Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


GEOSTRATEGI INDONESIA
Dosen : Drs. Bambang Budi Utomo, M.Pd

DISUSUN
OLEH:
Lamria Pesta Manurung
Putri Damayanti
Nur Amalia
Patricia Sulibiani
Rohmatin
Barrata
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014

DAFTAR ISI
Daftar Isi............................................................................................................................2
Bab 1 Pendahuluan............................................................................................................3
Bab 2 Pembahasan.............................................................................................................5
2.1 Pencemaran Air...........................................................................................................5
2.2 Merkuri........................................................................................................................5
2.3 Teknik Pertambangan Rakyat (PER) di KalBar.........................................................6
2.4 Sifat Toksik.................................................................................................................8
2.5 Survey PETI................................................................................................................8
2.6 Penyebab Tercemarnya Sungai Kapuas oleh Merkuri................................................9
2.7 Dampak Pencemaran Merkuri...................................................................................10
Bab 3 Kesimpulan dan Saran..........................................................................................12
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................12
3.2 Saran.........................................................................................................................12
Daftar Pustaka................................................................................................................14

Bab 1 Pendahuluan
Emas merupakan jenis tambang yang bernilai tinggi. Sejak ribuan tahun lalu
logam yang sering disebut dengan logam mulia ini sering dicari oleh manusia.
Pemanfaatan logam mulia ini biasanya digunakan sebagai perhiasan. Di Indonesia
logam mulai dapat ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia, namun logam mulia
ini lebih banyak ditemukan di Papua dan Kalimantan.
Penambangan emas di Papua lebih banyak dilakukan oleh perusahaan besar
berskala multinasional. Perusahaan-perusahaan asing ini mulai melakukan ekspansi di
Papua sejak zaman Orde Baru. Ekspansi perusahaan-perusahaan asing juga turut
menyebar ke Kalimantan. Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi penghasil
emas, namun sayang penambang emas tanpa izin atau sering disebut dengan PETI
banyak ditemukan sedang melakukan penambangan liar di beberapa sungai utama di
Kalimantan Barat.
Penambangan liar berpotensi besar untuk merusak lingkungan terutama merusak
kualitas air di sungai-sungai dimana penambang emas liar beraksi. Tentu saja
penambang emas liar tidak menggunakan prosedur-prosedur yang sesuai dalam
menambang emas, apalagi penambangan dilakukan di sungai-sungai utama seperti
Sungai Kapuas.
Sungai Kapuas telah sekian lama digunakan oleh warga sekitar sebagai
penghasil air utama. Banyak warga menggunakan air Sungai Kapuas untuk kebutuhan
sehari-hari seperti minum, masak, mandi, dan keperluan lainnya. Namun dengan
semakin meningkatnya aktivitas penambangan liar di sungai-sungai utama Kalimantan
Barat terutama Sungai Kapuas, maka kualitas air semakin menurun.

Kadar merkuri yang tinggi ditemukan di air yang berasal dari Sungai Kapuas.
Hal ini menyebabkan hampir sebagian besar warga yang bertempat tinggal di sekitar
sungai Kapuas mengalami kesulitan air bersih. Sudah sekian lama warga sekitar
memanfaatkan air sungai Kapuas sebagai sumber air utama, namun seiring dengan
pencemaran air akibat penambangan emas liar, maka warga sekitar sungai Kapuas harus
memutar otak lebih keras hanya untuk mendapatkan pasokan air bersih.

Bab 2 Pembahasan
2.1 Pencemaran Air
Oksigen adalah gas yang berwarna, tak berbau, tak berasa dan hanya sedikit
larut dalam air. Untuk mempertahankan hidupnya makluk yang tinggal di air, baik
tanaman maupun hewan, bergantung kepada oksigen yang terlarut ini. Jadi penentuan
kadar oksigen terlarut dapat dijadikan ukuran untuk menahan mutu air. Kehidupan diair
dapat bertahan jika ada oksigen terlarut minimum sebanyak 5 mg oksigen setiap liter air
(5 bpj atau 5 ppm). Selebihnya bergantung kepada ketahanan organisme, derajat
keaktivannya, kehadiran pencemar, suhu air, dan sebagainya. Umumnya laju konsumsi
kelarutan oksigen dalam air, jika udara yang bersentuhan dengan permukaan air
bertekanan 760 mm dan mengandung 21 % oksigen. Oksigen dapat merupakan faktor
pembatas dalam penentuan kehadiran mahluk hidup dalam air. Oksigen dalam danau
misalnya berasal dari udara dan fotosintesis organisme yang hidup di danau itu. Jika
respirasi terjadi lebih cepat dari penggantian yang larut, maka terjadi defisit oksigen.
Sebaiknya dasar danau dijenuhkan dengan oksigen.
2.2 Merkuri
Sebagai unsur, merkuri (Hg) berbentuk cair keperakan pada suhu kamar.
Merkuri membentuk berbagai persenyawaan baik anorganik (seperti oksida, klorida,
dan nitrat) maupun organik. Merkuri dapat

menjadi senyawa anorganik melalui

oksidasi dan kembali menjadi unsur merkuri (Hg) melalui reduksi. Merkuri anorganik
menjadi merkuri organik melalui kerja bakteri anaerobic tertentu dan senyawa ini secara
lambat berdegredasi menjadi merkuri anorganik. Merkuri mempunyai titik leleh-38,87
dan titik didih 35,00C. Produksi air raksa diperoleh terutama dari biji sinabar (86,2 %
air raksa). Salah satu cara melalui pemanasan biji dengan suhu 8000C dengan
menggunakan O2 (udara).

Sulfur yang dikombinasi dengan gas O2, melepaskan merkuri sebagai uap air
yang mudah terkonsentrasi. Sianiar juga dapat juga dipanaskan dengan kapur dan
belerang bercampur kalsium, dan akan melepaskan uap logam merkuri. Hal yang
tersebut diatas merupakan cara lain, tetapi merkuri umumnya dimurnikan melalui proses
destilasi. Bijih merkuri juga ditemukan pada batu dan bercampur dengan bijih lain
seperti tembaga, emas, seng dan perak. Sedikitnya beberapa efek toksit dari merkuri
telah diketahui sejak abad ke 18. Pada tahun 1889, Charcot sclinical lectures on
diseases of the Nervous system telah menerangkan mengenai tremor yang diakibatkan
oleh paparan merkuri. Pada textbook neurology klasik Wilson ynag diterbitkn pada
tahun 1940, Wilson telah menerangkan mengenai tremor mengiidentifikasi gangguan
kognitif yang diperantarai merkuri seperti gangguan perhatian, excitement, dan
halusinasi.
Logam merkuri (Hg), mempunyai nama kimia hydragyrum yang berarti cair.
Logam merkuri dilambangkan dengan Hg. Pada periodika unsur, kimia Hg menempati
urutan (NA) 80 dan mempunyai bobot atom (BA 200,59). Merkuri telah dikenal
manusia sejak manusia mengenal peradaban. Logam ini dihasilkan dari bijih sinabar,
HgS, yang mengandung unsur merkuri antara 0,1% - 4%.
HgS

O2

Hg

SO2

Merkuri yang telah dilepaskan kemudian dikondensasi, sehingga diperoleh


logam cair murni. Logam cair inilah yang kemudian digunakan oleh manusia untuk
bermacam-macam keperluan.
2.3 Teknik Pertambangan Rakyat (PER) di KalBar
Teknik

Pertambangan Emas Rakyat (PER) di Kalimantan Barat dilakukan

dengan beberapa cara antara lain (Bapedalda ,2003)


2.3.1. Teknik Penambangan Endapan Alluvial Di Darat
Sejak tahun 1986 di Kalimantan Barat berkembang metode penambangan emas
alluvial di darat dengan menggunakan metode semprot (Hidrolic Mining).

Metode ini umumnya menggunakan dua buah mesin berfungsi sebagai penyedot
air dari sungai atau rawa dan yang lainnya digunakan untuk menyedot lumpur yang
mengandung biji emas, kemudian disaring di sluice box dan ditambahkan merkuri/air
raksa kedalam sedimen yang tersaring, maka akan diperoleh biji emas kotor berupa
amalgam (emas + merkuri). Sedimen yang mengandung biji emas kotor ini diolah
langsung di lokasi penambangan, kemudian biji emas kotor ini di ambil dan di sisihkan
dari sedimen/lumpur (sludge). Kemudian amalgam dibakar untuk mendapatkan biji
emas murni. Limbah sedimen hasil proses amalgam ini langsung di buang ke badan
sungai Kapuas tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2.3.2 Teknik Penambangan Endapan Alluvial Dasar Sungai.
Metode penambangan ini menggunakan metode kapal keruk (Dreging) dan
perahu atau tongkang dengan menggunakan mesin dompeng. Sejak tahun 1998 metode
ini berkembang di Kalimantan Barat. Pada metode ini, lumpur yang mengandung biji
emas di dasar sungai disedot dari mesin dompeng yang berada di atas perahu atau
tongkang, kemudian alat ini dilengkapi dengan alat pemisah/pengolah (sluice box) yang
berfungsi sebagai penyaring. Proses pendulangan/penambahan merkuri berlangsung
diatas perahu maupun pada kolam-kolam yang telah disediakan. Kemudian di hasilkan
amalgam (emas + merkuri) dan untuk mendapatkan biji emas murni maka amalgam
tersebut dibakar dengan suhu yang tinggi. Proses pembakaran amalgam ini di
maksudkan untuk melepaskan biji emas dari ikatan merkuri dan biasanya dilakukan di
rumah- rumah penduduk ataupun di lokasi PETI sedangkan limbah sedimen hasil proses
amalgam ini dibuang langsung ke badan sungai dan dapat berpengaruh pada kesehatan
dan lingkungan sekitar.
2.3.3 Teknik Penambangan Emas Primer
Teknik penambangan emas primer ini berlangsung dalam batu-batuan. Metode
ini berkembang sejak tahun 1996. Metode penambangan emas ini dilakukan dengan
menggali sumur atau terowongan sampai menemukan emas. Sumur/lubang yang dibuat
dapat berukuran 1.5 m x 1.5 m dengan kedalaman tergantung pada keberadaan batuan
emas tersebut. Batuan yang mengandung emas dijadikan tepung dengan Road Mill,
kemudian hasil hancuran ini ditambahkan air raksa, kapur dan daun tanpa getah.

Lumpur hasil gelundungan dipisahkan dan tailing dibuang dan amalgam kemudian
diperas menggunakan kain kasa. Sisa merkuri dapat dipakai lagi dan amalgam
kemudian dipanaskan untuk menghasilkan emas murni, semua pekerjaan ini dilakukan
didarat.
2.4 Sifat Toksik
Berdasarkan sifat racun ( toksik), bahan pencemar (polutan) dibagi atas 2 (dua)
kelompok (Effendi, 2003), yaitu :
2.4.1. Polutan tak toksik (nontoxic polutan)
Biasanya telah berada pada ekosistem secara alamiah. Sifat destruktif pencemar
ini muncul apabila berada dalam jumlah yang berlebihan, sehingga dapat mengganggu
keseimbangan ekosistem melalui perubahan proses fisika-kimia perairan. Polutan tak
toksic ini terdiri atas bahan-bahan tersuspensi dan nutrien. Bahan tersuspensi dapat
meningkatkan kekeruhan sehingga dapat mengganggu proses fotosintesis. Keberadaan
nutrien yang berlebihan dapat memacunya terjadi pengayaan perairan dan dapat memicu
terjadinya algae blooming sehingga dapat mengganggu keseimbangan ekosistem
akuatik secara keseluruhan.
2.4.2 Polutan toksik
Dapat mengakibatkan sub lethal dan lethal. Biasanya bukan bahan alami,
melainkan xenobiotik yaitu polutan yang dibuat oleh manusia, diantaranya adalah
bahan-bahan kimia yang stabil dan tidak mudah mengalami degredasi di alam dalam
kurun waktu yang lama.
2.5 Survey PETI
Berdasarkan hasil survey di wilayah Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 1999
maka didapatlah data luas areal jumlah PETI yaitu seluas 6715,25 Ha yang berada
menyebar hampir seluruh kabupaten yang ada di Kalimantan Barat. Berkenaan dengan
adanya krisis ekonomi yang berkepanjangan ini, kegiatan PETI di Kalimantan Barat
telah mengalami peningkatan yang luar biasa, baik secara kuantitas dan kualitas,
sehingga perlu segera ditanggulangi mengingat kegiatan PETI tersebut telah banyak

menimbulkan dampak negatif tidak saja bagi pemerintah, tetapi juga masyarakat luas
dan generasi yang akan datang. Secara keseluruhan dampak yang ditimbulkan akibat
PETI ini tidak hanya menyebabkan kerusakan lahan/alam diareal penambangan itu
sendiri tetapi juga dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan sebagai akibat dari
teknik penambangan yang tidak akrab lingkungan. Akibat PETI ini yang paling
dirasakan oleh sebagian masyarakat Kabupaten adalah pencemaran pada Daerah Aliran
Sungai oleh lumpur pada penambangan liar tersebut.
Dalam rangka menangani kerusakan lingkungan akibat adanya kegiatan
pertambangan secara liar, maka pemda Kalbar telah melakukan upaya dengan
membentuk Tim penertiban PETI di Provinsi dan Kabupaten serta bagi pelaku yang
tertangkap dikenakan tindakan hukum. Sementara itu kerusakan lahan dalam bentuk
kolam-kolam bekas galian masih belum ditangani (reklamasi) dengan baik, mengingat
adanya keterbatasan baik dari aspek finansial maupun aspek teknologi serta belum
adanya kejelasan tentang tanggung jawab dalam penanganan untuk melaksanakan
reklamasi, apakah merupakan tanggung jawab pemerintah Provinsi ataupun Kabupaten,
padahal seharusnya merupakan tanggung jawab si pemakai/pengguna sumber daya alam
tersebut. Namun karena kegiatan penambangan ini liar tanpa ijin sehingga masalahnya
masih kabur.
2.6 Penyebab Tercemarnya Sungai Kapuas oleh Merkuri
Pencemaran merkuri di Sungai Kapuas (Kalimantan Barat) sudah sangat tinggi.
Kandungan merkuri (Hg) mencapai 0,2 ppb (parts per billion) dua kali lipat di atas
ambang batas normal. Berkaitan dengan itu, semua unsur pemerintah daerah (Pemda) di
Kalimantan Barat (Kalbar) didesak agar lebih serius menanggulangi pencemaran Sungai
Kapuas. Jika aktivitas yang memungkinkan terjadinya pencemaran terus dibiarkan,
maka akan mengancam kelangsungan hidup manusia dan sumber daya sungai itu
sendiri. Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) memprediksi setidaknya 2,279 kilogram zat
merkuri dibuang ke Sungai Kapuas dalam rangkaian praktik penambangan emas tanpa
izin yang dilakukan 1.480 kelompok masyarakat.
Mercuri umumnya berasal dari penambangan emas, baik secara legal maupun
ilegal. Ini digunakan penambang guna membersihkan endapan aluvial untuk

mendapatkan emas. Akan tetapi, tanpa disadari bahwa merkuri tersebut mengalir ke
sungai terdekat, lalu dialirkan menuju Sungai Kapuas. PDAM yang memanfaatkan air
di sungai ini sudah mengandung merkuri. Jika tetap dipaksakan untuk dikomsumsi
masyarakat, maka sangat berpotensi menimbulkan berbagai penyakit yang berakibat
pada kematian. Mudahnya merkuri dijual di pasaran Kalbar, baik dalam kemasan
kantung maupun botol plastik, turut berdampak mencemari Sungai Kapuas. Harga
senyawa yang dipakai untuk aktivitas Penambangan Emas Tanpa Izin ini pun amat
terjangkau bila dibandingkan dengan harga emas yang melangit. Merkuri dijual seharga
Rp 25 ribu per gram.
Penambang emas liar tanpa izin menggunakan alat dompeng untuk menyaring
emas di aliran sungai Kapuas. Dompeng merupakan alat yang dapat menghisap lumpur
di bagian bawah sungai untuk mendapatkan emas. Sayangnya para penambang emas liar
menggunakan merkuri sebagai pemisah lumpur dengan emas. Kadar merkuri inilah
yang mengakibatkan pencemaran air di sungai-sungai Kalimantan Barat.
2.7 Dampak Pencemaran Merkuri
2.6.1 Dampak Secara Umum
1. Keanekaragaman hayati kehidupan di sungai menurun akibat pencemaran merkuri.
2. Terjadi akumulasi (penumpukan) merkuri dalam makhluk hidup di sekitar sungai.
yang tidak tercemar limbah tambang.
3. Fitoplankton merupakan basis rantai makanan sehingga apapun yang mencemari
mereka akan masuk dan berdampak ke seluruh rantai makanan.
4. Kadar merkuri sangat beresiko bagi penduduk setempat maupun penduduk luar yang
memanfaatkan air dari sungai Kapuas. Kesehatan penduduk akan terganggu dan
menimbulkan efek kronis.
5. Air menjadi berbusa dan menimbulkan bau tidak sedap sehingga menggangu
kenyamanan penduduk yang tinggal di sekitarnya.

6. Air tidak layak dikonsumsi karena dapat menimbulkan efek racun dalam tubuh serta
dapat menimbulkan berbagai jenis penyakit.
7. Ikan menjadi sakit dan mati karena tidak dapat hidup di sungai yang tercemar.
8. Menurunnya produktivitas di perairan tersebut.
2.6.2 Dampak Secara Kesehatan
1. Pengaruh Terhadap Fisiologis, terutama di Sistem Saluran Pernapasan dan Ginjal.
2. Pengaruh Terhadap Sistem Saraf, dapat menyebabkan kerusakan otak irreversible
yang menyebabkan kelumpuhan permanen.
3. Pengaruh Terhadap Pertumbuhan, terutama pertumbuhan bayi, yang menyebabkan
retardasi mental, tuli, penciutan lapangan pandang,microcephaly, cerebral palsy, ataxia,
buta dan gangguan menelan.

Bab 3 Kesimpulan dan Saran


3.1 Kesimpulan
Penyebab pencemaran terbesar merkuri di Sungai Kapuas terletak pada kegiatan
penambang emas tanpa izin yang dilakukan masyarakat dengan pengelolaan limbah
yang sangat amat buruk.

Survey PETI yang telah memperlihatkan bagaimana

banyaknya penambangan emas tanpa izin membuat suatu hubungan kesimpulan, di


mana seberapa banyak sudah merkuri hasil pengolahan limbah yang buruk dibuang ke
Sungai Kapuas.
Pencemaran Merkuri akibat kegiatan pertambangan tersebut menyebabkan
dampak besar bagi masyarakat KalBar, khususnya yang berada di tepian sungai dan
memanfaatkan Sungai Kapuas sebagai kegiatan mandi, mencuci, bahkan untuk
dijadikan air konsumsi. Pengaruh Merkuri dapat terjadi langsung maupun tak langsung,
dengan penurunan kualitas air dan melalui rantai makanan, yang menyebabkan dapat
menjadi ancaman bagi tubuh manusia, yang dapat menyebabkan gangguan pada
fisiologis, sistem saraf, dan pertumbuhan.
3.2 Saran
Saran saya dalam masalah yang cukup berat dan luas bagi masyarakat KalBar
dan untuk lingkungan Sungai Kapuas yakni,
1. Perlu penegakan hukum yang seberat-beratnya terhadap mereka yang menjual
merkuri secara ilegal serta yang memanfaatkan merkuri untuk mencari emas di sekitar
sungai sehingga pada akhirnya dapat memberikan pembelajaran dan menghasilkan efek
jerah agar tidak terulang kembali.
2. Perlu dilakukan pemantauan kualitas air di sepanjang badan sungai oleh pemerintah
dan instansi lingkungan hidup untuk terus memantau kandungan merkuri.
3. Menyarankan agar masyarakat tidak mengkonsumsi air maupun ikan pada lokasi
badan air yang telah tercemar berat oleh merkuri melalui sosialisasi serta menyediakan
air bersih bagi masyarakat yang membutuhkan.

4. Pembuatan kolam atau bak pengolahan limbah cair dengan teknologi yang ramah
lingkungan bagi industri.
5. Dilakukan usaha preventif, misalnya dengan tidak membuang sampah dan limbah
industri ke sungai. Kebiasaan membuang sampah ke sungai dan disembarang tempat
hendaknya diberantas dengan memberlakukan peraturan-peraturan yang diterapkan di
lingkungan masing-masing secara konsekuen. Sampah-sampah hendaknya dibuang
pada tempat yang telah ditentukan.
6. Masyarakat di sekitar sungai perlu merubah perilaku tentang pemanfaatan sungai agar
sungai tidak lagi dipergunakan sebagai tempat pembuangan sampah dan tempat mandicuci-kakus (MCK). Perubahan perilaku masyarakat melalui sosialisasi serta kegiatan
serta program yang positif untuk memberikan kesan ke masyarakat agar tidak
membuang sampah ke dalam kali.
7. Pemerintah perlu bertindak cepat dan tidak lamban dalam menangani kasus
pencemaran yang terjadi di sungai.
8. Menghimbau agar PDAM tidak memanfaatkan air yang ada di kali tersebut karena
akan berdampak pada kesehatan masyarakat yang mengkonsumsinya.

DAFTAR PUSTAKA
bangjuju. Blogspot.com, 2013, Pencemaran Sungai Kapuas
rani.blogspot.com, 2013, Dampak Pencemaran Merkuri
Subanri, 2008, Kajian Bebas Pencemaran Merkuri (Hg) Terhadap Air Sungai Manyuke
Dan Gangguan Kesehatan Pada Penambang Tanpa Izin (PETI) di Kecamatan Menyuke
Kabupaten Landak Kalimantan Barat, Tesis Program Pasca Sarjana Magister
Kesehatan Lingkungan, Universitas Dipenogoro
terataimandiri.wordpress.com, 2012, Sungai Kapuas Indah Di Luar Rusak Di Dalam

Anda mungkin juga menyukai