Anda di halaman 1dari 8

Gambaran Hasil Luaran Janin Pada Persalinan Dengan Ketuban Pecah Dini

Di RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung Tahun 2009


Entin, Suardi A, Haryani L

Program Studi Diploma III Akademi Kebidanan Medika Obgin Bandung


Abstrak
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah suatu keadaan robeknya selaput ketuban dalam kehamilan atau
sebelum tanda persalinan berlangsung. Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung
antara dunia luar dengan ruangan dalam rahim, sehingga memudahkan terjadinya komplikasi pada
janin baik pada saat persalinan maupun setelah persalinan berupa asfiksia, BBLR/IUGR,
hiperbilirubinemia dan infeksi atau sepsis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran hasil
luaran janin pada persalinan dengan ketuban pecah dini di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun
2009. Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sumber data yang
digunakan adalah data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari data rekam medik
pada bayi yang dilahirkan dengan ketuban pecah dini di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, ditemukan
3.482 persalinan dan 143 persalinan dengan KPD. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa ibu-ibu
yang bersalin dengan KPD sebagian besar berumur antara 25 29 tahun sebesar 27,98%, paritas 1
sebanyak 51,05%. Cara persalinan terbanyak adalah persalinan spontan sebesar 58,74%. Jenis
morbiditas bayi paling banyak ditemukan adalah BBLR sebesar 30,06%.

Kata kunci : Hasil Luaran Janin, Ketuban Pecah Dini

Pendahuluan
Di negara berkembang, mortalitas dan morbiditas wanita hamil dan bersalin masih merupakan
masalah besar. Kematian saat melahirkan biasanya merupakan faktor utama mortalitas ibu. Pada

perayaan hari kesehatan dunia pada tanggal 7 April 2005 lalu, WHO memfokuskan masalah pada
upaya peningkatan kesehatan itu dan anak. Hal tersebut dilakukan dengan mengupayakan
penyelamatan ibu dari kematian karena kehamilan, saat dan setelah kematian, saat dan setelah
melahirkan, menyelamatkan bayi baru lahir serta balita. Di ASEAN, Indonesia merupakan negara
denga angka kematian neonatal tertinggi jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia
yang hanya 10/100.000 kelahiran hidup, Singapura yaitu 5/100.000 kelahiran hidup. Menurut data
survei demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007 (SDKI 2007), angka kematian neonatal di
Indonesia sebesar 19 kematian / 1000 kelahiran hidup, angka kematian bayi sebesar 34 kematian /
1000 kelahiran hidup dan angka kematian balita sebesar 44 kematian / 1000 kelahiran hidup.
Menurut Riskesdas tahun 2007 proporsi penyebab kematian bayi baru lahir usia 0 6 hari terbesar
dikarenakan gangguang pernafasan (37%), prematuritas (34%) dan sepsis (12%). Kematian bayi
karena infeksi diantaranya dapat disebabkan oleh ketuban pecah dini. Ketuban pecah dini
merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang paling sering dimana sekitar 20% kasus terjadi
sebelum masa gestasi 37 minggu. Sekitar 8 hingga 10% pasien ketuban pecah dini memiliki risiko
tinggi terjadi infeksi intrauterin akibat interval antara ketuban pecah dan persalinan yang
memanjang. Kematian ibu dalam persalinan dapat disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya
adanya penyebab langsung dan penyebab penyerta. Adapun penyebab langsung dari kematian ibu
adalah perdarahan (42,2%), infeksi (9,6%) dan eklampsia (1,6%). Infeksi yang terjadi pada ibu dapat
disebabkan karena ketuban yang pecah sebelum adanya tanda-tanda persalinan, sehingga memberi
peluang untuk masuknya kuman penyebab infeksi sehingga membutuhkan penanganan segera agar
ibu dan janin dapat diselamatkan. Pada persalinan dengan ketuban pecah dini (KPD) bisa
menimbulkan komplikasi pada bayi berupa asfiksia, prematur, BBLR/IUGR, Hiperbilirubinemia
sampai sepsis.

Tinjauan Pustaka
Di dalam kandungan, bayi dlindungi oleh cairan yang dikenal dengan air ketuban. Normalnya volume

air ketuban adalah 1000 1500 cc. Adapun fungsi dari air ketuban ini antara lain; melindungi janin
terhadap trauma dari luar, memungkinkan janin untuk bergerak dengan bebas, memungkinkan janin
untuk bergerak dengan bebas, melindungi suhu tubuh janin, membersihkan jalan lahir saat ketuban
pecah. Ketuban pecah dini yaitu boconya cairan amnion sebelum mulainya persalinan, terjadi pada
kira kira 7 sampai 12 persen kehamilan. Paling sering, ketuban pecah pada atau mendekati saat
persalinan, persalinan terjadi secara spontan dalam beberapa jam. Pada keadaan normal, ketuban
pecah pada fase aktif persalinan. Ketuban pecah ini berpengaruh sekitar 2,7 17% dari seluruh
kehamilan dan kebanyakan kasus terjadi secara spontan tanpa sebab yang pasti, dalam sebuah studi
di California ditemukan bahwa 81% persalinan akan dimulai 24 jam setelah ketuban pecah dini pada
pasien dengan kehamilan aterm. Situasi ini berbeda pada pasien dengan kehamilan belum aterm,
persalinan akan terjadi tiga hari setelah ketuban pecah dini.
Pada keadaan normal, ketuban pecah pada fase aktif persalinan. Ketuban pecah dini berpengaruh
sekitar 2,7 17% dari seluruh kehamilan dan kebanyakan kasus terjadi secara spontan tanpa sebab
yang pasti, dalam sebuah studi di California ditemukan bahwa 81% persalinan akan dimulai 24 jam
setelah ketuban pecah dini pada pasien dengan kehamilan aterm. Situasi ini berbeda pada pasien
dengan kehamilan belum aterm, persalinan akan terjadi tiga hari setelah ketuban pecah dini.
Ketuban pecah dini merupakan masalah kebidanan, 30% ketuban pecah dini merupakan sebab dari
persalinan prematur dan penyebab penting morbiditas bagi ibu. Menurut Varney 80 85% wanita
pada semua kehamilan dengan ketuban pecah dini akan bersalin dalam 24 jam 10% nya lagi akan
melahirkan dalam 72 jam. Hal ini menyisakan 5% dengan periode laten yang lebih lama dari 72 jam.
Tingkat infeksi pada 24 jam pertama untuk kehamilan 37 42 minggu kehamilan bervariasi 1,6% 29% bergantung pada ras, faktor sosial ekonomi, penerimaan perawatan prenatal, dan umur
kehamilan. Ketuban pecah menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan dalam
rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi asenden. Salah satu fungsi selaput ketuban adalah
melindungi atau menjadi pembatas dunia luar dan ruangan dalam rahim sehingga mengurangi
kemungkinan infeksi. Semakin lama periode laten semakin besar kemungkinan infeksi dalam

kesakitan dan kematian ibu dan bayi atau janin dalam rahim.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif berdasarkan data sekunder yang didapatkan dari
rekam medik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung berkenan dengan kejadian ketuban pecah dini selama
periode Januari s/d Desember 2009. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mengalami
ketuban pecah dini yang ada di dalam register rekam medik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah menggunakan teknik total sampling, yaitu
merupakan suatu cara pengambilan sampel penelitian pada subyek yang dianggap memiliki
karakteristik yang sama dalam suatu populasi sesuai kriteria inklusi dan tujuan penelitian, sehingga
sampel pada penelitian ini adalah total populasi yaitu semua populasi dijadikan sampel peneltian
sebesar 143 orang. Kriteris inklusi pada peneltian ini adalah semua ibu yang melahirkan denga
penyulit ketuban pecah dini.

Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian secara retrospektif selama 1 tahun pada tahun 2009 di RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung, didapatkan hasil bahwa sebanyak 143 orang (4,1%) mengalami persalinan dengan
KPD dari total persalinan 3482 persalinan. Dari hasil penelitian terlihat insidensi ketuban pecah dini
di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung sebesar 4,1% dari total persalinan sebanyak 3482 persalinan.
Hasil ini menunjukkan bahwa terjadi penutunan insidensi KPD dari tahun sebelumnya. Hal ini
mungkin dikarenakan kualitas pelayanan dan penanganan kegawatdaruratan di RSUP Dr. Hasan
Sadikin Banudng telah mengalami peningkatan. Tentunya penilaian ini dibandingkan dengan
beberapa hasil penelitian di berbagai literatur yang menyebutkan mengenai insidensi KPD
dinataranya yang tercantum pada Kegawatdaruratan Obstetri dan Ginekologi yang menyebutkan
bahwa insidensi KPD terjadi pada 7 sampai 12 persen kehamilan. Dengan hasil yang didapatkan ini
memberikan informasi yang bermakna mengenai insidensi kasus KPD dimana dengan insidensi yang

cenderung menurun akan meningkatkan harapan hidup bagi ibu dan janinnya.
Hasil luaran bayi pada persalinan dengan ketuban pecah dini (Morbiditas dan Mortalitas janin pada
kasus KPD), setelah ketuban pecah dini biasanya segera disusul dengan persalinan. Periode laten
biasanya tergantung pada usia kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah
ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28 34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada
kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu. Tanpa melihat usia kehamilan
jika ketuban pecah dini terjadi dapat menyebabkan berbagai komplikasi sebagai berikut: asfiksia,
dari hasil penelitian yang telah dilakukan kejadian asfiksia pada persalinan dengan ketuba pecah dini
masih cukup tinggi yakni 28,67% atau 41 orang. Asfiksia adalah suatu keadaan dimana terjadi
sulitnya bernafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir,
sehingga dapat menurunkan O2 yang berakibat buruk dalam kehidupannya. Jika ketuban pecah
sebleum waktunya atau ketuban pecah dini maka dapa terjadi prolaps tali pusat yang
mengakibatkan terganggunya sirkulasi udara bagi bayi sehingga bayi akan kesulitan untuk bernafas
dan jika tidak segera dilakukan penanganan bias mengakibatkan kematian pada bayi tersebut.
Keadaan bayi yang dapat mengalami asfiksia walaupun kadang-kadang tanpa didahului gawat janin
berdasarkan gawat janin berdasarkan faktor bayi, diantaranya adalah: bayi kurang bulan/prematur;
air ketuban bercampur mekonium, kelainan kongenital yang memberi dampak pada pernafasan
bayi.
Berat badan lahir rendah (BBLR) dan prematur sekitar 20% bayi yang dilahirkan dengan ketuban
pecah dini mempunyai berat kurang dari 2500 gram. Merujuk kepada hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa 30,06% atau 43 orang mengalami berat badan lahir rendah (BBLR). Dengan
jumlah prematur sebanyak 29 orang. Pada persalinan prematur dapat dipastikan bayi tersebut
mengalami BBLR, akan tetapi pada bayi yang BBLR belum dapat dikatakan prematur karena
penolong harus melihat kembali berapa umur kehamilan dan berat saat bayi tersebut dilahirkan.\
Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa komplikasi bayi dengan hiperbilirubinemia pada
persalinan dengan ketuban pecah dini (KPD) sebesar 20,97%. Untuk mendiagnosis secara pasti

kejadian hiperbilirubin pada seorang neonates salah satunya dengan anamnesis yang cermat.
Penyebab hiperbilirubinemia diantaranya disebabkan karena riwayat ikterus pada anak sebelumnya,
riwayat penyakit anemia dengan pembesaran hati, limpa atau pengangkatan limpa dalam keluarga,
riwayat penggunaan obat selama ibu hamil, riwayat infeksi maternal, ketuban pecah dini (KPD),
riwayat trauma persalinan (misalnya persalinan dengan tindakan).
Infeksi dan sepsis merupakan penyebab kematian dan kesakitan tersering dan penting pada periode
neonatal. Beberapa faktor umum berperan pada frekuensi dan keparahan infeksi neonatal dan
menekankan pentingnya arti diagnosa dini dan tepat serta pengobatan yang sesuai. Infeksi pada bayi
baru lahir dapat terjadi in utero (antenatal), pada waktu persalinan (intranatal) atau setelah lahir dan
selama periode neonatal (pasca natal). Penyebaran transplasenta merupakan jalan tersering
masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh janin, infeksi yang didapat saat persalinan terjadi akibat
aspirasi cairan amnion yang terinfeksi atau dari cairan vagina, tinja dan urin ibu. Faktor risiko
terjadinya sepsis neonatorum diantaranya adalah ketuban pecah dini dan BBLR.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai hasil luaran janin pada persalinan
dengan ketuban pecah dini (KPD) di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2009 dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut: cara persalinan terbanyak pada persalinan dengan ketuban pecah dini
(KPD) adalah persalinan spontan sebesar 58,74%, hasil luaran janin terbanyak adalah asfiksia sebesar
55,2% dan tidak ditemukan angka kematian pada persalinan dengan ketuban pecah dini (KPD) pada
tahun 2009 ini, kejadian KPD di RS. Dr. Hasan Sadikin pada tahun 2009 sekitar 143 kasus (4%).

Saran
Dengan masih adanya angka kesakitan pada hasil luaran persalinan dengan KPD maka diperlukan
suatu peningkatan keterampilan klinis dari setiap provider khusunya di bagian Kebidanan sehingga
kejadian morbiditas tersebut berkurang.

Daftar Pustaka
Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Ed.4, Cet-1. Bina Pustaka.
Handono. Evaluasi Pengelolaan KPSW dengan dan tanpa oxytocin drip periode jan 2000 des 2001 :
Naskah Lengkap KOGI XII. Bandung. 2003.
Williams. Obstetri Williams. Vol 1, ed-18 dan 21. EGC. Jakarta. 2002.
Manuaba IBG. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Kelurga Berencana Untuk Pendidikan Bidan.
Jakarta: EGC; 2008. p 295-312.
World Health Organization. WHO guidlines for the management of postpartum haemorraghe and
retained placenta. Prancis; 2009.
Soeroso A. Sosiologi 2. Quadra. 2008
Saifudin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, Waspodo, D.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal Dan Neonatal. Normal. Jakarta: Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiro Hardjo;
2008
Sulistiyani CN. Jurnal Hubungan Antara Paritas Dan Umur Ibu Dengan Kejadian Perdarahan
Postpartum Di Rs. Panti Wilasa Dr. Cipto Yakum Cabang Semarang. Semarang; 2010.
Maulana HDJ. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC. 2007
Schuurmans N. Prevention and Management of Postpartum Haemorrahge. Prev and Manag of PPH
[serial online] 2010 Apr [diakses tanggal 20 juli 2012].
Thapa K, Malla B, Pandey, Amatya S. Intrauterine Condom Tamponade in Management of
Postpartum Haemorrhage [serial online] 2010 Apr 2010 [diakses tanggal 20 Juli 2010].
Hakimi. Ilmu Kebidanan : Patologi & Fisiologi Persalinan. Yogyakarta : YEM. 2010.
Wiknjosastro H. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiro Hardjo; 2008.
Chandra B. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: EGC. 2008

Soufyan F, Suakarya S.W. Evaluasi Kasus-Kasus Rujukan Retensio Plasenta Kumpulan Makalah Ilmiah
Pertemuan Tahunan Perkumpulan POGI VII. Bandung: FKUP RSHS; 1991
http://www.jurnalpendidikanbidan.com/arsip/39-mei-2013/111-gambaran-hasil-luaran-janin-padapersalinan-dengan-ketuban-pecah-dini-di-rsup-drhasan-sadikin-bandung-tahun-2009.html

Anda mungkin juga menyukai