Anda di halaman 1dari 18

BAB I

KONSEP DASAR MEDIS


A. Definisi
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau
tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya
insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme
karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolism lemak dan protein.
Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai oleh
ketiadaan absolut insulin atau insensitifitas sel terhadap insulin.
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender
dan ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit.
Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum
juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan
neuropati perifer.
Ulkus diabetik merupakan komplikasi kronik dari diabetes mellitus
sebagai sebab utama morbilitas serta kecacatan penderita diabetes. Kadar LDL
yang tinggi memainkan peranan penting untuk terjadinya ulkus diabetik untuk
melalui pembentukan plak atherosklerosis pada dinding pembuluh darah.

B. Klasifikasi Diabetes Melitus


Klasifikasi diabetes melitus dari national diabetus data group:
classification and diagnosis of diabetes melitus and other categories of glucosa
intolerance:
1. Klasifikasi Klinis
a. Diabetes Melitus
1) Tipe tergantung insulin (DMTI), Tipe I
2) Tipe tak tergantung insulin (DMTTI), Tipe II (DMTTI yang tidak
mengalami obesitas , dan DMTTI dengan obesitas).
b. Gangguan Toleransi Glukosa (GTG).
c. Diabetes Kehamilan (GDM)
2. Klasifikasi risiko statistic
a. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa.
Uswahtun Hasanah. S / 70900114004 |Profesi Ners UIN Alauddin Makassar

b. Berpotensi menderita kelainan toleransi glukosa.

C. Etiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), penyebab dari diabetes melitus
adalah:
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI) :
a. Faktor genetik.
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah
terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada
individu

yang

memililiki

tipe

antigen

HLA(Human

Leucocyte

Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung


jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi.
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan.
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel pancreas, sebagai
contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu
dapat memicu proses autuimun yang dapat menimbulkan destuksi sel
pankreas.
2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI).
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, faktor genetik
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai
pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi
insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi
dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya
kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi
intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel.
Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin
dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat
Uswahtun Hasanah. S / 70900114004 |Profesi Ners UIN Alauddin Makassar

reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi


penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system
transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu
yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya
sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan
euglikemia (Price,1995). Diabetes Melitus tipe II disebut juga Diabetes
Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent
Diabetes Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen
bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang
dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,
diantaranya adalah:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun).
b. Obesitas.
c. Riwayat keluarga.
d. Kelompok etnik
3. Diabetes dengan Ulkus
a. Faktor endogen:
1) Neuropati : Terjadi kerusakan saraf sensorik yang dimanifestasikan
dengan penurunan sensori nyeri, panas, tak terasa, sehingga mudah
terjadi trauma dan otonom/simpatis yang dimanifestasikan dengan
peningkatan aliran darah, produksi keringat tidak ada dan hilangnya
tonus vaskuler.
2) Angiopati : Dapat disebabkan oleh faktor genetic, metabolic dan
faktor resiko lain.
3) Iskemia

adalah

arterosklerosis

(pengapuran

dan

penyempitan

pembuluh darah) pada pembuluh darah besar tungkai (makroangiopati)


menyebabkan penurunan aliran darah ke tungkai, bila terdapat
thrombus akan memperberat timbulnya gangrene yang luas.
Manifestasi kaki diabetes iskemia :
a) Kaki dingin
b) Nyeri nocturnal
c) Tidak terabanya denyut nadi
d) Adanya pemucatan ekstrimitas inferior
Uswahtun Hasanah. S / 70900114004 |Profesi Ners UIN Alauddin Makassar

e) Kulit mengkilap
f) Hilangnya rambut dari jari kaki
g) Penebalan kuku
h) Gangrene kecil atau luas.
b. Faktor eksogen
1) Trauma
2) Infeksi

D. Tanda dan Gejala


1. Diabetes Tipe I :
a. Hiperglikemia berpuasa.
b. Glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia.
c. Keletihan dan kelemahan.
d. Ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi,
nafas bau buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian).
2. Diabetes Tipe II :
a. Lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif.
b. Gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung,
poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi
vaginal, penglihatan kabur.
c. komplikaasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular
perifer).
3. Ulkus Diabetikum
Ulkus diabetikum akibat mikriangiopatik disebut juga ulkus panas walaupun
nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan
dan biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal . Proses mikroangipati
menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut emboli
memberikan gejala klinis 5 P yaitu :
a. Pain (nyeri)
b. Paleness (kepucatan)
c. Paresthesia (kesemutan)
d. Pulselessness (denyut nadi hilang)
e. Paralysis (lumpuh).

Uswahtun Hasanah. S / 70900114004 |Profesi Ners UIN Alauddin Makassar

Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari
fontaine:
a. Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan).
b. Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten
c. Stadium III : timbul nyeri saat istitrahat.
d. Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus).
Klasifikasi, Wagner (1983). membagi gangren kaki diabetik menjadi enam
tingkatan,yaitu:
a.

Derajat 0

:Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan

kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti claw,callus .


b.

Derajat I

: Ulkus superfisial terbatas pada kulit.

c.

Derajat II

:Ulkus dalam menembus tendon dan tulang

d.

Derajat III

: Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.

e.

Derajat IV

: Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau

tanpa selulitis.
f.

Derajat V

: Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Glukosa darah: darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi daripada darah vena,
serum/plasma 10-15% daripada darah utuh, metode dengan deproteinisasi 5%
lebih tinggi daripada metode tanpa deproteinisasi.
2. Glukosa urin: 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah > 160-180%
maka sekresi dalam urine akan naik secara eksponensial, uji dalam urin: +
nilai ambang ini akan naik pada orang tua. Metode yang populer: carik celup
memakai GOD.
3. Benda keton dalam urine: bahan urine segar karena asam asetoasetat cepat
didekrboksilasi menjadi aseton. Metode yang dipakai Natroprusid, 3hidroksibutirat tidak terdeteksi.
4. Pemeriksan lain: fungsi ginjal ( Ureum, creatinin), Lemak darah: (Kholesterol,
HDL, LDL, Trigleserid), fungsi hati, antibodi anti sel insula langerhans ( islet
cellantibody).

Uswahtun Hasanah. S / 70900114004 |Profesi Ners UIN Alauddin Makassar

F. Komplikasi
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM digolongkan sebagai
akut dan kronik :
1. Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek
dari glukosa darah.
a. Hipoglikemia.
b. Ketoasidosis diabetic (DKA).
c. Sindrom hiperglikemik hiperosmolar non ketotik (HONK).
2. Komplikasi kronik, umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.
a. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi
koroner, vaskular perifer dan vaskular selebral.
b. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati)
dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk memperlambat
atau

menunda

awitan

baik

komplikasi

mikrovaskular

maupun

makrovaskular.
c. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta
menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
d. Ulkus/gangrene.

G. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi
komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes
adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1.

Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk memberikan
semua unsur makanan esensial, memenuhi kebutuhan energi, mencegah
kadar glukosa darah yang tinggi dan menurunkan kadar lemak.

2. Latihan
Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur akan
menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa
oleh otot dan memperbaiki pemakaian kadar insulin.

Uswahtun Hasanah. S / 70900114004 |Profesi Ners UIN Alauddin Makassar

3. Pemantauan
Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa darah secara mandiri
diharapkan pada penderita diabetes dapat mengatur terapinya secara optimal.
4. Terapi (jika diperlukan)
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk mengendalikan
kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari.
5. Pendidikan
Tujuan dari pendidikan ini adalah supaya pasien dapat mempelajari
keterampilan dalam melakukan penatalaksanaan diabetes yang mandiri dan
mampu menghindari komplikasi dari diabetes itu sendiri.
Pendidikan kesehatan perawatan kaki
1. Hiegene kaki:
a. Cuci kaki setiap hari, keringkan sela-sela jari dengan cara menekan,
jangan digosok.
b. Setelah kering diberi lotion untuk mencegah kering, bersisik dan gesekan
yang berlebih.
c. Potong kuku secara teratur dan susut kuku jangan dipotong.
d. Gunakan sepatu tumit rendah, kulit lunak dan tidak sempit.
e. Gunakan kaos kaki yang tipis dan hangat serta tidak sempit.
f. Bila terdapat callus, hilangkan callus yang berlebihan dengan cara kaki
direndam dalam air hangat sekitar 10 menit kemudian gosok dengan
handuk atau dikikir jangan dikelupas.
2. Alas kaki yang tepat.
3. Mencegah trauma kaki.
4. Berhenti merokok.
5. Segera bertindak jika ada masalah.

Uswahtun Hasanah. S / 70900114004 |Profesi Ners UIN Alauddin Makassar

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data biologis meliputi :
a. Identitas klien.
b. Identitas penanggung
2. Riwayat Kesehatan Keluarga : Adakah keluarga yang menderita penyakit
seperti klien.
3. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya : Berapa lama klien
menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa,
bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang
dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
4. Aktivitas/ Istirahat : Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot,
tonus otot menurun.
5. Sirkulasi : Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan
pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi,
perubahan tekanan darah
6. Integritas Ego
7. Stress, ansietas
8. Eliminasi : Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
9. Makanan / Cairan : Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet,
penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.
10. Neurosensori : Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia,gangguan penglihatan.
11. Nyeri / Kenyamanan : Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat).
12. Pernapasan : Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya
infeksi / tidak).
13. Keamanan
14. Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
B. Diagnosa Keperawatan
1.

Nyeri akut

Uswahtun Hasanah. S / 70900114004 |Profesi Ners UIN Alauddin Makassar

2.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

3.

Kerusakan integritas.

4.

Hambatan mobilitas fisik.

5.

Kurang pengetahuan.

6.

Risiko Infeksi.

C. Intervensi Keperawatan
No
1

Diagnosa
Nyeri akut b/d agen injuri fisik

Tujuan/NOC

Intervensi/NIC

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama

24

jam,

tingkat

kenyamanan klien

1. Lakukan

pegkajian

komprehensif

nyeri

termasuk

secara
lokasi,

meningkat, dan dibuktikan dengan level nyeri:

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas

1. Klien dapat melaporkan nyeri pada petugas,

dan ontro presipitasi.

frekuensi

nyeri,

menyatakan

ekspresi

kenyamanan

wajah,

dan

fisik

dan

psikologis, TD 120/80 mmHg, N: 60-100


x/mnt, RR: 16-20x/mnt.
2. Control

nyeri dibuktikan

2. Observasi

reaksi

nonverbal

ketidaknyamanan.
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik
untuk mengetahui pengalaman nyeri

dengan

klien

melaporkan gejala nyeri dan control nyeri.

klien sebelumnya.
4. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologis/non farmakologis)..

Uswahtun Hasanah. S / 70900114004 |Profesi Ners UIN Alauddin Makassar

dari

5. Ajarkan

teknik

(relaksasi,

non

distraksi

farmakologis
dll)

untuk

mengetasi nyeri..
6. Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri.
7. Evaluasi

tindakan

pengurang

nyeri/kontrol nyeri.
8. Kolaborasi dengan dokter bila ada
komplain tentang pemberian analgetik
tidak berhasil.
2.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama

1. Kaji pola makan klien

kebutuhan tubuh.

x 24 jam, klien menunjukan status nutrisi

2. Kaji adanya alergi makanan.

adekuat dibuktikan dengan

3. Kaji makanan yang disukai oleh klien.

1. BB stabil tidak terjadi mal nutrisi,

4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

2. Tingkat energi adekuat,

penyediaan

nutrisi

terpilih

3. Masukan nutrisi adekuat

dengan kebutuhan klien.

sesuai

5. Anjurkan klien untuk meningkatkan


asupan nutrisinya.
6. Yakinkan
mengandung

Uswahtun Hasanah. S / 70900114004 |Profesi Ners UIN Alauddin Makassar

10

diet

yang

cukup

dikonsumsi
serat

untuk

mencegah konstipasi.
7. Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi dan pentingnya bagi tubuh klien.
3.

Kerusakan integritas jaringan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan

1.

Catat

karakteristik

luka:tentukan

selama ...x 24 jam, Wound healing meningkat

ukuran dan kedalaman luka, dan

dengan kriteria:

klasifikasi pengaruh ulcers

Luka mengecil dalam ukuran dan peningkatan

2.

granulasi jaringan.

Catat karakteristik cairan secret yang


keluar

3.

Bersihkan dengan cairan anti bakteri

4.

Bilas dengan cairan NaCl 0,9%

5.

Lakukan nekrotomi K/P

6.

Lakukan tampon yang sesuai

7.

Dressing dengan kasa steril sesuai


kebutuhan

8.

Lakukan pembalutan

9.

Pertahankan tehnik dressing steril


ketika melakukan perawatan luka

10.

Amati setiap perubahan pada balutan

11.

Bandingkan dan catat setiap adanya


perubahan pada luka

Uswahtun Hasanah. S / 70900114004 |Profesi Ners UIN Alauddin Makassar

11

12.

4..

Hambatan mobilitas fisik

Setelah

dilakukan

Asuhan

keperawatan

Berikan posisi terhindar dari tekanan

Terapi Exercise : Pergerakan sendi

selama ...x 24 jam, Klien dapat teridentifikasi 1.

Pastikan keterbatasan gerak sendi yang

melakukan aktivitas sehari-jari :

dialami

Dengan Kriteria hasil:


1. Aktivitas fisik meningkat.

2.

Kolaborasi dengan fisioterapi

3.

Pastikan

2. ROM normal.
3. Melaporkan

klien

untuk

mempertahankan pergerakan sendi


perasaan

peningkatan 4.

kekuatan kemampuan dalam bergerak.


4. Klien bisa melakukan aktivitas.
5. Kebersihan

motivasi

diri

klien

Pastikan klien untuk mempertahankan


pergerakan sendi

5.

terpenuhi

Pastikan klien bebas dari nyeri sebelum


diberikan latihan

walaupun dibantu oleh perawat atau 6.

Anjurkan ROM Exercise aktif: jadual;

keluarga

keteraturan, Latih ROM pasif.


Exercise promotion
1.

Bantu identifikasi

program latihan

yang sesuai
2.

Diskusikan dan instruksikan pada klien


mengenai latihan yang tepat
Exercise terapi ambulasi

Uswahtun Hasanah. S / 70900114004 |Profesi Ners UIN Alauddin Makassar

12

1.

Anjurkan dan Bantu klien duduk di


tempat tidur sesuai toleransi

2.

Atur posisi setiap 2 jam atau sesuai


toleransi

3.

Fasilitasi penggunaan alat Bantu


Self care assistance: Bathing/hygiene,
dressing, feeding and toileting.

1.

Dorong keluarga untuk berpartisipasi


untuk kegiatan mandi dan kebersihan
diri, berpakaian, makan dan toileting
klien

2.

Berikan bantuan kebutuhan sehari-hari


sampai klien dapat merawat secara
mandiri

3.

Monitor

kebersihan

kuku,

kulit,

dietnya

dan

pola

berpakaian,
eliminasinya.
4.

Monitor kemampuan perawatan diri


klien

dalam

sehari-hari

Uswahtun Hasanah. S / 70900114004 |Profesi Ners UIN Alauddin Makassar

13

memenuhi

kebutuhan

5.

Dorong

klien

melakukan

aktivitas

normal keseharian sesuai kemampuan


6.

5.

Kurang pengetahuan tentang penyakit Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama


dan perawatan nya

x 24 jam, pengetahuan klien meningkat.

Promosi aktivitas sesuai usia

Teaching : dissease process


1.

Dengan kriteria :

Kaji tingkat pengetahuan klien dan


keluarga tentang proses penyakit

Proses penyakit

2. Jelaskan tentang patofisiologi penyakit,

Konservasi energi

tanda dan gejala serta penyebab yang

Kontrol infeksi

mungkin

Pengobatan

Aktivitas yang dianjurkan

Prosedur pengobatan

Regimen/aturan pengobatan

yang berarti dengan informasi tentang

Sumber-sumber kesehatan

perkembangan klien

Manajemen penyakit

3.

Sediakan informasi tentang kondisi


klien

4.

5.

Siapkan keluarga atau orang-orang

Sediakan informasi tentang diagnosa


klien

6.

Diskusikan perubahan gaya hidup yang


mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang

Uswahtun Hasanah. S / 70900114004 |Profesi Ners UIN Alauddin Makassar

14

dan atau kontrol proses penyakit


7.

Diskusikan tentang pilihan tentang


terapi atau pengobatan

8. Jelaskan

alasan

dilaksanakannya

tindakan atau terapi


9.

Dorong klien untuk menggali pilihanpilihan

atau

memperoleh

alternatif

pilihan
10. Gambarkan komplikasi yang mungkin
terjadi
11. Anjurkan klien untuk mencegah efek
samping dari penyakit
12. Gali sumber-sumber atau dukungan
yang ada
13. Anjurkan klien untuk melaporkan tanda
dan gejala yang muncul pada petugas
kesehatan
14. Kolaborasi dengan tim yang lain.
6

Risiko Infeksi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan x 24


jam, perawat akan menangani / mengurangi

Uswahtun Hasanah. S / 70900114004 |Profesi Ners UIN Alauddin Makassar

15

1. Pantau tanda dan gejala infeksi primer


& sekunder

komplikasi defesiensi imun

2. Bersihkan lingkungan setelah dipakai


pasien lain.
3. Batasi pengunjung bila perlu.
4. Intruksikan kepada keluarga untuk
mencuci tangan saat kontak dan
sesudahnya.
5. Gunakan sabun anti miroba untuk
mencuci tangan.
6. Lakukan cuci tangan sebelum dan
sesudah tindakan keperawatan.
7. Gunakan baju dan sarung tangan
sebagai alat pelindung.
8. Pertahankan teknik aseptik untuk
setiap tindakan.
9. Lakukan perawatan luka dan dresing
infus setiap hari.
10. Amati keadaan luka dan sekitarnya
dari tanda tanda meluasnya infeksi
11. Tingkatkan intake nutrisi.dan cairan
12. Berikan antibiotik sesuai program.

Uswahtun Hasanah. S / 70900114004 |Profesi Ners UIN Alauddin Makassar

16

13. Monitor hitung granulosit dan WBC.


14. Ambil kultur jika perlu dan laporkan
bila hasilnya positip.
15. Dorong istirahat yang cukup.
16. Dorong peningkatan mobilitas dan
latihan.
17. Ajarkan keluarga/klien tentang tanda
dan gejala infeksi.

Uswahtun Hasanah. S / 70900114004 |Profesi Ners UIN Alauddin Makassar

17

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi 8,
Penerbit RGC, Jakarta.
Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA
Intervention Project, Mosby.
NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.
Noer, Prof.dr.H.M. Sjaifoellah. 2004. Ilmu Penyakit Endokrin dan Metabolik, Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Umami, Vidhia, Dr. 2007. At a Glance Ilmu Bedah , Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit
Erlangga

Uswahtun Hasanah. S / 70900114004 |Profesi Ners UIN Alauddin Makassar

18

Anda mungkin juga menyukai