Anda di halaman 1dari 3

Luka Akibat Tembakan Senjata Api

Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil perledakan mesiu, dapat
melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan tinggi melalui larasnya.
Proyektil yang dilepaskan dari suatu tembakan dapat tunggal, dapat pula tunggal berurutan
secara otomatis maupun dalam jumlah tertentu bersama-sama.
Agar anak peluru dapat berjalan stabil dalam lintasannya, permukaan dalam laras dibuat
beralur spiral dengan diameter yang sedikit lebih kecil dari diameter anak peluru, sehingga anak
peluru yang didorong oleh ledakan mesiu, saat melalui laras, dipaksa untuk bergerak maju sambil
berputar sesuai porosnya, dan ini akan memperoleh gaya centripetal, sehingga anak peluru tetap
dalam posisi ujung depannya di depan dalam lintasannya setelah lepas laras menuju sasaran. Alur
dalam laras dibuat dalam jumlah 4 sampai 6 alur dengan arah perputaran ke kiri (pada colt) atau ke
kanan ( pada Smith and Wesson).
Di samping senjata api dengan laras beratur ( rifled bore), terdapat pula jenis dengan laras
licin (smooth bore) seperti pada senjata api jenis shot gun, yang pada satu kali tembakan dapat
melontarkan anak peluru dalam jumlah banyak sekaligus.
Peluru untuk jenis senjata api berlaras beralur berbeda dari peluru untuk senjata api berlaras licin.
Secara skematik dapat tampak pada gambar berikut:
-

Anak peluru untuk senjata api berlaras pendek jenis revolver umumnya terbuat dari timah
hitam yang kadang-kadang berselaput plastik, sedangkan anak peluru untuk senjata berlaras
pendek jenis pistol dan senjata api berlaras panjang umumnya terbuat dari timah hitam
sebagai inti yang dibalut dengan tembaga, kuningan atau nikel sebagai mantel.

Garis tengah anak peluru senapan biasanya berukuran 7-9 mm dengan panjang 25-39 mm
dan berat 9-14 gram. Anak peluru yang digunakan pada senapan mesin umumnya lebih kecil dan
lebih ringan, 5,56 mm dan 3,5 gram.
Akibat yang ditimbulkan oleh anak peluru pada sasaran tergantung pada berbagai faktor:
a.
b.
c.
d.
e.

Besar dan bentuk anak peluru


Balistik (kecepatan, energi kinetik, stabilitas anak peluru)
kerapuhan anak peluru
Kepadatan jaringan sasaran
Vulnerabilitas jaringan sasaran

Tembakan yang mengenai tubuh akan menimbulkan luka tembak, yang gambarannya tidak
hanya terjadi sebagai akibat terjangan anak peluru pada sasaran, tetapi juga oleh produk ikutan yang
terjadi saat tembakan dilepaskan, yaitu partikel logam akibat geseran anak peluru dengan laras,
butir mesiu yang tidak sempurna terbakar, asap serta panas akibat ledakan mesiu dan pada luka
tembak yang terjadi akibat tembak tempel, kerusakan jaringan akibat moncong laras yang juga
menekan sasaran. Tergantung pada komponen produk ikutan mana yang masih dapat mencapai
sasaran, luka tembak masuk dibedakan menjadi luka tembak masuk jarak jauh, luka tembak masuk
jarak dekat, luka tembak masuk jarak sangat dekat dan luka tembak tempel.

Apabila setelah mengenai sasaran, anak peluru masih memiliki tenaga untuk meneruskan
lintasannya dan menembus ke luar tubuh, maka akan terjadi luka tembak keluar.
Anak peluru yang menembus kulit akan menyebabkan terjadinya lubang yang dikelilingi
bagian yang kehilangan kulit ariberupa kelim lecet. Selain itu zat yang melekat pada anak peluru
seperti minyak pelumas, jelaga dan elemen mesiu(Pb, Sb, Ba) akan terusap pada tepi lubang
sehingga terbentuk kelim kesat yang terdapat tepat di tepi lubang (pada luka tembak masuk jarak
jauh) butir-butir mesiu yang tidak habis terbakar akan tertanam pada kulit disekitar kelim lecet,
membentuk kelim tatoo (pada luka tembak masuk jarak dekat, dan jelaga/asap yang keluar dari
ujung laras senjata akan membentuk kelim jelaga, sedangkan api yang ikut keluar akan membentuk
kelim api (berupa hiperemi atau jaringan yang terbakar, pada luka tembak masuk jarak sangat
dekat).
Ujung laras yang menempel pada kulit saat senjata api ditembakkan akan membentuk luka
lecet tekan yang menegelilingi kelim lecet dengan sekitar yang menonjol, dikenal sebagai jejak laras.
LTM (Luka Tembak Masuk) jarak jauh hanya dibentuk oleh komponen anak peluru,
sedangkan LTM jarak dekat dibentuk oleh komponen anak peluru dan butir-butir mesiu yang tidak
habis terbakar. LTM jarak sangat dekat dibentuk oleh komponen anak peluru, butir mesiu, jelaga dan
panas/api.
LTM tempel/kontak dibentuk oleh seluruh komponen tersebut di atas (yang akan masuk ke
dalam saluran luka) dan jejas laras. Saluran luka akan berwarna hitam dan jejas laras akan
tampakmengelilingi luka tembak masuk sebagai luka lecet jenis tekan, yang terjadi sebagai akibat
tekanan berbalik dari udara hasil ledakan mesiu.
Bila seluruh lingkaran laras senjata menempel tegak lurus pada kulit, maka butir mesiu,
jelaga, api, semuanya langsung masuk ke dalam saluran luka. Tekanan balik gas panas yang ikut
masuk ke dalam saluran dapat mengakibatkan peregangan kulit yang sangat besar dan memberikan
gambaran luka seperti bintang. Bila tidak seluruh lingkaran laras senjata menempel pada permukaan
kulit, maka akan terbentuk gambaran LTM yang merupakan kombinasi dari LTM tempel dan LTM
jarak sangat dekat.
Gambaran LTM jarak jauh dapat juga ditemukan pada korban yang tertembak pada jarak
yang dekat/sangat dekat, apabila di atas permukaan kulit terdapat penghalang misalnya pakaian
yang tebal, ikat pinggang, helm dan sebagainya sehingga komponen-komponen butir mesiu yang
tidak habis terbakar, jelaga dan api tertahan oleh penghalang tersebut.
Jarak penembakan yang tepat hanya dapat diperkirakan dengan membandingkan luka
tembak masuk yang ditemukan dengan luka tembak yang diperoleh dari uji coba tembakan yang
menggunakan senjata dan peluru yang sejenis.
Pada umumnya, mesiu mengandung unsur Sb, Ba dan Nitrat. Penentuan kuantitatif terhadap
Sb pada luka tembak masuk mungkin dapat memberikan perkiraan kasar terhadap jarak tembak.
Uji difenhidramin terhadap adanya nitrat dan pemeriksaan spektrofotometri terhadap Sb
pada tangan tersangka pelepas tembakan, terutama pada senjata jenis revolver merupakan salah
satu cara pembuktian terhadap pelaku penembakan.

Pada tempat anak peluru meninggalkan tubuh korban akan ditemukan luka tembak keluar
(LTK). LTK umumnya lebih besar dari LTM akibat terjadinya deformitas anak peluru, bergoyangnya
anak peluru dan terikutnya jaringan tulang yang pecah keluar dari LTK. Pada anak peluru yang
menembus tulang pipih, seperti tulang atap tengkorak, akan terbentuk corong yang membuka
searah dengan gerak anak peluru.
LTK mungkin lebih kecil dari LTM bila terjadi pada luka tembak tempel/kontak, atau pada
anak peluru yang telah kehabisan tenaga pada saat akan keluar meninggalkan tubuh. Bentuk LTK
tidak khas dan sering tidak beraturan.
Di sekitar LTK mungkin pula dijumpai daerah lecet bila pada tempat keluar tersebut terdapat
benda yang keras, misalnya ikat pinggang, atau korban sedang berdsandar pada dinding.
Senapan angin, yang mendorong anak peluru menggunakan udara atau gas CO2 bertekanan
tinggi, dapat memberikan kecepatan anak peluru saat tinggal laras sebesar 194 m per detik,
sehingga bila ini mengenai mata, dapat menembus atap orbita dan masuk kedalam rongga
tengkorak. Pistol dengan peluru berkaliber 5,6-11 mm dapat memberikan kecepatan anak peluru
200-400 m/detik. Bila mengenai pembuluh darah besar atau organ vital, dapat berakibat fatal.
Pecahan granat merupakn proyektil tidak beraturan yang berkecepatn setara dengan anak
peluru pistol
Senjata api dengan anka peluru berkecepatan tinggi (> 800 m/detik0, misalnya pada senapan
berburu, senapan militer dan senapan mesin memberikan LTM dengan daya rusak hebat, terutama
pada jarak dekat.
Peluru dum-dum merupakan peluru yang ujung anak pelurunya dibuat sedemikian rupa
sehingga mudah mengalami deformitas saat mengenai sasaran sehingga dapat menimbulkan luka
tembak masuk dengan kerukan jaringan yang hebat.
Pistol gas air mata menggunakan peluru khusus yang saat ditembakkan, mengeluarkan gas
khlor asetofenon yang dapat melukai mata. Kelainan yang terjadi pada mata dapat berupa keratitis,
iridosiklitis atau kadang-kadang dapat mencapai retrokorneal.

Anda mungkin juga menyukai