Anda di halaman 1dari 13

Cara Cuci Tangan 7 Langkah Pakai Sabun Yang Baik dan Benar

1. Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai air yang mengalir, ambil sabun
kemudian usap dan gosok kedua telapak tangan secara lembut

2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian

3. Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari hingga bersih

4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan mengatupkan

5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian

6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan

7. Bersihkan kedua pergelangan tangan secara bergantian dengan cara memutar, kemudian diakhiri dengan
membilas seluruh bagian tangan dengan air bersih yang mengalir lalu keringkan memakai handuk atau tisu.

Penggunaan sabun khusus cuci tangan baik berbentuk batang maupun cair sangat disarankan untuk
kebersihan tangan yang maksimal. Pentingnya mencuci tangan secara baik dan benar memakai sabun adalah
agar kebersihan terjaga secara keseluruhan serta mencegah kuman dan bakteri berpindah dari tangan ke
tubuh anda.
8. Tutup kran dengan siku atau tissu

9. Keringkan tangan dengan tissu / handuk kertas

10. Hindarkan menyentuh benda disekitarnya setelah mencuci tangan.

Tindakan Pencegahan Penularan Penyakit Infeksi


Pada Praktek Dokter Gigi

Posted by: 4yuka on: December 11, 2008


In: gigi_ku

Leave a Comment

Dokter gigi, stafnya dan juga pasien memiliki resiko tinggi berkontak dengan mikroorganisme patogen
seperti bakteri, virus dan jamur selama perawatan gigi. Tindakan secara asepsis harus selalu
dilakukan, termasuk tindakan pencegahan seperti sterilisasi dan desinfeksi. Dokter gigi harus
menganggap pasiennya adalah carrier dari hepatitis B, acquired immuno defficiency syndrome (AIDS)
atau tuberculosis (TBC), dan harus selalu mengikuti prosedur tindakan pencegahan.
Banyak penyakit infeksi dapat ditularkan selama perawatan gigi, antara lain TBC, sifilis, hepatitis A, B,
C, AIDS, ARC, herpes, dan lain-lain. Dengan melakukan tindakan pencegahan infeksi dapat dicegah
terjadinya infeksi yang berbahaya, bahkan dapat mencegah terjadinya kematian. Sumber infeksi yang
potensial pada praktek dokter gigi termasuk tangan, saliva, darah, sekresi hidung, baju, rambut juga
alat-alat/instrumen dan perlengkapan praktek lainnya harus dijaga sterilitasnya untuk mengurangi
resiko terjadinya infeksi.
Kontaminasi dari rongga mulut dan luka terbuka dapat disebarkan oleh udara, air, debu, aerosol,
percikan atau droplets, sekresi saluran pernafasan, plak, kalkulus, bahan tumpatan gigi dan debris.

Flora mulut yang patogen dari pasien dapat ditransmisikan pada jaringan atau organ (autogenous
infection) seperti katup jantung, sendi artificial, dan jaringan lunak sekitarnya, dan tulang.
Prosedur pencegahan penularan penyakit infeksi antara lain adalah evaluasi pasien, perlindungan diri,
sterilisasi dan desinfeksi, pembuangan sampah yang aman dan tindakan asepsis termasuk juga dalam
laboratorium tehnik gigi.
Metode sterilisasi dan asepsis masa kini pada praktek dokter gigi dan laboratorium gigi secara nyata
telah menurunkan resiko terjadinya penyakit pada pasien, dokter gigi, dan stafnya.
Jalur utama penyebaran mikroorganisme pada praktek dokter gigi adalah melalui :
1. Kontak langsung dengan luka infeksi atau saliva dan darah yang terinfeksi.
2. Kontak tidak langsung dari alat-alat yang terkontaminasi.
3. Percikan darah, saliva atau sekresi nasofaring langsung pada kulit yang terluka maupun yang utuh
atau mukosa.
4. Aerosol atau penyebaran mikroorganisme melalui udara.
Kontrol infeksi secara umum
Dokter gigi tidak mungkin yakin bahwa pasien yang datang untuk perawatan giginya adalah carrier
mikroorganisme infektif atau bukan, oleh karena itu semua pasien yang datang harus dianggap
merupakan carrier dari mikroorganisme patogen. Semua prosedur klinis yang dilakukan pada semua
pasien harus dilakukan dengan menggunakan kontrol infeksi yang umum.
Banyak sumber penularan infeksi pada praktek dokter gigi antara lain tangan, saliva, sekresi saluran
pernafasan, darah, pakaian, dan rambut, demikian pula instrumen gigi serta peralatan lainnya harus
betul-betul diperhatikan untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi.
Kontaminasi dari rongga mulut dan luka yang terbuka dapat disebabkan oleh udara, air, debu,
aerosol, percikan atau droplet, sekresi saluran pernafasan, plak, karang gigi, bahan tumpatan gigi
serta debris. Flora mulut pasien yang patogen dapat masuk ke dalam jaringan lain atau organ
(autogenous infection) seperti pada katup jantung yang lemah, sendi palsu dan jaringan lunak
sekitarnya atau tulang.
Infeksi melalui udara
Mikroorganisme yang ditularkan melalui udara terdapat pada aerosol yang terhirup dan karenanya
dapat menyebabkan penyakit influenza, commond cold, dan tuberkulosis. Bila terjadi aerosol misalnya
oleh instrumen kecepatan tinggi, terbentuk percikan-percikan dengan ukuran yang berbeda-beda.
Percikan yang diameternya lebih besar dari 100 nanometer yang dinamakan splatter akan cepat jatuh
oleh gaya tarik bumi, sedang percikan yang umum terjadi adalah berukuran diameter kurang dari 100
nanometer. Percikan kecil ini dengan cepat menguap dan tetap ada pada udara selama beberapa jam
sebagai droplet nuclei yang mengandung saliva atau sekresi serum yang kering dan mikroorganisme.
Infeksi melalui benda tajam dan jarum suntik
Jlur utma terjadinya penularan penyakit infeksi dalam bidang kedokteran gigi yaitu melalui kulit atau
mukosa yang terluka oleh benda tajam atau jarum suntik, termasuk di sini adalah penyebaran
penyakit hepatitis B dari pasien ke dokter gigi dan sebaliknya yang sudah terbukti.
Prosedur pencegahan infeksi
Prosedur pencegahan infeksi ada beberapa tahap :
Evaluasi pasien
Perlindungan diri
Sterilisasi instrumen
Disinfeksi permukaan
Laboratorium yang asepsis
Pembuangan sampah
Evaluasi pasien
Harus diketahui riwayat kesehatan yang lengkap dari tiap-tiap pasien dan perbaharui pada tiap tahap
kunjungan berikutnya. Hal ini dimaksudkan agar dapat diketahui adanya infeksi silang yang

kemungkinan terjadi pada praktek dokter gigi. Harus diperhatikan mengenai adanya penyakit infeksi
yang berbahaya.
Perlindungan diri
Dalam hal ini termasuk :
Kebersihan diri.
Pemakaian baju praktek.
Proteksi misalnya sarung tangan, kacamata, masker, dan rubber dam.
Imunisasi.
Kebersihan diri
Kebersihan diri yang baik dapat mengurangi terjadinya infeksi silang pada praktek dokter gigi. Secara
umum pada waktu merawat pasien seorang dokter gigi harus :
Hindari memegang sesuatu yang tidak dibutuhkan pada waktu merawat pasien, hindari kontak
tangan dengan mata, hidung, mulut, dan rambut serta hindari memegang luka atau abrasi.
Tutupi luka atau lecet-lecet pada jari dengan plester sebab luka tersebut dapat merupakan tempat
masuknya mikroorganisme patogen (harus memakai sarung tangan).
Cuci tangan dengan baik sebelum dan setelah merawat pasien dengan memakai sabun
antimikrobial (mis. klorheksidin glukonat) sebelum memakai sarung tangan.
Pemakaian baju praktek
Dokter gigi dan stafnya harus memakai baju yang bersih dan baru dicuci.
Baju tersebut harus diganti setiap hari dan harus diganti saat terjadi kontaminasi.
Baju praktek harus dicuci dengan air panas dan deterjen serta pemutih klorin, untuk baju yang
terkontaminasi perlu penanganan tersendiri.
Bakteri patogen dan beberapa virus, terutama virus hepatitis B dapat hidup pada pakaian selama
beberapa hari hingga beberapa minggu.
Proteksi
Untuk maksud ini harus menggunakan :
Sarung tangan
Kacamata
Masker
Rubber dam
Sarung tangan
Tangan merupakan alat transmisi dari mikroorganisme pada saluran pernafasan dan mulut yang
utama. Kuku harus digunting pendek dan tidak boleh memakai perhiasan seperti cincin, gelang, dan
jam tangan pada saat merawat pasien. Tangan harus dicuci dengan sikat dan sabun yang
mengandung zat antimikrobial seperti iodofor (1% iodine), klorheksidin glukonat (2-4%), paraklormeta-silenol (PMCX) 0,5-3% atau alkohol (70% isopropil aklohol) dan lain-lain. Tangan digosok
paling sedikit selama 10 detik dan dikeringkan dengan memakai pengering otomatis atau tissue.
Semua dokter gigi dan stafnya harus memakai sarung tangan lateks atau vinil sekali pakai. Hal ini
untuk melindungi baik dokter gigi atau stafnya maupun pasien. Sarung tangan vinil dapat dipakai
untuk mereka yang alergi terhadap lateks, walaupun hal ini jarang terjadi.
Ada tiga macam sarung tangan yang dipakai dalam kedokteran gigi yaitu :
Sarung tangan lateks yang bersih harus digunakan pada saat dokter gigi memeriksa mulut pasien
atau merawat pasien tanpa kemungkinan terjadinya perdarahan.
Sarung tangan steril yang harus digunakan saat melakukan tindakan bedah atau mengantisipasi
kemungkinan terjadinya perdarahan pada perawatan.
Sarung tangan heavy duty harus dipakai manakala harus membersihkan alat, permukaan kerja
atau bila menggunakan bahan kimia.
Semua luka dan lecet-lecet pada kulit harus ditutup dengna plester yang kedap air sebelum memakai
sarung tangan. Jangan merawat pasien bila sedang mengalami luka yang bernanah atau dermatitis
yang terbuka hingga luka tersebut benar-benar sembuh.

Pakai 1 sarung tangan untuk tiap pasien, jangan memakai ulang sarung tangan karena akan
mengurangi nilai protektifnya.
Kacamata pelindung
Kacamata pelindung harus dipakai oleh dokter gigi dan stafnya untuk melindungi mata dari splatter
dan debris yang diakibatkan oleh high speed handpiece, pembersihan karang gigi baik secara manual
maupun ultrasonik.
Rambut hendaknya jangan menutupi pandangan dan diikat bagi dokter gigi yang memiliki rambut
panjang serta dilindungi dari percikan dan aerosol dengan memakai penutup kepala, sebaiknya dokter
gigi mencuci muka sebelum makan dan juga mencuci muka serta rambut sebelum tidur. Bakteri
patogen dan beberapa virus terutama virus hepatitis B dapat hidup pada pakaian selama beberapa
hari hingga beberapa minggu.
Masker
Pemakaian masker seperti masker khusus untuk bedah sebaiknya digunakan pada saat menggunakan
instrumen berkecepatan tinggi untuk mencegah terhirupnya aerosol yang dapat menginfeksi saluran
pernafasan atas maupun bawah.
Efektivitas penyaringan dari masker tergantung dari :
Bahan yang dipakai, masker polipropilen lebih baik daripada masker kertas.
Lama pemakaian, lama pemakaian yang efektif adalah 30-60 menit, terutama bila masker itu
basah. Jadi sebaiknya memakai 1 masker untuk tiap pasien.
Rubber dam
Rubber dam harus digunakan pada operasi untuk menghindari terjadinya aerosol. Pemakaian rubber
dam memungkinkan :
Mendapat gambaran yang jelas setelah jaringan diangkat.
Mengurangi kontak instrumen dengan mukosa, sehingga mengurangi terjadinya luka pada jaringan
dan mengurangi perdarahan.
Mengurangi terjadinya aerosol karena tidak terjadi pengumpulan saliva diatas rubber dam.
Imunisasi
Dokter gigi dan mereka yang bekerja dalam bidang kedokteran gigi harus memiliki data imunisasi
yang baru. Di Inggris vaksin hepatitis B, tuberkulosis dan rubella (bagi dokter gigi wanita) dianjurkan
untuk mereka yang bekerja dalam bidang kedokteran gigi sebagai tambahan dari imunisasi rutin
seperti tetanus, poliomyelitis dan difteri. Di USA dianjurkan imunisasi terhadap semua penyakit ini
kecuali TBC dan influenza. (2)
Metode asepsis (1)
Selama perawatan gigi banyak benda, instrumen, dan peralatan di kamar praktek yang
terkontaminasi baik secara langsung melalui tangan atau melalui splatter dan aerosol. Usahakan agar
barang-barang yang dibutuhkan di ruang praktek seminimal mungkin dan tentukan mana yang dapat
ditutupi, disterilkan atau didisinfeksi. Tentukan mana yang harus dibersihkan tiap hari dan mana yang
cukup dibersihkan seminggu sekali, lantai dan juga permukaan lain yang datar harus didisinfeksi.
Penutupan
Dengan menutupi benda dapat mengurangi kebutuhan untuk desinfeksi. Penutupan yang paling
berguna dan sederhana adalah kertas, plastik atau aluminium foil dan diganti tiap pasien.
Alat-alat yang dapat ditutupi :
Baki instrumen, tutupi dengan bib yaitu kertas yang dilapisi plastik.
Ujung alat rontgen ditutupi dengan plastik atau kertas yang diberi selotip.
Tombol-tombol pada unit gigi ditutupi dengan plastik atau aluminium foil.
Sandaran kepala dibungkus dengan penutup dari plastik atau kantung khusus.
Three way syringe dilapisi dengan plastik, dapat pula menggunakan ujung sekali pakai (disposable)
atau yang dapat disterilkan.
Ujung dari blood suction dilapisi dengan kantung plastik yang ujungnya digunting untuk
memasukkan ujungnya.

Pegangan lampu ditutupi dengan aluminium foil, kertas atau sepon berukuran 4 x 4 inci. Untuk
beberapa unit terdapat pegangan yang dapat disterilkan.
Ujung dari alat untuk menyinari tumpatan komposit, pegangan dan tombol trigger ditutupi dengan
pembungkus plastik dan diberi selotip.
Beberapa alat-alat yang tidak dapat ditutupi, harus disterilkan atau didesinfeksi. Daerah operasional
dapat dibersihkan dan didesinfeksi selama kurang lebih 10 menit.
Sterilisasi dan desinfeksi (2)
Sterilisasi adalah proses yang dapat membunuh semua jenis mikroorganisme sedang desinfeksi
adalah proses yang membunuh atau menghilangkan mikroorganisme kecuali spora. Idealnya semua
bentuk vegetatif mikroorganisme mati, namun dengan terjadinya pengurangan jumlah
mikroorganisme patogen sampai pada tingkat yang tidak membahayakan masih dapat diterima.
Sterilisasi dilakukan dalam 4 tahap : (2)
Pembersihan sebelum sterilisasi.
Pembungkusan.
Proses sterilisasi.
Penyimpanan yang aseptik.
Dalam bidang kedokteran gigi pembersihan dapat dilakukan dengan :
Pembersihan manual
Pembersihan dengan ultrasonik
Sebelum disterilkan alat-alat harus dibersihkan terlebih dahulu dari debris organik, darah, dan saliva.
Asisten dokter gigi yang membersihkan alat tersebut harus memakai sarung tangan heavy duty.
Pembersihan dengan memakai alat ultrasonik dengan larutan detergen lebih aman, efisien, dan efektif
dibandingkan dengan penyikatan. Gunakan alat ultrasonik yang tertutup selama paling tidak 10 menit.
Setelah dibersihkan, instrumen tersebut dicuci dibawah aliran air dan dikeringkan dengan baik
sebelum disterilkan. Hal ini penting untuk mendapatkan hasil sterilisasi yang sempurna dan untuk
mencegah terjadinya karat. (1)
Pembersihan dengan ultrasonik lebih baik sebab :
Meningkatkan efisiensi pembersihan
Mengurangi bahaya aerolization dari partikel yang infeksius
Mengurangi insiden terluka akibat benda tajam
Mengurangi waktu kerja
Pembungkusan
Setelah dibersihkan, instrumen harus dibungkus untuk memenuhi prosedur klinis yang baik.
Instrumen yang digunakan dalam kedokteran gigi harus dibungkus untuk sterilisasi dengan memakai :
Nampan terbuka yang ditutup dengna kantung sterilisasi yang tembus pandang.
Nampan yang berlubang dengan penutup yang dibungkus dengan kertas sterilisasi.
Bungkus secara individual dengan bungkus untuk sterilisasi yang dapat dibeli.
Proses sterilisasi
Pada kedokteran gigi, sterilisasi dapat dicapai melalui metode :
Pemanasan basah dengan tekanan tinggi (autoclave)
Pemanasan kering (oven)
Uap bahan kimia (chemivlave)
Metode sterilisasi yang tidak digunakan pada kedokteran gigi adalah gas etilen oksida dan radiasi
gamma (yang digunakan pada pabrik alat-alat dari plastik) dan filtrasi (yang digunakan untuk
mensterilkan obat suntik).
Pemanasan basah dengan tekanan tinggi
Siklus sterilisasi dari 134 derajat Celcius selama 3 menit pada 207 kPa untuk instrumen yang
dibungkus maupun yang tidak dibungkus. (2) Cara kerja dari autoclave sama dengan pressure cooker.
Uap jenuh lebih efisien membunuh mikroorganisme dibandingkan dengna perebusan maupun
pemanasan kering (oven). Sterilisasi dapat dilakukan pada suhu 121 derajat Celcius pada 15 psi

selama 15 menit atau 132 derajat Celcius pada 30 psi selama 3-7 menit untuk mensterilkan instrumen
yang tidak dibungkus, tambahkan 5 menit untuk instrumen yang dibungkus. Instrumen tersebut
dapat dibungkus dengan kain muslin, kertas, nilon, aluminium foil, atau plastik yang dapat
menyalurkan (permeable) uap. (1)
Pemanasan kering
Penetrasi pada pemanasan kering kurang baik dan kurang efektif dibandingkan dengan pemanasan
basah dengan tekanan tinggi. Akibatnya dibutuhkan temperatur yang lebih tinggi 160 derajat Celcius/
170 derajat Celcius dan waktu yang lebih lama (2 jam/1 jam) untuk proses sterilisasi. (2) Menurut
Nisengard dan Newman (1994) (1) suhu yang dipakai adalah 170 derajat Celcius selama 60 menit,
untuk alat yang dapat menyalurkan panas adalah 190 derajat Celcius, sedang untuk instrumen yang
tidak dibungkus 6 menit.
Sterilisasi uap bahan kimia
Kombinasi dari formaldehid, alkohol, aseton, keton, dan uap pada 138 kPa merupakan cara sterilisasi
yang efektif. Kerusakan mikroorganisme diperoleh dari bahan yang toksik dan suhu tinggi. Sterilisasi
dengan uap bahan kimia bekerja lebih lambat dari autoclave (30 lawan 15-20 menit pada 138-176
kPa selama 30 menit setelah tercapai suhu yang dikehendaki).
Prosedur ini tidak dapat digunakan untuk bahan yang dapat dirusak oleh bahan kimia tersebut
maupun oleh suhu yang tinggi. Umumnya tidak terjadi karatan apabila instrumen telah benar-benar
kering sebelum disterilkan karena kelembaban yang rendah pada proses ini sekitar 7-8%. Bahan
kimia yang dipakai adalah campuran dari alkohol, formaldehid, keton, aseton, dan air. Keuntungan
dari sterilisasi dengan uap bahan kimia adalah lebih cepat dibandingkan dengan pemanasan kering,
tidak menyebabkan karat pada instrumen atau bur dan setelah sterilisasi diperoleh instrumen yang
kering. Namun instrumen harus diangin-anginkan untuk mengeluarkan uap susa bahan kimia. (2)
Pembungkusan instrumen yang dianjurkan pada metoda ini adalah kain muslin, kertas, dan plastik
yang tembus (permeable) uap atau nilon. (1)
Penyimpanan dari alat-alat yang steril
Setelah sterilisasi, instrumen harus tetap steril hingga saat dipakai. Penyimpanan yang baik sama
penting dengan proses sterilisasi itu sendiri, karena penyimpanan yang kurang baik akan
menyebabkan instrumen tersebut tidak steril lagi. Lamanya sterilitas tergantung dari tempat dimana
instrumen itu disimpan dan bahan yang dipakai untuk membungkus. Daerah yang tertutup dan
terlindung dengan aliran udara yang minimal seperti pada lemari atau laci yang dapat dengan mudah
didesinfeksi. Pembungkus instrumen hanya boleh dibuka segera sebelum digunakan, apabila dalam
waktu 1 bulan tidak digunakan harus disterilkan ulang.
Disinfeksi dan antiseptik
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara
fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme
patogen. Disinfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat digunakan dan bahan ini
dinamakan antiseptik. (4)
Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada jaringan
hidup, sedang desinfeksi digunakan pada benda mati. Desinfektan dapat pula digunakan sebagai
antiseptik atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya.
Sebelum dilakukan desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat tersebut dari debris organik dan
bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat proses disinfeksi. (2)
Macam-macam desinfektan yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi : (2)
Alkohol
Etil alkohol atau propil alkohol pada air digunakan untuk mendesinfeksi kulit. Alkohol yang dicampur
dengan aldehid digunakan dalam bidang kedokteran gigi unguk mendesinfeksi permukaan, namun
ADA tidak menganjurkkan pemakaian alkohol untuk mendesinfeksi permukaan oleh karena cepat
menguap tanpa meninggalkan efek sisa.

Aldehid
Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang populer pada kedokteran gigi, baik tunggal
maupun dalam bentuk kombinasi. Aldehid merupakan desinfektan yang kuat.
Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk mendesinfeksi alat-alat yang tidak dapat disterilkan, diulas
dengan kasa steril kemudian diulas kembali dengan kasa steril yang dibasahi dengan akuades, karena
glutaraldehid yang tersisa pada instrumen dapat mengiritasi kulit/mukosa, operator harus memakai
masker, kacamata pelindung dan sarung tangan heavy duty.
Larutan glutaraldehid 2% efektif terhadap bakteri vegetatif seperti M. tuberculosis, fungi, dan virus
akan mati dalam waktu 10-20 menit, sedang spora baru alan mati setelah 10 jam.
Biguanid
Klorheksidin merupakan contoh dari biguanid yang digunakan secara luas dalam bidang kedokteran
gigi sebagai antiseptik dan kontrok plak, misalnya 0,4% larutan pada detergen digunakan pada
surgical scrub (Hibiscrub), 0,2% klorheksidin glukonat pada larutan air digunakan sebagai bahan
antiplak (Corsodyl) dan pada konsentrasi lebih tinggi 2% digunakan sebagai desinfeksi geligi tiruan.
Zat ini sangat aktif terhadap bakteri Gram(+) maupun Gram(-). Efektivitasnya pada rongga mulut
terutama disebabkan oleh absorpsinya pada hidroksiapatit dan salivary mucus.
Senyawa halogen
Hipoklorit dan povidon-iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan ion halide. Walaupun murah dan
efektif, zat ini dapat menyebabkan karat pada logam dan cepat diinaktifkan oleh bahan organik
(misalnya Chloros, Domestos, dan Betadine).
Fenol
Larutan jernih, tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk membersihkan alat yang
terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak oleh zat organik. Zat ini bersifat virusidal dan
sporosidal yang lemah. Namun karena sebagian besar bakteri dapat dibunuh oleh zat ini, banyak
digunakan di rumah sakit dan laboratorium.
Klorsilenol
Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan sebagai antiseptik,
aktifitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan penggunaannya terbatas sebagai desinfektan
(misalnya Dettol).
Desinfeksi permukaan
Disinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen pada benda mati. Disinfektan dibedakan
menurut kemampuannya membunuh beberapa kelompok mikroorganisme, disinfektan tingkat tinggi
dapat membunuh virus seperti virus influenza dan herpes, tetapi tidak dapat membunuh virus polio,
hepatitis B atau M. tuberculosis.
Untuk mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga desinfektan seperti iodophor,
derifat fenol atau sodium hipokrit :
Iodophor dilarutkan menurut petunjuk pabrik. Zat ini harus dilarutkan baru setiap hari dengan
akuades. Dalam bentuk larutan, desinfektan ini tetap efektif namun kurang efektif bagi kain atau
bahan plastik.
Derifat fenol (O-fenil fenol 9% dan O-bensil-P klorofenol 1%) dilarutkan dengan perbandingan 1 :
32 dan larutan tersebut tetap stabil untuk waktu 60 hari. Keuntungannya adalah efek tinggal dan
kurang menyebabkan perubahan warna pada instrumen atau permukaan keras.
Sodium hipoklorit (bahan pemutih pakaian) yang dilarutkan dengan perbandingan 1 : 10 hingga 1 :
100, harganya murah dan sangat efektif. Harus hati-hati untuk beberapa jenis logam karena bersifat
korosif, terutama untuk aluminium. Kekurangannya yaitu menyebabkan pemutihan pada pakaian dan
menyebabkan baru ruangan seperti kolam renang.
Untuk mendesinfeksi permukaan, umumnya dapat dipakai satu dari tiga desinfektan diatas. Tiap
desinfektan tersebut memiliki efektifitas tingkat menengah bila permukaan tersebut dibiarkan basah
untuk waktu 10 menit. (1)

Hasil cetakan (impressions)


Tekniker laboratorium gigi dan pasien lain sering kontak dengan mikroorganisme patogen dari cetakan
gigi, hasil cetakan (stone casts) dan lain-lain. ADA menganjurkan agar semua cetakan harus dicuci
untuk menghilangkan saliva, darah, dan debris, kemudian didesinfeksi sebelum dicor dengan dental
stone atau sebelum dikirim ke laboratorium.
Untuk bahan cetak dari alginate sebaiknya tidak direndam, tetapi di spray dengan desinfektan, lalu
dimasukkan dalam kantung plastik dan dibiarkan selama beberapa waktu sesuai dengan petunjuk
pabrik. (5)
Pembuangan sampah bekas praktek
Pembuangan barang-barang bekas pakai seperti sarung tangan, masker, tissue bekas dan penutup
permukaan yang terkontaminasi darah atau cairan tubuh harus ditangani secara hati-hati dan
dimasukkan dalam kantung plastik yang kuat dan tertutup rapat untuk mengurangi kemungkinan
orang kontak dengan benda-benda tersebut. Benda-benda tajam seperti jarum atau pisau scalpel
harus dimasukkan dalam tempat yang tahan terhadap tusukan sebelum dimasukkan dalam kantung
plastik. Jaringan tubuh juga harus mendapat perlakuan yang sama dengan benda tajam. (6)
Pembahasan
Pada orang-orang yang bekerja dalam bidang kedokteran gigi terjadi peningkatan resiko terkena
infeksi setelah merawat pasien. Penyebaran penyakit infeksi akibat pekernaan ini terjadi karena
sebagian mikroorganisme patogen pada manusia terdapat pada sekresi mulut. Sebagai akibat dari
kontak secara terus menerus dengan mikroorganisme yang terdapat pada darah dan saliva, insiden
dari beberapa penyakit infeksi secara bermakna terjadi paling banyak pada orang-orang yang bekerja
pada bidang kesehatan gigi bila dibandingkan dengan penduduk lainnya. Hepatitis B, tuberkulosis, dan
infeksi virus Herpes simplex merupakan penyakit infeksi yang paling sering terjadi.
Sebagian dari masalah terletak pada kenyataan bahwa banyak dokter gigi maupun asistennya tidak
menyadari adanya mikroorganisme patogen pada saliva dan darah selama melakukan perawatan.
Bahaya ini seringkali tidak disadari oleh karena percikan yang timbul dari mulut pasien tidak terlihat,
debris organik terlihat jernih tembus cahaya dan mengering sebagai lapisan jernih pada kulit, pakaian,
dan permukaan lainnya. Crawford mendemonstrasikan terjadinya percikan ini dengan jalan
mencelupkan jarinya dengan zat warna merah sebelum memulai perawatan, ternyata zat warna tadi
terpercik ke berbagai permukaan selama perawatan.
Pada evaluasi pasuen secara umum harus diperoleh data yang berisi nama, usia, jenis kelamin, suku,
status perkawinan, pekerjaan, alamat, dan nomor telepon. Riwayat penyakit yang pernah diderita
maupun yang sedang diderita, adanya penyakit keturunan harus dicatat, demikian pula keadaan sosial
ekonominya, pendidikannya, apakah ia pengguna narkoba atau peminum minuman keras, semua halhal tersebut harus diketahui. Hal ini karena dari data tersebut juga dapat diperoleh informasi bahwa
pasien tersebut merupakan orang yang beresiko tinggi terkena penyakit infeksi, seperti orang yang
bekerja di bidang kesehatan, tentara, imigran dari negara belum berkembang, dan orang yang hidup
atau bekerja pada suatu institusi. Sir William Osler bahkan mengatakan : Jangan pernah merawat
orang asing/orang yang tidak dikenal. (3)
Untuk pasien yang menderita penyakit infeksi seperti herpes, hepatitis B, mumps, cacar air, dan lainlain sebaiknya perawatan ditunda hingga pasien sembuh, kecuali dalam keadaan darurat seperti
pulpitis akut atau gangren dimana atap pulpa masih tertutup sehingga pasien sangat menderita
kesakitan maka pasien dijadwalkan sebagai pasien terakhir dan kita harus melakukan tindakan
pencegahan lengkap termasuk pemakaian rubber dam.
Tangan dokter gigi dan perawat gigi dapat merupakan alat yang efektif untuk menularkan infeksi
dari pasien ke pasien yang lain. Teknik mencuci tangan yang sederhana dapat merupakan cara yang
paling efektif untuk mencegah infeksi yang didapat dari rumah sakit/praktek dokter gigi.
Surgical scrub yang merupakan pembersihan yang sistematis pada semua permukaan tangan dan
jari-jari dengan desinfektan untuk waktu beberapa menit yang diikuti dengan pengeringan dengan
handuk steril dan pemakaian sarung tangan dilakukan sebelum memegang jaringan atau peralatan

yang steril. Pencucian tangan yang standar dilakukan sebelum dan sesudah merawat pasien dengan
jalam membersihkan seluruh permukaan tangan dengan desinfektan selama 10-20 detik yang diikuti
dengan pengeringan. (4)
Semmelweis dan Lister secara terpisah mengemukakan mengenai pentingnya pencucian tangan yang
berulang-ulang dalam usaha mencegah penyebaran mikroorganisme dari satu orang ke orang lain.
Sarung tangan karet diperkenalkan untuk pertama kalinya oleh Prof. William Halstead, seorang ahli
bedah pada Johns Hopkins University pada tahun 1890. ADA pada tahun 1976 menganjurkan
pemakaian sarung tangan sekali pakai (disposable) untuk melindungi orang-orang yang bekerja pada
bidang kedokteran gigi terhadap mikroorganisme patogen yang terdapat dalam darah. (7)
Apabila kita tiba-tiba harus memegang benda atau alat seperti membuka laci atau lemaru untuk
mengambil botol medikamen atau memegang gagang telepon, maka harus melapis sarung tangan
dengan sarung tangan yang biasa dipakai untuk mempersiapkan makanan dan dipakai untuk 1 orang
pasien saja, agar saliva atau darah yang melekat pada sarung tangan tidak mengkontaminasi alat-alat
tersebut.
Aerosol dan percikan dapat mengkontaminasi baju kerja dokter gigi dan asistennya. Baju praktek
harus dipakai untuk mencegah terjadinya kontaminasi pada pakaian dokter gigi. Untuk mencegah
penyebaran penyakit infeksi pada keluarga, baju praktek harus dilepas di tempat praktek dan dicuci
secara terpisah dari pakaian lainnya. (3)
Efisiensi masker dalam mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam saluran pernafasan tergantung
dari bahannya dan lamanya pemakaian. (8) Masker yang menutupi mulut dan hidung dapat
mengurangi masuknya mikroorganisme infeksius yang terdapat pada aerosol ke dalam saluran nafas.
Masker juga dapat melindungi membran mukosa dari mulut dan hidung terhadap kontaminasi
langsung. Bila masker dipakai lebih dari 20 menit, permukaan luarnya akan menjadi tempat
perlekatan bagi bakteri patogen dan bukannya menjadi barrier, oleh karena itu dianjurkan untuk
memakai 1 masker untuk tiap pasien.
Selama merawat pasien, partikel besar dari debris dan saliva dapat tersembur pada wajah dokter gigi.
Partikel ini dapat mengandung konsentrasi tinggi dari bakteri dan secara fisik dapat melukai mata.
Untuk ini kacamata pelindung harus dipakai, bukan hanya untuk mencegah terjadinya luka, tetapi
juga untuk mencegah terjadinya infeksi, oleh karena mata dapat menjadi port dentree bagi masuknya
mikroorganisme ke dalam tubuh.
Kacamata dapat memberi perlindungan pada bagian atas dan bagian sisi, dan beberapa model dibuat
sehingga dapat dipakai di luar kacamata baca, selain kacamata dapat pula dipakau pelindung wajah
yang terbuat dari plastik jernih (face shield). Kacamata yang terkontaminasi harus dicuci dengan air
dan sabun, bilas sampai bersih dan disterilkan bila mungkin atau didesinfeksi dengan bahan yang
tidak merusak. (3)
Banyak dokter gigi yang mengalami luka tusuk dan 88% melaporkan bahwa pernah terpercik
wajahnya dengan cairan tubuh pasien. Dalam suatu penelitian di Pulau Karibia, Jamaika dilaporkan
bahwa banyak terjadi luka tusuk dan percikan darah atau cairan tubuh pada wajah. Walaupun
terjadinya infeksi melelui cara tersebut sedikit untuk infeksi HIV dan hanya sekitar 12-20% untuk
hepatits B setelah terjadi luka tusuk, para dokter gigi harus waspada dan hati-hati dalam menangani
benda-benda tajam dan memakai high vacuum suction, mengatur posisi pasien, memakai rubber dam
dan masker serta kacamata pelindung. (8)
Kualitas air dalam unit gigi sangat penting bagi orang-orang yang bekerja dalam bidang kedokteran
gigi, karena mereka sering kontak dengan air dan aerosol yang berasal dari unit gigi. Kuman yang
terdapat dalam air dari unit gigi dapat menyebabkan antara lain pneumonia, infeksi saluran
pernafasan yang menyerupai flu ringan, dan yang agak jarang terjadi adalah infeksi pada luka oleh
Legionella pneumophila dan Mycobacterium avium yang dapat menyebabkan infeksi yang menyebar
pada orang yang seropositif HIV setelah tertelan dan berkembang biak pada saluran pencernaan.
Untuk mencegah kontaminasi pada air dari unit gigi ADA, CDC, dan BDC menganjurkan sebelum
memulai praktek saluran air pada hand-piece, three way syringe , dan ultrasonic scaller tersebut

harus di-flush selama beberapa menit untuk mengurangi akumulasi organisme yang terjadi selama 1
malam. (9)
Menurut Nisengard dan Newman (1) saluran air pada unit gigi harus di-flush selama 2 menit sebelum
mulai praktek dan 20-30 detik sebelum merawat tiap pasien.
Imunisasi harus dilakukan oleh semua orang yang bekerja dalam bidang kedokteran gigi yang
mencakup tiga hal yaitu imunisasi diberikan pada awal masa kerja, pemeberian imunisasi ulangan
untuk beberapa jenis penyakit yang memerlukan imunisasi ulangan, pemberian imunisasi dan
kemoterapi pada saat kontak dengan penyakit. (6) Adapun imunisasi tersebut antara lain adalah
terhadap penyakit mumps, measles dan rubella (MMR), diphteri, pertusis dan tetanus (DPT),
influenza, poliomyelitis, tbc(BCG) dan hepatitis B.
Vaksin yang terbaru untuk hepatitis B adalah Recombivax HB (H-B-VAX II), vaksin diberikan dalam 3
rangkaian suntikan (0, 1, 6 bulan), ini ternyata meningkatkan pembentukan anti-HBs pada lebih dari
99% orang yang berusia 20-29 tahun dan dianggap lebih baik dalam merangsang pembentukan titer
anti-HBs yang tinggi. (6)
Hepatitis B immune globulin (HBIG) efektif sebagai tindakan perlindungan selama 3-6 bulan terhadap
HBV dan digunakan hanya bila terjadi kontak dengan darah yang diduga mengandung virus hepatitis
B, baik melalui kulit maupun membran mukosa. Imunisasi pasif dengan HBIG harus diberikan dalam
waktu kurang dari 48 jam setelah kontak dengan darah yang mengandung virus hepatitis B, kemudian
diberikan vaksinasi lengkap terhadap hepatitis B yang diberikan dalam waktu kurang dari 7 hari
setelah kecelakaan tersebut sebagai dosis I. (11)
Menurut Appleton yang dikutip Molinari (2000), secara umum sterilisasi panas adalah merupakan
pilihan utama mengingat cara pemakaiannya yang sederhana, ekonomis, dan efektif. Bila secara fisik
tidak digunakan karena akan merusak bahan/alat yang akan disterilkan, dapat digunakan bahan kimia
sebagai gantinya. (7)
Karena tidak mungkin mencapai keadaan asepsis sempurna untuk semua permukaan dan alat-alat
selama prosedur perawatan gigi, namun paling tidak harus dilakukan tindakan dekontaminasi dari
alat-alat yang dapat merupakan sumber dari penyebaran penyakit infeksi seperti pegangan lampu,
tombol-tombol pengatur pada unit gigi, pegangan lemari, sandaran kepala, dan sandaran lengan pada
kursi unit. Untuk ini dibutuhkan disinfektan yang dapat membunuh M. tuberculosis dan virus.
Disinfektan ini mengandung campuran fenol-klor, bersifat tuberocidal dan dapat merusak virus yang
lipophilic.
Dengan menutupi alat/benda-benda yang tak dapat disterilkan dapat mengurangi kebutuhan untuk
desinfeksi misalnya baki instrumen, ujung alat three way syringe, alat penghisap saliva/darah,
tombol-tombol pada unit gigi, pegangan lampu, ujung alat untuk menyinari tumpatan gigi, sandaran
kepala, dan lain-lain dengan bib, plastik atau aluminium foil sekali pakai untuk tiap pasien.
Untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit infeksi bagi tekniker gigi, hasil cetakan gigi atau
stone casts, harus dicuci dengan air mengalir untuk membersihkannya dari saliva, debris dan darah
kemudian direndam dalam desinfektan atau disemprot dengan disinfektan sebelum dikirim ke
laboratorium, begitu pula prostesis sebelum dipasang dalam mulut pasien harus didisinfeksi terlebih
dulu dengan desinfektan yang sesuai dengan bahan dari protesa tersebut. (1) Menurut Merchant dan
Mollinari, bahan disinfektan yang paling baik untuk prostesis adalah iodophors selama 10 menit. (3)
Kesimpulan dan Saran
Tujuan utama dari tindakan pencegahan penyebaran penyakit infeksi adalah untuk mengurangi resiko
kontak dengan mikroorganisme patogen dan menciptakan lingkungan kerja yang aman, baik untuk
pasien maupun untuk orang-orang yang bekerja dalam bidang kedokteran gigi.
Riwayat kesehatan pasien atau pemeriksaan fisik saja tidak dapat mengidentifikasi pasien yang
menderita penyakit infeksi, dimana individu yang kelihatan sehat bahkan hasil pemeriksaan
laboratoriumnya menunjukkan hasil negatif. Oleh karena itu semua pasien yang datang harus
dianggap memiliki mikroorganisme patogen dan semua tindakan pencegahan penyebaran penyakit
infeksi harus dilakukan.

Sumber : Ratna I. Sunoto


diringkas dari jurnal dalam www.pdgi-online.com)

Anda mungkin juga menyukai