Anda di halaman 1dari 27

Kematian akibat Asfiksia Mekanik dan Luka

Kekerasan Benda Tajam


Cathelin Stella
10-2010-219
A-2
Mahasiswi, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta
Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
e-mail : cathelinstella@yahoo.com
_______________________________________________________________________
PENDAHULUAN
Skenario :
Seorang laki-laki ditemukan di sebuah sungai kering yang penuh batu-batuan dalam
keadaan mati tertelungkup. Ia mengenakan kaos dalam (oblong) dan celana panjang
yang di bagian bawahnya digulung hingga setengah tungkai bawahnya. Lehernya
terikat lengan baju (yang kemudian diketahui sebagai baju miliknya sendiri) dan
ujung lengan baju lainnya terikat ke sebuah dahan pohon perdu setingggi 60 cm.
Posisi tubuh relatif mendatar, namun leher memang terjerat oleh baju tersebut.
Tubuh mayat tersebut telah membusuk, namun masih dijumpai adanya satu luka
terbuka di daerah ketiak kiri yang memperlihatkan pembuluh darah ketiak yang
putus, dan beberapa luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan dan kiri yang
memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan akibat kekerasan tajam.
Perlu diketahui bahwa rumah terdekat dari TKP adalah kira-kira 2 km. TKP adalah
suatu daerah perbukitan yang berhutan cukup lebat.
1

Latar Belakang
Di dalam lingkungan masyarakat, kerap terjadi peristiwa pelanggaran hukum yang
menyangkut tubuh dan nyawa manusia. Untuk pengusutan dan penyidikan serta penyelesaian
masalah hukum ini, diperlukan bantuan seorang seorang ahli dalam ilmu kedokteran forensik.
Ilmu kedokteran forensik sendiri adalah salah satu cabang spesialistik dari ilmu kedokteran, yang
mempelajari pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum serta keadilan.
Selain aspek hukum dan keadilan, ilmu kedokteran forensik juga bermanfaat dalam segi
kehidupan masyarakat lain seperti membantu penyelesaian klaim asuransi, masalah paternitas,
pengumpulan data korban kecelakaan dan sebagainya.1
Dalam mengungkapkan suatu kasus pidana, seorang dokter dengan ilmu kedokteran
forensik yang dimilikinya, dapat melakukan berbagai pemeriksaan untuk membantu penyidikan
sehingga akan didapatkan informasi-informasi penting yang diperlukan pihak penyidik untuk
mengungkap suatu kasus. Pada kasus pembunuhan yang memakan korban, pemeriksaan yang
dokter lakukan terhadap tubuh mayat dapat berupa pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam atau
yang biasa disebut autopsi, dan pemeriksaan penunjang lainnya. Tujuan dari autopsi adalah
untuk menemukan proses penyakit dan atau adanya cedera, melakukan interpretasi atas
penemuan-penemuan tersebut, menerangkan penyebabnya serta mencari hubungan sebab akibat
antara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian.2
Pada kasus kematian akibat asfiksia mekanik, seorang dokter yang melakukan
pemeriksaan autopsi harus teliti dalam tindakannya. Dokter harus mengetahui tanda-tanda apa
saja pada kasus kematian asfiksia. Sebab kematian juga perlu dijelaskan, apakah asfiksia
mekanik yang terjadi akibat bekapan, sumbatan, jeratan, cekikan, atau gantung diri. Berdasarkan
kasus yang ada, diduga telah terjadi kasus pembunuhan dengan cara pencekikan disertai dengan
adanya penganiayan korban dan upaya penutupan atau penyamaran penyebab kematian. Oleh
karena itu dilakukanlah pemeriksaan medik (autopsi) dan pembuatan Visum et Repertum
terhadap korban yang dikirim oleh polisi atau penyidik yang diduga menjadi korban atas suatau
tindak pidana (pada kasus ini adalah korban pembunuhan), untuk dapat menentukan sebab,
perkiraan waktu dan cara kematian, guna membantu proses penegakan hukum3. Selain itu akan
dibahas pula mengenai indentifikasi forensik, tanatologi dan kematian akibat asfiksia mekanik,
serta aspek hukum dan medikolegal kedokteran forensik.1-3

Tujuan
Untuk mengetahui peranan dokter dalam ilmu Kedoteran Forensik, serta aspek hokum
yang berlaku, prosedur medikolegal dalam menangani sebuah perkara kasus pidana, serta dapat
mengetahui tahap-tahapan dan identifikasi korban tindak pidana dengan tepat dan cermat.

PEMBAHASAN
Prosedur Mediko Legal
Dalam perundang-undangan terdapat beberapa prosedur medikolegal yang harus dipatuhi
oleh setiap pihak yang terkait dalam penyelidikan kasus diatas. Berikut beberapa prosedur
medikolegal yang harus dipatuhi: 4
Kewajiban Hukum :

Pihak yang berwenang meminta VetR: Penyidik


Sesuai pasal 133 ayat (1).Sedangkan yang termasuk kategori penyidik adalah Pejabat Polisi
Negara RI yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang dengan pangkat serendahrendahnya Pembantu Letnan Dua ( pasal 6 ayat (1) KUHAP, PP 27 tahun 1983 pasal 2 ayat
(1).

Pihak yang berwenang membuat VetR: Dokter


Kewajiban dokter untuk membuat Keterangan Ahli seperti disebutkan dalam pasal 133
KUHAP. Keterangan ahli ini akan dijadikan sebagai alat bukti yang sah di depan sidang
pengadilan. ( pasal 184 KUHAP )

Prosedur permintaan: Tertulis


Prosedur permintaan Keterangan Ahli

oleh penyidik harus dilakukan secara tertulis,

terutama untuk korban mati (pasal 133 ayat (2)).


Surat permintaan keterangan ahli ditujukan kepada instansi kesehatan atau instansi khusus
untuk itu, bukan kepada individu dokter yang bekerja di dalam instansi tersebut.
Korban / benda bukti yang diperiksa

: tubuh manusia, baik masih hidup maupun telah

meninggal. Disertai oleh petugas kepolisian yang berwenang.

Penggunaan VetR: Kepentingan peradilan saja , tidak boleh digunakan untuk penyelesaian
klaim asuransi.

Karena hanya untuk keperluan peradilan maka berkas Keteranagan Ahli ini hanya boleh
diserahkan kepada penyidik (instansi) yang memintanya.
Bila diperlukan keterangan untuk klaim asuransi, maka pihak asuransi dapat meminta kepada
dokter keterangan yang khusus untuk hal tersebut, dengan memperhatikan ketentuan tentang
wajib simpan rahasia jabatan.

I. Kewajiban Dokter Membantu Peradilan


Pasal 133 KUHAP
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter dan atau ahli lainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis,
yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan
mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus
diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi
label yang memuat identitas mayat, dilak dengan cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari
kaki atau bagian lain badan mayat.3
Penjelasan Pasal 133 KUHAP
(2) Keterangan yang diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli,
sedangkan

keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman

disebut keterangan.3
Pasal 179 KUHAP
(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau
ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
(2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang memberikan
keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan
memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya menurut pengetahuan
dalam bidang keahliannya.3

II. Bentuk Bantuan Dokter Bagi Peradilan Dan Manfaatnya


Pasal 183 KUHAP
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurangkurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana
benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannnya.3
Pasal 184 KUHAP
(1) Alat bukti yang sah adalah:
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Surat
d. Pertunjuk
e. Keterangan terdakwa
(2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan.3
Pasal 186 KUHAP
Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.3
Pasal 180 KUHAP
(1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di sidang
pengadilan, Hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat pula minta agar
diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan.
(2) Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat hukum terhadap
hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Hakim memerintahkan agar hal
itu dilakukan penelitian ulang.
(3) Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian ulang
sebagaimana tersebut pada ayat (2).
(4) Penelitian ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan oleh instansi
semula dengan komposisi personil yang berbeda dan instansi lain yang mempunyai
wewenang untuk itu.3

III. Sangsi Bagi Pelanggar Kewajiban Dokter


Pasal 216 KUHP

(1) Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan
menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat
berdasarkan tugasnya. Demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa
tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi
atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah.
(2) Disamakan dengan pejabat tersebut di atas, setiap orang yang menurut ketentuan undangundang terus-menerus atau untuk sementara waktu diserahi tugas menjalankan jabatan
umum.
(3) Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya pemidanaan
yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka pidanya dapat ditambah
sepertiga.3
Pasal 222 KUHP
Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan
pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.3
Pasal 224 KUHP
Barang siapa yang dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi saksi, ahli atau
jurubahasa, dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut undangundang ia harus melakukannnya:
1. Dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9 bulan.
2. Dalam perkara lain, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 6 bulan.3
Pasal 522 KUHP
Barang siapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau jurubahasa, tidak
datang secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda paling banyak sembilan
ratus rupiah.3

Kewajiban Moral :
Pasal 7 KODEKI (Hanya memberi keterangan yang benar):
7. Setiap dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri
kebenarannya.
6

7a. Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis yang
kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang
(compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.
7b. Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya, dan
berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter
atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan, dalam menangani pasien.
7c. Seorang dokter harus senantiasa menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak
tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien.
7d. Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup mahkluk insani.4

Aspek Hukum
Sesuai dengan kasus diatas dapat kita temukan berbagai aspek hukum yang terkait
mengenai kejadian perkara. Berikut beberapa aspek hukum mengenai perkara pembunuhan atau
penganiayaan yang termasuk pula didalamnya disertakan pasal-pasal hukum terkait: 1
Pasal 133 KUHAP
1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman
atau dokter ahli lainnya.
2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit
harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan
diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang
dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.
Penjelasan Pasal 133 KUHAP
2) Keterangan yang diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli,
sedangkan keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman
disebut keterangan1.
7

Pasal 135 KUHAP


Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan perlu melakukan penggalian mayat,
dilaksanakan menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (2) dan pasal 134
ayat (1) undang-undang ini.
Pasal 179 KUHAP
Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedoteran kehakiman atau dokter
atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan. Semua ketentuan tersebut di
atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan
bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaikbaiknya dan sebenar-benarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.
Statsblad 350 tahun 1937 pasal 1
Visa reperta dari dokter-dokter, yang dibuat atas sumpah jabatan yang diikrarkan pada
waktu menyelesaikan pelajaran kedokteran di negeri Belanda atau di Indonesia, atau atas sumpah
khusus sebagai dimaksud dalam pasal (2), mempunyai daya bukti dalam perkara-perkara pidana,
sejauh itu mengandung keterangan tentang yang dilihat oleh dokter pada benda yang diperiksa.
Pasal 186 KUHAP
Keterangan ahli ini dapat juga sudah diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik
atau penuntut umum yang dirtuangkan dalam suatu bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat
sumpah diwaktu ia menerima jabatan atau pekerjaan.
Pasal 89 KUHP
Membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan menggunakan kekerasan.
Pasal 90 KUHP
Luka berat berarti:
-

jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama
sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut;

tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencarian;

kehilangan salah satu pancaindra;


8

mendapat cacat berat;

menderita sakit lumpuh;

terganggunya daya piker selama empat minggu lebih;

gugur atau matinya andungan seorang perempuan.

Pasal 338 KUHP4


Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan,
dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 339 KUHP4
Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang
dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya, atau untuk
melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal tertangkap tangan,
ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang diperolehnya secara melawan hukum,
diancam dengan pidana penjara seumur hidupatau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh
tahun.
Pasal 340 KUHP4
Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang
lain, diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau penjara
seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh lima tahun.
Pasal 351 KUHP
1) Penganiyaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau
pidana denda paling banyak 4500 rupiah.
2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lama 5 tahun.
3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama7 tahun.
4) Dengan penganiyaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
Pasal 353 KUHP
(1) Penganiayaan dengan rencana terlebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling
lama 4 tahun.

(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana penjara
paling lama tujuh tahun.
(3) Jika perbuatan mengakibatkan mati, dia dikenakan pidana penjara paling lama 9 tahun.
Pasal 354 KUHP
(1) Barangsiapa dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam, karena melakukan
penganiayaan berat, dengan pidana penjara paling lama delapan tahun.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama
sepuluh tahun.
Pasal 355 KUHP
(1) Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana
penjara paling lama 12 tahun.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama
15tahun1.
Identifikasi
Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik
untuk menetukan identitas seseorang. Identitas personal sering menjadi masalah dalam berbagai
kasus, oleh karena itu menentukan identitas dengan tepat merupakan tindakan yang amat penting
karena adanya kekeliruan dapat menyebabkan hal yang fatal dalam proses peradilan.1
Korban yang perlu diidentifikasi ialah
-

Jenazah yang tidak dikenal

Jenazah yang membusuk, rusak dan hangus terbakar

Pada kecelakaan dan bencana massal yang mengakibatkan banyak korban mati

Potongan tubuh manusia / kerangka.1

Untuk mencari identitas dapat menggunakan berbagai metode dan dapat dipastikan apabila
paling sedikit 2 metode menyatakan hasil positif. Penentuan identitas personal dapat
menggunakan metode identifikasi sidik jari, visual, dokumen, pakaian dan perhiasan, medik,
gigi, serologic, dan secara eksklusi. Akhir-akhir ini dikembangkan pula metode identifikasi

10

DNA.1 Metode identifikasi yang utama adalah yang primer (ilmiah) sedangkan pemeriksaan lain
yang dapat dilakukan adalah pemeiksaan sekunder (sederhana). Berikut pembahasannya :

Pemeriksaan Primer (Ilmiah)


a. Pemeriksaan sidik jari
Metode ini membandingkan gambaran sidik hari jenazah dengan data sidik jari
ante mortem. Merupakan pemeriksaan yang diakui paling tinggi ketepatannya dalam
menetukan identitas seseorang. Oleh karena itu, harus dilakukan penanganan yang
baik terhadap tangan jenazah yaitu dengan melakukan pembungkusan kedua tangan
jenazah dengan kantung plastik.
b. Pemeriksaan gigi
Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi (odontogram) dan rahang yang
dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar X dan pencetakan gigi
dan rahang. Odontogram memuat data tentang jumlah, bentuk, susunan, tambalan,
protesa gigi dan sebagainya. Cara ini juga dilakukan dengan membandingkan data
temuan dengan ante mortem.
c. Pemeriksaan DNA
Bagian DNA ini memiliki oleh semua orang tetapi masing-masing individu
mempunyai jumlah pengulangan yang berbeda-beda satu samalain, sedemikian
sehingga kemungkinan dua individu mempunyai fragmen DNA yang sama adalah
sangat kecil sekali. Pemeriksaan inidapat dipakai pada kasus identifikasi mayat tak
dikenal, dilakukan pembandingan pita orangtua, atau anak-anak tersangka korban. Jika
korban benar adalah tersangka. Jika korban benar tersangka, maka akan didapatkan
bahwa separuh pita anak akan cocok dengan ibunya dan separuhnya lagi cocok dengan
pita ayahnya.1

Pemeriksaan Sekunder ( Sederhana)


a. Metode visual
Metode ini dilakukan dengan cara memperlihatkan jenazah pada orang yang
merasa kehilangan anggota keluarga atau kerabat. Hanya efektif untuk jenazah yang
belum membusuk sehingga masih dapat dikenali wajah dan bentuk tubuhnya. Akan

11

tetapi faktor emosional berperan, oleh karena itu harus dilakukan penanganan
sebaiknya.
b. Pemeriksaan dokumen
Dokumen seperti kartu identitas (KTP, SIM, Paspor, dll) yang dijumpai dalam
saku pakaian yang dikenakan akan sangat membantu mengenali jenazah tersebut.
Akan tetapi, pada kecelakaam massal dokumen yang terdapat dalam tas atau dompet
yang berada di dekat jenazah belum tentu milik jenazah tersebut.
c. Pemeriksaan pakaian dan perhiasan
Dari pakaian dan perhiasan yang dikenakan, mungkin daapt diketahui merk atau
nama pembuat, ukuran, inisial nama pemilik, yang dapat membantu proses
identifikasi.
d. Identifikasi medik
Metode ini menggunakan data tinggi badan, berat badan, warna rambut, mata,
cacat atau kelainan khusus, dan juga tatoo. Metode ini bernilai tinggi karena selain
dilakukan oleh serorang ahli dengan menggunakan berbagai cara/ modifikasi (
termasuk pemeriksaan dengan sinar X), sehingga ketepatannya cukup tinggi. Dengan
metode ini dapat diketahui data jenis kelamin, ras, perkiraan umumr dan tinggi badan,
kelainan pada tulang dan sebagainya.
e. Pemeriksaan serologi
Pemeriksaan serologi bertujuan menentukan golongan darah jenazah. Apabila
sudah membusuk, dapat dilakukan dengan cara memeriksa rambut, kuku dan tulang.
f. Metode eksklusi
Metode ini digunakan pada kecelakaan massal yang melibatkan sejumlah orang
yang dapat diketahui identitasnya. Bila sebagian besar korban telah dapat dipastikan
identitasnya dengan menggunakan metode lain, sedangkan sisanya tidak dapat
ditentukan, maka sisa korban diidentifikasi menurut daftar penumpang yang ada.1
Tanatologi
Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos (ilmu).
Tanatologi adalah bagian dari ilmu kedokteran forensik yang mempelajari kematian dan
perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.5

12

Tanda kematian tidak pasti


o Pernapasan berhenti, dinilai selama lebih dari 10 menit secara inspeksi, palpasi dan
auskultasi.
o Terhentinya sirkulasi, dinilai selama 15 menit dimana nadi karotis tidak teraba.
o Kulit pucat, tetapi bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya, karena mungkin terjadi
spasme agonal sehingga kulit tampak kebiruan.
o Tonus otot menghilang dan relaksasi. Kelemasan otot sesaat setalah kematian disebut
relaksasi primer. Hal ini mengakibatkan pendataran daerah-daerah yang tertekan, misalnya
belikat dan bokong pada mayat yang terlentang. Relaksasi pada otot wajah menyebabkan
wajah menjadi tampak lebih muda.
o Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian.
o Pengeringan kornea, menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit yang masih dapat
dihilangkan dengan cara meneteskan air.5
Tanda pasti kematian
1. Lebam mayat (livor mortis)
Setelah kematian klinis, lebam mayat timbul karena eritrosit akan menempati tempat
terbawah akibat gaya gravitasi, mengisi vena dan venula, membentuk bercak merah ungu
(livide) pada bagian terbawah tubuh, kecuali pada bagian yang tertekan alas keras. Darah
tetap cair karena adanya aktivitas fibrinolisin dari endotel pembuluh darah. Lebam mayat
biasanya mulai tampak 20-30 menit pasca mati dan kemudian menetap setelah 6-12 jam.
Sebelum waktu ini lebam mayat masih dapat berubah dengan penekanan dan perubahan
posisi mayat. Menetapnya lebam mayat disebabkan karena bertimbunya sel-sel darah merah
dalam jumlah cukup banyak dan juga kekakuan otot-otot pembuluh darah yang mempersulit
perpindahan tersebut. Perbedaan antara lebam mayat dan resapan darah (ekstravasasi) adalah
bila dilakukan irisan kemudian sialiri air maka warna merah darah akan hilang atau pudar
pada lebam mayat, sedangkan resapan darah tidak menghilang. Hal ini dikarenakan lebam
mayat adalah darah yang terdapat pada pembuluh darah.5
Kepentingan medikolegal pemeriksaan lebam mayat adalah untuk mengetahui waktu
perkiraan kematian di mana lebam mayat yang masih hilang dengan penekanan dan berubah
karena pasisi menandakan saat kematian kurang dari 8-12 jam sebelum saat pemeriksaan.5
13

2. Kaku mayat (rigor mortis)


Kelenturan otot setelah kematian masih dipertahankan karena terjadi metabolisme tingkat
seluler yaitu berupa pemecahan glikogen otot umtuk menghasilkan energy. Energi yang
dihasilkan digunakan untuk mengubah ADP menjadi ATP. Selama cadangan ATP masih ada,
otot akan tetap lentur. Namun ketika cadangan ATP habis, serabut aktin dan myosin akan
menggumpal dan otot menjadi kaku. Kaku mayat diperiksa dengan cara meemriksa sendi
mayat. Kaku mayat mulai tampak kira-kira setelah 2 jam mati klinis, dari bagian luar tubuh
(otot kecil) kemudian ke dalam (sentripetal) dan lengkap setelah 12 jam kematian, kemudian
hilang dengan urutan yang sama setelah dipertahankan selama 12 jam. Sehingga seolah-olah
kaku mayat terjadi kraniokaudal. Kaku mayat biasanya tidak disertai pemendekan otot
namun bila saat mati otot berada dalam posisi tegang, maka akan terjadi pemendekan otot.
Faktor-faktor yang mempercepat terjadinya kaku mayat adalah aktivitas fisik sebelum mati,
suhu tubuh yang tinggi, tubuh kurus dan otit kecil, dan suhu lingkungan tinggi.1
Pemeriksaan kaku mayat memiliki kepentingan medikolegal yaitu untuk memperkirakan
waktu kematian, di mana kekakuan mayat lengkap setelah 12 jam kematian, kemudian hilang
dengan urutan yang sama setelah dipertahankan selama 12 jam.5
3. Penurunan suhu tubuh (algor mortis)
Penurunan suhu terjadi karena proses pemindahan panas dari suatu benda ke banda lain
melalui cara kinduksi, konveksi, evaporasi, dan radiasi. Grafik penurunan suhu tubuh ini
berbentuk kurva sigmoid. Kecepatan penurunan suhu dipengaruhi oleh suhu keliling, aliran
dan kelembaban udara, bentuk, posisi tubuh, serta pakaian. Suhu tubuh saat kematian perlu
diketahui untuk perkiraan saat kematian. Anak kecil dan orang tua umumnya lebih cepat
mengalami penurunan suhu.5
Kepentingan medikolegal pemeriksaan suhu tubuh adalah untuk memperkirakan saat
kematian dengan melakukan pemeriksaan suhu rectal 4-5 kali dengan interval waktu minimal
15 menit, suhu lingkungan dianggap 15,5 Celcius sedangkan suhu mayat 39 Celsius,
selanjutnya dilakukan perhitungan dengan grafik dan rumus tertentu.5
4. Pembusukan (decomposition, putrefaction)
Setelah seseorang meninggal, bakteri flora normal (umumnya bakteri usus yaitu
Clotridium welchii) dalam tubuh akan masuk ke dalam jaringan dan menghasilkan gas
pembusukan seperti alkana, H2S, HCN, asam amino, dan asam lemak. Pembusukan baru
14

tampak 24 jam pasca mati berupa warna kehijauan pada perut kanan bawah (daerah sekum
yang dekan dengan dinding perut) yang terbentuk karena adamya sul-met-hemoglobin.
Secara bertahap warna kehijauan ini akan meluas ke seluruhn perut dan dada, dan bau busuk
mulai tercium. Pembuluh darah bawah kulit tampak melebar dan berwarna hijau kehitaman.
Selanjutnya kulit ari terkelupas membentuk gelembung kemerahan berbau busuk.
Pembentukan gas di dalam tubuh akan mengakibatkan tubuh mengalami pembengkakan dan
berada dalam posisi pugilistic attitude. Larva lalat akan dijumpai setelah pembentukan gas
pembusukan nyata, yaitu 36-48 jam pasca mati. Dengan identifikasi spesies dan mengukur
panjang larva maka dapat diketahui usia larva tersebut, yang dapat digunakan untuk
memperkirakan saat mati.5
Kepentingan

medikolegal

pemeriksaan

proses

pemebusukkan

adalah

untuk

memperkirakan saat kematian. Apabila bau busuk sudah tercium maka kematian
diperkirakan telah terjadi lebih dari 24 jam yang lalu.5
5. Adiposera atau lilin mayat
Adiposera adalah terbentuknya bahan yang berwarna keputihan , lunak, atau berminyak,
berbau tengik yabg terjadi dalam jaringan lunak tubuh pasca mati. Perubahan berbentuk
bercak dapat terlihat di daerah pipi, payudara, bokong, dan ekstremitas. Jarang seluruh lemak
tubuh berubah menjadi adiposera. Adiposera akan membuat gambaran permukaan tubuh
dapat bertahan hingga bertahun-tahun sehingga identifikasi mayat dan perkiraan sebab
kematian masih mungkin.5
Faktor-faktor yang mempermudah terbentuknya adiposera adalah kelembaban dan lemak
tubuh yang cukup, udara hangat, dan invasi bakteri endogen ke dalam jaringan. Sedangkan
yang memperlambat adalah air yang mengalir yang membuang elektrolit, dan udara dingin.
Pembusukan terhambat oleh adiposera karena derajat keasaman dandehidrasi jaringan yang
bertambah. Adiposera paling baik dideteksi dengan analisis asam palmitat.
6. Mumifikasi
Mumifikasi adalah proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup cepat
sehingga terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat menghentikan pembusukan
karena kuman tidak dapat berkembang pada lingkkungan yang kering. Jaringan berubah
menjadi keras, keringm berkeriput dan berwarna gelap. Mumifikasi terjadi bila suhu hangat,

15

kelembaban rendah, aliran udara yang baik, dan tubuh dehidrasi dalam waktu lama (12-14
minggu).
Pemeriksaan Luka Akibat Kekerasan Tajam
Benda yang dapat mengakibatkan luka seperti ini memiliki sisi tajam baik berupa garis
maupun runcing yang bervariasi dari alat seperti pisau,golok dan sebaainua sehingga keping
kaca,gelas,logam,sembilu bahkan tepi kertas atau rumput.
Gambaran luka adalah tepi dan dinding luka yang rata,berbentuk garis,tidak terdapat
jembatan jaringan dan dasar luka berbentuk garis atau titik. Luka akibat benda tajam dapat
berupa luka iris atau sayat,luka tusuk dan luka bacok.Pada luka tusuk,sudut luka dapat
menunjukkan perkiraan benda penyebabnya,apakah berupa pisau bermata satu atau bermata
dua.Bila satu sudut luka lancip dan yang lain tumpul,bererti benda penyebabnya adalah benda
tajam bermata satu.Bila kedua sudut luka lancip,luka tersebut dapat diakibatkan oleh benda tajam
bermata dua.Benda tajam bermata satu sapat menimbulkan luka tusuk dengan kedua luka lancip
apabila hanya bagian ujung benda saja yang menyentuh kulit,sehingga sudut luka dibentuk oleh
ujung dan sisi tajamnya.
Kulit di sekitar luka akibat kekerasan benda tajam biasanya tidak menunjukkan adanya
luka lecet atau memar kecuali bila bagian gagang turut membentur kulit. Pada luka turuk,panjang
luka biasanya tidak mencerminkan lebar benda tajam penyebabnya,demikian pula panjang
saluran luka biasanya tidak menunjukkan panjang benda tajam tersebut.Hal ini disebabkan oleh
faktor elastisitas jaringan dan gerakan korban.
Luka tangkis merupakan luka yang trjadi akibat perlawanan korban dan umumnya
ditemukan pada telapak dan punggung tangan,jari tangan,punggung lengan bawah dan tungkai.
Pemeriksaan pada kain (baju) yang terkena pisau bertujuan melihat interaksi antara pidau-kain
tubuh,yaitu melihat letak kelainan,bentuk rokeban,adanya pastikel besi,serat kain dan
pemeriksaan terhadap bercak darahnya. Luka percobaan khas ditemukan pada kasus bunuh diri
yang menggunakan senjata tajam,sehubungan dengan kondisi kejiwaan korban.Luka percobaan
dapar berupa luka sayat atau luka tusuk yang dilakukan berulang dan sejajar.

16

Pemeriksaan Leher Akibat Penjeratan


Perbedaan antara penjeratan postmotem atau antemortem 1
No
1

Penjeratan postmortem
Tanda-tanda

Penjeratan antemortem

post-mortem Tanda-tanda

penggantungan

antemortem

menunjukkan kematian yang bukan bervariasi. Tergantung dari cara kematian


disebabkan penggantungan.
2

korban.

Tanda jejas jeratan biasanya berbentuk Tanda jejas jeratan miring, berupa lingkaran
lingkaran

utuh

(continuous),

agak terputus (non-continuous) dan letaknya pada

sirkuler dan letaknya pada bagian leher leher bagian atas.


tidak begitu tinggi.
3

Simpul tali biasanya lebih dari satu, Simpul tali biasanya tunggal, terdapat pada
diikatkan dengan kuat dan diletakkan sisi leher.
pada bagian depan leher.

Ekimosis pada salah satu sisi jejas Ekimosis tampak jelas pada salah satu sisi
penjeratan tidak ada atau tidak jelas. dari jejas penjeratan. Lebam mayat tampak di
Lebam mayat terdapat pada bagian atas jejas jerat dan pada tungkai bawah.
tubuh yang menggantung sesuai dengan
posisi mayat setelah meninggal.

Tanda parchmentisasi tidak ada atau Pada kulit di tempat jejas penjeratan teraba
tidak begitu jelas.

seperti perabaan kertas perkamen, yaitu tanda


parchmentisasi.

Sianosis pada bagian wajah, bibir, Sianosis pada wajah, bibir, telinga, dan laintelinga dan lain-lain tergantung dari lain sangat jelas terlihat terutama jika
penyebab kematian.

kematian karena asfiksia.

Tanda-tanda pada wajah dan mata tidak Wajah membengkak dan mata mengalami
terdapat,
kematian

kecuali

jika

adalah

(strangulasi) atau sufokasi.

penyebab kongesti dan agak menonjol, disertai dengan


pencekikan gambaran pembuluh dara vena yang jelas
pada bagian kening dan dahi.

17

Lidah tidak terjulur kecuali pada kasus Lidah bisa terjulur atau tidak sama sekali.
kematian akibat pencekikan.

Penis. Ereksi penis dan cairan sperma Penis. Ereksi penis disertai dengan keluarnya
tidak ada. Pengeluaran feses juga tidak cairan sperma sering terjadinpada korban pria.
ada

Demikian juga sering ditemukan keluarnya


feses

10

Air liur tidak ditemukan yang menetes Air liur. Ditemukan menetes dari sudut mulut,
pada kasus selain kasus penggantungan

dengan arah yang vertikal menuju dada. Hal


ini merupakan pertanda pasti penggantungan
ante-mortem

Autopsi pada Kasus Kematian Akibat Asfiksia Mekanik-Penjeratan


Pada pemeriksaan mayat, umunya akan ditemukan tanda kematian akibat asfiksia berupa lebam
mayat yang gelap dan luas, pembendungan pada bola mata, busa halus pada lubang hidung,
mulut dan saluran pernafasan, perbendungan pada alat-alat dalam serta bintik pendarahan
Tardieu. Pada kasus penjeratan, kadangkala masih ditemukan jerat pada leher korban. Jerat
harus diperlakukan sebagai bahan bukti dan dilepaskan dari leher korban dengan jalan
menggunting secara miring pada jerat, di tempat yang paling jauh dengan simpul sehingga
simpul pada jerat tetap utuh. Jerat selalunya berjalan horizontal/mendatar dan letaknya rendah.
Jerat ini meninggalkan jejas jerat berupa luka lecet jenis tekan yang melingkari leher. Catat
keadaan jejas jerat dengan teliti dengan menyebutkan arah, lebar serta letak jerat yang tepat.
Perhatikan apakah jejas jerat menunjukan pola/pattern tertentu sesuai dengan permukaan yang
bersentuhan dengan kulit leher. Pada umumnya dikatakan simpul mati ditemukan pada kasus
pembunuhan sedangkan simpul hidup ditemukan pada kasus bunuh diri. Namun pengecualian
sering terjadi. 1
Sebab, Cara, dan Mekanisme Kematian
Untuk penentuan sebab, cara, dan mekanisme kematian hanya dapat dipastikan dengan
serangkaian prosedur autopsi.

18

A. Penjeratan (strangulation)
Perjeratan adalah penekanan benda asing berupa tali,ikat pinggang, rantai, stagen, kawat, kabel,
kaos kaki dan sebagainya melingkari atau mengikat leher yang makin lama makin kuat sehingga
saluran pernafasan tertutup. Berbeda dengan gantung diri yang biasanya ,merupakan suicide
maka penjeratan adalah pembunuhan. 1
Mekanisme kematian pada penjeratan adalah akibat asfiksia atau refleks vaso vagal.pada
gantung diri,semua arteri vertebralis biasanya tetap paten,hal ini disebabkan oleh kerana
kekuatan atau beban yang menekan pada penjeratan biasanya tidak besar. Asfiksia adalah suatu
keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara pernapasan, mengakibatkan
oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan kabondioksida (hiperkapnea).
Sedangkan asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila gangguan pertukaran udara
pernapasan disebabkan oleh berbagai kekerasan yang bersifat mekanik (pembekapan,
penyumbatan, penjeratan, pencekikan, dan gantung). Masa dari saat asfiksia timbul sampai
terjadinya kematian sangat bervariasi (umumnya antara 4-5 menit). Bila tingkat pengahalang
oksigen tidak 100% maka waktu kematian akan lebih lama dan tanda-tanda asfiksia akan lebih
jelas dan lengkap.1,5
Pada pemeriksaan jenazah, umumnya didapatkan tanda kematian akibat asfiksia:
1. Pemeriksaan luar jenazah
Sianosis pada bibir, ujung-ujung jari, dan kuku.
Perbendungan sistemik dan dilatasi jantung kanan.
Lebam mayat biru gelap (keunguan) yang lebih luas serta terbentuk lebih cepat.
Busa halus pada hidung dan mulut.
Pelebaran pembuluh darah konjungtiva bulbi dan palpebra.
Bintik pendarahan / Tardieu spot.1
2. Pemeriksaan bedah jenazah
Darah berwarna lebih gelap dan encer.
Busa halus pada saluran pernafasan.
Perbendungan sirkulasi pada seluruh organ dalam tubuh sehingga menjadi berat,
berwarna lebih gelap dan banyak mengeluarkan darah pada pengirisan.

19

Ptekie pada mukosa usus halus, bagian belakang jantung, subpleura viseralis paru,
kulit kepala bagian dalam dan mukosa epiglottis dan daerah sub-glotis.
Edema paru.
Kelainan yang berhubungan dengan kekerasan, seperti fraktur laring, perdarahan
faring, dan sebagainya.1
B. Gantung
Kasus gantung hampir sama dengan penjeratan. Perbedanya terdapat pada asal tenaga yang
dibutuhkan untuk memperkecil lingkaran jerat. Pada kasus gantung, jerat pada leher menahan
berat badan korban sehingga mengakibatkan tertekannya leher. Mekanisme kematian pada kasus
gantung ialah kerusakan pada batang otak dan medulla spinalis, asfiksia, iskemia otak dan
refleks vagal.2,5
Posisi korban pada kasus gantung diri dapat berupa complete hanging (kedua kaki tidak
menyentuh tanah), duduk berlutut, dan berbaring.5 Sedangkan beberapa jenis gantung diri ialah
typical hanging yaitu titik gantung terletak apda daerah oksiput dan tekanan pada arteri karotis
paling besar; dan atypical hanging yaitu titik gantung pada sampung sehingga leher dalam posisi
sangat miring yang mengakibatkan hambatan pada arteri karotis dan vertebralis.5
Pada pemeriksaan jenazah, maka akan ditemukan resapan darah bawah kulit serta pada otot dan
alat leher di tempat yang sesuai dengan jejas jerat. Jejas jerat tidak mendatar tetapi membentuk
sudut yang membuka ke arah bawah serta letak jerat yang tinggi. Kulit mencekung ke dalam,
berwarna coklat dengan perabaan kaku dan akibat bergesekan dengan kulit leher, maka pada tepi
jejas dapat ditemukan luka lecet. Patah tulang lidah atau rawan gondok tidak sering terjadi pada
kasus gantung. Distribusi lebam mayat pada kasus gantung akan mengarah ke bawah, yaitu pada
ujung tangan, kaki dan genitalia eksterna. Pada korban wanita maka labium membesar dan
terdapat lebam. Pada pria maka terjadi pada skrotum dan penis seolah mengalami ereksi dan
keluar cauran semen karena relaksasi otot sfingter.1,2
Pemeriksaan Luka - Pemeriksaan luar dan Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan Luar
Pada pemeriksaan tubuh mayat sebelah luar, untuk kepentingan forensic, pemeriksaan
harus dilakukan dengan cermat meliputi segala sesuatu yang terlihat, tercium, maupun teraba,
20

baik terhadap benda yang menyertai mayat, pakaian, perhiasan, sepatu, dll. Juga terhadap tubuh
mayat sendiri.1
Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan organ atau alat tubuh biasanya dimulai dari lidah, oesofagus, trakea, dan seterusnya
sampai meliputi seluruh alat tubuh. Otak biasanya diperiksa terakhir.
Interpretasi Temuan
Korban
Korban yang meninggal adalah seorang laki-laki. Mayat ditemukan memakai kaus dalam
(oblong) dan memakai celana panjang yang digulung hingga setengah tungkai bawah. Posisi
mayat saat ditemukan adalah posisi tubuh tertelungkup dan relatif mendatar dengan leher terjerat
oleh lengan bajunya sendiri. Mayat ditemukan telah membusuk.
Mengenai penyebab kematian, ada 2 kemungkinan penyebab kematian korban, yaitu
akibat pembunuhan atau penganiayaan, namun proses awal terjadi nya sampai saat menimbulkan
kematian tidak diperjelas lebih lanjut dalam kasus. Hanya diketahui jika ia ditemukan dalam
keadaan terjerat lengan baju dan adanya luka terbuka pada bagian tubuh tertentu. Oleh karenanya
proses kematian korban tidak diketahui apakah meninggal karena langsung terbunuh atau
teraniaya terlebih dahulu. 1, 2, 4. Namun pada pemeriksaan, hasil menunjukan korban meninggal
akibat dibunuh.
Tempat Kejadian Perkara
Tempat dimana mayat korban ditemukan adalah di daerah perbukitan yang berhutan
cukup lebat, tepatnya pada sebuah sungai yang telah kering dan penuh batu-batuan. Rumah
terdekat dari tempat korban ditemukan kira-kira sejauh 2 kilometer.
Sebab Kematian
Penyebab kematian pada korban tersebut bisa dikarenakan kekerasan tajam atau akibat
penjeratan.
Mekanisme Kematian
Berdasarkan kasus diatas, korban meninggal bisa dikarenakan mekanisme pendarahan
akibat kekerasan tajam atau karena asfiksia oleh penjeratan.

21

Waktu Kematian
Dari tanda-tanda kematian yang telah diuraikan diatas, perkiraan waktu kematian korban
yaitu 36-48 jam. Hal ini dapat terjadi karena ditemukan lebam mayat yang menetap yang
menandakan waktu kematian lebih dari 8-12 jam, suhu mayat yang hampir sama dengan suhu
keliling juga menandakan korban sudah meninggal lebih dari 15 jam. Lalu terlihat adanya
pembusukan dan terdapatnya larva lalat pada tubuh korban, yang menandakan korban
sudahmeninggal antara 36-48 jam.
Identitas Korban
Nama

: Karhurun

Jenis kelamin

: Laki laki

Umur

: 40 tahun

Kebangsaan

: Indonesia

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Karyawan

Alamat

: Jl. Jeruk Bali Timur no.10, Jakarta Barat

Pemeriksaan Luar
Hasil pemeriksaan luar pada korban :
1. Mayat tidak terbungkus
2. Mayat berpakaian sebagai berikut :
a. Kemeja lengan panjang berwarna putih berukuran M merk None. Terdapat satu buah
saku pada dada kiri dalam keadaan kosong. Kemeja berlumuran darah dan terdapat
robekan diketiak kiri .
b. Celana panjang bewarna hitam berukuran M merk None, dengan dua buah saku
dibagian belakang dalam keasaan kosong dan masing-masih satu buah saku pada sisi
kanan san juri. Pada saku sisi kanan terdapat dompet kulit berwarna coklat merk
Crocodile didalamnya terdapat kartu identitas korban dan empat lembar uang sepuluh
ribu rupiah dan dua lembar uang lima puluh ribu rupiah. Celana panjang tergulung

22

setinggi lutut dan terdapat bercak drah pada bagian bawah. Celana panjang dengan
bahan katun berwarna coklat dan tidak terdapat darah..
3. Ditemukan benda yang melingkari leher mayat berupa baju kemeja lengan panjang
berwarna putih merk None.
4. Kaku mayat terdapat seluruh anggota tubuh, sukar dilawan. Lebam mayat terdapat pada
bagian dada, perut, lutut dan genitalia eksterna berwarna merah keunguan, tidak hilang
pada penekanan kuat. Kaku mayat dan lebam mayat sudah menetap. Suhu mayat
ditemukan di TKP menurun mencapai 28oC.
5. Mayat adalah seorang laki-laki, berwarga negara Indonesia, berumur 40 tahun, kulit sawo
matang, gizi cukup baik, panjang tubuh seratus tujuh puluh sentimeter, berat badan
delapan puluh kilogram dan zakar disunat.
6. Rambut kepala berwarna hitam, tumbuh lebat, lurus, panjang lima sentimeter . Alis mata
berwarna hitam, tumbuhnya cukup tebal, panjang tiga milimeter. Bulu mata berwarna
hitam, panjang delapan millimeter.
7. Mata kanan dan mata kiri tidak menutup sempurna. Mata terlihat mencekung. Selaput
bening mata jernih, pupil mata bulat, diameter lima milimeter. Warna tirai mata coklat,
selaput bola mata putih, selaput kelopak mata pucat dan tidak terdapat perdarahan
maaupun pelebaran pembuluh darah.
8. Hidung berbentuk mancung . Telinga berbentuk oval dan tidak terdapat lubang tindik
pada kedua telinga.
9. Mulut menutup sempurna. Lidah terjulur keluar. Seluruh gigi lengkap kecuali geraham
pertama pada bagian bawah gigi bagian kanan dan kiri.
10. Dari lubang hidung, mulut , telinga tidak ada kelainan. Dari lubang dubur terdapat warna
kecoklatan berbau. Dari kemaluan keluar cairan semen.
11. Pada alat kelamin berbentuk biasa, tidak ada kelainan. Lubang dubur berbentuk biasa,
tidak menunjukan kelainan.
12. Pada ketiak kiri dan kedua tungkai terdapat luka-luka akibat kekerasan benda tajam.
13. Lain lain
a. Posisi mayat dalam keadaan tertelungkup.
b. Tangan kanan dan kiri dalam posisi terlentang disamping.

23

c. Pada leher ditemukan jejas jerat berwara coklat dengan arah mendatar pada bagian
depan terletak setinggi atau dibawah rawan gondok.
d. Pada leher ditemukan bekas kuku.
e. Golongan darah = AB
f. Pada ketiak kiri ditemukan adanya luka terbuka dengan permukaan rata dan kedua
sudut luka lancip dan dalam selebar dua puluh sentimeter dari Garis Pertengahan
Depan berukuran empat sentimeter kali serngah sentimeter .
g. Pada tungkai bawah kanan, tiga sentimeter di atas mata kaki bagian luar terdapat luka
iris berukuran lima sentimeter kali setengah sentimeter dengan permukaan rata dan
kedua sudut yang lancip dan enam sentimeter di bawah lutut terdapat luka iris
berukuran tujuh sentimeter kali satu sentimeter dengan permukaan rata dan kedua
sudut yang lancip. Kulit di sekitar luka tidak ditemukan adanya luka lecet atau luka
memar.
h. Pada tungkai bawah kiri, delapan sentimeter di bawah lutut terdapat luka iris
berukuran lima sentimeter kali setengah sentimeter dengan permukaan rata dan kedua
sudut yang lancip. Kulit di sekitar luka tidak ditemukan adanya luka lecet atau luka
memar.
14. Patah tulang tidak ada.

Pemeriksaan Dalam (Bedah Jenazah)


Hasil pemeriksaan dalam pada korban :
1. Jaringan lemak bawah kulit daerah dada dan perut berwarna kuning kecoklatan, tebal di
daerah dada lima milimeter sedangkan di daerah perut sebelas sentimeter. Otot-otot
berwarna merah terang dan cukup tebal. Sekat rongga badan sebelah kanan setinggi sela
iga keempat dan yang kiri setinggi sela iga kelima.
2. Semua iga serta tulang dada tidak menunjukan kelainan.
3. Kandung jantung tampak tiga jari di antara kedua tepi paru. Kandung jantung tidak
menunjukan adanya kelainan.
4. Jaringan ikat bawah kulit, pada daerah kiri sisi depan leher, satu sentimeter di bawah
tulang jakun terdapat resapan darah seluas satu sentimeter kali satu sentimeter. Otot leher
pada pangkal anak lidah terdapat sembab dan resapan darah.
24

5. Dinding rongga perut tampak licin, berwarna kelabu mengkilat dengan sedikit berwarna
merah terang. Dalam rongga perut tidak terdapat darah maupun cairan. Otot dinding perut
berwarna cokelat cukup tebal
6. Lidah berwarna cokelat pucat, penampang berwarna cokelat. Tulang lidah utuh, rawan
gondok patah pada ujung kanan dan kiri, dan terdapat resapan darah. Tonsil tidak
membesar dan penampangnya tidak menunjukan kelainan. Kelenjar gondok berwarna
coklat merah, perabaan kenyal, tidak membesar dan penampangnya tidak menunjukan
kelainan, berat dua puluh gram.
7. Batang tenggorok berisi busa dan selaput lendirnya terdapat pelebaran pembuluh darah.
8. Kerongkongan kosong dan selaput lendirnya terdapat pelebaran pembuluh darah.
9. Seluruh permukaan paru kanan dan kiri melekat pada dinding dada pada kedua paru
terdapat perkejuan dengan perabaan padat. Paru kanan terdiri atas tiga baga, berwarna
ungu, perabaan kenyal padat, penampang berwarna ungu, pada pemijatan keluar busa dan
darah, berat enam ratus lima puluh gram. Paru kiri terdiri dari dua baga, berwarna ungu,
perabaan kenyal padat, penampang berwarna ungu, pada pemijatan keluar busa dan
darah, berat lima ratus enam puluh gram.
10. Jantung tampak sebesar tinju kanan mayat, berwarna cokelat keunguan, perabaan kenyal,
ukuran lingkar katub serambi kanan sebelas sentimeter, kiri sembilan sentimeter,
pembuluh nadi paru lima koma lima sentimeter dan batang nadi lima sentimeter, tebal
otot bilik kanan empat millimeter dan kiri dua belas millimeter, pembuluh nadi jantung
tidak tersumbat, berat dua ratus gram.
11. Hati berwarna cokelat keunguan, permukaannya rata, tepinya tajam dan perabaan kenyal
padat. Penampang hati berwarna cokelat dan gambaran hati tampak jelas. Berat hati
adalah seribu dua ratus gram.
12. Kandung empedu berisi cairan berwarna hijau coklat, selaput lendirnya berwarna hijau
seperti beludru. Saluran empedu tidak menunjukan penyumbatan.
13. Limpa berwarna ungu pucat, permukaannya rata dan perabaan kenyal. Penampangnya
berwarna ungu dengan gambaran limpa jelas. Berat limpa seratus sepuluh gram.
14. Kelenjar liur perut berwarna cokelat, permukaan berbaga-baga, dan perabaan kenyal.
Penampang berwarna cokelat dengan gambaran kelenjar jelas Berat kelenjar liur perut
delapan puluh lima gram.
25

15. Lambung kosong. Selaput lendirnya terdapat pelebaran pembuluh darah. Usus dua belas
jari, usus halus, dan usus terdapat pelebaran pembuluh darah.
16. Kelenjar anak ginjal kanan berbentuk trapezium berwarna kuning penampang berlapis.
Kelenjar anak ginjal kiri berbentuk bulan sabit, warna kuning penampang berlapis. Berat
anak ginjal kanan delapan gram dan yang kiri sembilan gram.
17. Ginjal kanan dan kiri bersimpai lemak tipis. Simpai ginjal kanan dan kiri tampak rata dan
licin, berwarna coklat dan mudah dilepas. Berat ginjal kanan sembilan puluh lima gram
dan yang kiri seratus gram. Penampang ginjal menunjukan gambaran yang jelas. Piala
ginjal terdapat bintik perdarahan dan saluran kemih tidak menunjukan sumbatan.
18. Kandung kencing kosong dan selaput lendirnya licin, berwarna putih, tidak menunjukan
kelainan.
19. Kulit kepala bagian dalam pada daerah puncak kepala terdapat resapan darah seluas dua
sentimeter kali dua sentimeter dan pada puncak kepala kiri terdapat resapan darah seluas
dua koma lima sentimeter kali dua sentimeter. Tulang tengkorak utuh, selaput keras otak
utuh, selaput lunak otak utuh.
20. Otak besar terdapat pelebaran pembuluh darah dan permukaan agak mendatar. Otak kecil
terdapat pelebaran pembuluh darah dan tampak penonjolan otak kecil bagian bawah.
Batang otak utuh. Bilik otak kosong, berat seribu empat ratus enam puluh gram.

KESIMPULAN
Sesuai dengan kasus pada mayat seorang laki-laki berumur empat puluh tahun ini
ditemukan jejas jerat pada leher, berupa luka lecet tekan yang berjalan mendatar dan luka lecet
geser, ditemukan juga luka terbuka pada daerah ketiak kiri dan pada kedua tungkai bawah akibat
kekerasan tajam, selanjutnya ditemukan tanda-tanda mati lemas.
Sebab mati orang ini akibat jeratan pada leher yang mengakibatkan terhalangnya jalan
napas dan terjadi mati lemas. Perkiraan mati lebih dari dua puluh empat jam (dua puluh empat
jam hingga tiga puluh enam jam). Luka terbuka dan luka-luka lecet pada orang ini tidak
menyebabkan kematian dan terjadi sebelum korban mati.
Hasil penyebab dan mekanisme kematian pada visum et repertum disimpulkan
berdasarkan hasil temuan pada pemeriksaan jenazah yang dilakukan yaitu pemeriksaan luar
meliputi identitas, luka dan bekas perlukaan, dan sebagainya didukung dengan adanya
26

pemeriksaan dalam untuk membantu diagnosis mekanisme kematian serta menyingkirkan


kemungkinan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Budiyanto A, Widiatmika W, Sudiono S, Winardi AM, Hertian S, dkk. Ilmu kedokteran
forensik. Edisi ke-1. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 1997.H.5-16
2. Staf Pengajar Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Teknik autopsi forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2000.
3. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat.
Buku roman forensik. Edisi ke-2. Agusuts 2009.
4. Staf Pengajar Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran. Edisi I. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia;1994.h.11-38.
5. Budiyanto A, Widiatmika W, Sudiono S, Winardi AM, Hertian S, dkk. Ilmu kedokteran
forensik. Edisi ke-1. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 1997.H.25-70.
6. Dahlan S. Ilmu kedokteran forensik: Pedoman bagi dokter dan penegak hukum. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2000.h. 141-8.

27

Anda mungkin juga menyukai