Anda di halaman 1dari 5

Reasuransi

Dasar Fungsi Reasuransi


'Reasuransi adalah Perusahaan yang menerima Pertanggungan Ulang dari Perusahaan
Asuransi atas sebagian atau keseluruhan Risiko yang telah atau tidak dapat ditanggung
kembali oleh Perusahaan Asuransi. Dengan demikian Perusahaan Asuransi menerima
pemindahan Risiko dari perusahaan Asuransi yang menutup secara langsung Risiko
Tertentu (Ceeding Company) dimana nilai pertanggungan tersebut telah melampaui
kemampuannya menerima suatu Risiko.
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia nomor 2 tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian menyatakan bahwa perusahaan reasuransi adalah perusahaan yang
memberikan jdsa dalam pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh
perusahaan asuransi kerugian dan atau perusahaan asuransi jiwa.
Sedangkan peranan reasuransi ini dinyatakan dengan tegas dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian
bahwa setiap penutupan asuransi yang jumlah uang pertanggungannya melebihi retensi
sendiri harus memperoleh dukungan reasuransi.
Peranan reasuransi ini makin dipertegas dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia nomor 224/KMK.017/1993 tentang kesehtaan keuangan perusahaan asuransi
dan perusahaan reasuransi bahwa dukungan reasuransi pada perusahaan asuransi harus
berdasarkan reasuransi treaty dan baru dukungan reasuransi fakultatif apabila dukungan
reasuransi treaty telah tidak mencukupi serta sekurang-kurangnya perusahaan asuransi
mendapat dukungan reasuransi dari satu perusahaan reasuransi dan satu perusahaan
asuransi didalam negeri.
Pada dasarnya Perusahaan Reasuransi melakukan kegiatan yang sam a dengan
Perusahaan Asuransi. hanya perbedaan dalam menerima pemindahan Risiko adalah
berasal dari Perusahaan Asuransi sehingga fungsi Underwriting yang dilakukan lebih
mendasarkan Pada Underwriting Perusahaan Asuransi dan tidak secara langsung atas
risiko yang akanditerimanya. Dengan demikian maka Reasuransi tidak mempunyai
hubungan secara langsung dengan masyarakat Tertanggung dan membantu Perusahaan
Asuransi dalam hal :
a. Memperbesar kapasitas akseptasi Risiko-risiko tertentu oleh perusahaan Asuransi;
b. Penyebaran Risiko yang ditanggungnya;
c. Stabilisasi keuntungan Perusahaan;
d. Menimisir cadangan Teknis yang dibutuhkan;
e. Mengembangkan kegiatan Perusahaan serta peningkatan asas Profesionalisme dan
daya saing Perusahaan.
Pada dasarnya ada dua bentuk dasar Reasuransi yaitu,

Pertama,
Perusahaan Reasuransi Profesional (Profesional Reinsurer) merupakan badan Usaha yang
semata-mata bertindak sebagai Penanggung ulang dan tidak mempunyai hubungan sama
sekali dengan masyarakat tertanggung atau tidak melakukan penutupcn Asuransi sebagci
penanggung Pertama dalam masyarakat dan yang,
Kedua,
Perusahaan Reasuransi nonprofesional (nonprofesional reinsurer) dimana kegiatan
reasuransi ini hanya merupakan salah satu unit kegiatan dalam perusahaan Asuransi at au
dengan kat a lain kegiatan utama perusahaan adalah sebagai Perusahaan Asuransi akan
tetapi juga melakukan kegiatan Reasuransi yang pada umumnya merupakan kegiatan at
as dasar saling menguntungkan dan menerima Risiko tersebut dari Perusahaan Asuransi
lainnya yang juga menerima Risiko dariPerusahaan Asuransi bersangkutan.
Disamping itu pula ada bentuk-bentuk lain yang merupakan penggabungan atau ker ja
sama antara dua atau lebih Perusahaan Asuransi dalam usaha memperbesar kapasitas
Akseptasi risiko secara bersamadan saling menguntungkan terutama dalam risiko-risiko
yang nilainya besar atau risikonya bersifat kompleks serta dalam unit yang relatif besar
dimana biasanya bergabung dalam apa yang dikenal dengan nama Pool Asuransi,
Konsorsium Asuransi dan lain sebagainya.
Ruang Lingkup Reasuransi
Pada dasarnya ada 2 (dua) bentuk dasar jenis reasuransi yaitu Proses Penerimaan
Pertanggungan Ulang yang didasarkan Kasus Perkasus dan yang diterima berdasarkan
Perjanjian yang telah disetujui bersama antara Perusahaan Asuransi dengan Perusahaan
Reasuransi.
Specific/Facultative Reinsurance.
Sesuai dengan namanya maka Reasuransi Fakultatif merupakan kegiatan penempatan
Reasuransi didasarkan pada kemauan masing-masing pihak dimana Perusahaan Asuransi
boleh menawarkan atau tidak menawarkan risiko yang tidak tertampung dalam
kemampuannya kepada Perusahaan Reasuransi tertentu dan Perusahaan Reasuransi
tertentu tersebut boleh menerima atau menolak apabila ditawarkan risiko tersebut.
Automatic/Treaty Reinsurance.
Perjanjian Reasuransi atau Reasuransi Otomatis adalah dimana Perusahaan Asuransi telah
setuju terlebih dahulu untuk menempatkan atau memberikan kelebihan risikonya kepada
Perusahaan Reasuransi dan Perusahaan Reasuransi tersebut telah setuju secara otomatis
menerima kelebihan risiko yang dipindahkan kepadanya oleh Perusahaan Asuransi yang
bersangkutan sampai dengan jumlah yang telah disetujui bersama.
Facultative Obligatory Reinsurance.
Jenis Asuransi ini adalah merupakan kombinasi an tara kedua bentuk ekstreem tersebut
diatas dimana Perusahaan Asuransi boleh menawarkan atau menempatkan kelebihan
risikonya, boleh juga tidak menempatkannya kepada Perusahaan Reasuransi tersebut;

akan tetapi apabila kelebihan Risiko tersebut ditempatkan maka Perusahaan Reasuransi
tadi harus menerima sampai dengan jumlah yang telah disetujui.
Program & Kontrak Reasuransi
Program atau Kontrak Reasuransi pada dasarnya dapat didasarkan pad a Saham tertentu
dari jumlah risiko dimana Perusahaan Asuransi menanggungnya (A Share Of The
Amounts Of The Risks) atau Menanggung setelah batas tertentu (Excess Of The Loss
Beyond Certain Establish Limits).
Pada dasarnya kontrak atau Program Reasuransi tentunya adalah untuk jenis automatic
atau Treaty Reinsurance ataupun Facultative Obligatory Reinsurance; yang dapat dibagi
dalam dua kelompok dasar yaitu Program Reasuransi secara Proporsional dimana saharn
Perusahaan Reasuransi ditetapkan dalam Proporsi atau Persentase yang telah ditetapkan
dan Program Reasuransi secara Non-Proporsional dimana Perusahaan Reasuransi
menanggung sampai sejumlah tertentu yang telah disetujui setelah melalui batas-batas
kerugian tertentu.
Proporsional Reinsurance Treaty.
Sebagaimana telah disinggung diatas maka Kontrak atau Program Reasuransi
Proporsional adalah dimana Perusahaan Reasuransi berpartisipasi dalam jumlah yang
secara relatif maupun kwantitatif telah ditetapkan secara sebanding, dimana dapat
berbentuk
Quota-Share (Prorata) Reinsurance Treaty.
Perusahaan Asuransi setuju untuk memberikan secara proporsional (Persentase Tertentu)
dari jumlah yang telah disetujui bersama untuk setiap kontrak Asuransi yang ditutup oleh
Perusahaan Asuransi yang bersangkutan kepada Perusahaan Reasuransi sampai dengan
proporsi atau jumlah yang telah disetujui.
Surplus Reinsurance Treaty.
Perusahaan Reasuransi tidak selalu harus berpartisipasi dalam setiap risiko yang ditutup
Perusahaan Reasuransi, disini Perusahaan Reasuransi baru ikut berpartisipasi setelah
melampaui batas kemampuan akseptasi Perusahaan Asuransi atau melebihi retensi
Perusahaan Asuransi sampai dengan proporsi yang telah disetujui bersama; diaman secara
relatif adalah tetap besarnya akan tetapi secara kwantitatif dapat berbeda akan tetapi tidak
melebih jumlah maksimum yang telah disetujui bersama. Surplus Treaty ini dapat terbagi
dalam berbagai tingkatan misalnya First Surplus Treaty, Second Surplus Treaty dan
seterusnya.
Non-Proporsional Reinsurance Treaty.
Kontrak Reasuransi non-proporsional adalah merupakan Pertanggungan dimana
Perusahaan Reasuransi menerima Risiko sampai dengan Nilai tertentu setelah melalui
batas kerugian tertentu yang diderita Perusahaan Asuransi, dimana jumlah ini merupakan
limit tertinggi secara Agregatif dalam jangka waktu paling lama satu Tahun Underwriting

.atau bisa kurang apabila jumlah tersebut telah habis dan tidak diperbaharui lagi; jadi
disini seolah-olah Perusahaan Asuransi memberi ASlfransi Untuk suatu nilai tertentu
yang dapat dipakai untuk menutup kerugian yang dideritanya diatas kemampuannya
secara akumulatif sampai dengan jumlah tertentu tanpa melihat jumlah risiko yang diatas
kemampuannya.
Excess Of Loss Reinsurance Treaty.
Disini ditetapkan juga kerugian maksimum yang dapat ditanggung oleh Perusahaan
Asuransi dan diatas kerugian maksimum ini barulah Perusahaan Reasuransi ikut
berpartisipasi secara kumulatif sampai dengan batas yang telah ditetapkan bersama. Dan
apabila telah habis walaupun Tahun Underwritingnya belum habis apabila tetap
menghendaki proteksi tersebut maka Perusahaan Asuransi harus membeJi kembali dan
apabila sampai dengan Tahun Underwriting yang bersangkutan tidak terpakai atau masih
ada sisanya maka jumlah tersebut dengan sendirinya menjadi daluwarsa.
Stop Loss Reinsurance Treaty.
Pad a dasarnya cara kerja Stop Loss Reinsurance Treaty ini sama dengan Excess Of Loss
Reinsurance Treaty hanya tujuan serta karakteristiknya agak berbeda dimana Stop Loss
lebih ditujukan Untuk me/indungi Perusahaan Asuransi atas kerugian yang bersifat
Katastropik atau akumu/atif dari risiko-risiko sejenis yang ditanggung.

Aspek Teknis Reasuransi


Aspek teknis yang menonjol dalam kegiatan Reasuransi secara umum terlihat sebagai
berikut :
pertama,
Yang di-Underwrite adalah Perusahaan Asuransi dan bukan tertanggung sehingga
menganut falsafah "Reinsurance Follow the Fortune of The Insurance".
kedua,
suatu program Reasuransi adalah berdasarkan pada Loss Ratio Perusahaan Asuransi serta
Kemampuan Keuangan serta Manajemennya.
ketiga
Portfolio antara jumlah yang ditanggung sendiri oleh Perusahaan Asuransi serta yang di
Reasuransikan;
keempat
Kemungkinan terjadinya kerugian katastropik karena adanya satu risiko yang ditutup
lebih dari satu Perusahaan Asuransi.
kelima
Kemampuan mengaksep risiko serta program retrosessinya.

Salah satu syarat tehnis yang ditekankan oleh Pemerintah dimana dinyatakan bahwa
perusahaan reasuransi harus menerapkan reasuransi treaty secara timbal balik sekurangkurangnya dengan satu perusahaan reasuransi didalam negeri.
Penempatan reasuransi keluar negeri hanya dapat dilakukan pada perusahaan reasuransi
yang memuhi persyaratan-persyaratan dalam permodalan, izin operasional, memenuhi
perundang-undangan setempat serta memiliki reputasi yang baik didunia perasuransian
internasional.
Tentunya secara khusus masih ada hal-hal yang menyangkut dasar perhitungan teknis
Perusahaan Reasuransi seperti kekayaan Perusahaan (Net Worth), Portfolio bisnis yang
diterima secara menyeluruh, Loss Ratio Perusahaan dibandingkan loss Ratio Industri
Reasuransi dan Asuransi serta lain-Iainnya.

Anda mungkin juga menyukai