Anda di halaman 1dari 8

Prosiding

Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008


Universitas Lampung, 17-18 November 2008

KAJIAN DEBIT BANJIR PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI


TULANG BAWANG DENGAN METODE KINEMATIS MUSKINGUM
1

Ir. Nur Arifaini, MS, 1Ir. Kartini Susilowati, MT, 1Dr. Dyah Indriana, ST,M.Sc
dan 2Amril Maruf Siregar,ST
1

Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung


Jl. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung
email:nurarifaini_civil@yahoo.co.id
2

Konsultan Sipil
Perum Tanjung Raya Permai Blok A No. 3 Bandar Lampung
email :amril_regar@yahoo.co.id

ABSTRAK
Kabupaten Tulang Bawang merupakan salah satu kabupaten yang ada di Propinsi
Lampung yang mempunyai potensi sumber daya air yang sangat besar. Hal ini teridentifikasi
dengan kondisi hidrologis yang dipengaruhi Daerah Aliran Sungai (DAS) Tulang Bawang yang
mempunyai kondisi fisiografi di hulu berupa pegunungan, perbukitan, dan ditengah dataran
rendah bergelombang, serta di hilir dataran rendah hingga daerah rawa. Sungai Tulang Bawang
selain banyak membawa manfaat, seringkali juga mendatangkan bencana, yaitu banjir yang
hampir setiap tahun terjadi. Banjir yang terjadi diakibatkan perubahan tataguna lahan di hulu
dan Kawasan DAS serta fenomena alam yang bisa menyebabkan kerugian-kerugian yang
berupa harta dan jiwa. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi banjir di daerah ini
adalah mengkaji fenomena dan kondisi tingkat kerawanan banjir di daerah Tulang Bawang
dengan menggunakan pendekatan hidrologis melalui metode penelusuran banjir yang dikenal
dengan metode kinematis Muskingum. Hasil dari kajian ini nantinya diharapkan dapat
memberikan suatu alternatif solusi penanganan yang optimal dengan melakukan pendekatan
pada kondisi hidrologis DAS Tulang Bawang. Nilai X ditentukan antara 0,2 sampai 0,3 dan
nikai K diperoleh dengan menentukan range antara 0 ,5 sampai 5,9, maka akan didapatkan
debit banjir pada setiap stasiun. Debit banjir maksimum hasil perhitungan Muskingum terjadi
pada STA 5 sebesar 1577,08 m3 /dtk dengan nilai X = 0,3 dan K = 1,75. Selain tu debit banjir
juga dihitung di daerah Rawa Cakat yang mengalami penimbunan Jalan intas Timur Sumatera.
Dari hasil perhitungan, didapatkan tinggi muka air pada elevasi+ 6,846 m atau lebih tinggi
1,098 meter dari elevasi simulasi tanpa adanya jalan lintas timur yaitu +5,748 m.
Kata kunci : sungai, banjir, debit, nilai x dan k, jalan lintas timur

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Tulang Bawang merupakan salah satu kabupaten yang ada di Propinsi
Lampung yang mempunyai potensi sumber daya air yang sangat besar. Hal ini teridentifikasi
dengan kondisi hidrologis yang dipengaruhi Daerah Aliran Sungai (DAS) Tulang Bawang yang
mempunyai kondisi fisiografi di hulu berupa pegunungan, perbukitan, dan di tengah dataran
ISBN : 978-979-1165-74-7

XI - 196

Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

rendah bergelombang, serta di hilir dataran rendah hingga daerah rawa. Disamping itu
Kabupaten Tulang Bawang memiliki wilayah seluas 7.770,84 Km2 merupakan dataran rendah
bergelombang dan rawa-rawa dengan Sungai Tulang Bawang sebagai salah satu potensi utama
yang diandalkan oleh Kabupaten ini. Sungai Tulang Bawang selain banyak membawa manfaat,
seringkali juga mendatangkan bencana, yaitu banjir yang hampir setiap tahun terjadi. Banjir
yang terjadi diakibatkan perubahan tataguna lahan di hulu dan Kawasan DAS serta fenomena
alam yang bisa menyebabkan kerugian-kerugian berupa harta dan jiwa. Pada bulan Januari
sampai dengan Februari 2003, terjadi bencana alam banjir yang menenggelamkan areal sawah
petani di sepanjang dataran Tulang Bawang yang mengakibatkan petani mengalami gagal
panen, dan pada 10 sampai 20 Januari 2005 serta berulang kembali tanggal 27 sampai 29
Januari 2005 terjadi bencana banjir yang merusak beberapa infrastruktur pengairan, jalan dan
permukiman serta fasilitas umum lainnya bahkan penurunan pasokan beras yang drastis
sehingga merugikan para petani. Banjir merupakan kendala cukup serius bagi kelangsungan
pembangunan di daerah ini.

Gambar 1. Banjir yang Menggenangi Jalan Lintas Timur Sumatera


Dari uraian dan kondisi tingkat kerawanan banjir di daerah Tulang Bawang, maka perlu
dilakukan kajian banjir di daerah ini. Kajian ini diharapkan nantinya dapat memberikan suatu
informasi tentang debit banjir yang terjadi sebagai antisipasi dini dengan melakukan pendekatan
pada kondisi hidrologis DAS Tulang Bawang.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji fenomena banjir dari aspek hidrologis
pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Tulang Bawang mulai dari pertemuan Way Kiri dan Way
Kanan sampai Kota Menggala dengan menggunakan metode kinematis Muskingum.

ISBN : 978-979-1165-74-7

XI - 197

Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

2. METODE PENELITIAN
2.1 Tempat Penelitian
Tempat penelitian yang digunakan adalah Daerah Aliran Sungai (DAS) Tulang Bawang
yaitu pada bagian pertemuan Way Kiri dan Way Kanan hingga Kota Menggala sepanjang 25 km
dengan membagi lokasi menjadi 10 bagian per 2,5 km.

Lokasi pertemuan
Way Kiri Way Kanan

Lokasi Banjir

Gambar 2. Lokasi Penelitian dan Lokasi Banjir DAS Tulang Bawang


2.2 Analisis Data Debit Banjir
Data yang diperoleh adalah data debit banjir dengan metode Automatic Water Level
Recorder (AWLR) yang diperoleh dari stasiun hujan. Konsep penelusuran banjir dengan metode
Muskingum adalah konsep tampungan. Konsep penelusuran banjir adalah konsep tampungan.
Ada 2 bagian tampungan yang akan terjadi akibat masukan (inflow) dan keluaran (outflow) pada
sungai yaitu :
a. Tampungan Prismatik (Sp), dan
b. Tampungan Baji (Sw)
Tampungan Baji terjadi pada saat gelombang dan debitnya selalu lebih besar dari debit
keluaran. Pada dasarnya cara Muskingum dinyatakan sebagai tampungan yang dinyatakan
sebagai fungsi linier.

Gambar 3. Tampungan Baji dan Tampungan Prismatik


Secara garis besar fungsi linier tersebut dirumuskan sebagai berikut :
Sw

= KX (I O )

ISBN : 978-979-1165-74-7

........................................................ 1
XI - 198

Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

Sedangkan tampungan prismatik dirumuskan :


Sp

= KO

........................................................ 2

Dengan demikian maka :


S

= Sw + Sp
= KX (I O) + KO
= K [XI + (1 X) O]

........................................................ 3

Secara umum dapat dituliskan sebagai :


= b/a [XIm/n + (1 X) Om/n]

........................................................ 4

Dengan :
b/a

= K = Tetapan Tampungan (Storage Constant)

= Faktor pembobot untuk I dan O, dimana jika :

= 0, untuk penelusuran reservoir, tampungan tergantung dari debit keluaran

= 0,5, berarti bobot I dan O sama, untuk saluran uniform.

m/n

= pada umumnya dianggap sama dengan 1 (satu).

2.3 Penentuan Konstanta Konstanta Penelusuran


Dengan demikian persamaan 3 sama dengan persamaan 4. Perumusan persamaan dalam
metode ini adalah persamaan kontiuntas yang umum dipakai dalam penulusuran banjir :
IO=S

....................................................... 5

Atau bila dinyatakan dalam waktu tertentu t , maka :


0,5 (I1 + I2) t 0,5 (O1+O2) t = S1 S2

....................................................... 6

Sehingga dengan cara Muskingum persamaan tersebut dapat diselesaikan dengan :


O2 = C0I2 + C1I1 + C2O1

........................................................ 7

dengan :
C0 = ( t 2KX) / [2K (1 X) + t]

........................................................ 8

C1 = ( t + 2KX) / [2K (1 X) + t]

........................................................ 9

C2 = [2K (1 X) - t / [2K (1 X) + t]

........................................................ 10

Pemilihan t (routing period) ditetapkan sedemikian sehingga diperoleh hidrograf yang baik.
Nilai t biasanya diambil :
2KX

t K

....................................................... 11

Prinsip dasar penyeselesaian perhitungan banjir dengan metode Muskingum adalah


kelengkapan data pengukuran debit pada bagian hulu dan hilir sungai yang didapatkan pada
waktu yang bersamaan. Pengukuran ini sangat penting untuk mendapatkan nilai tampungan
yang terjadi pada penampang sungai yang ditinjau. Nilai ini yang akan digunakan untuk
menentukan nilai X dan K. Akan tetapi, dalam penelitian ini nilai X dan K tidak dihitung sesuai
ISBN : 978-979-1165-74-7

XI - 199

Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

dengan perumusan yang ada karena ketiadaan data pengukuran debit pada bagian hilir sungai.
Nilai X dan K ditentukan dengan cara coba coba dengan menetapkan range untuk kedua
koefisien tersebut. X adalah nilai yang menunjukkan kemiringan suatu sungai. Semakin curam
kemiringannya, maka nilai X semakin besar. Pada umumnya nilai X bekisar antara 0,1 0,3.
Sedangkan K adalah harga dengan satuan waktu dan juga disebut koefisien penampungan yang
kirakira sama dengan waktu perpindahan banjir dalam bagian sungai yang ditinjau. (Suyono
Sosrodarsono).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Data debit banjir yang dikumpulkan adalah data debit banjir Way Kiri dan Way Kanan
tahun 2005 dimana saat itu terjadi banjir besar pada DAS ini yaitu 1603,4 m3/dtk (Dinas
Pengairan Lampung Utara, 2007). Data potongan melintang sungai diperoleh dari hasil
pengukuran topografi DAS Tulang Bawang. Data debit AWLR kemudian diolah dengan
menggunakan ambang tetap yang kemudian didapatkan persamaan dari grafik Lengkung Debit
(Rating Curve) dengan persamaan sebagai berikut :
Way Kanan

: Q = 4,964 (H 0,772)2,613

Way Rarem

: Q = 0,079 (H 2,43)3,589

Way Abung

: Q = 1,142 (H - 0,862)3,886

Sumber : Data Debit Harian, Dinas Pengairan Kabupaten Lampung Utara, 2006

Analisis hidrograf banjir dengan Metode Kinematis Muskingum erat kaitannya dengan
penyelidikan perjalanan banjir dimana data yang disebelah hulu sungai (dalam hal ini pertemuan
Way Kiri dengan Way Kanan ) diketahui. Prinsip lain yang harus dilengkapi adalah pengukuran
banjir di sebelah hilir sungai untuk mendapatkan nilai X dan K. Karena ketiadaan pengukuran
data debit pada daerah hilir, maka nilai X dan K didapatkan dengan cara coba coba. Nilai X
dibuat range antara 0,2 0,3. Sedangkan untuk mendapatkan kisaran nilai K maka digunakan
rumus perkiraan waktu tiba banjir Bayern di Jerman dalam buku Hidrologi Pengairan karangan
Suyono Sosrodarsono , yaitu : t = L/W, dimana : W = 20 (H/L)0,6 m/dtk.
t

= waktu tiba banjir (jam)

W = kecepatan tiba dari banjir (m/dtk)


L = panjang sungai (m)
H = selisih elevasi (m)
Dari hasil perhitungan didapatkan nilai outflow dengan menggunakan metode
Muskingum. Pada setiap segmen, nilai outflow yang

dihasilkan berbeda beda. Sebagai

contoh, STA 5 Km (daerah kajian pada jarak 5 km dari titik awal kajian). Setelah didapatkan
ISBN : 978-979-1165-74-7

XI - 200

Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

Inflow yang merupakan hasil perhitungan outflow pada STA 2,5 maka selanjutnya di hitung
nilai X dan K. Harga X dan K yang dimasukkan dengan angka yang berbeda beda sehingga
didapatkan kisaran debit yang terjadi di STA 2,5 sampai STA 25.
Hidrograf Banjir Way Tuba Sta 2.5

Hidrograf Banjir Way Tuba STA 25


1500.00

1800.00

1400.00
1600.00

1300.00
1400.00

D e b it ( m 3 /d tk )

1200.00

D e b i t ( m 3 / d tk )

1200.00

1100.00

1000.00

1000.00

800.00

900.00

600.00

800.00

400.00

700.00
200.00

600.00
0.00
1

11

13

15

17

Januari 2005

19

21

23

25

27

29

31

500.00
Inflow

Outflow

Januari 2005

Inflow

Out Flow

Gambar 4. Hasil Perhitungan Hidrograf Banjir STA 2,5 dan STA 25 DAS Tulang Bawang
Dari hasil perhitungan dan perkiraan x dan k didapatkan debit banjir dari setiap stasiun
yang ditinjau mengalami penurunan. Pengurangan debit pada setiap stasiun yang ditinjau
disebabkan terjadinya tampungan pada stasiun sebelumnya.
3.1 Penentuan Tinggi Muka Air Rawa Cakad
Tinggi muka air ditentukan dengan menggunakan hubungan antara tinggi air (h) dengan
luas penampang (A). Tinggi muka air pada penelitian ini yang dihitung hanya pada daerah
Rawa Cakat setelah adanya penimbunan Jalan Lintas Timur Sumatera dengan simulasi sebelum
adanya penimbunan.
Dari hasil perhitungan, nilai debit maksimum terjadi di STA Cakat setelah penimbunan
adalah 1433,69 m3 /dtk dengan luas penampang basah 520,44 m2 (Data Topografi Penampang
Melintang Way Tuba).
Tabel 1. Perbandingan Nilai h (m) dengan A (m2) Pada STA Cakat
h (m)
2

A (m )

54,07

126,48

190,56

278,05

353,20

457,37

Nilai luas penampang pada setiap ketinggian diperoleh dari hasil pengukuran topografi
penampang melintang yang kemudian diinput dengan menggunakan program Autocad 2006
agar hasilnya lebih akurat. Setelah itu, data yang ada kemudian ditabelkan dan dibuat grafik
ISBN : 978-979-1165-74-7

XI - 201

Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

hubungan antara h dengan A. Gambar bawah ini menunjukkan hubungan antara nilai h dan A
pada STA Cakat. Grafik ini dibuat dengan menentukan ketinggian muka air dan luasan
penampang yang terjadi akibat ketinggian tersebut. Dari grafik ini akan ditemukan persamaan
yang menghubungkan antara kedua variabel tersebut.
Tabel 2. Perbandingan Nilai h (m) dengan A (m2) Pada STA Cakat Normal
h (m)
2

A (m )

3,59

14,37

32,34

57,50

91,08

144,86

Grafik Hubungan h (m) dan A (m2)


Pada STA Cakat Kondisi Normal
600

A(m)

500
400
300
200
100
0
0

h (m)

6
7
y = 52.578x 1.3108
R2 = 0.9984

Gambar 6. Grafik Hubungan Antara Luas Penampang dengan Tinggi Muka Air Pada STA
Cakat Normal
Tabel 3. Hasil Perhitungan Tinggi Muka Air STA Cakat dengan 2 Kondisi
Tinggi Muka Air Banjir

Selisih

(m)

(m)

STA

Luas Penampang ( m2)

Cakat Normal

688,85

5,748

Cakat Eksisting

520,44

6.846

1,098

Sumber: Hasil Perhitungan

4. KESIMPULAN
Dari hasil analisa perhitungan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1 Debit Harian Maksimum Sungai Tulang Bawang adalah sebesar 1603,4 m3/dtk pada
tanggal 17 Januari 2005
2 Nilai X dan K pada setiap stasiun Sungai Tulang Bawang yang dikaji didapatkan dari
hasil coba coba dengan range antara 0,2 sampai 0,3 untuk harga X dan 0,5 sampai 5
untuk harga K.
ISBN : 978-979-1165-74-7

XI - 202

Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

3 Hasil Perhitungan Debit banjir keluar (outflow) Sungai Tulang Bawang dengan Metode
Kinematis Muskingum mengalami penurunan pada setiap stasiun. Hal ini terjadi karena
konsep dari metode Muskingum adalah konsep tampungan. Pengurangan debit pada
setiap stasiun yang ditinjau disebabkan terjadinya tampungan pada stasiun sebelumnya.
4 Perbandingan tinggi muka air daerah Cakat akibat adanya timbunan Jalan Lintas Timur
Sumatera dengan simuasi normal tanpa timbunan adalah 1,098 m. Hal ini disebabkan
efek penimbunan saat pembangunan Jalan Limtas Timur secara tidak langsung
membendung bantaran sungai Tulang Bawang yang seharusnya menjadi perlintasan
sungai saat debit air melimpah.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2006. Laporan Pengendalian Banjir Tulang Bawang Tahap II. PT. Rama Sumber
Teknik & CV. Trimitra Jaya Konsultan
Anonim.2005. Debit Harian, Dinas Pengairan Kabupaten Lampung Utara.
Dr.Ir.Sri Harto,BR.,Dip.H 1989/1990. Diktat Analisis Hidrologi. Pusat Antar Universitas Ilmu
Teknik Universitas Gajah Mada : Yogyakarta.
Soemarto,C.D. 1995. Hidrologi Teknik. Erlangga : Bandung.
Sosrodarsono,Suyono. 2003. Hidrologi Untuk Pengairan. PT. Pradnya Paramita : Jakarta.

ISBN : 978-979-1165-74-7

XI - 203

Anda mungkin juga menyukai