Anda di halaman 1dari 66

JUDUL

Guntur Gumilar Putra


H1K013047

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2014

KATA PENGANTAR

ii

DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
I.

PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1

Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2

Tujuan ....................................................................................................... 1

II.

PENDIDIKAN ORANG DEWASA ............................................................ 2


2.1

Pengertian Pendidikan Orang Dewasa ..................................................... 2

2.2

Hambatan Belajar Orang Dewasa ............................................................ 3

III.
PERBEDAAN PEMBANGUNAN SOSIAL DAN PEMBANGUNAN
MASYARAKAT .................................................................................................. 23
3.1

Pembangunan Sosial............................................................................... 23

3.2

Pembangunan Komunitas ....................................................................... 32

IV.

ANALISIS DINAMIKA KELOMPOK Marine Diving Club ................... 41

4.1

Pendekatan Sosiologis ............................................................................ 41

4.2

Pendekatan Psikososial........................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 58

iii

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan

II.

PENDIDIKAN ORANG DEWASA

2.1 Pengertian Pendidikan Orang Dewasa


Pendidikan Orang Dewasa yaitu proses pendidikan yang diorganisir mulai
dari isi, metode penyampaian dan metode pelaksanaannya. Pengertian ini
diperkuat oleh beberapa pernyataan lain. Menurut UNESCO dalam Sitohang
(2009) pendidikan orang dewasa sebagai keseluruhan proses pendidikan yang
diorganisasikan apapun isi, tingkatan dan metodenya, baik formal maupun
nonformal yang melanjutkan maupun menggantikan pendidikan sekolah serta
latihan kerja, yang membuat orang yang dianggap dewasa oleh masyarakat
maupun

mengembangkan

kemampuannya,

memperkaya

pengetahuannya,

meningkatkan kualifikasi teknis atau profesionalnya dan mengakibatkan


perubahan pada sikap dan partisipasi dalam perkembangan sosial, ekonomi dan
budaya yang seimbang dan bebas.
Pendidikan orang dewasa merupakan segala aktivitas pendidikan yang
dilakukan oleh orang dewasa dalam kehidupan sehari-hari yang hanya
menggunakan sebagian waktu dan tenaganya untuk mendapatkan tambahan
intelektual (Suprijanto, 2009).
pembelajaran orang dewasa (andragogi) lebih menekankan pada
membimbing dan membantu orang dewasa untuk menemukan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap dalam rangka memecahkan, masalah-masalah kehidupan
yang dihadapinya. Ketepatan pendekatan yang digunakan dalam penyelenggaraan
suatu kegiatan pembelajaran tentu akan mempengaruhi hasil belajar warga belajar
(Budiningsih, 2005).

2.2 Hambatan Belajar Orang Dewasa


2.2.1

Hambatan Fisiologi

a. Semakin berumur seseorang, titik terdekatnya makin bergerak


menjauh
Dengan bertambahnya usia, titik-dekat penglihatan, atau titik terdekat
yang dapat dilihat secara jelas, mulai bergerak makin jauh. Pada orang tua, rabun
dekat merupakan bagian dari proses penuaan yang secara alamiah dialami oleh
hampir semua orang. Penderita akan menemukan perubahan kemampuan
penglihatan dekatnya pertama kali pada pertengahan usia empat puluhan. Pada
usia ini, keadaan lensa kristalin berada dalam kondisi dimana elastisitasnya telah
banyak berkurang sehingga menjadi lebih kaku dan menimbulkan hambatan
terhadap proses akomodasi, karena proses ini utamanya adalah dengan mengubah
bentuk lensa kristalin menjadi lebih cembung (Verner dan Davidson dalam
Lunandi, 1987).
Faktor penyebab :
Daya pembiasan bola mata yang terlalu lemah, yang disebabkan
gangguan-gangguan refraksi pada kornea, aqueous humor, lensa, dan vitreus
humor. Perubahan komposisi kornea dan lensa yang mengakibatkan kekuatan
refraksi menurun akan menjadi gangguan yang menyebabkan hipermetropi (Koto,
2012).
Contoh : Saat membaca, penderita harus menjauhkan bahan bacaan agar
dapat melihat dengan jelas. Penderita juga akan sulit dalam melakukan kegiatan
yang membutuhkan ketelitian tinggi.

b. Semakin berumur seseorang titik terjauhnya yang dapat terlihat


makin berkurang jaraknya
Dengan bertambahnya usia, titik jauh penglihatan mulai pendek, dimana
titik jauh mata bergeser mendekat memakai lensa plus. (Sitohang, 2009).
Hipermetrop merupakan keadaan dimana kekuatan pembiasan sinar pada mata
tidak cukup kuat untuk memfokuskan sinar pada bintik kuning (macula lutea),
sehingga mata menfokuskan sinar di belakang retina. Hipermetropia merupakan
kelainan refraksi dimana dalam keadaan mata istirahat semua sinar sejajar yang
datang dari benda-benda pada jarak tak terhingga dibiaskan dibelakang retina, dan
sinar-sinar divergen yang datang dari benda-benda yang jaraknya dekat dibiaskan
lebih jauh lagi di belakang retina. 2,9 (Wilson, 2005).
Faktor penyebab:
Fokus panjang bola mata yang lebih pendek. Akibat focus bola mata yang
lebih pendek, bayangan benda akan difokuskan di belakang retina atau selaput
jala. (Wilson, 2005).
Contoh:
Saat membaca, penderita harus mendekatkan bahan bacaan agar dapat
melihat dengan jelas. Penderita juga akan sulit dalam melakukan kegiatan yang
membutuhkan ketelitian tinggi.

c. Semakin berumur seseorang, jumlah cahaya penerangan yang


diperlukan semakin besar
Kemampuan untuk melihat dengan jelas bacaan atau tulisan tergantung
kepada intensitas cahaya dalam ruangan tempat belajar. Kemampuan seseorang
untuk melihat makin berkurang (melemah) sejalan dengan meningkatnya usia.
Seseorang yang berusia sekitar 20 tahun dapat dengan mudah membaca pada
ruangan yang diterangi lampu 40 watt atau setara dengan itu. Namun bagi mereka
yang berusia 40 tahun, membutuhkan intensitas cahaya sekitar 60 100 watt
(Rachman, 2010).
Faktor penerangan atau luminansi adalah banyaknya cahaya yang
dipantulkan oleh permukaan objek. Jumlah sumber cahaya yang tersedia juga
mempengaruhi kepekaan mata terhadap warna tertentu. Tingkat luminansi juga
akan mempengaruhi kemampuan mata melihat objek gambar dan pada usia tua
diperlukan intensitas penerangan lebih besar untuk melihat objek gambar.
Semakin besar luminansi dari sebuah objek, rincian objek yang dapat dilihat oleh
mata juga akan semakin bertambah (Dyer dan Morris, 1990).

d. Makin berumur seseorang, persepsi terhadap kontras warna


cenderung ke arah merah daripada spektrum cahaya.
Hal ini disebabkan oleh menguningnya kornea atau lensa mata, sehingga
cahaya yang masuk agak terasing. Akibatnya ialah kurang dapat dibedakannya
warna-warna-warna lembut. Untuk jelasnya perlu digunakan warna-warna cerah
yang kontras utuk alat-alat peraga (Sitohang, 2009).
Kemampuan membedakan warna-warni spectrum makin berkurang sejalan
dengan meningkatnya usia. Seseorang yang berusia sekitar 20 tahun dapat dengan
mudah membedakan warnawarni lembut yang hijau dari yang biru,dan
sebagainya. Sedangkan bagi mereka yang berusia sekitar 40 tahun hanya dapat
membedakan warna warni yang menyolok seperti; hitam, biru, hijau,merah. Pada
usia tua, kornea mata menjadi kuning sehingga cahaya yang masuk kedalam
indera penglihatan menjadi tersaring dan cenderung kearahwarna merah
(Rachman, 2010).

e. Pendengaran semakin lemah


Pada umumnya seseorang mengalami kemunduran dalam kemampuannya
membedakan nada secara tajam pada tiap dasawarsa dalam hidupnya. Pria
cenderung lebih cepat mundur dalam hal ini daripada wanita. Hanya 11 persen
dari orang berusia 20 tahun yang mengalami kurang pendengaran. Sampai 51
persen dari orang yang berusia 70 tahun ditemukan mengalami kurang
pendengaran (Asmin, 2009). Gangguan pendengaran merupakan suatu keadaan
yang menyertai lanjutnya usia. Dengan makin lanjutnya usia terjadi degenerasi
primer di organ corti berupa hilangnya sel epitel syaraf yang di mulai pada usia
pertengahan (Vander Cammen, 1991).
Kehilangan pendengaran pada lansia disebut presbikusis. fenonema
tersebut sebagai suatu penyakitsimetris bilateral pada pendengaran yang
berkembang secara progresif lambat terutama memengaruhi nada tinggi dan
dihubungkan dengan penuaan (Rees and Deekert, 1990).
Faktor penyebab:
Pada lansia, struktur di telinga menjadi kurang elastis. Rambut-rambut
halus rusak dan kurang mampu merespon gelombang suara. Gangguan
pendengaran dapat berkembang selama beberapa tahun. (Rees and Deekert, 1990).
Contoh: Suara-suara terdengar seperti bergumam, sehingga lansia sulit
untuk mengerti pembicaraan, sulit mendengar pembicaraan di sekitarnya,
terutama jika berada di tempat dengan latar belakang suara yang ramai.

f. Kemampuan membedakan bunyi makin berkurang


Pembedaan bunyi atau kemampuan untuk membedakan bunyi makin
mengurang dengan bertambahnya usia. Dengan demikian, bicara orang lain yang
terlalu cepat makin sukar ditangkapnya, dan bunyi sampingan dan suara di latar
belakangnya bagai menyatu dengan bicara orang. Makin sukar pula membedakan
bunyi konsonan seperti t, g, b, c, dan d. (Sitohang, 2009).
Kemampuan seseorang untuk membedakan nada suara rendah dari yang
tinggi, suara latar belakang dari suara utama, makin menurun sejalan dengan
meningkatnya usia. Seseorang yang berusia sekitar 20 tahun dapat membedakan
dengan jelas tiap jenis dan tingkatan nada suara. Setelah berusia sekitar 40 tahun
orang dewasa mengalami kesulitan untuk menangkap tuturan melalui alat
elektronika seperti mikrofon, radio, televisi, dan rekaman kaset (Legiman, 2013).

2.2.2

Hambatan psikologis

a. Orang dewasa tidak diajar namun dimotivasi


Banyak orang dewasa yang merasa sudah tua yakin bahwa mereka lebih
sukar dilatih. Mereka kurang bisa menyesuaikan diri dengan perubahan dan terlalu
tua untuk belajar. Orang tua yang diperlakukan seperti anak-anak akan
menimbulkan banyak masalah seperti motivasi yang rendah, serta bakan dan
pengalaman mereka tidak dapat dimanfaatkan dan dikembangkan. Orang dewasa
akan lebih siap belajar apabila mempunyai dorongan untuk ingin tahu sesuatu,
sehingga pendidikan/pembelajaran orang dewasa perlu dirancang untuk dapat
menimbulkan rangsangan keingintahuan (Legiman, 2013).
Cut Zurnali (2004) mengemukakan Seseorang dikatakan memiliki
motivasi tinggi dapat diartikan orang tersebut memiliki alasan yang sangat kuat
untuk mencapai apa yang diinginkannya dengan mengerjakan pekerjaannya yang
sekarang. Motivasi karyawan dipengaruhi oleh motif, harapan dan insentif yang
diinginkan. Motif adalah faktor-faktor yang menyebabkan individu bertingkah
laku atau bersikap tertentu. Ekspektasi atau harapan adalah adanya kekuatan dari
kecenderungan untuk bekerja secara benar tergantung pada kekuatan dari
pengharapan bahwa kerja akan diikuti dengan pemberian jaminan, fasilitas dan
lingkungan atau outcome yang menarik. Insentif adalah perangsang yang
menjadikan sebab berlangsungnya kegiatan, memelihara kegiatan agar mengarah
langsung kepada satu tujuan yang lebih baik dari yang lain. Contoh memotivasi
orang lain salah satunya dengan tampil semangat dan optimis.

b. Pesan berhubungan dengan kebutuhan


Orang dewasa siap belajar sesuatu atau mereka membutuhkan karenan
tingkatan perkembangan mereka yang harus menghadapi dalam peranannya.
Kesiapan mereka bukan karena pelaksanaan akademik, tetapo karena kebutuhan
untuk melaksanakan tugas peran sosialnya (Sitohang, 2009).
Salah satu prinsip belajar orang dewasa adalah belajar karena adanya suatu
kebutuhan. Kebutuhan yang paling dasar adalah kebutuhan fisik atau sandang /
pangan. Sebelum seseorang merasakan kebutuhan fisik berupa sandang, pangan,
dan papan, maka setiap individu belum membutuhkan atau merasakan apa yang
dinamakan sebagai harga diri. Setelah kebutuhan dasar itu terpenuhi, maka
seseorang perlu rasa aman jauh dari rasa takut, kecemasan, dan kekhawatiran.
Apabila rasa aman telah terpenuhi, maka setiap individu butuh penghargaan
terhadap hak azasi dirinya yang diakui oleh setiap individu di luar dirinya. Jika
kesemuanya itu terpenuhi barulah individu itu merasakan mempunyai harga
diri(Lunandi dalam Bambang 2010).

Faktor penyebab :
Pendidikan orang dewasa yang memiliki harga diri dan jati dirinya
membutuhkan pengakuan, dan itu akan sangat berpengaruh dalam proses
belajarnya. Dengan mengetahui kebutuhan orang dewasa sebagai peserta kegiatan
pendidikan/pelatihan, maka akan dapat dengan mudah dan dapat ditentukan
kondisi belajar yang harus disediakan, isi materi apa yang harus diberikan,
strategi, teknik serta metode apa yang cocok digunakan.
Contoh:
Penyampaian pesan kepada masyarakat pesisir mengenai pengolaha ikan
lebih dibutuhkan dibandingkan kepada masyarakat yang berada di pegunugan.

10

c. Belajar itu menyakitkan karena harus meninggalkan kebiasaan


dan cara berfikir lama
Orang dewasa seolah-olah sudah yakin terhadap apa yang pernah
dipelajari, sehingga cinderung untuk menolak hal-hal yang sifatnya baru. Mereka
sulit menerima gagasan, konsep, metode, dan prinsip yang baru. Hal ini yang
menyebabkan

mereka

bertindak

secara

otoriter

sebagai

cara

untuk

mempertahankan diri (Dimyati, 2010).


Menurut Guilford (dalam Munandar, 2004) cara berpikir konvergen adalah
cara-cara individu dalam memikirkan sesuatu dengan berpandangan bahwa hanya
ada satu jawaban yang benar. Sedangkan cara berpikir divergen adalah
kemampuan individu untuk mencari berbagai alternatif jawaban terhadap suatu
persoalan.
Kemampuan berpikir luwes atau fleksibel (flexibility) Merupakan
kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam mengatasi
persoalan, orang yang kreatif adalah orang yang kreatif dalam berpikir, mereka
dapat dengan mudah meninggalkan cara berpikir yang lama dan menggantikan
dengan cara berpikir yang baru. Diperlukan kemampuan untuk tidak terpaku pada
pola pemikiran yang lama. Fleksibilitas spontan adalah kemampuan untuk
menyampaikan berbagai macam ide tentang apa saja tanpa rasa takut salah.
Sedangkan fleksibilitas adaptif adalah kemampuan untuk menyampaikan berbagai
macam ide tentang apa saja tetapi masih memperhatikan kebenaran ide tersebut
(Munandar, 2014). Contoh memberikan suatu ilmu kepada Orang dewasa agar
mempu membuat diri mereka menjadi kereative dan berpikir modern.

11

d. Belajar itu mengalami sesuatu, bukan dimarahi/digurui


Lee Cronbach dalam Muchlis (2011) mengungkapkan bahwa belajar
merupakan perubahan prilaku sebagai hasil dari pengalaman. Karena itu,
menurutnya sebaik-baik belajar adalah dengan mengalami sesuatu, bukan digurui
atau dimarahi. Mengalami sesuatu yaitu dengan mempergunakan panca
inderanya-mata untuk mengamati, telinga untuk mendengar, hidung untuk
mencium, lidah untuk merasa, kulit juga untuk merasakan sesuatu, sehingga
diharapkan seorang pembelajar mampu membaca, mengamati, meniru, dan
kemudian mengolahnya.
Oleh sebab itu, harus dipahami bahwa, orang dewasa yang tumbuh sebagai
pribadi dan memiliki kematangan konsep diri bergerak dari ketergantungan seperti
yang terjadi pada masa kanak-kanak menuju ke arah kemandirian atau pengarahan
diri sendiri. Kematangan psikologi orang dewasa sebagai pribadi yang mampu
mengarahkan diri sendiri ini mendorong timbulnya kebutuhan psikologi yang
sangat dalam yaitu keinginan dipandang dan diperlakukan orang lain sebagai
pribadi yang mengarahkan dirinya sendiri, bukan diarahkan, dipaksa dan
dimanipulasi oleh orang lain. Dengan begitu apabila orang dewasa menghadapi
situasi yang tidak memungkinkan dirinya menjadi dirinya sendiri maka dia akan
merasa dirinya tertekan dan merasa tidak senang. Karena orang dewasa bukan
anak kecil (Asmin, 2009). Contohnya dengan memberikan orang dewasa
kesempatan

untuk

menceritakan

setiap

pembelajaran.

12

pengalamannya

sebagai

materi

e. Belajar itu khas dan bersifat individual


Jadi setiap orang mempunyai cara dan kecepatan sendiri dalam
memecahkan masalah. Akan lebih baik kalau mereka mengamati dan belajar dari
pengalaman orang lain (Basleman, 2005).
Dalam hal lainnya, tidak dapat dinafikkan bahwa orang dewasa belajar
secara khas dan unik. Faktor tingkat kecerdasan, kepercayaan diri, dan perasaan
yang terkendali harus diakui sebagai hak pribadi yang khas sehingga keputusan
yang diambil tidak harus selalu sama dengan pribadi orang lain. Kebersamaan
dalam kelompok tidak selalu harus sama dalam pribadi, sebab akan sangat
membosankan kalau saja suasana yang seakan hanya mengakui satu kebenaran
tanpa adanya kritik yang memperlihatkan perbedaan tersebut. (Asmin, 2009).
Oleh karena sifat belajar bagi orang dewasa adalah bersifat subjektif dan
unik, maka terlepas dari benar atau salahnya, segala pendapat, perasaan, pikiran,
gagasan, teori, sistem nilainya perlu dihargai. Tidak menghargai (meremehkan
dan menyampingkan) harga diri mereka, hanya akan mematikan gairah belajar
orang dewasa. Namun demikian, pembelajaran orang dewasa perlu pula
mendapatkan kepercayaan dari pembimbingnya, dan pada akhirnya mereka harus
mempunyai kepercayaan pada dirinya sendiri. (Asmin, 2009).
Faktornya karena setiap manusia mempunyai kemampuan dan cara yang
berbeda

dalam

pembelajarannya.

Contohnya

adalah

murid-murid

SLB

mempunyai cara tersendiri untuk belajar dari pada murid-murid dari sekolah
biasa.

13

f. Sumber terkaya untuk bahan belajar terdapat pada pengalaman.


Asumsinya adalah bagaimana individu tumbuh matang dia mengumpulkan
sejumlah besar pengalaman dimana hal ini menyebabkan dirinya enjadi sumber
belajar orang yang kaya pengalaman dan pada waktu yang sama memberikannya
dasar yang luas untuk belajar sesuatu yang baru (Sitohang, 2009).
Individu tumbuh matang akan mengumpulkan sejumlah besar pengalaman
dimana hal ini menyebabkan dirinya menjadi sumber belajar yang kaya, dan pada
waktu yang sama memberikan dia dasar yang luas untuk belajar sesuatu yang
baru. Di sini ada anggapan bahwa dalam perkembangannya seseorang membuat
semacam alat penampungan (reservoair) pengalaman yang kemudian akan
merupakan sumber belajar yang sangat bermanfaat bagi diri sendiri mau pun bagi
orang lain. Lagi pula seseorang akan menangkap arti dengan lebih baik tentang
apa yang dialami daripada apabila mereka memperoleh secara pasif, oleh karena
itu teknik penyampaian yang utama adalah eksperimen, percobaan percobaan di
laboratorium, diskusi, pemecahan masalah, latihan simulasi, dan praktek lapangan
(Asmin, 2009)
Faktornya

adalah

orang

dewasa

kurang

bisa

mengambil

suatu

pembelajaran baru dari seseorang maka diperlukan pengalaman dari orang dewasa
untuk suatu pembelajaran. Contoh dalam suatu pembelajaran orang dewasa diajak
untuk menceritakan pengalamannya dalam suatu kegiatan dan mencoba mengajak
orang dewasa untuk menganalisis serta menumukan akar masalah dan mencari
solusinya.

14

g. Belajar itu suatu proses intelektual dan emosional


Pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa
memperoleh pengalaman belajar secara maksimal dan baik (Bratayadnya, 2010).
(Goleman

2000

dalam

Budiarta

et

al,

2014)

menyatakan

bahwa:kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesusksesan,


sedangkan yang lainya adalah sumbangan faktor kekuatan- kekuatan lain,
diantaranya adalah kecerdasan emosional yakni kemampuan mengembangkan
diri, kemampuan mengembangkan motivasi, kemampuan mengembangkan
pengaturan diri,

kemampuan mengembangkan empati,

dan kemampuan

mengembangkan kecakapan dalam membina hubungan dengan orang lain.


Dalam proses belajar siswa, kedua inteligensi itu sangat diperlukan. IQ
tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan dari emosional
terhadap mata pelajaran yang disampaikan di sekolah. Namun biasanya kedua
inteligensi itu saling melengkapi. Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan
kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah. Pendidikan di sekolah bukan hanya
perlu mengembangkan retional intelligince yaitu model pemahaman yang
lazimnya dipahami siswa saja, melainkan juga perlu mengembangkan emotional
intilligence siswa (Goleman, 2002 dalam Budiarta, 2014).
Faktornya karena setiap orang harus dapat berfikir secara intelek dan
mampu mengendalikan emosinya. Contohnya diadakan diskusi antar kelompok,
dan debat antar kelompok.

15

h. Belajar itu hasil kerjasama antar manusia


Burton (dalam Ahmad Rohani, 2004) berpendapat bahwa group process
atau proses kelompok yaitu cara individu mengadakan relasi dan kerjasama
dengan individu lain untuk mencapai tujuan bersama. Kemampuan bekerjasama
sangat diperlukan karena kita merupakan makhluk sosial yang membutuhkan
orang lain untuk saling tolong menolong. Kemampuan bekerjasama ini akan
sangat bermanfaat dalam dunia kerja dan kehidupan masyarakat nanti (Anita Lie,
2008).
Sangat penting menciptakan iklim kerjasama yang menghargai antara guru
dan siswa. Suatu iklim belajar orang dewasa dapat dikembangkan dengan
pengaturan lingkungan phisik yang memberikan kenyamanan dan interaksi yang
mudah, misalnya mengatur kursi atau meja secara melingkar, bukan berbarisberbaris ke belakang. Guru lebih bersifat membantu bukan menghakimi (Asmin,
2009)
Di sini, setiap individu yang berhadapan dengan individu lain akan dapat
belajar bersama dengan penuh keyakinan. Perubahan perilaku dalam hal
kerjasama dalam berbagai kegiatan, merupakan hasil dari adanya perubahan
setelah adanya proses belajar, yakni proses perubahan sikap yang tadinya tidak
percaya diri menjadi perubahan kepercayaan diri secara penuh dengan menambah
pengetahuan atau keterampilannya. Faktornya karena manusia adalah makhluk
sosial yang membutuhkan orang lain dalam kehidupannnya. Contoh membuat
kelompok.

16

i. Belajar itu proses evolusi


Menurut Solina dkk. (2013) dikutip dari Purwanto mendeskripsikan
belajar sebagai proses yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan dalam
tingkah laku yang baru sebagai hasil berinteraksi dengan lingkungan.
Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses evolusi. Artinya penerimaan
ilmu tidak dapat dipaksakan sekaligus begitu saja, tetapi dapat dilakukan secara
bertahap melalui suatu urutan proses tertentu. Dalam kegiatan pendidikan,
umumnya pendidik menentukan secara jauh mengenai materi pengetahuan dan
keterampilan yang akan disajikan. Mereka mengatur isi (materi) ke dalam unitunit, kemudian memilih alat yang paling efisien untuk menyampai unit-unit dari
materi tersebut, misalnya ceramah, membaca, pekerjaan laboratorium, film,
mendengar kaset dan lain-lain. Selanjutnya mengembangkan suatu rencana untuk
menyampaikan unit-unit isi ini dalam suatu bentuk urutan (Asmin, 2009).
Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses evolusi. Artinya penerimaan
ilmu tidak dapat dipaksakan sekaligus begitu saja, tetapi dapat dilakukan secara
bertahap melalui suatu urutan proses tertentu. Dalam kegiatan pendidikan,
umumnya pendidik menentukan secara jauh mengenai materi pengetahuan dan
keterampilan yang akan disajikan. Mereka mengatur isi (materi) ke dalam unitunit, kemudian memilih alat yang paling efisien untuk menyampai unit-unit dari
materi tersebut, misalnya ceramah, membaca, pekerjaan laboratorium, film,
mendengar kaset dan lain-lain. Selanjutnya mengembangkan suatu rencana untuk
menyampaikan unit-unit isi ini dalam suatu bentuk urutan (Nursalam, 2003).
Contoh : Belajar disekolah dengan bertahap dari TK sampai sarjana.

17

2.2.3

Perilaku yang Menghambat

a. Harapan mendapat hak baru namun yang didapat/didengar tidak


sesuai dengan harapan. Timbul kebosanan.
Materi harus dipilih atas pertimbangan sejauh mana peranannya dalam
menciptakan situasi untuk penyesuaian perilaku warga belajar di dalam mencapai
tujuan belajar yang ditetapkan (Malik, Hakim K., 2008).
Belajar bagi orang dewasa bersifat subjektif dan unik. Lepas dari benar
atau salah, segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, konsep, teori, system nilai
dan lain-lain yang disampaikan haruslah dihargai. Meremehkan (teremehkannya)
dan mengenyampingkan (terkesampingkannya) harga diri mereka, dapat
dipastikan, akan mematikan gairah mereka. (Lunandi, 1987).
Harapan seseorang untuk mendapatkan hal-hal baru, namun yang
didapatkan ternyata tidak sesuai dengan harapan sehingga yang bersangkutan
menjadi tidak respons atau tidak tertarik lagi terhadap apa yang diberikan dalam
proses belajar yang sedang berlangsung (Ahmad, 2011).

18

b. Mendengar teori yang muluk, sehingga meragukan kemungkinan


penerapan dalam praktek.
Dalam perkembangannya seseorang membuat semacam alat penampungan
(reservoair) pengalaman yang kemudian akan merupakan sumber belajar yang
sangat bermanfaat bagi diri sendiri mau pun bagi orang lain. Lagi pula seseorang
akan menangkap arti dengan lebih baik tentang apa yang dialami daripada apabila
mereka memperoleh secara pasif, oleh karena itu teknik penyampaian yang utama
adalah eksperimen, percobaan-percobaan di laboratorium, diskusi, pemecahan
masalah, latihan simulasi, dan praktek lapangan (Arif, 1994).

19

c. Harapan menfapatkan resep/petunjuk baru, namun harus


mencari pemecahan sendiri.
Orang dewasa kecenderungan memiliki orientasi belajar yang berpusat
pada pemecahan problem kehidupan (problem centered orientation), hal ini
dikarenakan belajar bagi orang dewasa seolah-olah merupakan kebutuhna untuk
menghadapi problem hidupnya. Pada orang dewasa perspektif waktu belajarnya
lebih bersifat segera mengambil manfaat atau aplikasi diri sesuatu yang dipelajari
(Sitohang, 2009).

20

d. Pesan bersifat umum, tidak spesifik.


Pesan bersifat umum, tidak spesifik terhadap suatu permasalahan
maksudnya pesan yang disampaikan tidak mnuju pada suatu persoalan yang
mendalam, sehingga tidak dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapai
peserta (Setiana, 2005).

21

e. Sulit menerima perubahan.


Sulitnya menerima perubahan merupakan indikasi dari cerminan kapasitas
mendengarkan, menganalisis dan juga kesiapan terhadap suatu perubahan.
(Aspell, 2003).
Orang dewasa sering kali sudah mempunyai sikap dan keterampilan
tertentu yang sudah sedemikian lama menetap dalam dirinya. Pada kondisi yang
demikian, perubahan perilaku akan menjadi sulit diwujudkan. Orang dewasa
sering kali merasa telah memiliki pengetahuan yang juga telah dianggapnya benar
dan bermanfaat. Pengetahuan yang telah dirasakan dimiliki semacam ini, belum
tentu akan secara mudah dapat digantikan dengan pengetahuan yang baru, apalagi
jika pengetahuan yang baru tersebut tidak sejalan dengan yang telah ia miliki
tersebut (Lunandi, 1987).
Pendidik

tidak

jarang

menghadapi

peserta

didik

yang

sulit

menerimaperubahan. Berdasarkan hal tersebut maka pendidik perlu mengubah


jenis sasaran peserta didik ke pengetrap awal. Menurut King (2010) pengetrap
awal yang di jadikan sasaran pendidikan adalah mereka yang mengalami
perubahan fisik pada masa dewasa awal dan mereka yang mengalami perubahan
fisik pada dewasa tengah.

22

III.

PERBEDAAN PEMBANGUNAN SOSIAL DAN PEMBANGUNAN


MASYARAKAT

3.1 Pembangunan Sosial


1. Bertolak belakang dari konsep Hak Asasi Manusia
Bagi bangsa Indonesia pelaksanaan HAM mempunyai landasan ideal
konstitusi, konsep HAM yang dianut bangsa Indonesia adalah sebagai penjabaran
dari sila kemanusiaan yang adil dan beradab yang disemangati oleh keseluruhan
sila-sila lain dari pancasila. Konsep HAM di negara Indonesia bertitik tolak dari
keseluruhan martabat manusia secara menyeluruh, disamping martabat seorang
demi seorang oleh karena itu paham HAM di Indonesia tidak individualis yang
mengabaikan kepentingan masyarakat, bangsa dan Negara (Ediwarman, 2000).
Beberapa kejadian pelanggaran HAM di Indonesia menunjukkan perlunya
pemahaman HAM tidak sebatas karena hak itu dipunyai oleh semua manusia,
namun juga pelayanan terhadap hal itu perlu dilakukan oleh semua manusia.
(Yuliarso dan Prajarto, 2005).
Amartya Kumar Sen (1998) dalam Prasetyo, dkk (2010) berpendapat
bahwa jika sukses ekonomi suatu bangsa hanya ditentukan oleh pendapatan dan
indikator-indikator kemewahan tradisional lainnya serta kesehatan finansial, maka
tujuan utama bagi tercapainya kesejahteraan telah meleset/gagal. Sehingga
keberhasilan pembangunan suatu negara tidak hanya diukur dari besarnya
pendapatan perkapita penduduknya, tetapi juga memasukan indikator-indikatir
kesejahteraan.

23

2. Pendekatan aspectual (Pembangunan social merupakan salah satu


aspek pembangunan nasional)
Dalam pembangunan social, hanya satu aspek saja yang diurus. Menurut
Suratman (2008) dalam Mufizar, dkk (2012), pembangunan social memandang
kemiskinan tidak secara streotif dan seragam, karena setiap daerah tidak memiliki
variasi persoalan yang berbeda dan mempunyai ciri khas. Pendekatan
pembangunan social sudah selayaknya mampu menampung permasalahan yang
beraneka ragam oleh karena itu harus memberi peluang kepada masyarakat secara
leluasa mencari solusi terhadap persoalan yang menimpa.
Sebagai contoh Yulianita (2009) menyatakan bahwa pembangunan
ekonomi menjadi dasar dari semua pembangunan. Pertumbuhan ekonomi adalah
salah satu indicator penting dalam melakukan analisi tentang pembangunan
ekonomi yang terjadi pada suatu Negara. Di samping itu pertumbuhan ekonomi
dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan pembangunan yang dicapai.
Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses multi-dimensional yang
mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur; ekonomi, sosial, sikapsikap masyarakat dan institusi-institusi, di samping itu tetap mengejar akselerasi
pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan, kemiskinan dan pengangguran
(Todaro, 2007 dalam Prasetyo, dkk, 2010). Berbagai kajian menyatakan bahwa
pertumbuhan ekonomi Indonesia masih rendah dan tidak berkualitas, sehingga
tidak banyak manfaatnya untuk mengurangi masalah; kemiskinan, pengangguran
dan ketimpangan distribusi pendapatan (Prasetyo, dkk, 2010). Jadi seharusnya,
pembangunan tidak hanya kepada satu aspek.

24

3. Sasaran biasanya lapisan bawah/kaum melarat, subsistem


Pitirin A. Sorokin dalam Moeis (2008) mengatakan bahwa barang siapa
yang memiliki sesuatu yang berharga itu dalam jumlah yang sangat banyak, suatu
keadaan tidak semua orang bisa demikian bahkan hanya sedikit orang yang bisa,
dianggap oleh masyarakat berkedudukan tinggi atau ditempatkan pada lapisan
atas masyarakat; dan mereka yang hanya sedikit sekali atau sama sekali tidak
memiliki sesuatu yang berharga tersebut, dalam pandangan masyarakat
mempunyai kedudukan yang rendah. Atau ditempatkan pada lapisan bawah
masyarakat.
Menurut Sekretariat Jenderal DPR RI (2009), pembangunan sosial lebih
berorientasi pada peningkatan kualitas hidup manusia dalam arti luas. Sasaran
pelayanan pembangunan kesejahteraan sosial mencakup individu dan masyarakat
dari berbagai kelas sosial ekonomi, namun sasaran utama pelayanan
pembangunan sosial pada umumnya adalah mereka yang tergolong kelompokkelompok kurang beruntung (disadvantaged groups) yang di Indonesia dikenal
dengan nama Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS).
Contoh dapat diambil dari penilitian yang dilakukan oleh Prasetyo, dkk
(2010). Penelitian ini bertujuan untuk menyusun model dasar strategi pengentasan
kemiskinan yang kredibel dan akuntabel serta mudah dan murah dilakukan sendiri
oleh warga miskin khyalak sasaran. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Bringin
yang berdasarkan data BPS (tahun 2007 dan 2009) merupakan salah satu wilayah
yang terdapat banyak jumlah warga miskinnya. Dan berdasarkan data Kecamatan
Bringin, dapat disimpulkan juga bahwa daerah ini merupakan salah satu wilayah
daerah yang tergolong lambat dalam perkembangan pembangunannya.

25

4. Umumnya bermotif charity atau perikemanusiaan


Pembangunan berperikemanusiaan dapat dicapai melalui tiga nilai inti.
Pertama, nafkah hidup yang diartikan dalam pemenuhan kesejahteraan individu
yang sering diukur dalam pendapatan per kapita. Kedua, bebas dari perbudakan
dan dapat memilih yang diartkan dala pemenuhn kebutuhan pendidikan,
kesehatan,dan kualitas hidup secara umum. Ketiga, harga diri (self-esteem dan
self-respect) (Goulet dalam Todaro dan Smith, 2006).
Proses pembangunan sosial sangat terkait dengan pembangunan ekonomi.
Aspek ini yang membuat pembangunan sosial berbeda ketika dibandingkan
dengan pendekatan lain dalam mengangkat kesejahteraan orang banyak.
Pembangunan sosial mencoba untuk mengaplikasikan kebijakan-kebijakan dan
program-program sosial untuk mengangkat kesejahteraan sosial, pembangunan
sosial melakukannya dengan kontaks proses pembangunan (Midgley,2005).
Konsep pembangunan sosial merupakan konsep yang multidimensional,
yang mengacu pada serangkaian karakteristik dan segenap aspek kehidupan, baik
aspek politik, ekonomi maupun sosial, diman pembangunan bertumpu pada
masyarakat dan negara yang menjadi paradigma pembangunan (Dewi, 2007).
Teori-teori tentang bentuk modal manusia dan pembangunan sumberdaya
manusia memandang kemanusiaan sebagai cara untuk meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan ketimbang sebagai tujuan atau akhir. Teori-teori ini
memperhatikan kemanusiaan sebagai input pada meningkatnya suatu basil
(Suharto, 2009).

26

5. Umumnya digerakan dari atas atau luar masyarakat yang


bersangkutan
Menurut Mahmudi (2007), pelayanan public adalah segala kegiatan
pelayanan yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai
upaya pemenuhan kebutuhan publik dan pelaksanaan kententuan peraturan
perundang-undangan. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan penyelenggara
pelayanan publik adalah instansi pemerintah, baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah. Sedangkan pelayanan publik yang harus diberikan kepada
masyarakat.
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar masyarakat, oleh karena
itu kesehatan adalah hak bagi setiap warga masyarakat yang dilindungi UndangUndang Dasar. Oleh karena kesehatan merupakan faktor utama kesejahteraan
masyarakat yang hendak diwujudkan pemerintah, maka kesehatan harus menjadi
perhatian utama pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik. Pemerintah
harus dapat menjamin hak masyarakat untuk sehat (right for health) dengan
memberikan pelayanan kesehatan secara adil, merata, memadai, terjangkau, dan
berkualitas (Widodo, dkk, 2011).
Kebijakan pemerintah sebelumnya dirasakan kurang berpihak kepada
masyarakat miskin, salah satunya adalah pelayanan kesehatan bagi masyarakat
miskin di Jakarta. Dalam usaha memenuhi hak atas kesehatan warganya,
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (Pemprov DKI) meluncurkan program Kartu
Jakarta Sehat Lewat program ini, biaya pengobatan bagi warga Jakarta di
Puskesmas dan rawat inap kelas tiga di RSUD maupun rumah sakit swasta yang
menjadi rekanan Pemprov DKI ditiadakan (Sudarjah dan Maqin, 2013).

27

6. Sasarannya dititik beratkan pada individu


Pembangunan Sosial oleh Individu, di mana kesejahteraan masyarakat
secara keseluruhan dapat diangkat ketika para individu berusaha untuk
mengangkat

kesejahteraan

mereka

masing-masing.

Pendekatannya

lebih

mengarah pada pendekatan individualis dan pendekatan enterprise (usaha)


(Midgley, 2005).
Perubahan sosial perubahan-perubahan sosial dikaitkan sebagai perubahan
dalam hubungan sosial atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan hubungan
sosial tersebut. Setiap perubahan yang terjadi dalam struktur masyarakat atau
perubahan dalam organisasi (Dewi, 2007). Menurut Esmara (1986), modernisasi
merupakan usaha penyesuaian hidup dengan konstelasi dunia sekarang ini. Hal itu
berarti bahwa untuk mencapai tingkat modern harus berpedoman kepada dunia
sekitar yang mengalami kemajuan. Modernisasi yang telah dilandasi oleh
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya bersifat fisik material saja,
melainkan lebih jauh dari pada itu, yaitu dengan dilandasi oleh sikap mental yang
mendalam (Syabra R, 2003).
Kesejahteraan sosial yang dicapai oleh sesuatu komuniti digambarkan oleh
kedudukan atau keadaan sesuatu komuniti yang digambarkan pula oleh tahap dan
taraf hidup individu, keluarga dan komuniti berkenaan. Tahap merujuk kepada
apa yang dirasai, dinikmati atau dideritai oleh sesebuah komuniti. Manakala taraf
pula merujuk kepada apa yang ingin dicapai oleh komuniti berkenaan. Tahap dan
taraf hidup individu, keluarga dan komuniti boleh dinilai berdasarkan kepada
indikator-indikator kesejahteraan sosial (Zakaria, 2004)

28

7. Umumnya mempunyai maksud kuratif, terapeutikal,


rehabilitative
Kebijakan sosial yang bersifat kuratif atau residual bahwa kebijakan sosial
hanya diperlukan apabila lembaga-lembaga alamiah seperti pasar dan keluarga
tidak dapat menjalankan peranannya sehingga pelayanan yang diberikan bersifat
temporer (Soetomo,2006).
Kuratif yaitu tindakan ini diambil setelah terjadinya tindak penyimpangan
sosial.Tindakan ini ditujukan untuk memberikan penyadaran kepada para pelaku
penyimpangan agar dapat menyadari kesalahannya dan mau serta mampu
memperbaiki perbuatannya, sehingga di kemudian hari tidak lagi mengulangi
kesalahannya (Soetomo, 2006).
Sebagai sebuah kebijakan publik, kebijakan sosial memiliki fungsi
preventif

(pencegahan)

kuratif

(penyembuhan)

dan

pengembangan

(developmental). Kebijakan sosial merupakan ketetapan yang didesain secara


kolektif untuk mencegah terjadinya masalah sosial (fungsi preventif), mengatasi
masalah sosial (fungsi kuratif) dan mempromosikan kesejahteraan (fungsi
pengembangan) sebagai wujud kewajiban negara (state obligation) dalam
memenuhi hak-hak warganya (Suharto, 2005).
Dalam pengertian yang sangat luas, preventif diartikan sebagai upaya
secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan, atau
kerugian bagi seseorang atau masyarakat.Upaya kuratif adalah bertujuan untuk
mengobati suatu hal yang telah terjadi. Sedangkan rehabilitative adalah upaya
pemulihan terhadap sesuatu hal yang telah terjadi (Yuni, 2013).

29

8. Akibat 7, kegiatan pembangunan biasa bersifat


incidental/kasuistik
Pendekatan kasuistik adalah usaha memecahkan kasus-kasus konkrit
dibidang moral dengan menerapkan prinsip-prinsip etika umum. Dalam
pendekatan kausistik faktor-faktor spesifik yang menandai suatu situasi tertentu
bisa sangat mempengaruhi penilaian terhadap suatu kasus. Situasi yang spesifik
harus diperhitungkan dalam menerapkan prinisp etika umum (Bertens, 2003).
Kecenderungan ke arah pembuatan keputusan ke arah yang rasional oleh
masyarakat itu sendiri. Partisipasi masyarakat tidak lain adalah peningkatan mutu
kegotong royongan tradisional yang berdasarkan spontanitas, kesukarelaan dan
bersifat insidental. Bila kondisi ini tercipta, maka akan tercipta kondisi berikutnya,
yakni satu keadaan dimana masyarakat menjadi lebih bertanggung jawab terhadap
segala hsil pembangunan. Dan dengan demikian, akan lahirlah kemudian apa yang
tadi disebut sebagai masyarakat madani, atau civil society (Ismail, 2009).
Kecenderungan dasar dalam proses pembangunan masyarakat dewasa
menekankan bahwa partisipasi sosial warga masyarakat adalah kebersamaan atau
saling memberikan sumbangan akan kepentingan dan masalah-masalah bersama,
yang tumbuh dari kepentingan dan perhatian individu warga masyarakat itu
sendiri (Zulkarimen, 2004).

30

9. Pada umumnya focus daerah perkotaan


Sebagai langkah konkret paradigma pembangunan tersebut, tahun 1999
pemerintah mencanangkan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan
(P2KP) sebagai upaya membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah
daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan (Departemen
Pekerjaan Umum, 2009 dalam Marvin dan Lubis, 2011).
Berbagai kebijakan dan program pemerintah selama ini telah dilaksanakan
dalam rangka menanggulangi kemiskinan di Indonesia salah satunya Program
Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP). Kebijakan P2KP digulirkan
sebagai wujud konkrit kepedulian dan komitmen pemerintah dalam rangka
penanggulangan kemiskinan, khususnya di perkotaan, yang pelaksanaannya
berdasarkan instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 1993 tentang Upaya Mempercepat
Penanggulangan Kemiskinan melalui Pemberdayaan Masyarakat (Aneta, 2010).
Salah satu contoh yaitu perkembangan system transportasi. Perkembangan
teknologi mendorong lahirnya sistem transportasi yang lebih andal dan sangat
berpengaruh pada bentuk suatu kota. Sistem transportasi yang dimaksud meliputi
transportasi umum dan kendaraan pribadi. Transportasi umum memegang peranan
yang cukup penting dalam kota karena sistem ini dapat mengangkut lebih banyak
penumpang de-ngan menggunakan luas lahan dan ruang jalan yang sedikit. Selain
itu perencanaan transportasi umum regional dapat menjadi perangkat utama dalam
pengembangan ekonomi wilayah perkotaan (Suweda, 2011).

31

3.2 Pembangunan Komunitas

1. Bertolak dari konsep komunitas


Asal kata community adalah bahasa Latin munus, yang bermakna the
gift (memberi), cum, dan kebersamaan (together) antara satu sama lain. Dapat
diartikan, komunitas adalah sebagai sekelompok orang yang saling berbagi dan
saling mendukung satu sama lain. Syarat pokok agar mereka dapat saling berbagi
dan saling mendukung adalah intrekasi. Hanya dengan melakukan interaksi satu
sama lain secara intensiflah keduanya dapat terjadi (Syahyuti, 2005).
Secara umum, komunitas (community) adalah sekelompok orang yang
hidup bersama pada lokasi yang sama, sehingga mereka telah berkembang
menjadi sebuah kelompok hidup (group lives) yang diikat oleh kesamaan
kepentingan (common interests). Dalam sosiologi, secara harfiah maknanya
adalah masyarakat setempat yaitu sekelompok masyarakat yang hidup bersama
sedemikian rupa sehingga merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi
kepentingan-kepentingan hidup yang utama. Faktor yang menjadi dasar adalah
adanya interaksi yang intensif di antara para anggotanya, Jadi ukurannya adalah
derajat hubungan sosial (Jay, 2001).
Suatu gerakan yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup
keseluruhan komounitas melalui partisipasi aktif, dan jika memungkinkan,
berdasarkan inisitaif masyarakat. Hal ini meliputi berbagai kegiatan pembangunan
di tingkat distrik, baik dilakukan oleh pemerintah ataupun lembaga-lembaga non
pemerintah (pengembangan masyarakat) harus dilakukan melalui gerakan yang
kooperatif dan harus behubungan dengan bentuk pemerintahan lokal terdekat
(Adi, 2003).

32

2. Pendekatan societal (seluruh aspek kehidupan komunitas


mendapat perhatian)
Pembangunan Masyarakat menurut sektor tertentu seperti kesehatan,
pertanian, home industry, adalah pembangunan masyarakat sebagai program. Jadi
tekanannya pada kegiatan Pembangunan Masyarakat sebagai suatu gerakan
diartikan sebagai kegiatan yang diarahkan untuk menggerakkan warga masyarakat
terhadap kegiatan, sehingga warga masyarakat itu committed, tidak netral,
mereka memihak secara emosional pada kegiatan pembangunan masyarakat
(Raharjo Adisasmita, 2006).
Seluruh aspek kehidupan komunitas mendapat perhatian. Pembangunan
masyarakat ini merupakan sebagai suatu program berarti sebagai serangkaian
prosedur dan substansi kegiatan. Dengan demikian tekananya terletak pada tujuan
Pembangunan Masyarakat sebagai suatu program berarti sebagai serangkaian
prosedur dan substansi kegiatan. Dengan melakukan prosedur itu kegiatankegiatan
pembangunan masyarakat dapat dilakukan (Arifianto,2011).
Magnan dan Ferrel (2004) dalam Susanto (2007), memberi definisi CSR
sebagai A bussiness acts in socially responsible manner when its decision and
account for and balance diverse stakeholders interest. Dalam definisi tersebut
ditekankan bahwa perlunya memberikan perhatian secara seimbang terhadap
kepentingan stakeholders yang beragam dalam setiap keputusan dan tindakan
yang diambil oleh para pelaku bisnis melalui perilaku yang secara sosial
bertanggung jawab (Susanto, 2007).

33

3. Sasaran seluruh lapisan masyarakat dari yang terakhir sampai


terendah
Proses pembangunan selain membentuk negara modern, juga bertujuan
memberi kesejahteraan kepada seluruh lapisan masyarakat Aspek pembangunan
manusia ini dapat dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Indeks
Pembangunan Manusia ini merupakan salah satu alternatif pengukuran
pembangunan selain menggunakan Gross Domestic Bruto. Nilai IPM suatu negara
atau wilayah menunjukkan seberapa jauh negara atau wilayah itu telah mencapai
sasaran yang ditentukan yaitu angka harapan hidup, pendidikan dasar bagi semua
lapisan masyarakat (tanpa kecuali), dan tingkat pengeluaran dan konsumsi yang
telah mencapai standar hidup yang layak. (Lettlejhoh, 2002).
Secara tidak langsung adanya pemberdayaan masyarakat untuk proses
peningkatan akses, kapasitas, kapabilitas masyarakat dalam pengambilan
keputusan ekonomi politik, sosial, dan budaya dalam bentuk pelimpahan
kekuasaan, wewenang, tugas, dan tanggung jawab kepada masyarakat (partisipasi
masyarakat) sehingga mampu mengolah dan memecahkan masalahnya sendiri
(Kartasasmita, 2003).
Pembangunn masyarakat menerapkan prinsip keterpaduan dimana
kegiatan disusun bersama dengan menggabungkan top-down dan bottom-up
serta pelaksanaan dan evaluasi oleh masyarakat dibantu pihak lain seperti
pemerintah dan para ahli (Moeljarto, 1995).

34

4. Umumnya bermotif pendidikan, agar suatu saat mampu


berkembang berdasarkan kekuatan sendiri
Pendidikan pada hakikatnya merupakan pencerminan kondisi negara dan
kekuatan sosial-politik yang tengah berkuasa. Pendidikan dengan sendirinya
merupakan refleksi dari orde penguasa yang ada (Kartono, 1997 dalam Suharto,
2005).

Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk


mengubah tingkah laku seseorang. Manusia memiliki berbagai potensi yang
dapat dikembangkan melalui pendidikan. Dengan pendidikan, kekuatan
intelektual, daya moral maupun daya sosial dapat dikembangkan Dengan
pendidikan, pengetahuan, sikap dan keterampilan dapat ditingkatkan. Apapun
rumusannya, pada dasarnya pendidikan mempunyai tujuan untuk perbaikan
manusia, untuk mengetahui apa yang baik bagi manusia (Hutchin, 1998 dalam
Soekidjo, 2012).
Tujuan pemberdayaan masyarakat bukan untuk mencari dan menetapkan
solusi, atau struktur pemecahan masalah, melainkan bekerja bersama masyarakat
sehingga masyarakat dapat mendefinisikan dan menangani masalah, dan terbuka
untuk mengekspresikan kepentingan mereka sendiri dalam proses pengambilan
keputusan (Santoso, 2008).
Selain

itu,

pendidikan

mempersiapkan

manusia

sebagai

anggota

masyarakatnya yang baik dan memiliki rasa persatuan (cohesiveness).


Pendidikan

juga

mempunyai

fungsi

sebagai

human

resources

yaitu

mengembangkan kemampuannya memasuki era kehidupan baru seperti


kompetitif dan employability (Iman, 2005).

35

5. Diharapkan digerakan oleh komunitas itu sendiri tanpa atau


dengan bantuan pihak lain
Penerapan konsep pembangunan yang digerakkan masyarakat harusnya
mampu menjembatani proses penangulangan kemiskinan yang itu sendiri. Jika
tidak, konsep pembangunan yang digerakkan masyarakat tentu tidak akan ada
gunanya diterapkan dimasyarakat. Tidak ada gunanya menerapkan prinsip-prinsip
pemberdayaan jika masyarakat miskin itu sendiri tidak dapat terentaskan dari
kondisi kemiskinan yang dialaminya (Suharto, E. Dan Yuliani, 2005).
Manfaat konsep pembangunan yang digerakkan masyarakat untuk
mewujudkan tujuan upaya penanggulangan kemiskinan. Kita juga perlu
menyadari tentang tujuan penerapan konsep pembangunan yang masyarakat
sendiri ke dalam perikehidupan masyarakat lokal (Suhirman dan Wagiyo, 2005).
Kelompok yang terdiri dari banyak orang, antara siapa hubungannya tidak
perlu didasarkan pengenalan secara pribadi dan sifatnya tidak begitu langgeng.
Pada kelompok ini, diantara kelompok, terdapat hubungan tak langsung, formal,
dan kurang bersifat kekeluargaan. Diantara anggota kelompok yang satu dengan
yang lainnya bahkan tidak saling mengenal, dan tidak akrab, sifatnyapun tidak
permanen namun memiliki tujuan yang sama (Arikunto, 2002).
Kelompok yang terdiri dari banyak orang, pada kelompok ini, diantara
kelompok, terdapat hubungan tak langsung, formal, dan kurang bersifat
kekeluargaan. Diantara anggota kelompok yang satu dengan yang lainnya bahkan
tidak saling mengenal, dan tidak akrab, sifatnyapun tidak permanen namun
memiliki tujuan yang sama (Ari,2012).

36

6. Sasarannya komunitas
Komunitas digambarkan sebagai tempat kumpul orang dan sistem sosial.
Tempat terdiri dari lingkungan fisik dan sosial, sedangkan kumpulan orang terdiri
dari ganbar populasi termasuk jumlah, komposisi tingkat pendidikan, dan lainlain. Dan sistem sosial terdiri dari interaksi individu, kelompok,keluarga, dan
masyarakat (Saunders, 1982).
Pembangunan sosial melalui komunitas. Dimana kelompok masyarakat
secara bersama-sama berupaya mengembangkan komunitas lokalnya. Pendekatan
ini dikenal dengan pendekatan komunitarian. Para pendukung strategi ini percaya
bahwa warga masyarakat dan komunitasnya memiliki kesamaan kemampuan
dalam mengorganisir diri mereka sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhannya.
Pemenuhan kebutuhan tersebut dapat dilakukan dengan melakukan sharing goals
diantara mereka juga memanfaatkan sumbersumber lokal dan melakukan kontrol
terhadap institusi lokal. Disamping itu juga dapat memanfaatkan berbagai sumber
ekstemal dalam rangka mempromosikan embangunan sosial di tingkat lokal
(Suharto, 2009).
Pengorganisasian komunitas adalah suatu proses yang terjadi di
masyarakat dalam mengidentifikasi kebutuhan, menentukan prioritas dari
kebutuhan tersebut, serta berusaha memenuhi kebutuhan tersebut dengan cara
gotong royong. Dengan kata lain, di mana masyarakat dapat mengidentifikasikan
kebutuhan-kebutuhannya dan menentukan prioritas dari kebutuhan-kebutuhan
tersebut (Soekidjo, 2003).

37

7. Umumnya bertujuan membangkitkan kemampuan untuk


berkembang sendiri
Adanya pembangunan komunitas, akan mengembangkan kemampuan
untuk mengkoordinasi, memanajement masyarakat atau komunitas tersebut untuk
dapat mandiri dan mencapai tujuan secara bersama-sama (Kartasasmita, 2003).
Berkembang berbagai pemikiran untuk mencari alternatif lain terhadap
paradigma yang semata-mata memberi penekanan kepada pertumbuhan.
penggunaan kemampuan yang telah dipunyai untuk bekerja, untuk menikmati
kehidupan atau untuk aktif dalam kegiatan kebudayaan, sosial, dan politik
(Taufiqullah, 2007).
Tujuan pokok pembangunan adalah memperluas pilihan-pilihan manusia
Pengertian ini mempunyai dua sisi. Pertama, pembentukan kemampuan manusia
seperti tercermin dalam kesehatan, pengetahuan dan keahlian yang meningkat.
Kedua,penggunaan kemampuan yang telah dipunyai untuk bekerja, untuk
menikmati kehidupan atau untuk aktif dalam kegiatan kebudayaan, sosial, dan
politik.Menurut Edmun (2004) paradigma pembangunan manusia yang disebut
sebagai sebuah konsep yang holistik mempunyai 4 unsur penting, yakni:
1.

peningkatan produktivitas.

2.

pemerataan kesempatan.

3.

kesinambungan pembangunan.

4.

pemberdayaan manusia.

38

8. Sistematik, terus-menerus

Pencapaian umum dari pembangunan secara sistematik dan terus menerus


adalah terbangunnya kelompok masyarakat yang mandiri dan sebagai tempat
berhimpun masyarakat masyarakat dalam meningkatkan perekonomiannya. Hal
yang harus diperhatikan dalam pembangunan secara sistematik dan terus menerus
adalah cara pandang pendamping dalam melihat suatu kondisi permasalahan di
dalam masyarakat (Sipahelut, 2010).
Suatu pembangunan haruslah dijalankan secara sistematik untuk
Mengkoordinasikan, mengintegrasikan, mensinkronkan dan mensinergikan.
Sinergitas program merupakan aspek terpenting untuk memperkuat koordinasi
pembangunan Kesejahteraan Sosial, oleh karena itu diperlukan upaya aktualisasi
konkrit sinergi program pembangunan Kesejahteraan Sosial antara Pemerintah
Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten / Kota, melalui kegiatan
perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan Sosial (Soeharto, 2009).

Pendampingan adalah suatu proses pembangunan kelompok masyarakat


yang dilakukan secara sistematik dan terus menerus melalui pengorganisasian dan
peningkatan kemampuan sumber daya masyarakat agar mereka mampu
menyatakan persoalan-persoalan dirinya sendiri dalam rangka merubah kondisi
eksploitasi dan penindasan yang mereka alami (Henry, 2004).

39

9. Umumnya di daerah pedesaan, di dunia ketiga juga di daerah


perkotaan.
Menurut Sutarini dan Murtamadji, (2004) Desa adalah suatu kesatuan
hukum

dimana

bertempat

tinggal

suatu

masyarakat

pemerintahan

tersendiri. Upaya mewujudkan citra sejahtera, tidaklah cukup lewat penampilan


ibu kota negara yang megah dan menawan. Pemerataan pembangunan di kota
maupun di desa pun perlu dilakukan. Pemerintah Indonesia lewat program
pembangunan nasional berupaya mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan
rakyat dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan
dan meningkatkan kualitas lingkungan (Caesar, 2012).
Melihat konsep pembangunan Desa Terpadu yang merupakan suatu
strategi pembangunan yang merupakan pekembangan lebih lanjut dari strategi
pembangunan desa. Dalam pembangunan desa dilakukan usaha yan intensif
dengan tujuan dan kecenderungan mamberikan fokus perhatian kepada kelompok
maupun daerah tertentu melalui penyampaian pelayanan, bantuan dan informasi
kepada masyarakat desa (Poostchi,1986).
Proses interaksi anatara wilayah pedesaan dengan wilayah perkotaan
haruslah dalam konteks pembangunan interregional berimbang, dimana terjadi
proses pembagian nilai tambah yang seimbang dan proporsional antara keduanya.
Wilayah pedesaan harus dibangun strategi pengembangan yang sesuai dengan
struktur, pendidikan, sosial, kesehatan dan lain-lain yang setara, sehingga mampu
menggerakkan ekonomi pedesaan dan menciptakan nilai tambah yang dinikmati
oleh pelaku lokal (Rustiadi at al, 2006).

40

IV.

ANALISIS DINAMIKA KELOMPOK Marine Diving Club

4.1 Pendekatan Sosiologis

1. Tujuan Kelompok
Tujuan kelompok merupakan hasil akhir yang ingin dicapai, baik berupa
suatu obyek atau keadaan serta keinginankeinginan lain yang diinginkan dan
dapat memuaskan semua anggota kelompok yang bersangkutan (Mardikanto,
1993 dalam Andarwati, 2012). Adanya tujuan kelompok akan menggerakkan
semua anggota untuk berperilaku atau melaksanakan kegiatan demi tercapainya
tujuan yang diinginkan. Kejelasan tujuan kelompok akan sangat berpengaruh
terhadap perilaku atau tindakan anggota kelompok sehingga perlu dikaji sampai
sejauh mana tujuan kelompok benar-benar telah dipahami dan dihayati oleh setiap
anggota kelompok yang bersangkutan (Andarwati, 2012).
Tingkat kedinamisan kelompok berdasarkan pendekatan sosiologis
tergantung beberapa faktor. Salah satu faktornya adalah tujuan kelompok Tujuan
kelompok, yaitu apa yang ingin dicapai oleh kelompok, dilihat kaitannya dengan
tujuan-tujuan individu (anggota). Tujuan yang tidak jelas dan tidak formal
dinyatakan, sering menyebabkan kekaburan bagi anggota dan tidak memotivasi
anggota untuk bergelut dalam kegiatannya konsep tujuan organisasi adalah yang
paling penting dalam mempelajari organisasi. Tujuan sangat diperlukan dalam
memahami organisasi. (Djoni dkk dalam Diniyati, 2012).
Tujuan kelompok ini akan menjadi suatu motivasi bagi anggota untuk
melakukan kegiatan kelompok sehingga pencapaian tujuan tersebut akan lebih
efektif. Menurut Slamet (2002) dalam Lestari (2011) hubungan antara tujuan

41

kelompok dan tujuan anggota kelompok mempunyai lima kemungkinan bentuk,


yaitu : (1) sepenuhnya bertentangan, (2) sebagian bertentangan, (3) netral, (4)
searah dan (5) identik. Tujuan kelompok yang baik harus terkait/sama dengan
tujuan anggota sehingga hasilnya memberikan manfaat kepada anggota.
Marine Diving Club (MDC) merupakan salah satu Unit Kegiatan
Kemahasiswa (UKK) yang berada di Jurusan Ilmu Kelautan Universitas
Diponegoro Semarang. Dengan bekal ketrampilan selam diharapkan mahasiswa
Ilmu Kelautan akan lebih mengenal karakter laut secara langsung melalui kegiatan
penyelaman. Dimana hal ini akan berguna bagi perkembangan kelautan di
kemudian hari. Keberadaan klub ini kemudian disahkan dengan SK Dekan No.
1/80/jo 7.I.36/KM/2000.
Marine Diving Club mempunyai tujuan yaitu mengembangkan skill
mahasiswa dalam penyelaman ilmiah guna diaplikasikan untuk menunjang bidang
keilmuan pada jurusan ilm kelautan dan olahraga diving, melatih serta mendidi
mahasiswa dalam hal diving dan juga sebagai skill tambahan khusus bagi lulusan
Jurusan Ilmu Kelautan. Dari penjabaran tujuan organisasi MDC tersebut, maka
disimpulkan bahwa salah satu indikator untuk organisasi yang dinamik yakni
tujuan, dimiliki oleh organisasi MDC. Karena organisasi yang dinamik memiliki
tujuan organisasi yang diketahui oleh seluruh anggota dan juga tujuan organisasi
harus sama dengan tujuan anggota. produktif, dinamis, dan fungsional. Dan dapat
disimpulkan bahwa Himakel sudah memenuhi satu indicator yaitu memiliki tujuan
organisasi.

42

2. Jenjang Sosial
Jenjang sosial, yakni segala sesuatu yang menyangkut kedudukan dalam
kelompok serta prestasi yang menyertai Contohnya adalah pemberian status
anggota kehormatan. Anggota kehormatan ialah orang yang diangkat sebagai
anggota khusus oleh perkumpulan karena jasa orang tersebut (Wahid, 2008).
Menurut Cartwright and Zander dalam Mardikanto (1996) struktur
kelompok yaitu suatu pola yang teratur tentang bentuk tata hubungan antara
individu-individu dalam kelompok sekaligus menggambarkan kedudukan dan
peran masing-masing dalam upaya pencapaian kelompok.
Menurut Haerurah dan Purwanto (2006) struktur kelompok sebagai suatu
pola interaksi, komunikasi dan hubungan-hubungan antara anggota kelompok.
Struktur kelompok ada yang bersifat formal dan ada pula yang bersifat informal.
Jika suatu struktur kelompok telah menjadi kuat, biasanya sulit untuk mengadakan
perubahan terhadap struktur kelompok tersebut. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi perubahan struktur kelompok yaitu jika tujuan perubahan tersebut
tidak dikemukakan secara jelas, berorientasi pada kepentingan pribadi, dilakukan
secara mendadak, kurang bermanfaat, unsur pimpinan tidak diikutsertakan dalam
perubahan, serta jika kelompok telah merasa puas terhadap kondisi yang dimiliki
sekarang ini.
Struktur Organisasi MDC
Pelindung

Dekan Fakultas
Perikanan
Kelautan
Prof.Dr.M.Zainuri,DEA
Penasihat
Pembina Marine
Diving
Dr.Ir. Munasik,
Dr. Agus Trianto,
Penanggung
Badan Pengawas

43

Jawab

Ketua Marine
Diving Club
Sekretaris

Bendahara
Bidang Litbang
Bidang Ekspedisi
Bidang Humas
Bidang Diklat

Bidang Danus

Bidang Peralatan

Evi Nurul Ihsan


Teo Andri Saputra
Mochammad Iqbal
Arifismail Eko R
Julian Sapuutra
Maulana Mukti Ali
Nopi Prihatin
Ega Hagyta T
Mutiara Nur Annisa
Editta Hapsari D
Nurits Zahrul
Sila Kartika Sari
Elia Hottua Natalia
Muhammad Iqbal
Damar Aji Prasetyo
Vinny Nurizky
Dinda Rizky
Arief Budiharjo PP
Ni Komang Tri
Agustini Sinaga
Erlangga Diga
Umi Fatkhiyah S
Rendhy Pratama
Frans Michael K
Lukman Ade K
Aldico Satria

MDC mempunyai jenjang sosial atau yang biasa dikenal dengan struktur
organisasi yang setiap kedudukannya mengerjakan tugasnya masing-masing demi
memajukan organisasi tersebut. MDC mempunyai tatanan struktur organisasi
tertinggi yaitu pelindung yang bertugas menaungi organisasi. Dalam struktur
organisasinya MDC tidak mempunyai anggota kehormatan yaitu biasanya alumni
yang mempunyai prestasi dan mengharumkan nama organisasi tersebut. Dengan
adanya jenjang sosial ini dapat dikatakan sebagai indikator organisasi yang
dinamis.

44

3. Peran Kedudukan
Peranan kedudukan, yaitu hirarki hak dan kewajiban yang harus dilakukan
oleh komponen kelompok karena menempati posisi tertentu dalam kelompok.
Setiap kedudukan memiliki seperangkat peranan yang harus dilaksanakan oleh
orang yang bersangkutan (Wahid, 2008).
Tata hubungan antara individu-individu kelompok yang sekaligus
menggabarkan kedudukan dan peran masing-masing dalam upaya pencapaian
kelompok. Ketidak jelasan mengenai struktur kelompok akan berpengaruh
terhadap ketidak jelasan kedudukan, peran, hak, kewajiban dan kekuasaan
masing-masing anggota, sehingga pelaksanaan kegiatan tidak mungkin dapat
berlangsung secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan kelompok. Pada
unsur ini terdapat tiga kategori pengukuran yaitu struktur kekuasaan/pengambilan
keputusan, struktur tugas/pembagian tugas dan struktur komunikasi (Andarwati et
al., 2012).
Dalam suatu kelompok harus terdapat struktur organisasi. Struktur
organisasi tersebut terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan anggota. Dimana
tugas seorang ketua adalah mengkoordinir pengurus dan anggota, memimpin
jalannya rapat atau pertemuan, serta bertanggungjawab atas jalannya semua
kegiatan kelompok. Tugas sekretaris adalah mencatat hal-hal yang dapat
memajukan maupun menghambat kelompok, membuat laporan kegiatan
kelompok, mengurusi surat yang masuk dan keluar. Tugas bendahara adalah
mengurusi uang kelompok yang masuk maupun keluar. Sedangkan tugas anggota
kelompok adalah melaksanakan kegiatan-kegiatan kelompok (Astuti, 2010).

45

Pelindung

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan


Prof.Dr.M.Zainuri,DEA

Penasihat

Pembina Marine Diving Club


Dr. Ir. Munasik, MSc
Dr. Agus Trianto, ST, MSc

Penanggung jawab

Badan Pengawas
Evi Nurul Ihsan
Teo Andri Saputra
Mochammad Iqbal Herwata Putra
Arifismail Eko Riyanto
Julian Saputra

Ketua Marine Diving Club

Maulana Mukti Ali

Sekretaris

Nopi Prihatin
Ega Hagyta T
Mutiara Nur Annisa

Bendahara

Editta Hapsari Dianastuty


Nurits Zahrul Aini Fitriyah

Peranan kedudukan, yaitu hirarki hak dan kewajiban yang harus dilakukan
oleh komponen kelompok karena menempati posisi tertentu dalam kelompok.
Setiap kedudukan memiliki seperangkat peranan yang harus dilaksanakan oleh
orang yang bersangkutan. MDC mempunyai satu ketua yang tugasnya untuk
memberikan perintah-perintah kepada bawahannya. MDC mempunyai 3 sekretaris
tujuannya adalah untuk mempermudah kerja dan pembagian-pembagian tugas. hal
ini juga diberlakukan di Bendahara yang mempunyai 2 orang yang bertanggung
jawab akan keuangan MDC. Dengan adanya peran kedudukan ini dapat dikatakan
sebagai indikator organisasi yang dinamis.

46

4. Kekuasaan
Kekuasaan adalah dominasi, yaitu kemampuan untuk melaksanakan
kemauan kendatipun orang lain menentangnya. kewenangan yang didapatkan oleh
seseorang atau kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan
kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi
kewenangan yang diperoleh (Budiardjo,2002).
(1) Kekuasaan balas jasa (reward power), didasarkan pada kemampuan
seseorang pemberi pengaruh untuk memberi penghargaan pada orang lain; (2)
Kekuasaan paksaan (coercive power), didasarkan pada kemampuan orang untuk
menghukum orang yang dipengaruhi kalau tidak memenuhi perintah atau
persyaratan; (3) Kekuasaan sah (legitimate power), diperoleh berdasarkan hukum
atau aturan tertentu; (4) Kekuasaan keahlian (expert power), didasarkan pada
persepsi atau keyakinan bahwa pemberi pengaruh mempunyai keahlian relevan;
(5) Kekuasaan panutan (referent power), yang didasarkan pada indentifikasi
pemberi pengaruh yang menjadi contoh atau panutan bagi yang dipengaruhi; (6)
(Irawati, 2004).
Kekuasaan adalah dominasi, yaitu kemampuan untuk melaksanakan
kemauan kendatipun orang lain menentangnya. Dalam suatu organisasi biasanya
yang memiliki kekuasaan adalah seorang ketua, di MDC ketua tidak dapat
menggunakan kekuasaan sepenuhnya untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
akan dilakukan, karena masih terdapat pembimbing dan pelindung yang
mengawasi dan jika disetujui suatu kegiatan oleh pembimbing dan pelindung baru
kegiatan yang di ajukan ketua dapat dilaksanakan.

47

5. Kepercayaan
Kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang lain
dimana kita memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan merupakan kondisi mental
yang didasarkan oleh situasi seseorang dan konteks sosialnya. (Moorman, 1993
dalam Wijayanto, 2013)
Rasa saling percaya merupakan suatu kondisi yang di dalamnya
mengandung isi moralistik, seperti kejujuran, atau konsistensi antara apa yang
dikatakan oleh seseorang dengan apa yang dilakukannya, kesungguhan dan
tanggung jawab yang dapat diandalkan, niat baik, dan tidak ada sesuatu yang
disembunyikan. Orang yakin akan niat baik dari rekannya, percaya terhadap
kemampuan rekannya untuk melakukan tugas dengan segala kemampuan yang
dimilikinya, dan dapat diandalkan (Geller dalam Sulasmi, 2006).
Menurut Sopiah (2008:43) ada berbagai karakter yang melekat pada tim
atau kelompok yang sukses. Karakter-karakter tersebut adalah (1) mempunyai
komitmen terhadap tujuan bersama; (2) menegakkan tujuan spesifik; (3)
kepemimpinan dan struktur; (4) menghindari kemalasan sosial dan tanggung
jawab; dan (5) mengembangkan kepercayaan timbal-balik yang tinggi. Tim atau
kelompok kinerja tinggi dicirikan oleh kepercayaan (trust) timbal balik yang
tinggi di antara anggota-anggotanya.
Marine Diving Club sudah banyak menjalin hubungan kerja dengan
oraganisasi-organisasi lain dalam hal kemitraan. Hal ini mengindiasikan MDC
sudah mendapatkan kepercayaan dari sejumlah organisasi lain yang bagus untuk
kemajuan MDC. Contoh organisasi yang bermitra dengan MDC adalah WWF
Indonesia.

48

6. Sanksi
Sanksi merupakan sistem penghargaan atau hukuman terhadap perilaku
kelompok atau anggota kelompok. Aspek persaingan untuk maju harus terus
dimotivasi. Sebaiknya, penghargaan untuk anggota perlu diberikan dan
ditingkatkan, begitu pula dengan adanya sanksi dan hukuman yang tegas dan jelas
wajib diberlakukan sehingga kelompok dapat berjalan dengan baik (Andarwati t
al., 2012).
Edwin Hollander dalam Budiarto (2005) mengembangkan konsep
Idiosyncrasy credits ini untuk menjelaskan reaksi positif kelompok terhadap
minoritas yang mana mendahului ketidaksepakatan pendapat dengan konformitas.
Penghargaan atau credits terakumulasikan oleh interaksi anggota itu sendiri yang
secara tipikal adalah anggota yang berkontribusi kepada progress dari sebuah
pencapaian tujuan kelompok. Hollander juga menegaskan bahwa tanpa adanya
pencapaian penghargaan atau credits yang tinggi terlebih dahulu sebelum orang
yang tidak setuju tersebut menghadapi mayoritas, maka opini minoritas tersebut
bisa jadi akan menjadi bulan-bulanan kaum mayoritas.
Keanggotaan dihimpun masyarakat tani yang ada di sekitar lokasi untuk
menjadi anggota dan setiap anggota harus patuh kepada aturan yang telah
diberlakukan dan apabila ada anggota yang melanggar dari aturan tersebut, maka
ada proses pemberhentian yang akan dilakukan oleh kelompok tani melalui rapat
anggota (Wahid, 2008).
Sanksi-sanksi setiap pelanggaran yang dilakukan oleh anggota sudah
dituangkan dalam Anggaran Rumah Tangga Marine Diving Club. Sanksi-sanksi
ini telah disetujui oleh semua anggota dan berlaku untuk semua anggota.

49

7. Norma
Norma adalah persetujuan atau perjanjian tentang bagaimana orang-orang
dalam suatu kelompok berperilaku satu dengan lainnya. Kadang-kadang norma
oelh para sosiolog disebut juga dengan hukum (law) ataupun aturan (rule),
yaitu perilaku-perilaku apa saja yang pantas dan tidak pantas untuk dilakukan
dalam suatu kelompok. Ada tiga kategori norma kelompok, yaitu norma sosial,
prosedural dan tugas. Norma sosial mengatur hubungan di antara para nggota
kelompok. Sedangkan norma procedural menguraikan dengan lebih rinci
bagaimana kelompok harus beroperasi, seperti bagaimana suatu kelompok harus
membuat keputusan, apakah melalui suara mayoritas ataukah dilakukan
pembicaraan sampai tercapai kesepakatan. Dari norma tugas memusatkan
perhatian pada bagaimana suatu pekerjaan harusdilaksanakan (Effendi, 2007).
Norma juga merupakan suatu ukuran yang harus dipatuhi oleh seseorang
dalam hubungannya dengan sesamanya atau dengan lingkungan dinamisnya,
sehingga inti dari norma adalah segala aturan yang harus dipatuhi. Tingkat
kepatuhan masyarakat tersebut kepada norma merupakan barometer dari tingkat
ketertiban dan ketraturan suatu kelompok. Jadi makin tinggi tingkat kepatuhan
suatu kelompok terhadap norma, makin tinggi pula tingkat ketertiban suatu
kelompok terhadap norma (Maria, 2007)
Norma yang berlaku di Marine Diving Club adalah dengan menerapkan
Sapta Ikrar MDC yaitu 1)Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa,
2)Bertanggung jawab dalam setiap tindakan, 3)Menjunjung Tinggi Nilai
Persaudaraan, 4)Loyal Kepada Organisasi, 5)Menghormati Senioritas, 6) Menjaga
Kelestarian Lingkungan, 7) Waspada Dira Anuraga.

50

8. Perasaan
Suasana kelompok itu mengandung nilai-nilai moralitas, sikap dan
perasaan-perasaan yang pada umumnya terdapat dalam kelompok. Suasana
kelompok itu ada yang positif dan ada yang negatif, ada yang menggairahkan dan
ada pula yang mengekang. Kebebasan berkreasi dalam kelompok hendaknya
dibina dan diarahkan sehingga kelompok bisa berkembang. Ada lima macam
perilaku kreatif yang bisa membangkitkan kemampuan berkreasi. Akan tetapi,
jiwa kelompok ini, bukanlak yag mengendalikan perlaku kelompok karena
pengendali perilaku kelompok adalah naluri emosi (Sarwono 2005).
In group merupakan kelompok sosial yang dijadikan tempat oleh individuindividunya untuk mengidentifikasikan dirinya. Out group merupakan kelompok
sosial yang oleh individunya diartikan sebagai lawan in group jelasnya kelompok
sosial di luar anggotanya disebut out group. Sikap in group dan out group dapat
dilihat dari kelainan berwujud antagonisme atau antipati. Sikap in group dan out
group merupakan dasar sikap etnosentrisme yang merupakan sikap bahwa setiap
sesuatu yang merupakan produk kelompoknya dianggap paling baik dan benar
(Rubianto, 2009)
Suasana kelompok itu mengandung nilai-nilai moralitas, sikap dan
perasaan-perasaan yang pada umumnya terdapat dalam kelompok. Kebebasan
berkreasi dalam kelompok hendaknya dibina dan diarahkan sehingga kelompok
bisa berkembang. Dalam membentuk suasana kelompok yang menyenangkan
MDC telah membuat Mars MDC yang dapat menyatukan anggota-anggota dengan
menyanyikannya.

51

9. Fasilitas
Pendapat lain mengatakan bahwa fasilitas merupakan komponen
individual dari penawaran yang mudah ditumbuhkan atau dikurangi tanpa
mengubah kualitas dan model jasa. Fasilitas juga merupakan alat untuk
membedakan program lembaga pendidikan yang satu dari pesaing yang lainnya
(Lupiyaodi et al., 2006). Fasilitas merupakan sarana pendukung yang berbentuk
fisik yang menunjang keberhasilan suatu kelompok dan digunakan dalam kegiatan
normal suatu kelompok, memiliki jangka waktu kegunaan yang relatif permanen
dan memberikan manfaat untuk masa yang akan datang. Fasilitas suatu kelompok
sangatlah penting bagi suatu organisasi karena dapat menunjang kinerja anggota,
sperti dalam penyelesaian pekerjaan.
Pada suatu organisasi untuk mencapai suatu tujuan diperlukan alat-alat
pendukung yang digunakan dalam proses atau aktifitas di organisasi tersebut.
Semakin besar aktifitas suatu organisasi/perusahaan maka semakin lengkap pula
fasilitas dan sarana pendukung dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan
tersebut.

Karakteristik

dari

sarana

pendukung

dalam

proses

aktifitas

organisasi/perusahaan adalah : adanya fasilitas yang mempunyai bentuk fisik,


memberikan manfaat dimasa yang akan datang dan sesuai dengan fasilitas kerja.
(Sofyan, 2007).
Fasilitas yang dimiliki Marine Diving Club sudah cukup lengkap untuk
syarat dan kelengkapan alat-alat yang digunakan dalam penyelaman. MDC
menyediakan fasilitas alat-alat saja tidak dengan tempat dan transportasi. Contoh
fasilitas yang dimiliki MDC adalah alat scuba lengkap, skin dive, wet suit dll.

52

10. Tegangan dan Tekanan


Tekanan pada kelompok adalah tekanan-tekanan dalam kelompok yang
menimbulkan ketegangan pada kelompok untuk menimbulkan dorongan ataupun
motivasi dalam mencapai tujuan kelompok. Fungsi tekanan pada kelompok
(group pressure) adalah membantu kelompok mencapai tujuan, mempertahankan
dirinya

sebagai

kelompok,

membantu

anggota

kelompok

memperkuat

pendapatnya serta memantapkan hubungan dengan lingkungan sosialnya. Dalam


menumbuhkan tekananpada kelompok harus cermat dan tepat karena akan
mendinamiskan kelompok (Lestari, 2011).
Tekanan kelompok yaitu tekanan yang berasal dari kelompok itu sendiri.
Sedangkan kelompok tekanan mengacu pada tekanan/desakan yang berasal dari
luar kelompok atau adanya kelompok tandingan berupa desakan-desakan
kelompok lain terhadap suatu kelompok. Atau bisa pula dalam bentuk harapanharapan masyarakat pada anggota kelompok (Huarerah dan Purwanto, 2006).
Tekanan kelompok yaitu tekanan dalam kelompok yang menyebabkan
kelompok tersebut berusaha keras untuk mencapai tujuan kelompok, yaitu
persaingan untuk maju, penghargaan terhadap anggota, sanksi dan hukuman
(Andarwati, 2012).
Marine Diving Club mempunyai tekanan dan keharusan untuk
memperluas daerah jangkauan promosi mereka agar mereka dapat dikenal oleh
seluruh masyarakat Indonesia ataupun dunia. Karena MDC saat ini masih sebatas
beberapa masyarakat saja yang tahu keberadaan MDC. MDC harus dapat seperti
SSI atau PADI yang sudah di kenal oleh masyarakat luas.

53

4.2 Pendekatan Psikososial`


11. Pembinaan dan Pemulihan Kelompok
Fuad (1996) dalam Andarwati, dkk (2012) mengatakan bahwa, suatu
kelompok yang berkembang jika ada upaya perbaikan dan penyempurnaan yang
terus menerus dilakukan sehingga suatu kelompok cenderung berubah dari satu
pola ke pola lainnya sesuai corak dan kepesatan perubahan itu sendiri.
Pembinaan dan pemeliharaan kelompok adalah berkaitan dengan apa
yang harus ada dalam kelompok, yaitu pembagian tugas yang jelas, kegiatan
yang terus-menerus dan teratur, ketersediaan fasilitas yang mendukung dan
memadai, peningkatan partisipasi anggota, adanya jalinan komunikasi antar
anggota, adanya pengawasan dan pengendalian kegiatan kelompok, timbulnya
norma-norma kelompok, proses sosialisasi kelompok, kegiatan untuk menambah
anggota baru dan mempertahankan anggota yang lama (Haerurah dan Purwanto,
2006).
Marine Diving Club sudah mempunyai struktur yang cukup jelas dan tegas
dalam organisasinya yang mampu menopang kehidupan organisasi ini dengan
setiap anggota menjalankan tugas-tugasnya. MDC juga mempunyai acara tahunan
yaitu 1) Reef Check Karimunjawa, 2) Ekspedisi Corallium, 3) Sertifikasi Selam,
4) Ekspedisi Caretta, 5) Ekspo MDC dan 6) Open recruitmen. Untuk acara
terakhir adalah salah satu cara membuat organisasi menjadi lebih hidup dan lebih
berkembang dengan menjaring anggota-anggota baru yang mempunyai ide-ide
baru untuk mengembangkan organisasi tersebut.

54

12. Keefektifan Kelompok


Efektifitas kelompok adalah keberhasilan untuk melaksanakan tugastugasnya dengan cepat dan berhasil baik serta memuaskan bagi setiap
anggota

kelompok dalam rangka mencapai tujuan berikutnya.

Keberhasilan

kelompok untuk mencapai tujuannya yang dapat dilihat pada tercapainya kedaaan
atau perubahan yang memuaskan anggotanya. Efektifitas kelompok mempunyai
pengaruh timbal balik dengan kedinamisan kelompok. Kelompok yang efektif
mempunyai tingkat dinamika yang tinggi, sebaliknya kelompok yang dinamis
akan efektif mencapai tujuan-tujuannya(Soedarsono, 2005).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pola komunikasi yaitu karakteristik
anggota yang terdiri umur, pendidikan, pengalaman berusaha, jenis kelamin,
tingkat kosmopolitan, akses terhadap jaringan komunikasi, dan sikap terhadap
perubahan, dimana dengan umur yang relatif muda dan pendidikan yang rendah
tingkat pemahaman terhadap masalah yang baru sulit untuk dipahami oleh
mereka, apalagi dengan pengalaman berusaha yang sangat minim, membuat
mereka menjadi sulit untuk melaksanakan hal-hal yang baru dan memerlukan
keterampilan yang khusus (Azainil, 2005)
Keefektifan didapat

ketika tidak banyak waktu terbuang dari suatu

kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. MDC juga sudah mempunyai websitenya


sendiri yang memberikan informasi-informasi terkait kegiatan-kegiatan ataupun
profile dari MDC yang memudahkan bagi para masyarakat yang ingin
mengetahuinya. Kegiatan-kegiatan yang akan datang dicantumkan di website
untuk mempermudah informasi.

55

13. Agenda Terselubung


Agenda terselubung adalah tujuan perorangan (pribadi) yang tidak
diketahui oleh anggota-anggota kelompok lainnya dan tujuan tersebut seringkali
berlainan atau berlawanan dengan tujuan kelompok dominan. Maksud agenda
terselubung disini adalah suatu tujuan anggota kelompok yang terselubung atau
ditutup-tutupi atau sengaja tidak diberitahukan kepada anggota-anggota kelompok
lainnya, dalam melakukan suatu aktivitas tertentu dalam kelompok, karena tujuan
sebenarnya dari anggota kelompok tersebut berlawanan dan bertentangan dengan
tujuan kelompok yang disepakati bersama (Huarerah dan Purwanto, 2006).
Menurut Ginting (2003:246) agenda terselubung atau maksud terselubung
adalah tujuan yang dirumuskan oleh pengurus atau anggota namun tidak tertulis
tetapi diharapkan akan tercapai.
Menurut Slamet (2008) yaitu program, tugas yang tidak diketahui atau
disadari oleh anggota kelompok, atau berada di bawah permukaan. Maksud
tersebut tidak pernah dibicarakan secara terbuka tetapi ada. Maksud tersembunyi
ini saling mempengaruhi dan sama pentingnya dengan maksud-maksud dan
tujuan-tujuan terbuka dan kadangkala hal tersebut merupakan motivasi yang kuat
untuk pencapaian tujuan.
Di dalam MDC tidak ada agenda terselubung. Semua agenda dan tujuan
yang dirumuskan, dijabarkan secara jelas kepada setiap anggota demi
keikutsertaan anggota di dalam kegiatan dan keberhasialan agenda tersebut.

56

PROFIL ORGANISASI

Nama : Marine Diving Club Kelautan Undip


Visi

: Menumbuhkan dan mengembangkan olahraga selam guna


mendukung ilmu pengetahuan yang berbasis kelautan

Misi

: 1. Memberikan wadah bagi civitas akademika jurusan


ilmu kelautan Undip yang mempunyai minat di bidang
selam.
2. Mengembangkan kemampuan anggota dalam aktivitas
penyelaman dan aktivitas lainnya.
3. Mendukung upaya peningkatan kesadaran masyarakat
terhadap rasa cinta bahari.
4. Mendukung program pelestarian alam laut dan
pengembangan wisata bahari.

Tujuan: Marine Diving Club mempunyai tujuan yaitu mengembangkan skill


mahasiswa dalam penyelaman ilmiah guna diaplikasikan untuk menunjang
bidang keilmuan pada jurusan ilm kelautan dan olahraga diving, melatih
serta mendidi mahasiswa dalam hal diving dan juga sebagai skill tambahan
khusus bagi lulusan Jurusan Ilmu Kelautan.
Kesimpulan : Dapat disimpulkan bahwa organisasi MDC adalah organisasi
yang dinamis, ini dapat dilihat dari poin-poin yang terdapat dalam
keorganisasian MDC, hanya agenda terselubung yang tidak ada di MDC,
itu tidak terlalu berpengaruh dalam kemajuan organisasi tersebut.

57

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi R. 2003. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat, dan Intervensi


Komunitas. LP Fakultas Ekonomi UI, Jakarta.
Andarwati, Siti, dkk. 2012. Dinamika Kelompok Peternak Sapi Potong Binaan
Universitas Gadjah Mada di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal
Sains Peternakan Vol. 10 No. 1: hal 39-46. Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.
Aneta, Asna. 2010. Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan
Kemiskinan Perkotaan (P2KP) di Kota Gorontalo. Jurnal Administrasi
Publik Vol.1 No. 1. Universitas Negeri Gorontalo.
Arif, Zainuddin. 1994. Andragogi. Bandung: Angkasa
Arifianto, S. 2011. Komunikasi Pembangunan dan Perubahan Sosial. Puslitbang
Aptika.
Arikunto, Suharsimin. 2002. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek).
Rineka Cipta, Jakarta.
Arsanti, Tutuk Ari. 2009. Hubungan Antara Penetapan Tujuan, Self-Efficacy dan
Kinerja. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE) Vol. 16 No. 2, hal: 97-110.
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Asmin, 2009. KONSEP DAN METODE PEMBELAJARAN UNTUK ORANG
DEWASA (ANDRAGOGI) (on-line).
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/1951091
41975011-AYI_OLIM/andragogi_PDF2.pdf, diakses pada 19 Oktober 2014
Aspell, Dee Dee. 2003. Adult Learning. University of Missouri: Missouri.
Astuti, Aini Nur. 2010. Analisis Efektivitas Kelompok Tani di Kecamatan Gatak
Kabupaten Sukoharjo. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Basleman, Anisah. (2005). Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta : Lembaga
Administrasi Negara Republik Indonesia.
Bertens, Kees. 2003. Keprihatinan Moral, Telaah atas Masalah Etika. Yogyakarta:
Kanisius.
Bratayadnya, Putu Bagus. 2010. Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
Dalam Pelajaran Bahasa Inggris PAda Kelas Fotografi. Institut Seni
Indonesia Denpasar.

58

Budiarto, Yohanes. 2005. FOLLOWERSHIP : SISI LAIN KEPEMIMPINAN


YANG TERLUPAKAN. Jurnal Psikologi. Vol. 3 No. 1: 2-4.
Budiningsih, Asih. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Dewi sawitri. 2007. Peranan dan Potensi Manusia dalam keberhasilan
pengembangan wilayah berbasis sumberdaya lokal, Disertasi ITB.
Dimyati, 2010. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: Lembaga Administrsi
Negara.
Dyer, Hilary dan Anne Morris. 1990. Human Aspects of Library Automation.
England: Gower Publishing.
Ediwarman, H. 2000. Perlindungan HAM Dalam Proses Peradilan (The Human
Rights Protection in The Process of Justice). Jurnal Kriminologi Indonesia
Vol. 1 No. 1, hal: 20-28.
Effendi, Ridwan. 2007. Panduan Kuliah Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya
dan
Teknologi. Bandung: CV. Yasindo Multi Aspe.
Esmara, Hendra. 1986. Politik Perencanaan Pembangunan Teori dan Prospek.
Jakarta: Gramedia.
Ginting, M. 2003. Dinamika Organisasi dalam Mengukur Keberhasilan. Bogor:
IPB Press hal: 243-247.
Hadiguna, R. A., & Wibowo, A. 2012. Simulasi Sistim Losgistik Bantuan Benca
GempaTsunami: Studi Kasus di Kota Padang. Jurnal Teknik Industri, Vol.
13. Universitas Andalas, Padang.
Hakim K. Malik. 2008. Teori Belajar Andragogi Dan Aplikainya Dalam
Pembelajaran. Universitas Negri Manado: Manado.
Hartanto, Jogiyanto. 2005. Analisis & Desain.Yogyakarta: Andi Offset.
Henry, Simamora. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Ke-3.
STIE YKPN. Yogyakarta.
Huraerah,abu dan Purwanto. 2006. Dinamika Kelompok: Konsep dan Aplikasi.
Bandung: Refika Aditama.
Irawati, Nisrul. 2004. Kepemimpinan Efektif, Kepemimpinan yang Mampu
Mengambil Keputusan yang Tepat. Jurnal USU Online. Vol. 1: 3-5.
Ismail. 2009. Pengantar Managemen. Erlangga. Jakarta

59

Jay, Adhikari. 2001. Community Based Natural Resource Management in Nepal


with Reference to Community Forestry: A
Gender Perspective. Journal
of the Environment, Vol. 6 No. 7. Ministry of Population and Environment.
Kartasasmita, Ginandjar. 2003. Pemberdayaan Masyarakat. Konsep Pembangunan
Yang Berakar Pada Masyarakat.
Kusai, dkk. 2013 Dinamika Kelompok Peudidaya Ikan Mawar di Kecamatan
Beringin Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Berkala
Perikanan Terubuk Vol. 41. No. 1, hal: 25-36. Universitas Riau Pekanbaru.
Legiman. 2013. Pendidikan Orang Dewasa.
http://web.lpmpjogja.org/2013/05/pembelajaran-orang-dewasa/ diakses 19
Oktober 2014.
Lestari, Mugi. 2011. Dinamika Kelompok dan Kemandirian Anggota Kelompok
Tani Dalam Berusahatani di Kecamatan Pocowarno Kabupaten Kebumen
Propinsi Jawa Tengah. Tesis Universitas Sebelas Maret.
Lettlejhoh, Stephen. 2002. Theory Of Human Communication 7th Edition
Belmount Wadswotth.
Lie, Anita. 2007. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas.
PT Grasindo. Jakarta.
Lunandi, A, G. 1987. Pendidikan orang dewasa. Jakarta: Gramedia.
Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja Sektor Publik. UPP STIM YKPN.
Yogyakarta.
Mardikanto, T. 1996. Penyuluhan Pembangunan Kehutanan. Pusat Penyuluhan
Kehutanan Republik Indonesia. Jakarta
Marfin, N.B. dan Lubis, Djuara P. 2011. Persepsi dan Motivasi Relawan dalam
Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perkotaan. Jurnal Transdisplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi
Manusia Vol. 5 No. 2, hal: 231-246.
Midgley, James. 2005. Pembangunan Sosial, perspektif pembangunan dalam
kesejahteraan sosial. Jakarta : Ditperta Islam.
Moeis, Syarif. 2008. Adaptasi Ekologi Masyarakat Pesisir Selatan Jawa Barat
Suatu Analisa Kebudayaan. Makalah Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial-UPI
Bandung.
Moeljarto.1995. Politik Pembangunan, Sebuah Analisis Konsep, Arah Dan
Strategi.Yogyakarta :Yogya Press.

60

Muchlis, 2011.BELAJAR DAN MENGAJARDALAM PANDANGAN AL-GHAZL


(on-line),
http://tadris.stainpamekasan.ac.id/index.php/jtd/article/viewFile/96/192,
diakses pada 19 Oktober 2014
Mufizar, dkk. 2012. Pembangunan Sosial Masyarakat Perbatasan di Kecamatan
Sajingan Besar Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal
PMIS. Universitas Tanjungpura, Pontianak.
Prasetyo, Eko P., dkk. 2010. Model Kaji Tindak Pembangunan Partisipatif Untuk
Pengentasan Kemiskinan dan Rawan Pangan Berbasis Potensi Lokal dan
Ekonomi Kreatif. Universitas Negeri Semarang.
Rachman, Arief. 2010. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES
PEMBELAJARANDAN HASIL BELAJAR ORANG DEWASA (on-line).
https://www.academia.edu/3608933/Faktor_faktor_yang_mempengaruhi_ha
sil_belajar_Orang_Dewasa, diakses pada 19 Oktober 2014
Raharjo, Adisasmita. 2006. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaaan. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. PT Rineka Cipta. Jakarta
Rubianto, Beben. 2009. Radikalisme dan Perilaku Orang Kalah Dalam Perspektif
Psikologi Sosial. Jurnal Ilmiah Psikologi. Vol. 1 (1): 66-67.
Rustiadi, Ernan, et al. 2009. Perencanaan dan Pengemban Wilayah. Jakarta:
Crestpent Press dan YOI
Sekretariat Jenderal DPR RI. 2009. TANTANGAN PEMBANGUNAN SOSIAL
DI INDONESIA. Jakarta: Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi
Setiana, Lucie. 2005. Teknik Penyuluhan Penyuluhan dan Pemberdayaan
Masyarakat. Ghalia Indonesia: Bogor.
Sipahelut, M. 2010. Analisis Pemberdayaan Masyarakat Nelayan di Kecamatan
tobelo Kabupaten Halmahera Utara. Tesis Sekolah Pasca Sarjana IPB,
Bogor.
Sitohang, Sonang. 2009. Penyuluhan Serta Peranannya Terhadap Industri Mikro
Dan Kecil di Indonesia. JAMBSP Vol. 6 No. 1Oktober 2009:106128
Slamet M. 2008. Kumpulan Bahan Kuliah Manajemen Kelompok dan
Organisasi). Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Soedarsono T. 2005. Dinamika Kelompok. Jakarta : Universitas Terbuka.

61

Soekidjo, Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT


Rineka Cipta.
Soetomo. 2006. Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Solina, dkk. 2013. Hubungan Antara Perlakuan Orangtua Dengan Motivasi
Belajar Siswa Di Sekolah. Jurnal Immiah Konseling Vol. 2 No 1 Januari
2013: 289.
Sudarjah, G. M dan Maqin, A. 2013. Terkendalanya Proses Implementasi Kartu
Jakarta Sehat (KJS). Jurnal Trikonomika Vol. 12 No. 1, hal: 85-91.
Suharto, E. Dan Yuliani. 2005. Analisis Jaringan Sosial Menerapkan Metode
Suharto, Edi dkk. 2009. Pembangunan Sosial: Model dan Indikator.
Bandung: STKS-Press
Suharto, Toto. 2005. Konsep Dasar Pendidikan Berbasis Masyarakat. Cakrawala
Pendidikan No. 3. Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah Palembang.
Suhirman dan Wagiyo (2005), Merumuskan Konsep dan Praktek Partisipasi
Warga Dalam Pelayan Publik, FPPM Bandung.
Sulasmi, Siti. 2006. PERAN VARIABEL PERILAKU BELAJAR INOVATIF,
INTENSITAS KERJASAMA KELOMPOK, KEBERSAMAAN VISI DAN
RASA SALING PERCAYA DALAM MEMBENTUK
KUALITAS
SINERGI. Studi
Tentang Peran Variabel Perilaku Belajar.
Hal:
225.
Suprijanto, 2009. Pendidikan Orang Dewasa: Dari Teori Hingga Aplikasi. Bumi
Aksara. Jakarta.
Suweda, I Wayan. 2011. Penataan Ruang Perkotaan yang Berkelanjutan Berdaya
Saing dan Berotonomi. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 15, No. 2.
Universitas Udayana Denpasar.
Syahyuti. 2005. Penerapan Pendekatan Pembangunan Berbasis Komunitas: Studi
Kasus Pada Rancangan Program Primatani. Pusat Analisis Sosial Ekonomi
dan Kebijakan Pertanian.
Taufiqullah, Muhammad. 2007. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi
Masyarakat dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan Desa. Tesis ITB
Tuyuwale, J.A. 1990. Analisis Dinamika Kelompok Tani di Kabupaten
Minahasa Sulawesi Utara. Tesis. Bogor : IPB.
Wahid, Abd. 2008. Dinamika Kelompok Tani Pada Kegiatan Rehabilitasi Hutan
dan Lahan di Das Bila Walanae Desa Lasiwala Kabupaten Sidrap. Jurnal
Hutan dan Masyarakat Vol. 3 No. 2, hal: 111-234.

62

Wibisono. 2007. Memebedah Konsep dan


Responsibility. Surabaya: Media Grapka

Aplikasi

Corporate

Social

Widener, M. J., dan Horner, M. W., 2011. A Hierarchical Approach to Modeling


Hurricane Disaster Relief Goods Distribution. Journal of Transport
Geography Vol. 19, hal: 821828.
Widodo, Adi. 2011. Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah di Sektor
Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Melalui
Peningkatan Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal
Dinamika Ekonomi Pembangunan Vol. 1 No. 1
Wilson F. 2005. Practical ophthalmology. 5th ed. Singapore: American Academy
of ophthalmology. 2005. 65-6, 90-2
Yasin, Mohammad, dkk. 2004. Pengelolaan Pembangunan Berwawasan
Pemberdayaan. Jurnal Ilmiah Administrasi PuWik Vol. IV, No. 2, hal: 47
64.
Yulianita, Anna. 2009. Analisis Sektor Unggulan dan Pengeluaran Pemerintah di
Kabupaten Ogan Komering Ilir. Jurnal Ekonomi Pembangunan, hal: 70-85.
Universitas Sriwijaya, Palembang.
Yuliarso, Kurniawan Kunto dan Prajarto, Nunung. 2005. Hak Asasi Manusia
(HAM) di Indonesia Menuju DemocraticGovernances. Jurnal Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Vol. 8 Nomor 3, hal: 291-308. Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Zulkarimen. 2004. Komunikasi Pembangunan; Pengenalan
Pengenalannya, Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada.

63

Teiri

dan

Anda mungkin juga menyukai