Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Kesehatan menurut Undang Undang

Kesehatan No. 23 Tahun 1992 yaitu Keadaan

sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
dan ekonomi. Salah satu kesehatan yang paling penting bagi manusia adalah kesehatan gigi dan
mulut, karena dengan sehatnya gigi dan mulut seseorang bisa menentukan kesehatan badannya
secara keseluruhan. 1, 2
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
secara keseluruhan. Hasil studi morbilitas SKRT-SURKESNAS 2001 menunjukkan bahwa dari
sepuluh kelompok penyakit terbanyak yang dikeluhkan masyarakat adalah penyakit gigi dan
mulut yang menduduki urutan pertama yang banyak dikeluhkan oleh 60% masyarakat Indonesia.
Hasil SURKESNAS 1998 menunjukkan bahwa 62,4 % penduduk merasa terganggu
pekerjaan/sekolah dikarenakan sakit gigi, selama rata-rata 3,86 hari pertahun. Kondisi ini
menunjukkan bahwa penyakit gigi walaupun tidak menimbulkan kematian tetapi dapat
menurunkan produktivitas kerja. 3, 4
Perilaku masyarakat tentang pemeliharaan diri terhadap kesehatan gigi diukur dengan
variable menyikat gigi dan motivas berobat gigi, 77% masyarakat telah menyikat gigi namun
hanya 8,1% yang sesuai anjuran yaitu setelah sarapan pagi serta malam sebelum tidur dan 23%
tidak menyikat gigi. Pada kelompok usia muda dan lansia masih banyak yang tidak menyikat
gigi, 71,3% pada usia 1 sampai 4 tahun, 62,2% pada usia diatas 75 tahun. Sebagian besar

2
penduduk yang mengeluh sakit gigi 87% tidak berobat dan 69,3% mengobati sendiri dan hanya
13% yang berobat jalan. Berdasarkan data tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa ada motivasi
yang cukup tinggi dari masyarakat untuk berobat, namun hanya sebagian kecil saja yang berobat
ke sarana yang tepat dan sebagian besar mencari pengobatan sendiri seperti pengobatan
tradisional dan ke tukang gigi. 3, 4
Kesadaran masyarakat mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut masih dirasa
kurang SKRT 2001 menunjukkan bahwa prevalensi karies aktif pada penduduk umur 10 tahun
keatas yang pernah mengalami karies sebesar 71,2%. Indeks DMF-T mencapai rata-rata 5,26 ini
berarti jumlah kerusakan gigi rata-rata perorangan adalah lebih dari 5 gigi. Performance
treatment index atau motivasi untuk menumpatkan gigi yang karies pada umur 12-18 tahun
sangat rendah, sekitar 4-5% sedangkan besar kerusakan yang belum ditangani dan memerlukan
penumpatan dan atau yang belum ditangani dan memerlukan penumpatan dan atau pencabutan
(required treatment index) pada usia ini sebesar 72,4% - 82,5%. Sedangkan penyakit periodontal
merupakan penyakit gigi dan mulut kedua terbanyak diderita masyarakat kurang lebih 70%, dan
sebesar 4-5% penduduk menderita penyakit periodontal lanjut yang dapat menyebabkan gigi
goyang dan lepas, saat ini paling banyak ditemukan pada usia muda. Salah satu faktor
etiologinya adalah karang gigi yang dijumpai pada 46,2% penduduk dan prevalensinya pada
penduduk desa 48,9% dan

di kota 42,5%. Hal tersebut menimbulkan adanya kebutuhan

pembuatan gigi tiruan yang tinggi pada masyarakat untuk mengganti gigi yang hilang. 3, 4
Jumlah pelayanan kesehatan gigi dan mulut masih belum memadai. Hasil profil kesehtan
2001 meunjukkan jumlah puskesmas di Indonesia sebanyak 7.236 unit dengan jumlah puskesmas
dengan pelayanan kesehatan gigi dan mulut sebanyak 5.427 unit. Sementara itu rasio puskesmas
yaitu dokter gigi hanya 3:1, dengan hal ini dokter gigi menangani tiga puskesmas sekaligus.

3
Sehingga kita bisa simpulkan kurangnya tenaga kerja dalam melakukan upaya kesehatan gigi dan
mulut. Oleh karena itu, masyarakat mencari pengobatan alternatif lain seperti ke tukang gigi. 3, 4
Berdasarkan data tersebut di atas, pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut masyarakat
masih kurang, namun motivasi untuk mengobati gigi dan mulut cukup tinggi tetapi dalam
melakukan pengobatan gigi dan mulut salah satunya pembuatan gigi tiruan, masyarakat lebih
memilih mencari pengobatannya sendiri, bukan ke sarana yang tepat salah satunya ke tukang
gigi. Dengan melihat fenomena tersebut terdapat motivasi tersendiri dari masyarakat yang datang
ke tukang. Oleh karena itu, penulis tergerak untuk mengkaji mengenai motivasi pasien memilih
tukang gigi untuk pengobatannya, serta faktor yang mendasari masyarakat memilih
pengobatannya ke tukang gigi dalam hal ini pembuatan gigi tiruan. 1, 6, 7

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, masalah yang dapat
digali yaitu:
1.

Apa yang mendorong pasien memilih pengobatan tukang gigi untuk pembuatan gigi tiruan?

2.

Apa faktor-faktor yang mendasari masyarakat membuat gigi tiruan ke tukang gigi?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1

Tujuan Umum Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat dasar pemikiran pasien memilih tukang gigi

atau dokter gigi untuk pembuatan gigi tiruan.

4
1.3.2

Tujuan Khusus Penelitian

Untuk mengetahui:
1.

Motivasi pasien memilih tukang gigi untuk pembuatan gigi tiruan.

2.

Faktor yang mendasari masyarakat kecamatan cilamaya wetan memilih berobat ke tukang
gigi.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1

Manfaat Akademik
Sebagai bahan informasi bagi instansi atau penelitian lain yang membutuhkan dalam

rangka pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penelitian ini.


1.4.2

Manfaat Praktis
Sebagai masukan/bahan pertimbangan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang dalam

mengambil keputusan/kebijakan mengenai kegiatan tukang gigi.

Anda mungkin juga menyukai