Anda di halaman 1dari 6

A.

Definisi
Menurut WHO Imunisasi adalah vaksin yang disuntikkan ke dalam tubuh
atau ditelan untuk melindungi diri terhadap kemungkinan serangan dari kumankuman.
Imunisasi juga merupakan suatu metoda untuk memperoleh kekebalan tubuh
manusia dengan cara memasukkan Ag ke dalam tubuh manusia.(Kamus
Kedokteran)
Imunisasi juga dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk melindungi
seseorang terhadap penyakit menular tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit
infeksi tertentu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Imunisasi adalah suatu cara untuk
memperoleh imunitas (kekekbalan) tubuh manusia dengan memasukkan vaksin ke
dalam tubuh guna menghindari seseorang dari penyakit infeksi tertentu.

B.

Sasaran
1.

Semua anak-anak di bawah umur 1 tahun (bayi).

2.

Anak-anak lain yang belum mendapat imunisasi lengkap.

3.

Anak usia sekolah (Imunisasi boster).

4.

Semua wanita usia subur yang belum diimunisasi tetanus.

5.

Imunisasi ibu hamil.

C.

Tempat Pelaksanaan
1.

Posyandu

2.

Puskesmas

3.

Rumah sakit

4.

Klinik / praktek dokter atau tenaga medis

5.

Sekolah

Neneng Astuti, S.Kep, Ns


5
Materi Pengayaan PKL/Imunisasi/ T.A. 2010/2011

D.

Klasifikasi
Imunisasi dapat dibedakan menjadi imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
1.

Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah imunitas yang diperolah secara aktif atau disebut
juga vaksinasi. Vaksinasi ini bertujuan untuk membangkitkan imunitas yang
efektif sehingga terbentuk antibodi dan sel-sel memori. Semakin sering
dilakukan vaksinasi semakin banyak jumlah sel memori yang terbentuk.
Ada 2 tipe vaksin yang dibuat yaitu vaksin hidup dan vaksin mati.Vaksin
yang hidup mengandung bakteri atau virus yang tidak berbahaya tapi dapat
menginfeksi tubuh dengan merangsang pembentukan antibodi.Vaksin yang mati
dibuat dari bakteri atau virus yang mati atau bahan toxic yang dihasilkannya,
yang dibuat tidak berbahaya yang disebut toxoid.
Pada beberapa kejadian kadang-kadang imunitas yang di bangkitkan oleh
organisme yang dimatikan berkualitas lebih rendah dibanding dengan vaksin
organisme hidup. Hal ini karena organisme hidup akan mampu memberikan
antigen yang lebih banyak.
Jenis antigen dan contoh vaksin yang umum digunakan pada imunisasi
aktif dapat dilihat pada tabel berikut:

Jenis Antigen
Organisme
Hidup

Organisme
Utuh

Contoh Vaksin

Alamiah

Vaksinia (untuk cacar)

Dilemahkan

Vaksin polio oral, campak, parotitis,


rubella, demam kuning, varisela, zoster,
BCG

Virus

Polio, rabies, influensa, hepatitis A,


typus

Bakteri

Pertusis, demam tifoid, kolera, pes,


tetanus dan difteria

Neneng Astuti, S.Kep, Ns


6
Materi Pengayaan PKL/Imunisasi/ T.A. 2010/2011

2.

Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif adalah imunitas yang diperoleh secara pasif. Pemberian
antibodi yang diberikan dapat berbentuk homolog yaitu dari spesies yang sama,
misalnya: dari manusia ke manusia. Yang paling sering mendapatkan antibody
homolog yaitu dari ibu untuk janin. Untuk bulan-bulan pertama janin
mendapatkan Ig G dari ibunya melalui plasenta. Sedangkan pada bayi., didapat
melalui asi yang mengandung Ig A yang berfungsi melindungi saluran cerna.
Bentuk lain yaitu antibody heterolog. Antibody ini diperoleh dari hewan-hewan
seperti kelinci, kuda, dan lain-lain yang sengaja disuntik dengan bibit penyakit
yang dikehendaki.

E.

Jenis-jenis Imunisasi
1. Imunisasi yang Diharuskan/Wajib
a. BCG
Pemberian Imunisasi ini akan memberikan kekebalan aktif terhadap
penyakit Tuberkulosis (TBC), Imnunisasi ini diberikan hanya sekali sebelum
bayi berumur dua bulan. Reaksi yang akan nampak setelah penyuntikan
imunisasi ini adalah berupa perubahan warna kulit pada tempat penyuntikan
yang akan berubah menjadi pustula kemudian pecah menjadi ulkus, dan
akhirnya menyembuh spontan dalam waktu 8 12 minggu dengan
meninggalkan jaringan parut, reaksi lainnya adalah berupa pembesaran
kelenjar ketiak atau daera leher, bial diraba akan terasa padat dan bila
ditekan tidak terasa sakit. Komplikasi yang dapat terjadi adalah berupa
pembengkakan pada daerah tempat suntikan yang berisi cairan tetapi akan
sembuh spontan.
b.

Hepatitis B
Masalah Hepatitis B makin maningkat. Prevalensi pengidap di
Indonesia tahun 1993 bervariasi antar daerah yang berkisar dari 2,8% 33,2% . Bila rata-rata 5% penduduk Indonesia adalah carier Hepatitis B
maka diperkirakan saat ini ada 10 juta orang. Para pengidap ini akan makin
menyebar ke masyarakat luas. Negara dengan tingkat HbsAg >8% dihimbau
Neneng Astuti, S.Kep, Ns
7
Materi Pengayaan PKL/Imunisasi/ T.A. 2010/2011

oleh WHA untuk menyertakan Hepatitis B ke dalam program imunisasi


nasional. Target di tahun 2007 adalah Indonesia bebas dari Hepatitis B.
Sebesar 50% dari Ibu hamil pengidap Hepattis B akan menularkan penyakit
tersebut kepada bayinya. Data epidemiologi menyatakan sebagian kasus
yang terjadi pada penderita Hepatitis B ( 10 % ) akan menjurus kepada
kronis dan dari kasusu yang kronis ini 20%-nya menjadi hepatoma. Dan
kemungkinan akan kronisitas kan lebih banyak terjadi pada anak-anak Balita
oleh karena respon imun pada mereka belum sepenuhnya berkembang
sempurna.
c.

Campak
Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat disebabkan
Virus Campak. Penularan melalui udara ataupun kontak langsung dengan
penderita. Gejalanya adalah Demam, batuk, pilek dan bercak-bercak merah
pada permukaan kulit 3 5 hari setelah anak menderita demam. Komplikasi
dari penyakit ini adalah radang Paru-paru, infeksi pada telinga, radang pada
saraf, radang pada sendi dan radang pada otak yang dapat menyebabkan
kerusakan otak yang menetap. Pemberian Imunisasi akan menimbulkan
kekebalan aktif dan bertujuan untuk melindungi terhadap penyakit campak
hanya dengan sekali suntikan, dan diberikan pada usia anak sembilan bulan
atau lebih.

d.

Difteria
Penyakit difteria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Corynebacterium diphteriae. Mudah menular dan menyerang
terutama saluran napas bagian atas dengan gejala demam tinggi,
pembengkakan pada amandel (tonsil) dan terlihat selaput puith kotor yang
makin lama makin membesar dan dapat menutup jalan napas.
Pencegahan paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan
dengan tetanus dan pertusis sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan
dengan selang penyuntikan satu dua bulan. Efek samping yang mungkin
akan timbul adalah demam, nyeri dan bengkak pada permukaan kulit, cara
mengatasinya cukup diberikan obat penurun panas.
Neneng Astuti, S.Kep, Ns
8
Materi Pengayaan PKL/Imunisasi/ T.A. 2010/2011

e.

Pertusis
Penyakit Pertusis atau batuk rejan atau dikenal dengan batuk
seratus hari adalah penyakit infeksi saluran yang disebabkan oleh bakteri
Bordetella Pertusis. Gejalanya khas yaitu Batuk yang terus menerus sukar
berhenti, muka menjadi merah atau kebiruan dan muntah kadang-kadang
bercampur darah. Batuk diakhiri dengan tarikan napas panjang dan dalam
berbunyi melengking.
Penularan umumnya terjadi melalui udara (batuk/bersin). Pencegahan
paling efektif adalah dengan melakukan imunisasi bersamaan dengan
Tetanus dan Difteri sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan dengan
selang penyuntikan.

f.

Tetanus
Gejala tetanus umumnya diawali dengan kejang otot rahang (dikenal
juga dengan trismus) bersamaan dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit
dan kaku di otot leher, bahu atau punggung. Kejang-kejang secara cepat
merambat ke otot perut, lengan atas dan paha. Infeksi tetanus disebabkan
oleh bakteri Clostridium tetani. Infeksi tetanus terjadi karena luka. Tetanus
dapat dicegah dengan pemberian imunisasi sebagai bagian dari imunisasi
DPT. Setelah lewat masa kanak-kanak imunisasi dapat terus dilanjutkan
walaupun telah dewasa. Dianjurkan setiap interval 5 tahun : 25, 30, 35 dst.
Untuk wanita hamil sebaiknya diimunisasi juga dan melahirkan di tempat
yang terjaga kebersihannya.

g.

Polio
Gejala yang umum terjadi akibat serangan virus polio adalah anak
mendadak lumpuh pada salah satu anggota geraknya setelah demam selama
2-5 hari. Terdapat 2 jenis vaksin yang beredar, dan di Indonesia yang umum
diberikan

adalah

vaksin

Sabin

(kuman

yang

dilemahkan).

Cara

pemberiannya melalui mulut. Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru lahir
atau berumur beberapa hari dan selanjutnya diberikan setiap 4-6 minggu.
Pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin

Neneng Astuti, S.Kep, Ns


9
Materi Pengayaan PKL/Imunisasi/ T.A. 2010/2011

hepatitis B, dan DPT. Imunisasi ulangan diberikan bersamaan dengan


imunisasi ulang DPT Pemberian imunisasi polio akan menimbulkan
kekebalan aktif terhadap penyakit Poliomielitis. Imunisasi polio diberikan
sebanyak empat kali dengan selang waktu tidak kurang dari satu bulan.
Imunisasi ini jangan diberikan pada anak yang lagi diare berat. Efek samping
yang mungkin terjadi sangat minimal dapat berupa kejang-kejang.
2. Imunisasi yang Dianjurkan

F.

a.

MMR (Meales, Mumps, Rubella)

b.

HiB (Hemophilus Influensa B)

c.

Hepatitis A

d.

Cacar Air

Waktu Pemberian Imunisasi Wajib


1.

Bayi yang lahir di Rumah Sakit


Umur

Jenis Imunisasi

0 bulan

BCG

Polio I

HB I

2 bulan

DPT I

Polio II

HB II

3 bulan

DPT II

Polio III

4 bulan

DPT III

Polio IV

9 bulan

Campak

2.

HB III

Bayi yang lahir di rumah.


Umur

Jenis Imunisasi

2 bulan

BCG

Polio I

DPT I

3 bulan

HB I

Polio II

DPT II

4 bulan

HB II

Polio III

DPT III

9 bulan

HB III

Polio IV

Campak

Neneng Astuti, S.Kep, Ns


10
Materi Pengayaan PKL/Imunisasi/ T.A. 2010/2011

Anda mungkin juga menyukai