Kredit Investasi
Kredit investasi adalah merupakan alternatif pendanaan jangka panjang yang
umumnya disediakan oleh kalangan perbankan selain kredit modal kerja
( pendanaan jangka pendek ) yang selama ini kita kenal.
Keputusan perusahaan untuk memanfaatkan kredit investasi ini hendaknya
mempertimbangkan faktor-faktor berikut ini :
a.
Kelayakan jenis investasi yang akan dilaksanakan.
b.
Pola cashflow dari investasi yang akan dilaksanakan
c.
Lamanya jangka waktu kredit
d.
Besarnya pengembalian pinjaman setiap periodenya
e.
Tingkat suku bunga yang dipersyaratkan
f.
Persyaratan mengenai pelunasan kredit sebelum jatuh tempo yang
biasanya dalam bentuk penalty.
Contoh :
Perusahaan Mandiri menandatangani perjanjian kredit investasi dengan Bank
Mapan senilai Rp. 1 milyar pada pertengahan tahun 2004 untuk jangka waktu 5
tahun dengan tingkat suku bunga sebesar 16% per tahun dengan persyaratan
tambahan bahwa pelunasan sebelum jatuh tempo akan dikenakan penalty sebesar
2% dalam bentuk bunga per tahun. Pada pertengahan tahun 2007 ini, perusahaan
mendapatkan tawaran kredit dari Manhattan Bank dengan tingkat suku bunga
sebesar 13,5% per tahun.
Apabila perusahaan tetap meneruskan kreditnya pada Bank Mapan, maka bunga
yang harus dibayar adalah :
Bunga
= 2 x 16% x Rp. 1 milyar
= Rp. 320 juta
Andaikan sekarang perusahaan punya niat menerima tawaran Manhattan
Bank, maka denda yang harus dibayar ke Bank Mapan dan bunga yang harus
dibayar ke Manhattan Bank oleh perusahaan Mandiri adalah :
Denda
= Rp. 40 juta
Bunga
= 2 x 13,5% x Rp. 1 milyar = Rp. 270 juta
Total
= Rp. 310 juta
KREDIT INVESTASI, OBLIGASI, SAHAM
Arranged by. Laksmi Kusumawardhani
FINANCIAL MANAGEMENT
PENDANAAN JANGKA PANJANG
Dari ilustrasi diatas, maka dapatlah disimpulkan bahwa alternatif menerima
tawaran Manhattan Bank akan lebih menguntungkan bagi perusahaan Mandiri.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah mengapa Bank Mapan mengenakan
penalty dalam pelunasan kredit sebelum jatuh tempo ?
Hal ini dikarenakan Bank Mapan harus berupaya untuk menjual kembali dana dari
perusahaan Mandiri tersebut agar dapat menghasilkan return.
2.
Hipotek ( Mortgage )
Hipotek adalah merupakan alternatif pendanaan jangka panjang dalam bentuk
hutang yang biasanya harus disertai dengan agunan berupa aktiva tidak bergerak
( tanah, bangunan ). Dalam hal terjadinya likuidasi perusahaan yang mempunyai
hutang, maka kewajiban kreditur harus dipenuhi terlebih dahulu dari hasil
penjualan aktiva yang dijadikan sebagai agunan tersebut.
3.
Obligasi
Obligasi merupakan surat tanda hutang, dan umumnya tidak dijamin dengan
aktiva tertentu. Oleh karenanya kalau perusahaan bangkrut, pemegang obligasi
akan diperlakukan sebagai kreditur umum.
Dalam Obligasi, akan mencantumkan :
a.
Nilai pelunasan atau face value
b.
Jangka waktu pelunasan
c.
Bunga yang dibayarkan ( coupon rate )
d.
Berapa kali dalam satu tahun bunga tersebut dibayarkan
Tipe obligasi konvensional mempunyai dampak resiko baik bagi pemilik
maupun penerbit obligasi. Resiko ini biasanya dikaitkan dengan tingkat suku
bunga. Artinya, apabila suku bunga naik maka harga obligasi akan turun ( dalam
kondisi ini pemilik obligasi akan rugi ). Akan tetapi apabila tingkat suku bunga
turun, maka harga obligasi akan mengalami kenaikan ( dalam kondisi yang
demikian ini penerbit obligasi akan rugi ).
Dalam rangka untuk meminimalisir kerugian yang dialami oleh perusahaan
penerbit obligasi yang disebabkan karena menurunnya tingkat suku bunga,
penerbit obligasi kemudian menawarkan :
a.
Obligasi dengan suku bunga mengambang ( floating rate ).
Misalnya, suku bunga obligasi ditentukan sebesar sama dengan suku bunga
rata-rata deposito jangka waktu 6 bulan pada bank pemerintah ditambah
dengan 1,00%.
FINANCIAL MANAGEMENT
PENDANAAN JANGKA PANJANG
b.
FINANCIAL MANAGEMENT
PENDANAAN JANGKA PANJANG
2.
FINANCIAL MANAGEMENT
PENDANAAN JANGKA PANJANG
Dengan menggunakan formulasi berikut, maka tingkat keuntungan yang
diharapkan dari obligasi dengan warrant tersebut adalah
5
130
1.000
130
1.000 =
+
+
t = 1 (1+i )t
(1+i)5
(1+i)5
Dari perhitungan diatas akan diperoleh nilai i sebesar 17,25%
Dari contoh ilustrasi diatas, dapat disimpulkan bahwa apabila harga saham di
bawah Rp. 11.000,- maka tingkat keuntungan akan lebih kecil dari 17,25% dan
apabila harga saham lebih besar dari Rp. 11.000,- maka tingkat keuntungan akan
lebih besar dari 17,25%. Dalam hal ini para pemegang saham akan menerima
keuntungan minimal sebesar 13% ( sebesar coupon rate-nya ).
Apabila kita mau menaksir nilai warrant dengan menggunakan konsep teori
opsi dari Black and Scholes, maka akan diperoleh nilai seperti nampak dalam
ilustrasi perhitungan berikut ini. Diasumsikan bahwa deviasi standar perubahan
harga ( a ) saham sebesar 0,20 dan tingkat bunga bebas resiko sebesar 10% per
tahun.
Langkah 1 :
Kalikan deviasi standar perubahan harga saham dengan akar dari jangka waktu
opsi jatuh tempo :
0,20 x 5
= 0,45
Langkah 2 :
Hitung rasio nilai saham dengan PV exercise opsi
PV harga exercise
= 8.000 / ( 1 + 0,1 )5
= Rp. 4.967,Rasio = 6.000 : 4.967
= 1,20
Langkah 3 :
Dari tabel A-4 kita akan menemukan harga opsi call sebesar 25,94 persen ( lihat
sumbu tegak angka 0,45 dan sumbu datar 1,20 ) dari harga saham saat ini atau
sebesar 25,94% x Rp. 6.000,- = Rp. 1.554,Langkah 4 :
Kalikan nilai call tersebut dengan 100, karena warrant tersebut memberikan hak
untuk membeli saham
Nilai warrant = 100 x Rp. 1.554,- = Rp. 155.400,-
FINANCIAL MANAGEMENT
PENDANAAN JANGKA PANJANG
Apakah warrant tersebut menarik untuk dibeli oleh calon investor ?
Jawabannya adalah ya !
Perhatikan ilustrasi perhitungan dibawah ini :
Nilai obligasi seandainya tanpa warrant sebesar :
5
Po
130.000
=
t=1
130.000
+
(1+0,15 )1
Rp. 932.960,-
(1+0,15)5
Dari ilustrasi perhitungan diatas, maka selisih harga obligasi seandainya tanpa
warrant akan sebesar Rp. 67.040,- berasal dari ( Rp. 1.000.000,- - Rp. 932.960,- ).
Dan apabila dibandingkan dengan harga obligasi yang menggunakan warrant akan
lebih menguntungkan, karena disini calon investor akan mendapatkan keuntungan
sebesar Rp. 155.400,- > Rp. 67.040,-. Dengan demikian warrant tersebut akan
tetap menarik dimata calon investor.
Penambahan jumlah lembar saham yang tanpa disertai dengan pemasukan
modal sesuai dengan harga saham yang berlaku saat itu, akan mengakibatkan
penurunan harga saham dan sebagai akibatnya nilai call dan juga warrant juga
akan turun. Fenomena ini disebut sebagai dilusi .
4.
Obligasi Konversi
Obligasi konversi ( Convertible Bonds / CB ) merupakan obligasi yang dapat
dikonversikan ( dirubah ) menjadi saham biasa. Pemilik obligasi konversi akan
memiliki obligasi dan opsi call atas saham perusahaan.
Misalkan : Perusahaan Mandiri diatas menerbitkan obligasi konversi dengan nilai
nominal Rp. 1.000.000,- per lembar dan membayarkan coupon rate 14% per
tahun, yang dapat dikonversikan menjadi saham biasa pada lima tahun yang akan
datang. Setiap lembar obligasi konversi dapat dikonversikan menjadi 100 lembar
saham biasa.
Andaikan pada akhir tahun kelima, harga per lembar saham biasa mencapai
lebih dari Rp. 10.000,- maka para pemegang obligasi akan mengkonversikannya
menjadi saham biasa. Akan tetapi apabila harga saham di bawah Rp. 10.000,mereka mungkin akan memilih untuk menguangkan obligasi tersebut.
Dari contoh diatas, ratio konversi sebesar 100, dan harga konversi sebesar
Rp. 10.000,-. Apabila harga saham saat sekarang ini sebesar Rp. 8.000,- per
lembar, maka nilai konversi akan menjadi sebesar 100 x Rp. 8.000,= Rp. 800.000,-
FINANCIAL MANAGEMENT
PENDANAAN JANGKA PANJANG
Apabila jangka waktu pelunasan obligasi adalah 5 tahun, sedangkan obligasi
yang ekuivalen dengan obligasi tersebut memberikan coupon rate sebesar 15%,
maka nilai obligasi akanh menjadi :
5
Nilai Obligasi
140.000
=[
t=1
1.000.000
] +
(1+0,15 )t
Rp. 966.520,-
(1+0,15)5
Andaikan harga pasar obligasi sebesar Rp. 980.000,-, maka premi konversi
adalah sebesar Rp. 980.000,- - Rp. 966.480,- = Rp. 13.520,Permasalahan yang kemudian muncul adalah Bagaimana cara menilai
menarik tidaknya tawaran obligasi konversi tersebut di mata calon investor?
Jawabannya adalah sangat sederhana, yakni dengan menggunakan teori opsi call.
Misalkan : harga saham Perusahaan Mandiri Rp. 7.000,- per lembar, dan obligasi
dapat ditukar dengan 100 lembar saham. Nilai nominal ( pelunasan ) obligasi
sebesar Rp. 1.000.000,-. Dengan demikian exercise price-nya sebesar Rp. 10.000,( Rp. 1.000.000,- : 100 ). Andaikan deviasi standar ( ) perubahan harga saham
ditaksir sebesar o,20 dan risk free rate sebesar 10% per tahun
Dengan menggunakan model Black and Scholes, maka kita dapat menaksir
nilai opsi call sebagai berikut :
Langkah 1 :
Kalikan deviasi standar perubahan harga saham dengan akar dari jangka waktu
opsi jatuh tempo :
0,20 x 5
= 0,45
Langkah 2 :
Hitung rasio nilai saham dengan PV exercise opsi
PV harga exercise
= 10.000 / ( 1 + 0,1 )5
= Rp. 6.209,Rasio = 7.000 : 6.209
= 1,12
Langkah 3 :
Dari tabel A-4 kita akan menemukan harga opsi call sebesar 22,7 persen ( lihat
sumbu tegak angka 0,45 dan sumbu datar 1,12 ) dari harga saham saat ini atau
sebesar 22,7% x Rp. 7.000,- = Rp. 1.589,-
FINANCIAL MANAGEMENT
PENDANAAN JANGKA PANJANG
Langkah 4 :
Konversikan nilai call tersebut sesuai dengan rasio konversinya, karena obligasi
tersebut dapat dikonversikan menjadi 100 saham, maka nilai call 100 saham
adalah :
Nilai call = 100 x Rp. 1.589,- = Rp. 158.900,Dari ilustrasi perhitungan diatas, maka selisih harga obligasi seandainya tanpa
konversi akan sebesar Rp. 33.520,- berasal dari (Rp. 1.000.000,- - Rp. 966.480,-).
Dan apabila dibandingkan dengan harga obligasi yang menggunakan konversi
akan lebih menguntungkan dibandingkan dengan obligasi yang tanpa konversi.
Hal ini disebabkan karena obligasi yang setara menawarkan coupon rate 15%, dan
nilai obligasi ( dengan coupon rate hanya 14% ). Artinya terlampau mahal sebesar
Rp. 33.520,- apabila tidak mempunyai hak konversi. Dengan demikian tawaran
obligasi konversi tersebut cukup menarik bagi calon investor karena nilai hak
sebesar Rp. 158.900,- > Rp. 33.520,- nilai cost yang harus dibayar.
5.
Saham Preferen
Saham preferen adalah saham yang memberikan deviden yang tetap besarnya.
Besarnya deviden yang diterima oleh pemegang saham preferen tidak dipengaruhi
oleh laba yang diperoleh oleh perusahaan. Dalam hal ini deviden saham preferen
dilakukan terhadap laba setelah pajak. Misalnya nilai nominal saham sebesar
Rp. 1.000,- dengan memberikan deviden rate sebesar 16%, maka pemegang
saham prederen akan memperoleh deviden sebesar Rp. 160,Pemegang saham preferen adakalanya tidak menerima pembagian deviden
setiap tahun. Artinya, apabila perusahaan mengalami kerugihan pada tahun lalu,
maka pembagian deviden oleh perusahaan sementara waktu akan ditunda dan
akan diberikan manakala perusahaan mengalami keuntungan pada periode tahun
berikutnya. Dalam kondisi yang demikian ini, maka perusahaan akan memberikan
deviden secara kumulatif
Dalam hal diadakannya Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ), pemegang
saham preferen ini tidak berhak memberikan suara.
6.
FINANCIAL MANAGEMENT
PENDANAAN JANGKA PANJANG
b.
FINANCIAL MANAGEMENT
PENDANAAN JANGKA PANJANG
INTERN
PERUSAHAAN
BAPEPEM
Penyampaian Pernyataan
Penyampaian Pernyataan
Oleh Emiten
Oleh Emiten
Expose di BAPEPAM
Expose di BAPEPAM
Tanggapan
Tanggapan
Komentar Tertulis Dalam
Komentar Tertulis Dalam
waktu 45 hari
waktu 45 hari
Pendaftaran Efektif
Pendaftaran Efektif
Rencana Go Public
Rencana Go Public
Penunjukkan
Penunjukkan
Underwriter
Underwriter
Persiapan Dokumen
Persiapan Dokumen
Kontrak Pendahuluan
Kontrak Pendahuluan
( ISX ) di BEJ
( ISX ) di BEJ
Public Expose
Public Expose
EMISI
EMISI
PASAR
PRIMER
( IPO )
SESUDAH EMISI
SESUDAH EMISI
PASAR
SEKUNDER
PELAPORAN
Perdagangan
Perdagangan
Pencatatan
Pencatatan
Penawaran oleh
Penawaran oleh
Underwriter
Underwriter
Penjatahan Pada Investor
Penjatahan Pada Investor
Penyerahan Efek Pada
Penyerahan Efek Pada
Investor
Investor
Laporan
Laporan
Berkala
Berkala
Laporan
Laporan
Kejadian
Kejadian
Penting
Penting
FINANCIAL MANAGEMENT
PENDANAAN JANGKA PANJANG
PROFESI
PROFESI
PENUNJANG
PENUNJANG
LEMBAGA
LEMBAGA
PENUNJANG
PENUNJANG
PENAWARAN
PENAWARANUMUM
UMUM
( (PENAWARAN
PENAWARANPERDANA
PERDANA) )
BAPEPAM
BAPEPAM
EE
MM
II
TT
EE
NN
Contoh :
PT. NAROTAMA Tbk. berencana akan menerbitkan obligasi dengan nilai
nominal Rp. 1.000.000,- untuk jangka waktu 5 tahun. Obligasi dirawarkan sesuai
dengan nilai nominal dan memberikan coupon rate sebesar 12% per tahun.
Di pasar, obligasi yang ekuivalen ditawarkan dengan coupon rate 15% dan terjual
sesuai
dengan
nilai
nominalnya.
Melihat
kondisi
seperti
ini,
PT. NAROTAMA Tbk. kemudian memutuskan untuk menyertakan warrant
dalam menawarkan obligasi tersebut dengan ketentuan setiap satu lembar obligasi
berhak untuk membeli 50 lembar saham dengan harga Rp. 8.000,- pada lima tahun
yang akan datang. Andaikan harga pasar saham tersebut sebesar Rp. 10.000,- lima
tahun yang akan datang, berapakah tingkat keuntungan yang diperoleh pembeli
obligasi ?
Jawab :
Jawabannya cukup sederhana, karena dengan harga saham sebesar Rp. 10.000,maka investor akan memperoleh keuntungan sebesar Rp. 2.000,- per lembar
saham. Dengan demikian total keuntungan yang didapatkan dari warrant dalam
bentuk saham ini menjadi = 50 x Rp. 2.000,- = Rp. 100.000,-
FINANCIAL MANAGEMENT
PENDANAAN JANGKA PANJANG
Pola arus kas yang diharapkan oleh investor dengan membeli obligasi tersebut
dapat dilihat dalam ilustrasi perhitungan berikut ini.
Tahun
Arus Kas
0
(1.000.000 )
1
120.000
2
120.000
3
120.000
4
120.000
5
120.000
1.000.000
100.000
Dengan menggunakan formulasi berikut, maka tingkat keuntungan yang
diharapkan dari obligasi dengan warrant tersebut adalah
5
120
1.000
100
1.000 =
+
+
t = 1 (1+i )t
(1+i)5
(1+i)5
Tahun
0
1
2
3
4
5
Cash
Flow
(1.000)
120
120
120
120
120
1.000
100
DF
(12%)
1
0,893
0,797
0,712
0,635
0,567
0,567
0,567
PV of
(12%)
(1.000)
107,16
95,64
85,44
76,2
68,04
567
56,7
56,18
DF
(15%)
1
0,869
0,756
0,657
0,572
0,497
0,497
0,497
PV of
(15%)
(1.000)
104,28
90,72
78,84
68,64
59,64
497
49,7
(51,18)
NPV
i
= i +
= 12%
= 12%
= 12%
= 12%
( i i )
NPV NPV
56,18
+
( 15% - 12% )
56,18 + 51,18
56,18
+
( 3% )
107,36
+ 0,523 ( 3% )
+ 1,57%
FINANCIAL MANAGEMENT
PENDANAAN JANGKA PANJANG
= 13,57%
Dari perhitungan diatas akan diperoleh nilai i sebesar 13,57%
Dari contoh ilustrasi diatas, dapat disimpulkan bahwa apabila harga saham di
bawah Rp. 10.000,- maka tingkat keuntungan akan lebih kecil dari 13,57% dan
apabila harga saham lebih besar dari Rp. 10.000,- maka tingkat keuntungan akan
lebih besar dari 13,57%. Dalam hal ini para pemegang saham akan menerima
keuntungan minimal sebesar 12% ( sebesar coupon rate-nya ).