Anda di halaman 1dari 14

Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan


Universitas Tadulako

OKTOBER 2014
TUTORIAL

KELOMPOK 21
Moh. Fachry Rahmatu(N 111 13 059)
Anggun Puspita (N 111 13 061)
Etwien Reskinta Paulus (N 111 13 058)

Pembimbing : dr. Andi Soraya, Sp.KJ

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM ANUTAPURA
PALU
2014

I.

II.

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn.F

Usia

: 26 Tahun

Agama

: Islam

Pekerjaan

:-

Pend.akhir

: SMA

Stat.marital

: Belum Menikah

Alamat

: Jln.Tururuka

RIWAYAT PENYAKIT

A.

Keluhan Utama

B.

Riwayat Gangguan Sekarang

: Tidak bisa tidur malam dan gelisah

Pasien datang dengan keluhan tidak bisa tidur malam hari yang
dirasakan sejak 3 hari yang lalu. Dari hasil alloanamnesa dari ibu
pasien, pasien memiliki riwayat mengkonsumsi obat-obatan dan
minuman beralkohol sejak kelas 2 SMA. Obat yang sering di
konsumsi oleh pasien berupa Triheksifenidil (THD) dan lexotan
(Bromazepam) dalam sehari pasien biasanya mengkonsumsi
sampai 20 butir obat di atas. Selain itu pasien juga mengkonsumsi
minuman beralkohol yaitu Anggur yang dicampurkan dengan Bir.

Setelah mengkonsumsi obat-obatan dan minuma beralkohol


pasien mengaku merasa lebih rileks dan badan tersa ringan seperti
tidak ada beban. Ketika tidak mengkonsumsinya pasien lebih
gelisa dan gemetar. Pasien mulai berhenti mengkonsumsi obatobatan dan minuman beralkohol sejak satu tahun terakhir.
Dari alloanamnesa ibu pasien mengeluhkan pasien sangat kuat
merokok, sehari pasien bisa menghabiskan 2-3 bungkus. Apabila
tidak dibelikan rokok pasien mengamuk dan marah bahkan sampai
mengancam akan membakar rumah, pasien juga sangat malas
makan. Kegiatan sehari-hari di rumah, pasien sering menyapu
rumah dan halaman namun sehabis itu pasien meminta imbalan
untuk dibelikan rokok. Menurut ibu pasien, di rumah pasien sering
ketawa sendiri.
C. Riwayat gangguan sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatri Sebelumnya
Tidak ada
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi (-)
Stroke (-)
Diabetes mellitus (-)
Penyakit jantung (-)
Pasien pernah dirawat di rumah sakit karena kejang akibat
penggunaan obat dan alkohol.

3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif


Obat-obatan, alkohol, dan merokok.
D. Riwayat kehidupan pribadi
1. Riwayat Prenatal dan Masa Kanak Awal (1-3 tahun)
Selama kehamilan, ibu pasien dalam kondisi sehat. Tidak
ada konsumsi obat-obatan selama kehamilan.
Pasien lahir ditolong oleh bidan dirumah sakit. Lahir
spontan. Cukup bulan, dalam keadaan normal.
Pasien dirawat oleh ibunya dan mendapatkan ASI.
Pasien tumbuh dan berkembang sesuai anak-anak seusinya.
2. Remaja
Dari hasil alloanamnesa, menurut ibu pasien, pasien
bergaul seperti biasa. Namun pasien lebih dekat dengan temantemannya yang mengkonsumsi obat-obatan dan alkohol.
Hubungan seks bebas tidak ada.
3. Masa Dewasa
Pasien tidak bekerja.
Pasien menamatkan diri sampai SMA dan tidak melanjutkan
kuliah karena hal pembiayaan. Pasien sampai sekarang belum
menikah.
4. Tidak terdapat keluarga yang memiliki penyakit yang sama.
5. Merupakan anak ke-2 dari 6 bersaudara.

III.

STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum

Penampilan : Seorang laki-laki, tampak sesuai umur, dan


berpakaian rapi.

Kesadaran : Compos mentis

Perilaku dan Aktivitas Psikomotor : Hipoaktif.

Pembicaraan : Lambat

Sikap terhadap pemeriksa : Tidak kooperatif

B. Keadaan Afektif
Mood

: Cemas

Afek

: Tumpul

Empati

: Tidak dapat diraba rasakan

C. Fungsi Intelektual (kognitif)


1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan

Tidak bisa dinilai.


2. Daya Konsentrasi

: Mudah teralihkan

3. Orientasi

: Baik

4.Daya Ingat

: Baik

a. Jangka panjang

: Baik

b. Jangka menengah

: Baik

c. Jangka pendek

: Baik

5. Pikiran Abstrak

: Baik

6. Bakat Kreatif

: Tidak ada

7. Kemampuan Menolong diri sendiri

: Baik

D. Gangguan persepsi
1. Halusinasi

: (-)

2. Ilusi

: (-)

3. Depersonalisasi

: (-)

4. Derealisasi

: (-)

E. Proses berfikir
1. Arus Pikiran
a. Produksivitas

: Pikiran lambat

b. Kontiniutas

: Relevan

c. Hendaya berhasa

: (-)

2. Isi Pikiran
a. Preokupasi

: (-)

b. Gangguan isi pikiran

: (-)

F. Pengendalian Impuls

: Terganggu

G. Daya Nilai
1.

Normo Sosial

: Terganggu

2.

Uji Daya Nilai

: Terganggu

3.

Penilaian Realita

: Baik

H. Tilikan

: Derajat 6

I. Taraf Dapat Dipercaya

: Dapat dipercaya

IV.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


1. Status internus
Kesan

: Tampak sehat

TD

: 130/80 mmHg

Kesadaran

: Composmentis

Nadi

: 90 x/menit

Respirasi

: 20 x/menit

2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Normochepal
Konjungtiva Anemis (-/-)
Sklera Ikterik (-/-)
Gigi (tampak ada karies gigi)
Leher : Pembesaran Kelenjar Getah Bening (-/-)
Pembesaran Kelenjar Tiroid (-/-)
Thoraks
Paru-Paru

: Simetris bilatera, Massa (-), Retraksi (-).

: Nyeri Tekan (-), Krepitasi (-), VF (KA=KI)

: Sonor di kedua paru.

: Bunyi pernafasan vesikular, Rhonki (-/-),


Whezing (-/-)

Jantung

Ictus cordis tidak tampak

: Ictus kordis teraba pada SIC V


midclavicula sinistra

: Pekak, Batas jantung normal

:Bunyi jantung I/II Reguler, Bunyi tambahan


(-)

Abdomen

:I

: Tampak datar

: Peristaltik usus (+)/ Kesan normal

: Tympani

: Nyeri tekan (-), Organomegali (-)

4. Status neurologis
GCS: E4V5M6, Fungsi motorik keempat ekstremitas tampak
normal, fungsi sensorik normal, fungsi nervus kranial normal.
V.

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Psikis
Pasien mengalami susah tidur, gelisah, dan mudah marah.
Status premorbid = Pasien seorang yang aktif.
Fisik
Pada gigi pasien terdapat karies gigi.

VI.

DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I

: Gangguan Mental dan perilaku akibat penggunaan zat

multiple dan penggunaan zat psikoaktif laiinya keadaan putus zat tanpa
komplikasi (F19.30)
Aksis II : Tidak ada
Aksis III : Tidak ada

Aksis IV : Masalah lingkungan dan ekonomi


Aksis V : GAF Scale 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap,
dissabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masi baik)
VII. RENCANA TERAPI
Farmakoterapi
Phenotiazine

(Trifluoperazine

10-15

mg/hari

dan

Chlorpromazine 150-600 mg/hari)


Benzodiazepine (Clobazam 2-3 x 10mg/hari)
Psikoterapi
Terapi kognitif-perilaku
Terapi Suportif
Psikoterapi berorientasi tilikan.

VIII. PROGNOSIS
Prognosis : Dubia

IX.

PEMBAHASAN
Triheksifenidil
Cara Kerja Obat:
Obat ini bekerja memblok aksi asetilkolin pada reseptornya, sehingga
menghasilkan efek mengurangi kekakuan otot, pengeluaran air liur
yang berlebihan, tremor, dan meningkatkan kemampuan mengatur
gerakan yang biasanya terjadi pada pasien parkinson atau pada pasien
skizoprenia yang menggunakan obat antipsikotik. Ia juga turut
mengatur pelepasan dopamin.
ALKOHOL

Alkohol adalah suatu bahan yang mempunyai efek farmakologik dan


cenderung menimbulkan ketergantungan serta dapat berinteraksi
dengan obat lain. Peminum alkohol berat sering mendapatkan
kecelakaan, kehilangan prokduktivitas, terlibat kejahatan, mendapat
gangguan kesehatan sampai terjadi kematian.

Farmakodinamik

Alkohol mendepresi SSP seperti halnya anestetik. Karena efek


depresinya pada pusat-pusat hambatan maka didapat kesan adanya
efek stimulasi SSP pada alkohol. Minum alkohol secara kronis, secara
langsung terkait dengan ganggiuan mental dan neurologis yang berat

10

misalnya kerusakan otak, kehilangan ingatan, gangguan tidur dan


psikis. Selain itu defisiensi vitamin dan nutrisi akibat gangguan
saluran cerna dan fungsi hati, akan mengakibatkan berbagai gejala
neuropsikiatrik yang biasa terdapat pada peminum alkohol, mislnya
ensefalopati werniche, psikosis korsakoff dan polineuritis dan
ensefalopati akibat defisiensi asam nikotinat.

Farmakokinetik

Alkohol dapat merupakan sumber energi bagi tubuh. Energi yang


dihasilkan 7 Kcal/g. Tetapi menambah alkohol pada diet cukup
nutrisi dan cukup kalori seringkali menyebabkan penurunan berat
badan.

Hal

ini

juga

berhubungan

dengan

efek

toksik

alkohol/asetaldehid pada mitokondria sehingga afesiensi fosfolirasa


teganggu.

Mekanisme kerja

Sejak lama diduga bahwa efek depresan alkohol dan anastetik


bedasarkan pelarutan dalam membran lipid. Efek alkohol terdapat
berbagai saraf berbeda karena tidak uniform distribusi fosfolipid dan
kolestrol di membran. Juga ada fakta aksperinmental yang

11

menyongkong dugaan bahwa mekanisme kerja alkohol di SSP serupa


barbiturat.
BENZODIAZEPIN
Secara kualitatif banzodiazepin mempunyai efek yang hampir sama,
namun secara kuantitatif spektrum farmakodinamik serta data
farmakokinetikny berbeda. Benzodizepin berefek hipnosis, sedasi,
relaksasi otot, ansiolitik dan antikonvulasi dengan potensi yang
berbeda-beda.

Farmakodinamik

Efek benzodiazepin hampir semua merupakan hasil kerja golongan


pada SSP dengan efek utama: sedasi, hipnosis, pengurangan terhadap
rangsangan emosi, relaksasi otot dan anti konvulasi.

Famakokinetik

Sifat

fisikokimia

dan

farmakokinetik

benzodiazepin

sangat

mempengaruhi enerapan klinisny. Semua benzodiazepin dalam bentuk


nonionik

memiliki

benzodiazepindiabsorbsi

koefisien
secara

distribusi
sempurna,

lemak.
dengan

Semua

kekecualian

klorasepat. Senyawa ini baru diabsorbsi sempurna setelah terlebih


dahulu

didekarboksilasi

dalam

cairan

lambung

menjadi

N-

12

desmitildiazepam. Benzodiazepin dimetabolisme secara ekstensifoleh


beberapa sistem enzim mikrosom hati.

Mekanisme kerja

Kerja benzodiazepin terutama merupakan potensiasi inhibisi neuron


dengan asam gamma-amino-butirat (GABA) sebagai mediator. GABA
dan benzodiazepin yang aktif sacara klinik dengan reseptor
GABA/benzodiazepin/chlorida ionofor kompleks. Peningkatan ini
akan menyebabkan pembukaan kanal Cl. Benzodiazepin sendiri tidak
dapat membuka kanal klorida dan menghambat neuron. Sehingga
benzodiazepin merupakan depresan yang relatif aman, sebab depresi
neuronyang memerlukan transmitor bersifat self limiting.

Efek samping

Benzodizepin dengan dosis hipnotik pada saat mencapai kadar plasma


puncaknya daparmenimbulkan efek samping sebagai berikut: light
headednessn lassitude, lambat bereaksi, inkoordinasi motorik, ataksia,
gangguan fungsi mental dan psikomotor, gangguan koordinator
berfikir, bingung, disartria, amnesia anterograd, mulut kering dan rasa
pahit.

13

Efek samping lain yang relatif umum terjadi adalah badan lemah, sakit
kepala, pandangan kabur, vertigo, mual dan muntah, diare, sakit sendi,
sakit dada dan pada beberapa penderita dapat terjadi antikonvulasi
kadang-kadang lahan meningkatkan frekuensi bangkitan pada
penderita epilepsi.

14

Anda mungkin juga menyukai