Anda di halaman 1dari 5

Tabel 27.

2-1
Psikoterapi pada pasien Nyeri
Jelaskan Sifat asal nyeri
Jelaskan Harapan Realistik tentang derajat dan perjalanan nyeri
Jelaskan harapan realistik tentang analgesic, sebanyak mungkin, jelaskan efek sampung secara positif
Memaksimalkan efek placebo dengan membuat dosis awal besar ketimbang kecil, dengan mendukung
keyakinan tentang kemanjuran, dan dengan menggunakan sugesti melalui sikap dokter dan staf yang
memberikan analgesik
Hilangkan kecemasan yang menyertai, jika diperlukan
Nyeri kronis memerlukan cara khusus:
Hilangkan keraguan tentang ketersediaan medikasi
Jangan membuat ketersediaan medikasi bergantung pada bukti akan kebutuhan, yang menyebabkan
pertentangan subjektif.
Pusatkan pertemuan terapetik pada materi yang sehat; jangan mendorong kembali obsesi dengan rasa
sakit.
Jangan membuat kontak dengan system pelayanan bergantung pada nyeri; hilangkan ketergantungan
tersebut

Tabel 27.2-2
Ringkasan faktor psikoneuroimunologi oleh roberg ader
Ujung syaraf telah ditemukan di dalam jaringan system imun. System syaraf pusat adalah
dihubungkan kepada sumsum tulang dan timus, dimana sel system imun dihasilkan dan
dikembangkan, dan kepada limpa dan kelenjar getah bening, dimana sel tersebut disimpan
Perubahan pada system syaraf pusat (otak dan medulla spinalis) mengubah respon imun, dan
memicu respon imun mengubah aktifitas system syaraf pusat. Percobaan pada binatang di tahun
1960AM menunjukkan bahwa kerusakan pada berbagai bagian hipotalamus otak dapat menekan
atau meningkatkan respon tipe alergi. Belakangan ini, peneliti telah menemukan bahwa
menginduksi suatu respon imun menyebabkan sel syaraf di dalam hipotalamus menjadi lebih aktif
dan bahwa kecemasan sel syaraf mencapai puncak pada waktu yang persis sama dengan tingkat
antibody yang tertinggi. Tampaknya, otak memonitor perubahan imunologis secara cermat.
Perubahan pada kadar hormone dan neurotransmitter mengubah respon imun, dan sebaliknya.
Hormone stress biasanya menekan respon imun. Tetapi hormone lain, seperti hormone
pertumbuhan, tampaknya juga mempengaruhi imunitas. Sebaliknya, jika binatang percobaan
diimunisasi, mereka menunjukkan perubahan dalam berbagai kadar hormone.
Limfosit adalah responsive secara kimiawi pada hormone dan neurotransmitter. Sel system imum
memiliki reseptor-struktur molekuler pada permukaan sel- yang responsive terhadap endorphin,
hormone stress, dan berbagaimacam hormone lainya.
Limfisit dapat menghasilkan hormone dan neurotransmitter. Jika seekor binatang terinfeksi dengan
suatu virus, limfosit menghasilkan sejumlah kecil sekali banyak zat yang sama yang dihasilkan oleh
kelenjar hipofisis.
Limfosit yang teraktifasi sel yang secara aktif terlibat dalam respon imun menghasilkan zat yang
dapat dirasakan oleh system syaraf pusat. Interleukin dan interferon yaitu zat kimia yang
digunakan sel system imun untuk berbicara satu sama lain juga dapat mencetuskan reseptor pada

sel di otak, lebih jelas adalah bahwa system imun dan system syaraf berbicara dengan Bahasa
kimiawi yang sama.
Fator psikososial dapat mengubah kepekaan atau perkembangan penyakit autoimun, penyakit
infeksi, dan kangker. Bukti-bukti untuk hubungan tersebut timbul dari banyak penelitian.
Reaktivitas imunologi dapat dipengaruhi oleh stress. Stress kronis atau kuat, khususnya,
menyebabkan sel system imun kurang responsive terhadap perubahan.
Reaktifitas imunologis dapat dipengaruhi oleh hypnosis. Dalam suatu penelitian tipika, kedua lengan
subyek dikenakan dengan zat kimia yang normalnya menimbulkan reaksi alergi. Tetapi subyek
dikatakan, dibawah hypnosis, bahwa hanya satu lengan yang akan menunjukkan respond an, pada
kenyataanya, hal tersebut yang terjadi.
Reaktifitas imunologis dapat dimodifikasi oleh pembiasaan klasik. Seperti pada percobaan ader,
system imun dapat belajar untuk bereaksi dengan cara tertentu sebagai respon yang dibiasakan.
Obat psikoaktif dan zat yang disalahgunakan mempengaruhi fingsi imun berbagai macam zat yang
mempengaruhi system syaraf termasuk alcohol, marijuaya, kokain, heroin, dan nikotin semuanya
telah terbukti mempengaruhi respon imun, biasanya menekan respon imun. Beberapa obat
pskiatrik, seperti lithium (diresepkan untuk gangguan bipolar1) juga memodulasi system imun.

Tabel 27. 2-3


Bidang pemeriksaan tentang pasien kanker
Pskiatrik
Riwayat masa lalu
Keadaan mental sekarang
Pengertian tentang penyakit
Arti penyakit
Medis
Kanker
Terapi Kanker
Kondisi medis dan terapi yang berhubungan
Lingkungan
Pengaruh dengan keluarga
Pengaruh dengan tim medis
Dukungan social lain
Masalah finansial

Tabel27.2-4
Penyebab Gangguan Mood sering pada pasien kanker
Obat Obatan
Obat kemoterapetik seperti prednisone, dexamethasone, procarbazine, vincristine, vinblastine, Lasparaginase, tamoxifen, interferon
Efek aditif dari narkotik dan obat lain yang diketahui menyebabkan depresi, seperti antihipertensif,
benzodiazepine, obat antiparkinson, dan penghambat-
Efek Tumor

Tumor mensekresikan hormone


Tumor system syaraf pusat
Kondisi medis penyerta
Uremia
Ensefalopati virus
Gangguan keseimbangan elektrolit

Tabel 27.2-5
Kondisi medis yang berhubungan dengan delirium pada pasien kanker
Ensefalopati metabolic
Gagal organ Vital
Gangguan keseimbangan elektrolit (seperti hiperkalsemia padda pasien dengan metastasis tulamng
atau mereka yang mendapatkan tamoxifen, diethylstilbestrol, atau chlorotrianisene)
Hipoksia, khususnya pada pasien dengan keterlibatan paru-paru atau anemia parah
Defisiensi zat gizi, seperti tiamin, asam folat, B 12
Infeksi khususnya pada inang mengalami imunosupresi
Gangguan Vaskuler, terutama pada pasien dengan koagulopati
Kelainan endokrin dan hormonal

Tabel 27.2-6
Faktor Kerentanan Bunuh diri pada pasien kanker
Depresi dan putus asa
Nyeri yang tidak terkendali baik
Belirium ringan (disinhibisi)
Perasaan hilang kendali
Kelelahan
Kecemasan
Psikopatologi yang telah ada sebelumnya ( penyalahgunaan zat, patologi karakter, gangguan
psikiatrik utama)
Masalah keluarga
Ancaman dan riwayat usaha bunuh diri sebelumnya
Riwayat positif bunuh diri pada keluarga
Faktor risiko lain yang biasanya digambarkan pada pasien pskiatrik

Tabel 27.2-7
Potensial Emetogenik beberapa obat Antikanker yang biasa digunakan
Emetogenik Tinggi

Cisplatin
Dacarbazine
Streptozocin

Emetogenik Sedang

Emetogenik Minimal

Actinomycin
Nitrogen mustard
Doxorubicin
Daunorubicin
Cyclosphophamide
Nitrosourea
Mitomycin-C
Procarbazine
Vincristine
Vinblastine
5-Fluorouracil
Bleomycin

Tabel 27.2-8
Regimen Antiemetik Kemoterapi Sekarang
Obat penghambat Neurotransmiter

Ditambah steroid
Ditambah benzodiazepine atau antihistamin

Metoclopramide* 3mg/kg intravena piggyback


(IVPB) 30 menit sebelum terapi, dan 1 jam
setelah terapi
Ondansetron 0,15 mg/kg IVPB 30 menit sebelum
terapi dan 1 3 jam setelah terapi
Dexamethasone* 20 mg IVPB 20 menit sebelum
terapi
Lorazepam 1,5 mg/m2 (maks 3 mg) IVPB sebelum
terapi
Atau
Diphenhydramine* 50mg-oral IV atau IM tiap
empat jam seperlunya untuk kegelisahan atau
reaksi distonik akut

Tabel27.2-10
Obat kemoterapi dengan gejala Mood dan Psikotik
Decarbazine: depresi dan bunuh diri dilaporkan, terutama jika digunakan dengan hexamethylamine
Vinblastine: sering depresi reversible
Vencristine: insidensi 5% halusinasi; depresi ditemukan
L-Asparaginase: ditemukan depresi reversible
Procarbazine: MAOI; penggunaan trisiklik bersamaan dikontraindikasikan; disertai dengan mania dan
depresi; mempotenisasi alcohol, barbiturate, phenothiazine
Hydroxyurea: dilaporkan halusinasi
Interferon: kecemasan, depresi ringan; ide bunuh diri sering ditemukan pada dosis di atas 40 juta unit
Streroid: Perubahan yang sering pada status mental terentang dari labilitas emosional sampai mania
atau depresi bunuh diri yang parah sampai psikosis yang jelas

Anda mungkin juga menyukai