoh.
3) 200 RT per kelompok.
b) Tujuan Homestead Food Production (HFP)
1) Meningkatkan produksi dan konsumsi sepanjang tahun sayuran dan buah
dan pangan hewani kaya zat gizi mikro di tingkat rumah tangga
(meningkatkan keberagaman makanan).
2) Meningkatkan praktik-praktik PMBA melalui perubahan perilaku gizi.
3) Meningkatkan kesejahteraan keluarga dan perawatan anak melalui
pemberdayaan keluarga termasuk perempuan.
4) Meningkatkan pendapatan keluarga dari penjualan surplus hasil panen
yang digunakan untuk kebutuhan kesehatan, gizi dan pendidikan, terutama
dibawah control perempuan.
c) Strategi pelaksanaan program:
1) Penelitian formatif untuk merancang strategi perubahan perilaku dan
kampanye.
2) Intensif semua tingkat sosialisasi.
3) Indentifikasi mitra masyarakat.
4) Proses partisipatif untuk menentukan rumah tangga dan kriteria seleksi
petani kebun contoh.

5) Peningkatan kapasitas rumah tangga di kebun contoh dan praktek


pemeliharaan ternak.
6) Pendidikan gizi untuk meningkatkan kapasitas rumah tangga untuk
menerapkan praktik pemberian makanan bayi yang optimal.
7) Monitoring dan evaluasi.
d) Dukungan yang diberikan:
1) Bibit, benih, anakan.
2) Pelatihan pertanian, gizi, ternak.
3) Suplai ternak.
4) Bermitra dengan LSM local / internasional dan pemerintah.
5) Terhubung dengan system pemerintah.
e) Evaluasi independen 2020 menunjukkan program ini berkelanjutan:
1) Rumah tangga meneruskan kegiatan pekarangan walaupun dukungan
program berakhir.
2) Pendapatan yang diperoleh dari menjual hasil pekarangan bahkan lebih
tinggi dibandingkan saat partisipasi dalam program.
3) Pola konsumsi masih beranekaragam dibandingkan dengan kelompok
control.
4) Dikesemua 4 negara, diperkirakan 80% RT melanjutkan kegiatan HFP
walaupun program berakhir.

Anda mungkin juga menyukai