Latar Belakang
Di dalam lingkungan masyarakat, kerap terjadi peristiwa pelanggaran hukum yang
menyangkut tubuh dan nyawa manusia. Untuk pengusutan dan penyidikan serta penyelesaian
masalah hukum ini, diperlukan bantuan seorang seorang ahli dalam ilmu kedokteran forensik.
Ilmu kedokteran forensik sendiri adalah salah satu cabang spesialistik dari ilmu kedokteran, yang
mempelajari pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum serta keadilan.
Selain aspek hukum dan keadilan, ilmu kedokteran forensik juga bermanfaat dalam segi
kehidupan masyarakat lain seperti membantu penyelesaian klaim asuransi, masalah paternitas,
pengumpulan data korban kecelakaan dan sebagainya.1
Dalam mengungkapkan suatu kasus pidana, seorang dokter dengan ilmu kedokteran
forensik yang dimilikinya, dapat melakukan berbagai pemeriksaan untuk membantu penyidikan
sehingga akan didapatkan informasi-informasi penting yang diperlukan pihak penyidik untuk
mengungkap suatu kasus. Pada kasus pembunuhan yang memakan korban, pemeriksaan yang
dokter lakukan terhadap tubuh mayat dapat berupa pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam atau
yang biasa disebut autopsi, dan pemeriksaan penunjang lainnya. Tujuan dari autopsi adalah
untuk menemukan proses penyakit dan atau adanya cedera, melakukan interpretasi atas
penemuan-penemuan tersebut, menerangkan penyebabnya serta mencari hubungan sebab akibat
antara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian.2
Pada kasus kematian akibat asfiksia mekanik, seorang dokter yang melakukan
pemeriksaan autopsi harus teliti dalam tindakannya. Dokter harus mengetahui tanda-tanda apa
saja pada kasus kematian asfiksia. Sebab kematian juga perlu dijelaskan, apakah asfiksia
mekanik yang terjadi akibat bekapan, sumbatan, jeratan, cekikan, atau gantung diri. Berdasarkan
kasus yang ada, diduga telah terjadi kasus pembunuhan dengan cara pencekikan disertai dengan
adanya penganiayan korban dan upaya penutupan atau penyamaran penyebab kematian. Oleh
karena itu dilakukanlah pemeriksaan medik (autopsi) dan pembuatan Visum et Repertum
terhadap korban yang dikirim oleh polisi atau penyidik yang diduga menjadi korban atas suatau
tindak pidana (pada kasus ini adalah korban pembunuhan), untuk dapat menentukan sebab,
perkiraan waktu dan cara kematian, guna membantu proses penegakan hukum3. Selain itu akan
dibahas pula mengenai indentifikasi forensik, tanatologi dan kematian akibat asfiksia mekanik,
serta aspek hukum dan medikolegal kedokteran forensik.1-3
Tujuan
Untuk mengetahui peranan dokter dalam ilmu Kedoteran Forensik, serta aspek hokum
yang berlaku, prosedur medikolegal dalam menangani sebuah perkara kasus pidana, serta dapat
mengetahui tahap-tahapan dan identifikasi korban tindak pidana dengan tepat dan cermat.
PEMBAHASAN
Prosedur Mediko Legal
Dalam perundang-undangan terdapat beberapa prosedur medikolegal yang harus dipatuhi
oleh setiap pihak yang terkait dalam penyelidikan kasus diatas. Berikut beberapa prosedur
medikolegal yang harus dipatuhi: 4
Kewajiban Hukum :
Penggunaan VetR: Kepentingan peradilan saja , tidak boleh digunakan untuk penyelesaian
klaim asuransi.
Karena hanya untuk keperluan peradilan maka berkas Keteranagan Ahli ini hanya boleh
diserahkan kepada penyidik (instansi) yang memintanya.
Bila diperlukan keterangan untuk klaim asuransi, maka pihak asuransi dapat meminta kepada
dokter keterangan yang khusus untuk hal tersebut, dengan memperhatikan ketentuan tentang
wajib simpan rahasia jabatan.
disebut keterangan.3
Pasal 179 KUHAP
(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau
ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
(2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang memberikan
keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan
memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya menurut pengetahuan
dalam bidang keahliannya.3
(1) Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan
menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat
berdasarkan tugasnya. Demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa
tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi
atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah.
(2) Disamakan dengan pejabat tersebut di atas, setiap orang yang menurut ketentuan undangundang terus-menerus atau untuk sementara waktu diserahi tugas menjalankan jabatan
umum.
(3) Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya pemidanaan
yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka pidanya dapat ditambah
sepertiga.3
Pasal 222 KUHP
Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan
pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.3
Pasal 224 KUHP
Barang siapa yang dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi saksi, ahli atau
jurubahasa, dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut undangundang ia harus melakukannnya:
1. Dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9 bulan.
2. Dalam perkara lain, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 6 bulan.3
Pasal 522 KUHP
Barang siapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau jurubahasa, tidak
datang secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda paling banyak sembilan
ratus rupiah.3
Kewajiban Moral :
Pasal 7 KODEKI (Hanya memberi keterangan yang benar):
7. Setiap dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri
kebenarannya.
6
7a. Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis yang
kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang
(compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.
7b. Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya, dan
berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter
atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan, dalam menangani pasien.
7c. Seorang dokter harus senantiasa menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak
tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien.
7d. Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup mahkluk insani.4
Aspek Hukum
Sesuai dengan kasus diatas dapat kita temukan berbagai aspek hukum yang terkait
mengenai kejadian perkara. Berikut beberapa aspek hukum mengenai perkara pembunuhan atau
penganiayaan yang termasuk pula didalamnya disertakan pasal-pasal hukum terkait: 1
Pasal 133 KUHAP
1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman
atau dokter ahli lainnya.
2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit
harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan
diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang
dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.
Penjelasan Pasal 133 KUHAP
2) Keterangan yang diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli,
sedangkan keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman
disebut keterangan1.
7
jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama
sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut;
tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencarian;
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana penjara
paling lama tujuh tahun.
(3) Jika perbuatan mengakibatkan mati, dia dikenakan pidana penjara paling lama 9 tahun.
Pasal 354 KUHP
(1) Barangsiapa dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam, karena melakukan
penganiayaan berat, dengan pidana penjara paling lama delapan tahun.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama
sepuluh tahun.
Pasal 355 KUHP
(1) Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana
penjara paling lama 12 tahun.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama
15tahun1.
Identifikasi
Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik
untuk menetukan identitas seseorang. Identitas personal sering menjadi masalah dalam berbagai
kasus, oleh karena itu menentukan identitas dengan tepat merupakan tindakan yang amat penting
karena adanya kekeliruan dapat menyebabkan hal yang fatal dalam proses peradilan.1
Korban yang perlu diidentifikasi ialah
-
Pada kecelakaan dan bencana massal yang mengakibatkan banyak korban mati
Untuk mencari identitas dapat menggunakan berbagai metode dan dapat dipastikan apabila
paling sedikit 2 metode menyatakan hasil positif. Penentuan identitas personal dapat
menggunakan metode identifikasi sidik jari, visual, dokumen, pakaian dan perhiasan, medik,
gigi, serologic, dan secara eksklusi. Akhir-akhir ini dikembangkan pula metode identifikasi
10
DNA.1 Metode identifikasi yang utama adalah yang primer (ilmiah) sedangkan pemeriksaan lain
yang dapat dilakukan adalah pemeiksaan sekunder (sederhana). Berikut pembahasannya :
11
tetapi faktor emosional berperan, oleh karena itu harus dilakukan penanganan
sebaiknya.
b. Pemeriksaan dokumen
Dokumen seperti kartu identitas (KTP, SIM, Paspor, dll) yang dijumpai dalam
saku pakaian yang dikenakan akan sangat membantu mengenali jenazah tersebut.
Akan tetapi, pada kecelakaam massal dokumen yang terdapat dalam tas atau dompet
yang berada di dekat jenazah belum tentu milik jenazah tersebut.
c. Pemeriksaan pakaian dan perhiasan
Dari pakaian dan perhiasan yang dikenakan, mungkin daapt diketahui merk atau
nama pembuat, ukuran, inisial nama pemilik, yang dapat membantu proses
identifikasi.
d. Identifikasi medik
Metode ini menggunakan data tinggi badan, berat badan, warna rambut, mata,
cacat atau kelainan khusus, dan juga tatoo. Metode ini bernilai tinggi karena selain
dilakukan oleh serorang ahli dengan menggunakan berbagai cara/ modifikasi (
termasuk pemeriksaan dengan sinar X), sehingga ketepatannya cukup tinggi. Dengan
metode ini dapat diketahui data jenis kelamin, ras, perkiraan umumr dan tinggi badan,
kelainan pada tulang dan sebagainya.
e. Pemeriksaan serologi
Pemeriksaan serologi bertujuan menentukan golongan darah jenazah. Apabila
sudah membusuk, dapat dilakukan dengan cara memeriksa rambut, kuku dan tulang.
f. Metode eksklusi
Metode ini digunakan pada kecelakaan massal yang melibatkan sejumlah orang
yang dapat diketahui identitasnya. Bila sebagian besar korban telah dapat dipastikan
identitasnya dengan menggunakan metode lain, sedangkan sisanya tidak dapat
ditentukan, maka sisa korban diidentifikasi menurut daftar penumpang yang ada.1
Tanatologi
Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos (ilmu).
Tanatologi adalah bagian dari ilmu kedokteran forensik yang mempelajari kematian dan
perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.5
12
tampak 24 jam pasca mati berupa warna kehijauan pada perut kanan bawah (daerah sekum
yang dekan dengan dinding perut) yang terbentuk karena adamya sul-met-hemoglobin.
Secara bertahap warna kehijauan ini akan meluas ke seluruhn perut dan dada, dan bau busuk
mulai tercium. Pembuluh darah bawah kulit tampak melebar dan berwarna hijau kehitaman.
Selanjutnya kulit ari terkelupas membentuk gelembung kemerahan berbau busuk.
Pembentukan gas di dalam tubuh akan mengakibatkan tubuh mengalami pembengkakan dan
berada dalam posisi pugilistic attitude. Larva lalat akan dijumpai setelah pembentukan gas
pembusukan nyata, yaitu 36-48 jam pasca mati. Dengan identifikasi spesies dan mengukur
panjang larva maka dapat diketahui usia larva tersebut, yang dapat digunakan untuk
memperkirakan saat mati.5
Kepentingan
medikolegal
pemeriksaan
proses
pemebusukkan
adalah
untuk
memperkirakan saat kematian. Apabila bau busuk sudah tercium maka kematian
diperkirakan telah terjadi lebih dari 24 jam yang lalu.5
5. Adiposera atau lilin mayat
Adiposera adalah terbentuknya bahan yang berwarna keputihan , lunak, atau berminyak,
berbau tengik yabg terjadi dalam jaringan lunak tubuh pasca mati. Perubahan berbentuk
bercak dapat terlihat di daerah pipi, payudara, bokong, dan ekstremitas. Jarang seluruh lemak
tubuh berubah menjadi adiposera. Adiposera akan membuat gambaran permukaan tubuh
dapat bertahan hingga bertahun-tahun sehingga identifikasi mayat dan perkiraan sebab
kematian masih mungkin.5
Faktor-faktor yang mempermudah terbentuknya adiposera adalah kelembaban dan lemak
tubuh yang cukup, udara hangat, dan invasi bakteri endogen ke dalam jaringan. Sedangkan
yang memperlambat adalah air yang mengalir yang membuang elektrolit, dan udara dingin.
Pembusukan terhambat oleh adiposera karena derajat keasaman dandehidrasi jaringan yang
bertambah. Adiposera paling baik dideteksi dengan analisis asam palmitat.
6. Mumifikasi
Mumifikasi adalah proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup cepat
sehingga terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat menghentikan pembusukan
karena kuman tidak dapat berkembang pada lingkkungan yang kering. Jaringan berubah
menjadi keras, keringm berkeriput dan berwarna gelap. Mumifikasi terjadi bila suhu hangat,
15
kelembaban rendah, aliran udara yang baik, dan tubuh dehidrasi dalam waktu lama (12-14
minggu).
Pemeriksaan Luka Akibat Kekerasan Tajam
Benda yang dapat mengakibatkan luka seperti ini memiliki sisi tajam baik berupa garis
maupun runcing yang bervariasi dari alat seperti pisau,golok dan sebaainua sehingga keping
kaca,gelas,logam,sembilu bahkan tepi kertas atau rumput.
Gambaran luka adalah tepi dan dinding luka yang rata,berbentuk garis,tidak terdapat
jembatan jaringan dan dasar luka berbentuk garis atau titik. Luka akibat benda tajam dapat
berupa luka iris atau sayat,luka tusuk dan luka bacok.Pada luka tusuk,sudut luka dapat
menunjukkan perkiraan benda penyebabnya,apakah berupa pisau bermata satu atau bermata
dua.Bila satu sudut luka lancip dan yang lain tumpul,bererti benda penyebabnya adalah benda
tajam bermata satu.Bila kedua sudut luka lancip,luka tersebut dapat diakibatkan oleh benda tajam
bermata dua.Benda tajam bermata satu sapat menimbulkan luka tusuk dengan kedua luka lancip
apabila hanya bagian ujung benda saja yang menyentuh kulit,sehingga sudut luka dibentuk oleh
ujung dan sisi tajamnya.
Kulit di sekitar luka akibat kekerasan benda tajam biasanya tidak menunjukkan adanya
luka lecet atau memar kecuali bila bagian gagang turut membentur kulit. Pada luka turuk,panjang
luka biasanya tidak mencerminkan lebar benda tajam penyebabnya,demikian pula panjang
saluran luka biasanya tidak menunjukkan panjang benda tajam tersebut.Hal ini disebabkan oleh
faktor elastisitas jaringan dan gerakan korban.
Luka tangkis merupakan luka yang trjadi akibat perlawanan korban dan umumnya
ditemukan pada telapak dan punggung tangan,jari tangan,punggung lengan bawah dan tungkai.
Pemeriksaan pada kain (baju) yang terkena pisau bertujuan melihat interaksi antara pidau-kain
tubuh,yaitu melihat letak kelainan,bentuk rokeban,adanya pastikel besi,serat kain dan
pemeriksaan terhadap bercak darahnya. Luka percobaan khas ditemukan pada kasus bunuh diri
yang menggunakan senjata tajam,sehubungan dengan kondisi kejiwaan korban.Luka percobaan
dapar berupa luka sayat atau luka tusuk yang dilakukan berulang dan sejajar.
16
Penjeratan postmortem
Tanda-tanda
Penjeratan antemortem
post-mortem Tanda-tanda
penggantungan
antemortem
korban.
Tanda jejas jeratan biasanya berbentuk Tanda jejas jeratan miring, berupa lingkaran
lingkaran
utuh
(continuous),
Simpul tali biasanya lebih dari satu, Simpul tali biasanya tunggal, terdapat pada
diikatkan dengan kuat dan diletakkan sisi leher.
pada bagian depan leher.
Ekimosis pada salah satu sisi jejas Ekimosis tampak jelas pada salah satu sisi
penjeratan tidak ada atau tidak jelas. dari jejas penjeratan. Lebam mayat tampak di
Lebam mayat terdapat pada bagian atas jejas jerat dan pada tungkai bawah.
tubuh yang menggantung sesuai dengan
posisi mayat setelah meninggal.
Tanda parchmentisasi tidak ada atau Pada kulit di tempat jejas penjeratan teraba
tidak begitu jelas.
Sianosis pada bagian wajah, bibir, Sianosis pada wajah, bibir, telinga, dan laintelinga dan lain-lain tergantung dari lain sangat jelas terlihat terutama jika
penyebab kematian.
Tanda-tanda pada wajah dan mata tidak Wajah membengkak dan mata mengalami
terdapat,
kematian
kecuali
jika
adalah
17
Lidah tidak terjulur kecuali pada kasus Lidah bisa terjulur atau tidak sama sekali.
kematian akibat pencekikan.
Penis. Ereksi penis dan cairan sperma Penis. Ereksi penis disertai dengan keluarnya
tidak ada. Pengeluaran feses juga tidak cairan sperma sering terjadinpada korban pria.
ada
10
Air liur tidak ditemukan yang menetes Air liur. Ditemukan menetes dari sudut mulut,
pada kasus selain kasus penggantungan
18
A. Penjeratan (strangulation)
Perjeratan adalah penekanan benda asing berupa tali,ikat pinggang, rantai, stagen, kawat, kabel,
kaos kaki dan sebagainya melingkari atau mengikat leher yang makin lama makin kuat sehingga
saluran pernafasan tertutup. Berbeda dengan gantung diri yang biasanya ,merupakan suicide
maka penjeratan adalah pembunuhan. 1
Mekanisme kematian pada penjeratan adalah akibat asfiksia atau refleks vaso vagal.pada
gantung diri,semua arteri vertebralis biasanya tetap paten,hal ini disebabkan oleh kerana
kekuatan atau beban yang menekan pada penjeratan biasanya tidak besar. Asfiksia adalah suatu
keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara pernapasan, mengakibatkan
oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan kabondioksida (hiperkapnea).
Sedangkan asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila gangguan pertukaran udara
pernapasan disebabkan oleh berbagai kekerasan yang bersifat mekanik (pembekapan,
penyumbatan, penjeratan, pencekikan, dan gantung). Masa dari saat asfiksia timbul sampai
terjadinya kematian sangat bervariasi (umumnya antara 4-5 menit). Bila tingkat pengahalang
oksigen tidak 100% maka waktu kematian akan lebih lama dan tanda-tanda asfiksia akan lebih
jelas dan lengkap.1,5
Pada pemeriksaan jenazah, umumnya didapatkan tanda kematian akibat asfiksia:
1. Pemeriksaan luar jenazah
Sianosis pada bibir, ujung-ujung jari, dan kuku.
Perbendungan sistemik dan dilatasi jantung kanan.
Lebam mayat biru gelap (keunguan) yang lebih luas serta terbentuk lebih cepat.
Busa halus pada hidung dan mulut.
Pelebaran pembuluh darah konjungtiva bulbi dan palpebra.
Bintik pendarahan / Tardieu spot.1
2. Pemeriksaan bedah jenazah
Darah berwarna lebih gelap dan encer.
Busa halus pada saluran pernafasan.
Perbendungan sirkulasi pada seluruh organ dalam tubuh sehingga menjadi berat,
berwarna lebih gelap dan banyak mengeluarkan darah pada pengirisan.
19
Ptekie pada mukosa usus halus, bagian belakang jantung, subpleura viseralis paru,
kulit kepala bagian dalam dan mukosa epiglottis dan daerah sub-glotis.
Edema paru.
Kelainan yang berhubungan dengan kekerasan, seperti fraktur laring, perdarahan
faring, dan sebagainya.1
B. Gantung
Kasus gantung hampir sama dengan penjeratan. Perbedanya terdapat pada asal tenaga yang
dibutuhkan untuk memperkecil lingkaran jerat. Pada kasus gantung, jerat pada leher menahan
berat badan korban sehingga mengakibatkan tertekannya leher. Mekanisme kematian pada kasus
gantung ialah kerusakan pada batang otak dan medulla spinalis, asfiksia, iskemia otak dan
refleks vagal.2,5
Posisi korban pada kasus gantung diri dapat berupa complete hanging (kedua kaki tidak
menyentuh tanah), duduk berlutut, dan berbaring.5 Sedangkan beberapa jenis gantung diri ialah
typical hanging yaitu titik gantung terletak apda daerah oksiput dan tekanan pada arteri karotis
paling besar; dan atypical hanging yaitu titik gantung pada sampung sehingga leher dalam posisi
sangat miring yang mengakibatkan hambatan pada arteri karotis dan vertebralis.5
Pada pemeriksaan jenazah, maka akan ditemukan resapan darah bawah kulit serta pada otot dan
alat leher di tempat yang sesuai dengan jejas jerat. Jejas jerat tidak mendatar tetapi membentuk
sudut yang membuka ke arah bawah serta letak jerat yang tinggi. Kulit mencekung ke dalam,
berwarna coklat dengan perabaan kaku dan akibat bergesekan dengan kulit leher, maka pada tepi
jejas dapat ditemukan luka lecet. Patah tulang lidah atau rawan gondok tidak sering terjadi pada
kasus gantung. Distribusi lebam mayat pada kasus gantung akan mengarah ke bawah, yaitu pada
ujung tangan, kaki dan genitalia eksterna. Pada korban wanita maka labium membesar dan
terdapat lebam. Pada pria maka terjadi pada skrotum dan penis seolah mengalami ereksi dan
keluar cauran semen karena relaksasi otot sfingter.1,2
Pemeriksaan Luka - Pemeriksaan luar dan Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan Luar
Pada pemeriksaan tubuh mayat sebelah luar, untuk kepentingan forensic, pemeriksaan
harus dilakukan dengan cermat meliputi segala sesuatu yang terlihat, tercium, maupun teraba,
20
baik terhadap benda yang menyertai mayat, pakaian, perhiasan, sepatu, dll. Juga terhadap tubuh
mayat sendiri.1
Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan organ atau alat tubuh biasanya dimulai dari lidah, oesofagus, trakea, dan seterusnya
sampai meliputi seluruh alat tubuh. Otak biasanya diperiksa terakhir.
Interpretasi Temuan
Korban
Korban yang meninggal adalah seorang laki-laki. Mayat ditemukan memakai kaus dalam
(oblong) dan memakai celana panjang yang digulung hingga setengah tungkai bawah. Posisi
mayat saat ditemukan adalah posisi tubuh tertelungkup dan relatif mendatar dengan leher terjerat
oleh lengan bajunya sendiri. Mayat ditemukan telah membusuk.
Mengenai penyebab kematian, ada 2 kemungkinan penyebab kematian korban, yaitu
akibat pembunuhan atau penganiayaan, namun proses awal terjadi nya sampai saat menimbulkan
kematian tidak diperjelas lebih lanjut dalam kasus. Hanya diketahui jika ia ditemukan dalam
keadaan terjerat lengan baju dan adanya luka terbuka pada bagian tubuh tertentu. Oleh karenanya
proses kematian korban tidak diketahui apakah meninggal karena langsung terbunuh atau
teraniaya terlebih dahulu. 1, 2, 4. Namun pada pemeriksaan, hasil menunjukan korban meninggal
akibat dibunuh.
Tempat Kejadian Perkara
Tempat dimana mayat korban ditemukan adalah di daerah perbukitan yang berhutan
cukup lebat, tepatnya pada sebuah sungai yang telah kering dan penuh batu-batuan. Rumah
terdekat dari tempat korban ditemukan kira-kira sejauh 2 kilometer.
Sebab Kematian
Penyebab kematian pada korban tersebut bisa dikarenakan kekerasan tajam atau akibat
penjeratan.
Mekanisme Kematian
Berdasarkan kasus diatas, korban meninggal bisa dikarenakan mekanisme pendarahan
akibat kekerasan tajam atau karena asfiksia oleh penjeratan.
21
Waktu Kematian
Dari tanda-tanda kematian yang telah diuraikan diatas, perkiraan waktu kematian korban
yaitu 36-48 jam. Hal ini dapat terjadi karena ditemukan lebam mayat yang menetap yang
menandakan waktu kematian lebih dari 8-12 jam, suhu mayat yang hampir sama dengan suhu
keliling juga menandakan korban sudah meninggal lebih dari 15 jam. Lalu terlihat adanya
pembusukan dan terdapatnya larva lalat pada tubuh korban, yang menandakan korban
sudahmeninggal antara 36-48 jam.
Identitas Korban
Nama
: Karhurun
Jenis kelamin
: Laki laki
Umur
: 40 tahun
Kebangsaan
: Indonesia
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Karyawan
Alamat
Pemeriksaan Luar
Hasil pemeriksaan luar pada korban :
1. Mayat tidak terbungkus
2. Mayat berpakaian sebagai berikut :
a. Kemeja lengan panjang berwarna putih berukuran M merk None. Terdapat satu buah
saku pada dada kiri dalam keadaan kosong. Kemeja berlumuran darah dan terdapat
robekan diketiak kiri .
b. Celana panjang bewarna hitam berukuran M merk None, dengan dua buah saku
dibagian belakang dalam keasaan kosong dan masing-masih satu buah saku pada sisi
kanan san juri. Pada saku sisi kanan terdapat dompet kulit berwarna coklat merk
Crocodile didalamnya terdapat kartu identitas korban dan empat lembar uang sepuluh
ribu rupiah dan dua lembar uang lima puluh ribu rupiah. Celana panjang tergulung
22
setinggi lutut dan terdapat bercak drah pada bagian bawah. Celana panjang dengan
bahan katun berwarna coklat dan tidak terdapat darah..
3. Ditemukan benda yang melingkari leher mayat berupa baju kemeja lengan panjang
berwarna putih merk None.
4. Kaku mayat terdapat seluruh anggota tubuh, sukar dilawan. Lebam mayat terdapat pada
bagian dada, perut, lutut dan genitalia eksterna berwarna merah keunguan, tidak hilang
pada penekanan kuat. Kaku mayat dan lebam mayat sudah menetap. Suhu mayat
ditemukan di TKP menurun mencapai 28oC.
5. Mayat adalah seorang laki-laki, berwarga negara Indonesia, berumur 40 tahun, kulit sawo
matang, gizi cukup baik, panjang tubuh seratus tujuh puluh sentimeter, berat badan
delapan puluh kilogram dan zakar disunat.
6. Rambut kepala berwarna hitam, tumbuh lebat, lurus, panjang lima sentimeter . Alis mata
berwarna hitam, tumbuhnya cukup tebal, panjang tiga milimeter. Bulu mata berwarna
hitam, panjang delapan millimeter.
7. Mata kanan dan mata kiri tidak menutup sempurna. Mata terlihat mencekung. Selaput
bening mata jernih, pupil mata bulat, diameter lima milimeter. Warna tirai mata coklat,
selaput bola mata putih, selaput kelopak mata pucat dan tidak terdapat perdarahan
maaupun pelebaran pembuluh darah.
8. Hidung berbentuk mancung . Telinga berbentuk oval dan tidak terdapat lubang tindik
pada kedua telinga.
9. Mulut menutup sempurna. Lidah terjulur keluar. Seluruh gigi lengkap kecuali geraham
pertama pada bagian bawah gigi bagian kanan dan kiri.
10. Dari lubang hidung, mulut , telinga tidak ada kelainan. Dari lubang dubur terdapat warna
kecoklatan berbau. Dari kemaluan keluar cairan semen.
11. Pada alat kelamin berbentuk biasa, tidak ada kelainan. Lubang dubur berbentuk biasa,
tidak menunjukan kelainan.
12. Pada ketiak kiri dan kedua tungkai terdapat luka-luka akibat kekerasan benda tajam.
13. Lain lain
a. Posisi mayat dalam keadaan tertelungkup.
b. Tangan kanan dan kiri dalam posisi terlentang disamping.
23
c. Pada leher ditemukan jejas jerat berwara coklat dengan arah mendatar pada bagian
depan terletak setinggi atau dibawah rawan gondok.
d. Pada leher ditemukan bekas kuku.
e. Golongan darah = AB
f. Pada ketiak kiri ditemukan adanya luka terbuka dengan permukaan rata dan kedua
sudut luka lancip dan dalam selebar dua puluh sentimeter dari Garis Pertengahan
Depan berukuran empat sentimeter kali serngah sentimeter .
g. Pada tungkai bawah kanan, tiga sentimeter di atas mata kaki bagian luar terdapat luka
iris berukuran lima sentimeter kali setengah sentimeter dengan permukaan rata dan
kedua sudut yang lancip dan enam sentimeter di bawah lutut terdapat luka iris
berukuran tujuh sentimeter kali satu sentimeter dengan permukaan rata dan kedua
sudut yang lancip. Kulit di sekitar luka tidak ditemukan adanya luka lecet atau luka
memar.
h. Pada tungkai bawah kiri, delapan sentimeter di bawah lutut terdapat luka iris
berukuran lima sentimeter kali setengah sentimeter dengan permukaan rata dan kedua
sudut yang lancip. Kulit di sekitar luka tidak ditemukan adanya luka lecet atau luka
memar.
14. Patah tulang tidak ada.
5. Dinding rongga perut tampak licin, berwarna kelabu mengkilat dengan sedikit berwarna
merah terang. Dalam rongga perut tidak terdapat darah maupun cairan. Otot dinding perut
berwarna cokelat cukup tebal
6. Lidah berwarna cokelat pucat, penampang berwarna cokelat. Tulang lidah utuh, rawan
gondok patah pada ujung kanan dan kiri, dan terdapat resapan darah. Tonsil tidak
membesar dan penampangnya tidak menunjukan kelainan. Kelenjar gondok berwarna
coklat merah, perabaan kenyal, tidak membesar dan penampangnya tidak menunjukan
kelainan, berat dua puluh gram.
7. Batang tenggorok berisi busa dan selaput lendirnya terdapat pelebaran pembuluh darah.
8. Kerongkongan kosong dan selaput lendirnya terdapat pelebaran pembuluh darah.
9. Seluruh permukaan paru kanan dan kiri melekat pada dinding dada pada kedua paru
terdapat perkejuan dengan perabaan padat. Paru kanan terdiri atas tiga baga, berwarna
ungu, perabaan kenyal padat, penampang berwarna ungu, pada pemijatan keluar busa dan
darah, berat enam ratus lima puluh gram. Paru kiri terdiri dari dua baga, berwarna ungu,
perabaan kenyal padat, penampang berwarna ungu, pada pemijatan keluar busa dan
darah, berat lima ratus enam puluh gram.
10. Jantung tampak sebesar tinju kanan mayat, berwarna cokelat keunguan, perabaan kenyal,
ukuran lingkar katub serambi kanan sebelas sentimeter, kiri sembilan sentimeter,
pembuluh nadi paru lima koma lima sentimeter dan batang nadi lima sentimeter, tebal
otot bilik kanan empat millimeter dan kiri dua belas millimeter, pembuluh nadi jantung
tidak tersumbat, berat dua ratus gram.
11. Hati berwarna cokelat keunguan, permukaannya rata, tepinya tajam dan perabaan kenyal
padat. Penampang hati berwarna cokelat dan gambaran hati tampak jelas. Berat hati
adalah seribu dua ratus gram.
12. Kandung empedu berisi cairan berwarna hijau coklat, selaput lendirnya berwarna hijau
seperti beludru. Saluran empedu tidak menunjukan penyumbatan.
13. Limpa berwarna ungu pucat, permukaannya rata dan perabaan kenyal. Penampangnya
berwarna ungu dengan gambaran limpa jelas. Berat limpa seratus sepuluh gram.
14. Kelenjar liur perut berwarna cokelat, permukaan berbaga-baga, dan perabaan kenyal.
Penampang berwarna cokelat dengan gambaran kelenjar jelas Berat kelenjar liur perut
delapan puluh lima gram.
25
15. Lambung kosong. Selaput lendirnya terdapat pelebaran pembuluh darah. Usus dua belas
jari, usus halus, dan usus terdapat pelebaran pembuluh darah.
16. Kelenjar anak ginjal kanan berbentuk trapezium berwarna kuning penampang berlapis.
Kelenjar anak ginjal kiri berbentuk bulan sabit, warna kuning penampang berlapis. Berat
anak ginjal kanan delapan gram dan yang kiri sembilan gram.
17. Ginjal kanan dan kiri bersimpai lemak tipis. Simpai ginjal kanan dan kiri tampak rata dan
licin, berwarna coklat dan mudah dilepas. Berat ginjal kanan sembilan puluh lima gram
dan yang kiri seratus gram. Penampang ginjal menunjukan gambaran yang jelas. Piala
ginjal terdapat bintik perdarahan dan saluran kemih tidak menunjukan sumbatan.
18. Kandung kencing kosong dan selaput lendirnya licin, berwarna putih, tidak menunjukan
kelainan.
19. Kulit kepala bagian dalam pada daerah puncak kepala terdapat resapan darah seluas dua
sentimeter kali dua sentimeter dan pada puncak kepala kiri terdapat resapan darah seluas
dua koma lima sentimeter kali dua sentimeter. Tulang tengkorak utuh, selaput keras otak
utuh, selaput lunak otak utuh.
20. Otak besar terdapat pelebaran pembuluh darah dan permukaan agak mendatar. Otak kecil
terdapat pelebaran pembuluh darah dan tampak penonjolan otak kecil bagian bawah.
Batang otak utuh. Bilik otak kosong, berat seribu empat ratus enam puluh gram.
KESIMPULAN
Sesuai dengan kasus pada mayat seorang laki-laki berumur empat puluh tahun ini
ditemukan jejas jerat pada leher, berupa luka lecet tekan yang berjalan mendatar dan luka lecet
geser, ditemukan juga luka terbuka pada daerah ketiak kiri dan pada kedua tungkai bawah akibat
kekerasan tajam, selanjutnya ditemukan tanda-tanda mati lemas.
Sebab mati orang ini akibat jeratan pada leher yang mengakibatkan terhalangnya jalan
napas dan terjadi mati lemas. Perkiraan mati lebih dari dua puluh empat jam (dua puluh empat
jam hingga tiga puluh enam jam). Luka terbuka dan luka-luka lecet pada orang ini tidak
menyebabkan kematian dan terjadi sebelum korban mati.
Hasil penyebab dan mekanisme kematian pada visum et repertum disimpulkan
berdasarkan hasil temuan pada pemeriksaan jenazah yang dilakukan yaitu pemeriksaan luar
meliputi identitas, luka dan bekas perlukaan, dan sebagainya didukung dengan adanya
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Budiyanto A, Widiatmika W, Sudiono S, Winardi AM, Hertian S, dkk. Ilmu kedokteran
forensik. Edisi ke-1. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 1997.H.5-16
2. Staf Pengajar Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Teknik autopsi forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2000.
3. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat.
Buku roman forensik. Edisi ke-2. Agusuts 2009.
4. Staf Pengajar Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran. Edisi I. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia;1994.h.11-38.
5. Budiyanto A, Widiatmika W, Sudiono S, Winardi AM, Hertian S, dkk. Ilmu kedokteran
forensik. Edisi ke-1. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 1997.H.25-70.
6. Dahlan S. Ilmu kedokteran forensik: Pedoman bagi dokter dan penegak hukum. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2000.h. 141-8.
27