BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi
fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi
dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal.
Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan, organis, harmonis,
dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang
digunakan
dalam
studi
mengenai
masalah-masalah
pendidikan.
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Sama halnya seperti dalam
Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat. Dalam pengembangan
kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran - aliran filsafat tertentu, dan salah satunya yaitu
Filsafat
Progresivisme.
Filsafat Progresivisme bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri
sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918.
Pada Filsafat Progresivisme aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa
kini mungkin tidak benar di masa yang mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak
bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan.Beberapa tokoh dalam aliran ini : George
Axtelle, william O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
maklah
ini,
penyusun
dapat
merumuskan
masalah
sebagai
berikut
C. TUJUAN
Ada dua jenis tujuan penyusunan makalah ini, yaitu tujuan umum yang merupakan tujuan
pembahasan dari rumusan masalah, dan tujuan khusus yang merupakan tujuan penyusunan
makalh yang bersifat pribadi bagi penyusun.
a. Tujuan Umum
Un tuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan pada semester satu
Untuk sarana latihan penyusunan dalam membuat karya ilmiah dalam bentuk makalah
BAB II
PEMBAHASAN
A.Sejarah Lahirnya Aliran Progresivisme
Meskipun Progresivisme dianggap sebagai aliran pikiran yang baru muncul dengan jelas pada
pertengahan abad ke-19, akan tetapi garis perkembangannya dapat ditarik jauh kebelakang
sampai pada zaman Yunani purba. Misalnya Hiraclitus (544 484 SM), Socrates (469 399
SM), Protagoras (480 410 SM), dan Aristoteles. Mereka pernah mengemukakan pendapat yang
dapat dianggap sebagai unsur-unsur yang ikut menyebabkan sikap jiwa yang disebut
pragmatisme-Progresivisme.
Heraclitus mengemukakan bahwa sifat yang utama dari realita ialah perubahan. Tidak ada
sesuatu yang tetap didunia ini, semuanya berubah-ubah, kecuali asa perubahan itu sendiri.
Socrates berusaha mempersatukan epsitemologi dan aksiologi. Ia mengajarkan bahwa
pengetahuan adalah kunci untuk kebajikan. Yang baik dapat dipelajari dengan kekuatan intelek,
dan pengetahuan yang baik menjadi pedoman bagi manusia untuk melakukan kebajikan. Ia
percaya bahwa manusia sanggup melakukan baik. Protagoras mengajarkan bahwa kebenaran dan
norma atau nilai tidak bersifat mutlak, melainkan relatif, yaitu bergantung pada waktu dan
tempat.
Sedangkan Aristoteles menyarankan moderasi dan kompromi (jalan tengah bukan jalan ekstrim)
dalam kehidupan. Kemudian sejak abad ke-16, Francis Bacon, John Locke, Rousseau, Kant, dan
Hegel dapat disebut sebagai penyumbang pikiran-pikiran munculnya aliran Progresivisme.
Francis Bacon memberikna sumbangan dengaan usahanya memperbaiki dan memperhalus
metode ilmiah dalam pengetahuan alam. Locke dengan ajarannya tentang kebebasan politik.
Rousseau dengan keyakinannya bahwa kebaikan berada didalam manusia karena kodrat yang
baik dari para manusia.
Kant memuliakan manusia, menjunjung tinggi akan kepribadian manusia, memberi martabat
manusia suatu kedudukan yang tinggi. Hegel mengajarkan bahwa alam dan masyarakat bersifat
dinamis, selamanya berada dalam keadaan bergerak, dalam proses perubahan dan penyesuaian
yang
tak
ada
hentinya.
Dalam abad ke- 19 dan ke-20, tokoh-tokoh Progresivisme banyak terdapat di Amerika Serikat.
Thomas Paine dan Thomas Jefferson memberikan sumbangan pada Progresivisme karena
kepercayaan mereka pada demokrasi dan penolakan terhadap sikap yang dogmatis, terutama
dalam agama. Charles S. Peirce mengemukakan teori tentang pikiran dan hal berfikir pikiran itu
hanya berguna bagi manusia apabila pikiran itu bekerja yaitu memberikan pengalaman (hasil)
baginya.
Fungsi berfikir adalah membiasakan manusia untuk berbuat . perasaan dan gerak jasmaniah
adalah manifestasi dari aktifitas manusia dan keduanya itu tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
berfikir.
Adapun tokoh-tokoh aliran progresivisme ini, antara lain, adalah William James, John Dewey,
Hans Vaihinger, Ferdinant Schiller, dan Georges Santayana.Aliran progesivisme telah
memberikan sumbangan yang besar di dunia pendidikan saat ini. Aliran ini telah meletakkan
dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada anak didik. Anak didik diberikan kebaikan baik
secara fisik maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam
dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain. Oleh karena itu,
filsafat progesivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter.
John Dewey memandang bahwa pendidikan sebagai proses dan sosialisasi. Maksudnya sebagai
proses pertumbuhan anak didik dapat mengambil kejadian-kejadian dari pengalaman lingkungan
sekitarnya. Maka dari itu, dinding pemisah antara sekolah dan masyarakat perlu dihapuskan,
sebab belajar yang baik tidak cukup di sekolah saja.
Aliran progresivisme mengakui dan berusaha mengembangkan asas progesivisme dalam sebuah
realita kehidupan, agar manusia bisa survive menghadapi semua tantangan hidup. Dinamakan
instrumentalisme, karena aliran ini beranggapan bahwa kemampuan intelegensi manusia sebagai
alat untuk hidup, untuk kesejahteraan dan untuk mengembangkan kepribadiaan manusia.
Dinamakan eksperimentalisme, karena aliran ini menyadari dan mempraktikkan asas eksperimen
untuk menguji kebenaran suatu teori. Dan dinamakan environmentalisme, Karena aliran ini
menganggap lingkungan hidup itu memengaruhi pembinaan kepribadiaan .
Dengan demikian, sekolah yang ideal adalah sekolah yang isi pendidikannya berintegrasi dengan
lingkungan sekitar. Karena sekolah adalah bagian dari masyarakat. Dan untuk itu, sekolah harus
dapat mengupyakan pelestarian karakteristik atau kekhasan lingkungan sekolah sekitar atau
daerah di mana sekolah itu berada. Untuk dapat melestarikan usaha ini, sekolah harus
menyajikan program pendidikan yang dapat memberikan wawasan kepada anak didik tentang
apa yang menjadi karakteristik atau kekhususan daerah itu. Untuk itulah, fisafat progesivisme
menghendaki sis pendidikan dengan bentuk belajar sekolah sambil berbuat atau learning by
doing.
Dengan kata lain akal dan kecerdasan anak didik harus dikembangkan dengan baik. Perlu
diketahui pula bahwa sekolah tidak hanya berfungsi sebagai pemindahan pengetahuan (transfer
of knowledge), melainkan juga berfungsi sebagai pemindahan nilai-nilai (transfer of value),
sehingga anak menjadi terampildan berintelektual baik secara fisik maupun psikis. Untuk itulah
sekat antara sekolah dengan masyarakat harus dihilangkan.
Sebagai hasil dari pemikiran para filosuf, filsafat telah melahirkan berbagai macam pandangan
dan aliran yang berbeda-beda. Pandangan-pandangan filosuf itu ada kalanya saling menguatkan
dan ada juga yang saling berlawanan. Hal ini antara lain disebabkan oleh pendekatan yang
mereka pakai juga berbeda-beda walaupun untuk objek dan masalah yang sama. Karena
perbedaan dalam pendekatan itu, maka kesimpulan yang didapat juga akan berbeda. Perbedaan
pandangan filsafat tersebut juga terjadi dalam pemikiran filsafat pendidikan, sehingga muncul
aliran-aliran
filsafat
pendidikan.
Malakah ringkas ini akan membahas salah satu dari aliran dalam filsafat pendidikan, yaitu aliran
progresivisme.
Pembahasan
dalam
makalah
ini
adalah
mengenai
pengertian
aliran
pelajaran
(subject-centered).
Aliran progresivisme merupakan suatu aliran filsafat pendidikan yang sangat berpengaruh dalam
abad ke-20 ini. Pengaruh itu terasa di seluruh dunia, terlebih-lebih di Amerika Serikat. Usaha
pembaharuan didalam lapangan pendidikan pada umumnya terdorong oleh aliran progresivisme
ini.
Biasanya aliran progresivisme ini di hubungkan dengan pandangan hidup liberal the liberal road
to culture.
C.Aliran Progresivisme Tentang Pendidikan
Dasar filosofis dari aliran progresivisme adalah Realisme Spiritualistik dan Humanisme Baru.
Realisme spiritualistik berkeyakinan bahwa gerakan pendidikan progresif bersumber dari
prinsip-prinsip spiritualistik dan kreatif dari Froebel dan Montessori serta ilmu baru tentang
perkembangan anak. Sedangkan Humanisme Baru menekankan pada penghargaan terhadap
harkat dan martabat manusia sebagai individu. Dengan demikian orientasinya individualistik.
1. Tujuan Pendidikan
Tujuan keseluruhan pendidikan adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara
sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Untuk mencapai tujuan tersebut,
pendidikan harusnya merupakan pengembangan sepenuhnya bakat dan minat setiap anak. Agar
dapat bekerja siswa diharapkan memiliki keterampilan, alat dan pengalaman sosial, dan memiliki
pengalaman problem solving.
2. Kurikulum Pendidikan
Kalangan progresif menempatkan subjek didik pada titik sumbu sekolah (child-centered).
Mereka lalu berupaya mengembangkan kurikulum dan metode pengajaran yang berpangkal pada
kebutuhan, kepentingan, dan inisiatif subjek didik. Jadi, ketertarikan anak adalah titik tolak bagi
pengalaman belajar. Imam Barnadib menyatakan bahwa kurikulum progresivisme adalah
kurikulum yang tidak beku dan dapat direvisi, sehingga yang cocok adalah kurikulum yang
berpusat
pada
pengalaman.
Sains sosial sering dijadikan pusat pelajaran yang digunakan dalam pengalaman-pengalaman
siswa, dalam pemecahan masalah serta dalam kegiatan proyek. Disini guru menggunakan
ketertarikan alamiah anak untuk membantunya belajar berbagai keterampilan yang akan
mendukung anak menemukan kebutuhan dan keinginan terbarunya.
Akhirnya, ini akan membantu anak (subjek didik) mengembangkan keterampilan-keterampilan
pemecahan masalah dan membangun gudang kognitif informasi yang dibutuhkan untuk
menjalani kehidupan sosial .
3. Metode Pendidikan
Metode pendidikan yang biasanya dipergunakan oleh aliran progresivisme diantaranya adalah;
Metode Pendidikan Aktif, Pendidikan progresif lebih berupa penyediaan lingkungan dan
fasilitas yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar secara bebas pada setiap anak untuk
mengembangkan bakat dan minatnya;
Metode Memonitor Kegiatan Belajar, Mengikuti proses kegiatan anak belajar sendiri, sambil
memberikan bantuan-bantuan apabila diperlukan yang sifatnya memperlancar berlangsung
kegiatan belajar tersebut;
Sekolah Sebagai Laboratorium Pembaharuan Pendidikan, Sekolah tidak hanya tempat untuk
belajar, tetapi berperanan pula sebagai laboratoriun dan pengembangan gagasan baru pendidikan.
4. Pelajar
Kaum progresif menganggap subjek-subjek didik adalah aktif, bukan pasif, sekolah adalah dunia
kecil (miniatur) masyarakat besar, aktifitas ruang kelas difokuskan pada praktik pemecahan
masalah, serta atmosfer sekolah diarahkan pada situasi yang kooperatif dan demokratis. Mereka
menganut prinsip pendidikan perpusat pada anak (child-centered). Mereka menganggap bahwa
anak itu unik. Anak adalah anak yang sangat berbeda dengan orang dewasa. Anak mempunyai
alur pemikiran sendiri, mempunyai keinginan sendiri, mempunyai harapan-harapan dan
kecemasan
sendiri
yang
berbeda
dengan
orang
dewasa.
5. Pengajar
Guru dalam melakukan tugasnya mempunyai peranan sebagai;
Fasilitator, orang yang menyediakan diri untuk memberikna jalan kelancaran proses belajar
sendiri siswa;
Motivator, orang yang mampu membangkitkan minat siswa untuk terus giat belajar sendiri;
Konselor, orang yang membantu siswa menemukan dan mengatasi sendiri masalah-masalah
yang dihadapi oleh setiap siswa.
Dengan demikian guru perlu mempunyai pemahaman yang baik tentang karakteristik siswa,dan
teknik-teknik memimpin perkembangan siswa,serta kecintaan pada anak agar dapat menjalankan
peranannya .
pluralistis.
2.Kebenaran
Progresivisme bertolak dari pandangan kemanusiaan, bahwa manusia dasarnya adalah baik,
memiliki kasih sayang serta kepedulian terhadap sesama sebagai modal penting bagi
membangun kehidupan dalam masyarakat. Paradigma hukum progresif melihat faktor utama
dalam
hukum
adalah
manusua
itu
sendiri.
Kehidupan terbaik bagi individu adalah kehidupan yang intelegen, bebas dan memiliki control
terhadap pengalamannya. Sedangkan yang terbaik bagi masyarakat adalah kehidupan
demokratis, dan tidak ada stratifikasi social, kesamaan kesempatan merupakan jaminan bagi
setiap orang untuk mengambil bagian dalam setiap kegiatan sosial .
3.Nilai nilai
Progresivisme dinamakan instumentalisme, karena aliran ini beranggapan bahwa kemampuan
intelegensi manusia sebagai alat untuk hidup untuk kesejahteraan , untuk mengembangkan
kepribadian manusia. dinamakan eksperimentalisme, karena aliran tersebut menyadari dan
lingkungan
hidup
itu
mempengaruhi
pembinaan
kepribadian.
Menurut
progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara nilai
dengan
individu
yang
telah
disimpan
dalam
kebudayaan.
Pendidikan
Pribadi.
Progresivisme merupakan pendidikan yang berpusat pada siswa dan memberikan penekanan
yang lebih besar pada kreativitas, aktivitas, belajar naturalistik, hasil belajar dunia nyata, dan
lebih dari itu berbagi pengalaman di antara teman sebaya. Progresivisme berlawanan dengan
filosofi efisiensi pabrik, suatu model yang menumbuhkan pengajaran semu (artificial
instruction) dan belajar yang dikendalikan buku teks dan tes tertulis . Dalam merumuskan tujuan
progresivisme dalam pendidikan terdapat tiga criteria, yaitu:
1). Tujuan pendidikan harus bersumber kepada situasi kehidupan yang berlangsung.
2). Tujuan pendidikan harus fleksibel.
3). Tujuan pendidikan harus mencerminkan aktivitas bebas.
Perlu dicatat pula bahwa dalam paham ini tujuan bersifat temporal, yang berarti jika suatu tujuan
sudah tercapai maka hasilnya dijadikan alat untuk mencapai tujuan berikutnya.Menurut aliran
ini, tujuan pendidikan adalah untuk mencapai kehidupan yag baik bagi individu dan masyarakat
Progresivisme menghasilkan sekolah dan masyarakat bagi humanisasi, Bercorak student-
centered. Pendidik adalah motivator dalam iklim demoktratis dan menyenangkan yang bergerak
sebagai eksperimentasi alamiah dan promosi perubahan yang berguna untuk pribadi atau
masyarakat.
E. Pandangan Ontology Progresivisme
Ontology progresivisme mengandung pengertian dan kualitas evolusionistis yang kuat,
Pengalaman diartikan sebagai ciri dinamika hidup, dan hidup adalah perjuangan tindakan dan
perbuatan. Sifat-sifat pengalaman :
1. Pengalaman itu dinamis adalah dalam kehidupan terjadi perubahan yang terjadi terus
menerus,
2. Pengalaman itu temporal adalah terjadi perubahan dan perbedaan pengalaman dari waktu
kewaktu,
3. Pengalaman itu spatial adalah terjadi disuatu tempat dalam lingkungan manusia,
4. Pengalaman itu pluralistis yaitu pengalaman itu terjadi seluas adanya interaksi sedalam
individu terlibat.
F. Pandangan epistimologi progresivisme
Ada tiga hal yang dibicarakan dalam Epistimologi Filsafat yaitu : objek filsafat (yang
dipikirkan), cara memperoleh pengetahuan filsafat dan ukuran kebenaran (pengetahuan ) filsafat
Objek Filsafat
Tujuan berfilsafat adalah menemukan kebenaran yang sebenarnya, yang terdalam. Susunan hasil
pemikiran disebut Sistematika Filsafat atau Struktur Filsafat yang terdiri atas ontologi,
epistimologi, dan aksiologi. Isi setiap cabang filsafat ditentukan oleh objek apa yang diteliti
(dipikirkan). Jika memikirkan pendidikan, jadilah filsafat pendidikan, dan seterusnya. Objek
penelitian filsafat lebih luas dari objek penelitian sain sebab filsafat meneliti objek yang Ada dan
mungkin ada.
Cara Memperoleh Pengetahuan Filsafat
Berfilsafat ialah berfirkir, dan berfikir itu menggunakan akal. Dari sini timbul masalah apa itu
akal . Akal ini diperdebatkan oleh ahli akal (Locke,Voltaire, Will Durant,David Hume,dan
sebagainya dan orang orang yang secara intesif mengunakan akalnya.Untuk itu mereka
menerima bahwa bahwa akal itu ada, dan ia bekerja berdasarkan suatu cara yang tidak begitu
kita kenal. Aturan kerjanyadisebut logika . Sejauh akal itu bekerja menurut aturan logika,
agaknya kita dapat menerima kebenarannya. Kerja akal yaitu berfikir mendalam, menghasilkan
filsafat.
Ukuran Kebenaran Pengetahuan Filsafat
Pengetahuan filsafat merupakan pengetahuan yang logis. Ukuran kebenaran filsafat ialah logis
tidaknya pengetahuan itu. Bila logis benar, bila tidak logis, salah. Ukuran logis tidaknya terlihat
pada argumen yang menghasilkan kesimpulan (teori). Argumen menjadi kesatuan dengan
konklusi, dan konklusi ini disebut teori filsafat. Bobot teori filsa fat terletak pada kekuatan
argumen, maka diterima pendapat yang mengatakan bahwa filsafat itu argumen. Kebenaran
konklusi ditentukan 100% oleh argumen.
G. Pandangan exiologi progresivisme
Approach empiris adalah masalah dan pengalaman yang real dalam kehidupan manusia,
approach artristik adalah suatu nilai yang memperkaya eksperimen manusia. Nilai atristik
member isi dan kedalaman bagi pengalaman seseorang, yang termasuk nilai artristik adalah nilai
estetika ilmu pengetahuan dan seni.
H.Azas belajar menurut progresivisme
Anak dan lingkungan, anak adalah organism yang mempunyai suatu proses pengalaman, sebab
ia merupakan bahagian dan lingkungan yang selalu mengalami proses perubahan dan
perkembangan.
I. Potret guru progresif
Fungsi pokok sebagai seorang guru Progresif adalah mempersiapkan para siswanya untuk masa
depan yang tidak dikenal. Seorang guru progresif,merasa bahwa belajar memecahkan
permasalahan pada usia dini adalah sebuah persiapan yang terbaik untuk masa depan.Peran guru
dalam suatu kelas yang berorientasi secara progresif adalah berfungsi sebagai seorang
pembimbing atau orang yang menjadi sumber, yang pada intinya memiliki jawab untuk
memfasilitasi pembelajaran siswa. Guru Progresif berusaha untuk memberi siswa pengalamanpengalaman yang meniru kehidupan sehari-hari sebanyak mungkin.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari paparan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa; Pertama, Progresivisme adalah gerakan
pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan disekolah berpusat pada anak
(child centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang berpusat pada guru
(teacher-centered) atau bahan pelajaran (subject-centered). Progresivisme menghendaki
pendidikan yang pada hakikatnya progresif. Tujuan pendidikan hendaknya diartikan sebagai
rekonstruksi pengalaman yang terus-menerus, agar peserta didik dapat berbuat sesuatu yang
inteligen .
Kedua, Meskipun Progresivisme dianggap sebagai aliran pikiran yang baru muncul dengan jelas
pada pertengahan abad ke-19, akan tetapi garis perkembangannya dapat ditarik jauh kebelakang
sampai pada zaman Yunani purba yaitu melalui pemikiran-pemikiran Hiraclitus, Socrates,
Protagoras, dan Aristoteles. Kemudian sejak abad ke-16, Francis Bacon, John Locke, Rousseau,
Kant, dan Hegel dapat disebut sebagai penyumbang pikiran-pikiran munculnya aliran
Progresivisme. Sedangkan pada abad ke- 19 dan ke-20, tokoh-tokoh Progresivisme banyak
terdapat di Amerika Serikat diantaranya adalah Thomas Paine,
Thomas Jefferson, Charles S. Peirce.Ketiga, Progresivisme berpandangan bahwa tujuan
keseluruhan pendidikan adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis,
mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Mereka berupaya mengembangkan kurikulum
dan metode pengajaran yang berpangkal pada kebutuhan, kepentingan, dan inisiatif subjek didik.
Metode pendidikan yang biasa mereka pergunakan diantaranya adalah; Metode Pendidikan
Aktif, Metode Memonitor Kegiatan Belajar, Metode Penelitian Ilmiah, Pemerintahan Pelajar,
Kerjasama Sekolah Dengan Keluarga, Sekolah Sebagai Laboratorium Pembaharuan. Mereka
menganut prinsip pendidikan perpusat pada anak (child-centered). Guru dalam melakukan
tugasnya mempunyai peranan sebagai Motivator, Fasilitator, dan Konselor.
Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru
antara nilai dengan individu yang telah disimpan dalam kebudayaan. Menurut aliran ini, tujuan
pendidikan
adalah
untuk
mencapai
kehidupan
yang
baik
bagi
individu
dan
berikut:
1.Dalam kehidupan kita sehari-hari lingkungan dimana tempat kita hidup sangat mempengaruhi
kepribadian kita, maka hendaknya kita dapat menjaganya, agar pribadi yang kita miliki sesuai
dengan hukum moral yang berlaku.
2. Setiap pengalaman yang telah kita peroleh, hendaknya kita dapat memilih pengalaman yang
berguna dalam proses pengembangan individu.
3. Kebutuhan dan minat siswa akan menentukan apa yang mereka pelajari. Jadi anak harus
diizinkan untuk merencenakn perkembangan diri mereka sendiri, dan guru harus membimbing
kegiatan belajar
Daftar Pustaka