Kajian Debit Banjir
Kajian Debit Banjir
Ir. Nur Arifaini, MS, 1Ir. Kartini Susilowati, MT, 1Dr. Dyah Indriana, ST,M.Sc
dan 2Amril Maruf Siregar,ST
1
Konsultan Sipil
Perum Tanjung Raya Permai Blok A No. 3 Bandar Lampung
email :amril_regar@yahoo.co.id
ABSTRAK
Kabupaten Tulang Bawang merupakan salah satu kabupaten yang ada di Propinsi
Lampung yang mempunyai potensi sumber daya air yang sangat besar. Hal ini teridentifikasi
dengan kondisi hidrologis yang dipengaruhi Daerah Aliran Sungai (DAS) Tulang Bawang yang
mempunyai kondisi fisiografi di hulu berupa pegunungan, perbukitan, dan ditengah dataran
rendah bergelombang, serta di hilir dataran rendah hingga daerah rawa. Sungai Tulang Bawang
selain banyak membawa manfaat, seringkali juga mendatangkan bencana, yaitu banjir yang
hampir setiap tahun terjadi. Banjir yang terjadi diakibatkan perubahan tataguna lahan di hulu
dan Kawasan DAS serta fenomena alam yang bisa menyebabkan kerugian-kerugian yang
berupa harta dan jiwa. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi banjir di daerah ini
adalah mengkaji fenomena dan kondisi tingkat kerawanan banjir di daerah Tulang Bawang
dengan menggunakan pendekatan hidrologis melalui metode penelusuran banjir yang dikenal
dengan metode kinematis Muskingum. Hasil dari kajian ini nantinya diharapkan dapat
memberikan suatu alternatif solusi penanganan yang optimal dengan melakukan pendekatan
pada kondisi hidrologis DAS Tulang Bawang. Nilai X ditentukan antara 0,2 sampai 0,3 dan
nikai K diperoleh dengan menentukan range antara 0 ,5 sampai 5,9, maka akan didapatkan
debit banjir pada setiap stasiun. Debit banjir maksimum hasil perhitungan Muskingum terjadi
pada STA 5 sebesar 1577,08 m3 /dtk dengan nilai X = 0,3 dan K = 1,75. Selain tu debit banjir
juga dihitung di daerah Rawa Cakat yang mengalami penimbunan Jalan intas Timur Sumatera.
Dari hasil perhitungan, didapatkan tinggi muka air pada elevasi+ 6,846 m atau lebih tinggi
1,098 meter dari elevasi simulasi tanpa adanya jalan lintas timur yaitu +5,748 m.
Kata kunci : sungai, banjir, debit, nilai x dan k, jalan lintas timur
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Tulang Bawang merupakan salah satu kabupaten yang ada di Propinsi
Lampung yang mempunyai potensi sumber daya air yang sangat besar. Hal ini teridentifikasi
dengan kondisi hidrologis yang dipengaruhi Daerah Aliran Sungai (DAS) Tulang Bawang yang
mempunyai kondisi fisiografi di hulu berupa pegunungan, perbukitan, dan di tengah dataran
ISBN : 978-979-1165-74-7
XI - 196
Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008
rendah bergelombang, serta di hilir dataran rendah hingga daerah rawa. Disamping itu
Kabupaten Tulang Bawang memiliki wilayah seluas 7.770,84 Km2 merupakan dataran rendah
bergelombang dan rawa-rawa dengan Sungai Tulang Bawang sebagai salah satu potensi utama
yang diandalkan oleh Kabupaten ini. Sungai Tulang Bawang selain banyak membawa manfaat,
seringkali juga mendatangkan bencana, yaitu banjir yang hampir setiap tahun terjadi. Banjir
yang terjadi diakibatkan perubahan tataguna lahan di hulu dan Kawasan DAS serta fenomena
alam yang bisa menyebabkan kerugian-kerugian berupa harta dan jiwa. Pada bulan Januari
sampai dengan Februari 2003, terjadi bencana alam banjir yang menenggelamkan areal sawah
petani di sepanjang dataran Tulang Bawang yang mengakibatkan petani mengalami gagal
panen, dan pada 10 sampai 20 Januari 2005 serta berulang kembali tanggal 27 sampai 29
Januari 2005 terjadi bencana banjir yang merusak beberapa infrastruktur pengairan, jalan dan
permukiman serta fasilitas umum lainnya bahkan penurunan pasokan beras yang drastis
sehingga merugikan para petani. Banjir merupakan kendala cukup serius bagi kelangsungan
pembangunan di daerah ini.
ISBN : 978-979-1165-74-7
XI - 197
Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008
2. METODE PENELITIAN
2.1 Tempat Penelitian
Tempat penelitian yang digunakan adalah Daerah Aliran Sungai (DAS) Tulang Bawang
yaitu pada bagian pertemuan Way Kiri dan Way Kanan hingga Kota Menggala sepanjang 25 km
dengan membagi lokasi menjadi 10 bagian per 2,5 km.
Lokasi pertemuan
Way Kiri Way Kanan
Lokasi Banjir
= KX (I O )
ISBN : 978-979-1165-74-7
........................................................ 1
XI - 198
Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008
= KO
........................................................ 2
= Sw + Sp
= KX (I O) + KO
= K [XI + (1 X) O]
........................................................ 3
........................................................ 4
Dengan :
b/a
m/n
....................................................... 5
....................................................... 6
........................................................ 7
dengan :
C0 = ( t 2KX) / [2K (1 X) + t]
........................................................ 8
C1 = ( t + 2KX) / [2K (1 X) + t]
........................................................ 9
C2 = [2K (1 X) - t / [2K (1 X) + t]
........................................................ 10
Pemilihan t (routing period) ditetapkan sedemikian sehingga diperoleh hidrograf yang baik.
Nilai t biasanya diambil :
2KX
t K
....................................................... 11
XI - 199
Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008
dengan perumusan yang ada karena ketiadaan data pengukuran debit pada bagian hilir sungai.
Nilai X dan K ditentukan dengan cara coba coba dengan menetapkan range untuk kedua
koefisien tersebut. X adalah nilai yang menunjukkan kemiringan suatu sungai. Semakin curam
kemiringannya, maka nilai X semakin besar. Pada umumnya nilai X bekisar antara 0,1 0,3.
Sedangkan K adalah harga dengan satuan waktu dan juga disebut koefisien penampungan yang
kirakira sama dengan waktu perpindahan banjir dalam bagian sungai yang ditinjau. (Suyono
Sosrodarsono).
: Q = 4,964 (H 0,772)2,613
Way Rarem
: Q = 0,079 (H 2,43)3,589
Way Abung
: Q = 1,142 (H - 0,862)3,886
Sumber : Data Debit Harian, Dinas Pengairan Kabupaten Lampung Utara, 2006
Analisis hidrograf banjir dengan Metode Kinematis Muskingum erat kaitannya dengan
penyelidikan perjalanan banjir dimana data yang disebelah hulu sungai (dalam hal ini pertemuan
Way Kiri dengan Way Kanan ) diketahui. Prinsip lain yang harus dilengkapi adalah pengukuran
banjir di sebelah hilir sungai untuk mendapatkan nilai X dan K. Karena ketiadaan pengukuran
data debit pada daerah hilir, maka nilai X dan K didapatkan dengan cara coba coba. Nilai X
dibuat range antara 0,2 0,3. Sedangkan untuk mendapatkan kisaran nilai K maka digunakan
rumus perkiraan waktu tiba banjir Bayern di Jerman dalam buku Hidrologi Pengairan karangan
Suyono Sosrodarsono , yaitu : t = L/W, dimana : W = 20 (H/L)0,6 m/dtk.
t
contoh, STA 5 Km (daerah kajian pada jarak 5 km dari titik awal kajian). Setelah didapatkan
ISBN : 978-979-1165-74-7
XI - 200
Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008
Inflow yang merupakan hasil perhitungan outflow pada STA 2,5 maka selanjutnya di hitung
nilai X dan K. Harga X dan K yang dimasukkan dengan angka yang berbeda beda sehingga
didapatkan kisaran debit yang terjadi di STA 2,5 sampai STA 25.
Hidrograf Banjir Way Tuba Sta 2.5
1800.00
1400.00
1600.00
1300.00
1400.00
D e b it ( m 3 /d tk )
1200.00
D e b i t ( m 3 / d tk )
1200.00
1100.00
1000.00
1000.00
800.00
900.00
600.00
800.00
400.00
700.00
200.00
600.00
0.00
1
11
13
15
17
Januari 2005
19
21
23
25
27
29
31
500.00
Inflow
Outflow
Januari 2005
Inflow
Out Flow
Gambar 4. Hasil Perhitungan Hidrograf Banjir STA 2,5 dan STA 25 DAS Tulang Bawang
Dari hasil perhitungan dan perkiraan x dan k didapatkan debit banjir dari setiap stasiun
yang ditinjau mengalami penurunan. Pengurangan debit pada setiap stasiun yang ditinjau
disebabkan terjadinya tampungan pada stasiun sebelumnya.
3.1 Penentuan Tinggi Muka Air Rawa Cakad
Tinggi muka air ditentukan dengan menggunakan hubungan antara tinggi air (h) dengan
luas penampang (A). Tinggi muka air pada penelitian ini yang dihitung hanya pada daerah
Rawa Cakat setelah adanya penimbunan Jalan Lintas Timur Sumatera dengan simulasi sebelum
adanya penimbunan.
Dari hasil perhitungan, nilai debit maksimum terjadi di STA Cakat setelah penimbunan
adalah 1433,69 m3 /dtk dengan luas penampang basah 520,44 m2 (Data Topografi Penampang
Melintang Way Tuba).
Tabel 1. Perbandingan Nilai h (m) dengan A (m2) Pada STA Cakat
h (m)
2
A (m )
54,07
126,48
190,56
278,05
353,20
457,37
Nilai luas penampang pada setiap ketinggian diperoleh dari hasil pengukuran topografi
penampang melintang yang kemudian diinput dengan menggunakan program Autocad 2006
agar hasilnya lebih akurat. Setelah itu, data yang ada kemudian ditabelkan dan dibuat grafik
ISBN : 978-979-1165-74-7
XI - 201
Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008
hubungan antara h dengan A. Gambar bawah ini menunjukkan hubungan antara nilai h dan A
pada STA Cakat. Grafik ini dibuat dengan menentukan ketinggian muka air dan luasan
penampang yang terjadi akibat ketinggian tersebut. Dari grafik ini akan ditemukan persamaan
yang menghubungkan antara kedua variabel tersebut.
Tabel 2. Perbandingan Nilai h (m) dengan A (m2) Pada STA Cakat Normal
h (m)
2
A (m )
3,59
14,37
32,34
57,50
91,08
144,86
A(m)
500
400
300
200
100
0
0
h (m)
6
7
y = 52.578x 1.3108
R2 = 0.9984
Gambar 6. Grafik Hubungan Antara Luas Penampang dengan Tinggi Muka Air Pada STA
Cakat Normal
Tabel 3. Hasil Perhitungan Tinggi Muka Air STA Cakat dengan 2 Kondisi
Tinggi Muka Air Banjir
Selisih
(m)
(m)
STA
Cakat Normal
688,85
5,748
Cakat Eksisting
520,44
6.846
1,098
4. KESIMPULAN
Dari hasil analisa perhitungan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1 Debit Harian Maksimum Sungai Tulang Bawang adalah sebesar 1603,4 m3/dtk pada
tanggal 17 Januari 2005
2 Nilai X dan K pada setiap stasiun Sungai Tulang Bawang yang dikaji didapatkan dari
hasil coba coba dengan range antara 0,2 sampai 0,3 untuk harga X dan 0,5 sampai 5
untuk harga K.
ISBN : 978-979-1165-74-7
XI - 202
Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008
3 Hasil Perhitungan Debit banjir keluar (outflow) Sungai Tulang Bawang dengan Metode
Kinematis Muskingum mengalami penurunan pada setiap stasiun. Hal ini terjadi karena
konsep dari metode Muskingum adalah konsep tampungan. Pengurangan debit pada
setiap stasiun yang ditinjau disebabkan terjadinya tampungan pada stasiun sebelumnya.
4 Perbandingan tinggi muka air daerah Cakat akibat adanya timbunan Jalan Lintas Timur
Sumatera dengan simuasi normal tanpa timbunan adalah 1,098 m. Hal ini disebabkan
efek penimbunan saat pembangunan Jalan Limtas Timur secara tidak langsung
membendung bantaran sungai Tulang Bawang yang seharusnya menjadi perlintasan
sungai saat debit air melimpah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2006. Laporan Pengendalian Banjir Tulang Bawang Tahap II. PT. Rama Sumber
Teknik & CV. Trimitra Jaya Konsultan
Anonim.2005. Debit Harian, Dinas Pengairan Kabupaten Lampung Utara.
Dr.Ir.Sri Harto,BR.,Dip.H 1989/1990. Diktat Analisis Hidrologi. Pusat Antar Universitas Ilmu
Teknik Universitas Gajah Mada : Yogyakarta.
Soemarto,C.D. 1995. Hidrologi Teknik. Erlangga : Bandung.
Sosrodarsono,Suyono. 2003. Hidrologi Untuk Pengairan. PT. Pradnya Paramita : Jakarta.
ISBN : 978-979-1165-74-7
XI - 203