Anda di halaman 1dari 6

Standar Kompetensi :

1. Membaca (Memahami sastra


Melayu klasik )
. Kompetensi Dasar:
1. Mengidentifikasi karakteristik dan
struktur unsur intrinsik sastra
Melayu klasik.
2. Menemukan nilai-nilai yang
terkandung di dalam sastra Melayu
klasik.

Indikator :
Kompetensi Dasar
1.
2.
3.

4.
5.

Mengidentifikasi karakteristik karya sastra


Melayu klasik
Menentukan struktur (unsur) karya sastra
Melayu klasik
Menuliskan secara ringkas isi karya sastra
Melayu klasik dengan bahasa sendiri ke dalam
beberapa paragraf
Menemukan nilai-nilai dalam karya sastra
Melayu Klasik
Membandingkan nilai-nilai dalam sastra Melayu
Klasik dengan nilai-nilai masa kini

Ciri Ciri Sastra Melayu


Klasik
1. Dimulai dengan menceritakan asal-muasal
tokoh utamanya.
2. Hidup di tengah-tengah rakyat.
3. Diceritakan secara lisan, dari mulut ke mulut .
Contoh : seorang ibu kepada anaknya yang
berada dalam buaian.
4. Tidak diketahui angka tahun pembuatannya atau
tak bertarik.
5. Anonim
6. Dimulai dengan kata-kata hatta, syahdan,
arkian, alkisah, atau sebermula.
7. Sangat kental dengan pengaruh Islam

Urutan Peristiwa Dalam Sastra


Melayu Klasik
1. Dimulai dengan menceritakan tokoh utamany, misalnya
dengan menceritakan kelahiran tokoh utamanya.
2. Tokoh utamanya meninggalkan tempat tinggalnya karena
suatu sebab
3. Tokoh utamanya pergi mengembara
4. Tokoh utamanya bertemu dengan tokoh lain dalam
pengembaraanya. Tokoh lain ini biasanya merupakan tokoh
yang membantu tokoh utama.
5. Tokoh utamanya mengalami suatu peristiwa yang
diceritakan secara mengagumkan dan berhubungan
dengan kesaktian serta pengalaman yang penuh
berbahaya.
6. Pada umumnya cerita berakhir dengan pertemuan tokoh
utamanya dengan kekasihnya, saudaranya, atau orang
tuanya.

Contoh Kutipan
Maka permaisuri Iskandar Syah dan Demang
Lebar Daun dirajakan Baginda di Bintan , bergelar
tun Telanai: Dan daripada anak cucu dialah
bergelar Telanai Bintan itu, dan yang makan di
balairung nasinya dan sirihnya sekaliannya
bertetampan belaka. Hatta negeri Singapura pun
besarlah, dan dagang pun banyak datang
berkampung terlalu ramai, dan bandar pun terlalu
makmur.

Anak Kolong
Pernah dengar anak kolong? Nah, dulu aku inilah salah
satu modelnya. Asli totok. Garnisun divisi Magelang ( ucapkan:
Makhelang ). Bukan divisi TNI, dong ! Kan aku sudah bilang:
totok. Jadi KNIL. Jelas kolonial, mana bisa tidak. Papiku loitenant
keluaran Akademi Breda Holland. Jawa! Dan keraton! Semula
tergabung dalam Legiun Mangkunegara. Tetapi, Papi minta agar
dimasukkan ke dalam slagorde langsung di bawah Sri Baginda
Neerlandia saja; Ratu Wilhelmina kala itu. Tidak usah dibawahi
Jawa. Terus terang, Papi tidak suka pada raja-raja Inlander,
walaupun konon salah seorang nenek canggah atau gantungsiwur berkedudukan selir Keraton Mangkunegaran. Soalnya,
Papi suka hidup bebas model Eropa, dan barangkali, itulah
sebabnya juga, ibu kandungku seorang nyonya, yang menurut
babu-bau pengasuhku, totok Belanda Vaderland sana.

Anda mungkin juga menyukai