C. Etiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), penyebab dari diabetes melitus
adalah:
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI) :
a. Faktor genetik.
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah
terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada
individu
yang
memililiki
tipe
antigen
HLA(Human
Leucocyte
adalah
arterosklerosis
(pengapuran
dan
penyempitan
e) Kulit mengkilap
f) Hilangnya rambut dari jari kaki
g) Penebalan kuku
h) Gangrene kecil atau luas.
b. Faktor eksogen
1) Trauma
2) Infeksi
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari
fontaine:
a. Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan).
b. Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten
c. Stadium III : timbul nyeri saat istitrahat.
d. Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus).
Klasifikasi, Wagner (1983). membagi gangren kaki diabetik menjadi enam
tingkatan,yaitu:
a.
Derajat 0
Derajat I
c.
Derajat II
d.
Derajat III
e.
Derajat IV
tanpa selulitis.
f.
Derajat V
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Glukosa darah: darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi daripada darah vena,
serum/plasma 10-15% daripada darah utuh, metode dengan deproteinisasi 5%
lebih tinggi daripada metode tanpa deproteinisasi.
2. Glukosa urin: 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah > 160-180%
maka sekresi dalam urine akan naik secara eksponensial, uji dalam urin: +
nilai ambang ini akan naik pada orang tua. Metode yang populer: carik celup
memakai GOD.
3. Benda keton dalam urine: bahan urine segar karena asam asetoasetat cepat
didekrboksilasi menjadi aseton. Metode yang dipakai Natroprusid, 3hidroksibutirat tidak terdeteksi.
4. Pemeriksan lain: fungsi ginjal ( Ureum, creatinin), Lemak darah: (Kholesterol,
HDL, LDL, Trigleserid), fungsi hati, antibodi anti sel insula langerhans ( islet
cellantibody).
F. Komplikasi
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM digolongkan sebagai
akut dan kronik :
1. Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek
dari glukosa darah.
a. Hipoglikemia.
b. Ketoasidosis diabetic (DKA).
c. Sindrom hiperglikemik hiperosmolar non ketotik (HONK).
2. Komplikasi kronik, umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.
a. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi
koroner, vaskular perifer dan vaskular selebral.
b. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati)
dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk memperlambat
atau
menunda
awitan
baik
komplikasi
mikrovaskular
maupun
makrovaskular.
c. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta
menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
d. Ulkus/gangrene.
G. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi
komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes
adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1.
Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk memberikan
semua unsur makanan esensial, memenuhi kebutuhan energi, mencegah
kadar glukosa darah yang tinggi dan menurunkan kadar lemak.
2. Latihan
Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur akan
menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa
oleh otot dan memperbaiki pemakaian kadar insulin.
3. Pemantauan
Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa darah secara mandiri
diharapkan pada penderita diabetes dapat mengatur terapinya secara optimal.
4. Terapi (jika diperlukan)
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk mengendalikan
kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari.
5. Pendidikan
Tujuan dari pendidikan ini adalah supaya pasien dapat mempelajari
keterampilan dalam melakukan penatalaksanaan diabetes yang mandiri dan
mampu menghindari komplikasi dari diabetes itu sendiri.
Pendidikan kesehatan perawatan kaki
1. Hiegene kaki:
a. Cuci kaki setiap hari, keringkan sela-sela jari dengan cara menekan,
jangan digosok.
b. Setelah kering diberi lotion untuk mencegah kering, bersisik dan gesekan
yang berlebih.
c. Potong kuku secara teratur dan susut kuku jangan dipotong.
d. Gunakan sepatu tumit rendah, kulit lunak dan tidak sempit.
e. Gunakan kaos kaki yang tipis dan hangat serta tidak sempit.
f. Bila terdapat callus, hilangkan callus yang berlebihan dengan cara kaki
direndam dalam air hangat sekitar 10 menit kemudian gosok dengan
handuk atau dikikir jangan dikelupas.
2. Alas kaki yang tepat.
3. Mencegah trauma kaki.
4. Berhenti merokok.
5. Segera bertindak jika ada masalah.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data biologis meliputi :
a. Identitas klien.
b. Identitas penanggung
2. Riwayat Kesehatan Keluarga : Adakah keluarga yang menderita penyakit
seperti klien.
3. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya : Berapa lama klien
menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa,
bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang
dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
4. Aktivitas/ Istirahat : Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot,
tonus otot menurun.
5. Sirkulasi : Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan
pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi,
perubahan tekanan darah
6. Integritas Ego
7. Stress, ansietas
8. Eliminasi : Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
9. Makanan / Cairan : Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet,
penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.
10. Neurosensori : Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia,gangguan penglihatan.
11. Nyeri / Kenyamanan : Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat).
12. Pernapasan : Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya
infeksi / tidak).
13. Keamanan
14. Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
B. Diagnosa Keperawatan
1.
Nyeri akut
2.
3.
Kerusakan integritas.
4.
5.
Kurang pengetahuan.
6.
Risiko Infeksi.
C. Intervensi Keperawatan
No
1
Diagnosa
Nyeri akut b/d agen injuri fisik
Tujuan/NOC
Intervensi/NIC
24
jam,
tingkat
kenyamanan klien
1. Lakukan
pegkajian
komprehensif
nyeri
termasuk
secara
lokasi,
frekuensi
nyeri,
menyatakan
ekspresi
kenyamanan
wajah,
dan
fisik
dan
nyeri dibuktikan
2. Observasi
reaksi
nonverbal
ketidaknyamanan.
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik
untuk mengetahui pengalaman nyeri
dengan
klien
klien sebelumnya.
4. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologis/non farmakologis)..
dari
5. Ajarkan
teknik
(relaksasi,
non
distraksi
farmakologis
dll)
untuk
mengetasi nyeri..
6. Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri.
7. Evaluasi
tindakan
pengurang
nyeri/kontrol nyeri.
8. Kolaborasi dengan dokter bila ada
komplain tentang pemberian analgetik
tidak berhasil.
2.
kebutuhan tubuh.
penyediaan
nutrisi
terpilih
sesuai
10
diet
yang
cukup
dikonsumsi
serat
untuk
mencegah konstipasi.
7. Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi dan pentingnya bagi tubuh klien.
3.
1.
Catat
karakteristik
luka:tentukan
dengan kriteria:
2.
granulasi jaringan.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Lakukan pembalutan
9.
10.
11.
11
12.
4..
Setelah
dilakukan
Asuhan
keperawatan
dialami
2.
3.
Pastikan
2. ROM normal.
3. Melaporkan
klien
untuk
peningkatan 4.
motivasi
diri
klien
5.
terpenuhi
keluarga
Bantu identifikasi
program latihan
yang sesuai
2.
12
1.
2.
3.
1.
2.
3.
Monitor
kebersihan
kuku,
kulit,
dietnya
dan
pola
berpakaian,
eliminasinya.
4.
dalam
sehari-hari
13
memenuhi
kebutuhan
5.
Dorong
klien
melakukan
aktivitas
5.
Dengan kriteria :
Proses penyakit
Konservasi energi
Kontrol infeksi
mungkin
Pengobatan
Prosedur pengobatan
Regimen/aturan pengobatan
Sumber-sumber kesehatan
perkembangan klien
Manajemen penyakit
3.
4.
5.
6.
14
8. Jelaskan
alasan
dilaksanakannya
atau
memperoleh
alternatif
pilihan
10. Gambarkan komplikasi yang mungkin
terjadi
11. Anjurkan klien untuk mencegah efek
samping dari penyakit
12. Gali sumber-sumber atau dukungan
yang ada
13. Anjurkan klien untuk melaporkan tanda
dan gejala yang muncul pada petugas
kesehatan
14. Kolaborasi dengan tim yang lain.
6
Risiko Infeksi
15
16
17
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi 8,
Penerbit RGC, Jakarta.
Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA
Intervention Project, Mosby.
NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.
Noer, Prof.dr.H.M. Sjaifoellah. 2004. Ilmu Penyakit Endokrin dan Metabolik, Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Umami, Vidhia, Dr. 2007. At a Glance Ilmu Bedah , Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit
Erlangga
18