Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Kimia Indonesia

Vol. 1 (1), 2006, h. 1-6

Pemisahan Serium dari Mineral Monasit dengan Teknik SLM Bertingkat


Aminudin Sulaeman,1 Buchari,1 dan Ummy Mardiana2
1

Kimia Analitik, FMIPA, Institut Teknologi Bandung


Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia
2
AAK BTH Tasikmalaya, Jawa Barat
Email: amin@chem.itb.ac.id

Abstrak. Serium (IV) telah berhasil dipisahkan dari mineral monasit melalui dua tahap proses
membran cair berpendukung (supported liquid membrane, SLM). Pada SLM tahap pertama logamlogam tanah jarang (LTJ) dipisahkan secara serentak dari larutan hasil destruksi mineral monasit
dengan NaOH. Pada SLM tahap kedua serium dipisahkan dari fasa penerima SLM pertama dengan
terlebih dahulu dioksidasi menjadi Ce(IV). Larutan carrier yang digunakan pada penelitian ini
merupakan campuran TBP dan D2EHPA dengan komposisi 0,25 M dan 0,75 M dalam pelarut
kerosen. Selanjutnya larutan carrier tersebut diamobilkan pada membran PTFE yang mempunyai
ukuran pori 0,5 m, sebagai fasa penerima digunakan larutan HCl. Pada penelitian ini oksidasi
Ce(III) menjadi Ce(IV) dilakukan dengan menggunakan campuran HClO4 dan HCl. Pada kondisi
tersebut jumlah Ce(IV) yang dipindahkan ke fasa penerima sangat sedikit dibandingkan dengan ion
LTJ (III) lainnya, ion Ce(IV) tetap tinggal pada fasa penerima sehingga dapat dipisahkan dari LTJ(III)
lainnya. Faktor-faktor yang dipelajari untuk mengoptimalkan pemisahan Ce(IV) dari ion LTJ(III)
adalah, dengan memvariasikan: pH fasa umpan, konsentrasi total ion LTJ pada fasa umpan dan
konsentrasi HCl pada fasa penerima. Nilai parameter-parameter tersebut yang memberikan hasil
pemisahan serium (IV) terbaik diperoleh pada: pH fasa umpan 3,0 dan konsentrasi total ion LTJ
dalam fasa umpan 2000 ppm. Pada kondisi tersebut kemurnian garam serium berhasil ditingkatkan
dari 54,8 % menjadi 91,8 %. Selain itu dengan meningkatnya konsentrasi asam pada fasa penerima,
laju pemisahan serium (IV) dari ion LTJ(III) lainnya juga semakin meningkat.
Kata kunci: serium, mineral monasit, SLM

Pendahuluan
Serium merupakan salah satu logam tanah
jarang (LTJ) yang cukup penting dalam aplikasi
komersial. Serium banyak digunakan sebagai
bahan oksidator, katalis, batu pemantik api,
polishing ketelitian tinggi, pewarna gelas, keramik
dan cat. Salah satu mineral utama serium adalah
monasit (Ln,Th)PO4 yang banyak terdapat di
sekitar kepulauan Bangka, Belitung, dan Singkep.
Monasit saat ini diperoleh sebagai hasil samping
pada pengolahan timah. Agar monasit menjadi
bahan yang bernilai ekonomis tinggi maka perlu
diolah lebih lanjut.
Pemisahan dan pemurnian serium dari monasit
masih sulit dilakukan. Hal ini disebabkan karena
kelompok LTJ mempunyai sifat-sifat kimia dan
fisika yang mirip. Penelitian dan pengembangan
teknik ekstraksi dan pemisahan LTJ masih perlu
dilakukan mengingat sampai saat ini belum ada
metode yang benar-benar handal untuk
memisahkan antar unsur-unsur tersebut. Masalah

ini memerlukan perhatian yang serius karena


kebutuhan terhadap LTJ antara lain serium terus
meningkat
baik
dalam
jumlah
maupun
kemurniannya. Salah satu teknik pemisahan yang
berkembang saat ini adalah pemisahan dengan
teknik membran cair berpendukung (supported
liquid membrane, SLM). Teknik ini dikembangkan
dari teknik ekstraksi pelarut, yaitu dengan
mengamobilkan zat pengekstraksi (carrier) pada
suatu membran polimer berpori, dengan cara ini
selain keselektifan transpor menjadi meningkat,
juga jumlah pengekstraksi yang diperlukan
menjadi sangat sedikit (kurang dari 1 % dari yang
diperlukan pada ekstraksi pelarut biasa.
Dalam penelitian ini, pemisahan serium dengan
teknik SLM, menggunakan carrier campuran
tributil fosfat (TBP) dan asam di(2-etilheksil)fosfat
(D2EHPA),
dengan
membran
pendukung
menggunakan membrane polytetrafluoroethylene
(PTFE) yang berukuran pori 0,5 m. Pada SLM
tahap pertama LTJ dipisahkan dari unsur-unsur
non LTJ, kemudian larutan LTJ yang diperoleh

Dapat dibaca di www.kimiawan.org/journal/jki

Sulaeman, Buchari dan Ummy Mardiana

dari fasa penerima SLM-1 tersebut dioksidasi


dengan asam perklorat. Pada SLM tahap kedua,
Ce(IV) dipisahkan dari LTJ lainnya. Serium
dengan bilangan oksidasi +4 mempunyai sifat yang
berbeda dengan ion lantanida (III) yang lainnya,
terutama dalam hal kemampuannya pada pembentukan senyawa kompleks dengan suatu ligan.
Keadaan ini membuka peluang untuk dijadikan
sebagai dasar pemisahan Ce(IV) dari Ln(III)
lainnya. Dalam penelitian ini akan dipelajari lebih
lanjut mengenai pengaruh variasi pH fasa umpan,
konsentrasi total LTJ pada fasa umpan dan
konsentrasi HCl pada fasa penerima, terhadap
pemisahan dan kemurnian produk Ce(IV) yang
dihasilkan..
Percobaan
Bahan dan peralatan. Larutan carrier terdiri
dari campuran D2EHPA (di-(2-ethylhexyl)
phosphoric acid) dan TBP (tri-butyl phosphate)
dalam pelarut kerosen yang semuanya merupakan
produksi Aldrich Chemicals Co, USA. Larutan
carrier selanjutnya diamobilkan pada membran
pendukung PTFE berpori. Membran pendukung
yang telah mengandung carrier tersebut selanjutnya digunakan untuk memisahkan antara fasa
umpan dan fasa penerima. Komposisi D2EHPA
dan TBP yang digunakan adalah 0,25 M : 0,75 M.
Larutan LTJ disiapkan dengan melarutkan
sejumlah oksida lantanida dalam asam klorida
dalam labu takar. Bahan-bahan kimia lain yang
digunakan dalam penelitian ini, semuanya
berkualitas p.a. kecuali jika disebutkan lain.
Peralatan SLM yang digunakan dalam penelitian
ini terdiri dari 2 tabung dari bahan fleksiglas yang
digabungkan, antara kedua tabung tersebut diberi
lubang dengan diameter 3,4 cm untuk menempatkan membran pendukung. Pemantauan konsentrasi
ion LTJ selama proses berlangsung, untuk
cuplikan LTJ tunggal dilakukan dengan mengukur
serapan larutan fasa umpan atau fasa penerima,
pada 535 nm dengan terlebih dahulu dibuat
kompleks berwarna dengan alizarin sulfonat pada
pH 4,5. Sedangkan untuk cuplikan LTJ campuran
dilakukan dengan menggunakan ICP-AES,
Shimadzu AS-6. Kebolehulangan percobaan dicek
dengan mengambil rata-rata hasil eksperimen dari
dua kali pengulangan.
Prosedur kerja. Penyiapan SLM. Larutan
carrier terdiri dari campuran D2EHPA dan TBP
dalam
pelarut
kerosen.
Membran
cair
berpendukung disiapkan dengan cara merendam

membran plat-sheet FTFE yang berukuran pori 0,5


m pada larutan carrier selama 1 jam
Destruksi monasit. Sejumlah cuplikan monasit
digerus dalam mortar baja, kemudian diayak
dengan ayakan 100 mesh, kemudian ditimbang dan
dicampur dengan NaOH dengan perbandingan 1 :
1, selanjutnya dimasukkan ke dalam bom-teflon
dan disimpan dalam oven pada suhu 200oC selama
2 jam. Leburan yang diperoleh dilarutkan dalam
labu takar 1 liter sambil diasamkan dengan HCl
sampai pH = 3 kemudian ditandabataskan dengan
air. Endapan yang terbentuk disaring dan filtratnya
ditampung untuk dijadikan fasa umpan SLM-1.
SLM-1. Disiapkan satu set SLM, yang terdiri
dari dua tabung yang diimpitkan dengan di
antaranya diberi lubang tempat dipasangnya
membran pendukung. Membran tersebut juga
berfungsi sebagai pemisah antara fasa umpan dan
fasa penerima yang masing-masing volumenya100
mL. Proses dijalankan dengan mengaduk kedua
bagian tabung secara sinkron selama 300 menit.
Larutan fasa penerima SLM-1 selanjutnya
dijadikan sebagai bahan fasa umpan SLM-2
Oksidasi Ce(III) Ce(IV). Oksidasi Ce(III)
Ce(IV) dari larutan fasa penerima SLM-1 menggunakan larutan HClO4 pekat dan HCl pada suhu
140oC selama 20 menit. Larutan hasil oksidasi ini
selanjutnya digunakan sebagai fasa umpan pada
SLM-2
SLM-2. Pengerjaan dilakukan seperti pada
bagian SLM-1 dimana bagian tabung fasa umpan
diisi 100 mL larutan hasil oksidasi yang pH dan
konsentrasinya telah diatur sesuai dengan yang
dikehendaki. Sedangkan tabung bagian fasa penerima diisi 100 mL larutan HCl dengan konsentrasi
sesuai yang dikehendaki. Hasil pemisahan
diperoleh dari bagian fasa umpan setelah proses
dijalankan selama 300 menit. Penentuan komposisi
LTJ dalam fasa umpan dan fasa penerima dicek
dengan ICP-AES
Hasil dan Pembahasan
Metode destruksi monasit yang lakukan pada
penelitian ini adalah metode destruksi dengan basa.
Dipilihnya metode destruksi dengan basa ini,
karena thorium dapat dipisahkan sejak awal
melalui pengaturan pH larutan. Pada pH larutan =3
thorium(III) mengendap dan dapat dipisahkan dari
lantanida(III) seperti ditunjukkan dalam reaksi
berikut ini.
6 NaOH(s) + (Th,Ln)(PO4)2 (s) 2Na3PO4 (aq)
+ Th(OH)3 (s) + Ln(OH)3 (aq)

Jurnal Kimia Indonesia Vol. 1(1), 2006

Pemisahan Serium dari Mineral Monasit dengan Teknik SLM Bertingkat

2 ClO4- + 16 H+ Cl2 + 8 H2O


Eo = 1,52 V
3+
4+
Ce
Ce + e
Eo = -1,44 V
3+
+
2ClO4 + 14Ce + 16H Cl2 + 8H2O Eo = 1,52 V

Fraksi Ce(IV)

Pada tingkat oksidasi +4 serium mempunyai


sifat yang berbeda jika dibandingkan dengan LTJ
(III) lainnya. Perbedaan tersebut antara lain dalam
hal perubahan kemampuannya dalam membentuk
senyawa kompleks dengan
suatu ligan.
Kemampuan membentuk senyawa kompleks ion
Ce(IV) dengan carrier (TBP dan D2EHPA)
menjadi berkurang jika dibandingkan dengan
Ce(III) atau LTJ (III) lainnya, hal ini ditunjukkan
dengan tidak dipindahkannya dengan baik ion
Ce(IV) melalui SLM yang menggunakan carrier
(campuran TBP dan D2EHPA). Perubahan sifat
serium ini dapat dijadikan dasar pemisahan antara
serium dari LTJ lainnya.
Optimasi oksidasi Ce(III) Ce(IV).
Parameter yang dipelajari untuk optimasi proses
oksidasi Ce(III) Ce(IV) adalah suhu dan waktu
proses oksidasi. Pengaruh suhu dan waktu proses
oksidasi terhadap fraksi Ce(IV) yang terbentuk
ditunjukkan pada Gambar 1 dan 2 berikut ini:
0.995
0.990
0.985
0.980
0.975
0.970
0.965
0.960
0.955
0.950
0.945
70

90

110

130

150

170

Suhu ( C)

Gambar 1. Pengaruh suhu oksidasi terhadap jumlah


fraksi Ce(IV) yang terbentuk

1
0.99
0.98
Fraksi Ce(IV)

Pemisahan Ce(III) dari LTJ(III) lainnya tanpa


perlakuan khusus sangat sukar dilakukan karena
ion-ion tersebut mempunyai sifat kimia dan fisika
yang sangat mirip terutama dalam pelarut air. Hal
tersebut antara lain disebabkan oleh ukuran jari-jari
ion yang kecil dan hampir sama (semuanya
mempunyai elektron terluar pada orbital 5f),
bermuatan besar (+3), dengan demikian dalam air
sama-sama mengalami hidrasi yang kuat. Namun
demikian, serium memiliki sifat anomali
dibandingkan dengan LTJ lainnya, yaitu serium
merupakan satu-satunya LTJ yang dapat mempunyai bilangan oksidasi +4, seperti ditunjukkan
pada reaksi berikut ini.

0.97
0.96
0.95
0.94
0.93
0.92
0.91
0

20

40

60

waktu (menit)

Gambar 2. Pengaruh waktu oksidasi terhadap jumlah


fraksi Ce(IV) yang terbentuk

Pada Gambar 1 ditunjukkan bahwa pengamatan


dilakukan pada rentang suhu antara 80oC - 160oC.
Dengan semakin meningkatnya suhu yang diberikan pada proses oksidasi, jumlah Ce(IV) yang
terbentuk terus meningkat hingga suhu mencapai
140oC, tetapi setelah suhu 140oC, peningkatan
suhu selanjutnya tidak menambah lagi jumlah
pembentukan ion Ce(IV). Hal serupa juga ditunjukkan pada Gambar 2, yaitu tentang pengaruh
waktu pemanasan terhadap jumlah Ce(IV) yang
terbentuk. Pada waktu proses 0-20 menit jumlah
ion Ce(IV) terus meningkat, tetapi setelah waktu
proses lebih dari 20 menit, jumlah ion Ce(IV) yang
terbentuk tidak menunjukkan penambahan yang
berarti. Dari data-data tersebut diperoleh informasi
kondisi optimum untuk proses oksidasi Ce(III)
Ce(IV) dicapai pada suhu proses 140oC dan dengan
waktu proses 20 menit.
Pengaruh pH terhadap laju transpor ion
Ce(IV), La(III), Nd(III), Gd(III) dan Lu(III)
melalui SLM. Pengaruh variasi pH fasa umpan
terhadap transpor ion Ce(IV), La(III), Nd(III),
Gd(III) dan Lu(III) melalui SLM dipelajari dari pH
2 4. Pemilihan rentang pH ini didasarkan pada
data-data penelitian sebelumnya, dimana pada pH
larutan di bawah pH 2 dan di atas pH 4 transpor
LTJ melalui SLM tidak begitu baik. Gambar 3
menunjukkan pengaruh pH fasa umpan terhadap
fraksi konsentrasi masing-masing ion LTJ dalam
fasa umpan.
Pada Gambar 3 ditunjukkan bahwa untuk ke
lima ion LTJ yang dipelajari, yang paling
dipengaruhi sifat transpornya oleh variasi pH fasa
umpan adalah ion La(III). Transpor La(III) melalui
SLM mula-mula rendah dan dengan naiknya pH
fasa umpan terus meningkat dan mencapai
maksimum pada pH fasa umpan = 3, dan pada pH
larutan umpan > 3 kembali transpornya berkurang.

Sulaeman, Buchari dan Ummy Mardiana

1
1

0.8

0.9

0.7

0.8

0.6

0.7

0.5

0.6

C/Co

C/Co

0.9

0.4

Ce(IV)
La(III)
Nd(III)
Gd(III)
Lu(III)

0.5

0.3

0.4

0.2

0.3

0.1

0.2
0.1

60

120

180

240

300

Waktu (menit)
Ce(IV)
Gd(III)

La(III)
Lu(III)

0
0

Nd(III)

0.5

1.5

2.5

Molaritas HCl pada fasa penerima, M

Gambar 4. Pola perpindahan ionion Ce(IV), La(III),


Nd(III), Gd(III), dan Lu(III) melalui SLM, pada pH fasa
umpan = 3., carrier campuran TBP: D2EHPA 0.25 M :
0,75 M, fasa penerima larutan HCl 1,0 M

Gambar 5. Pengaruh konsentrasi HCl pada fasa


penerima terhadap fraksi ion Ce(IV), La(III), Nd(III),
Gd(III), dan Lu(III) yang tertahan pada fasa umpan
setelah diproses dengan SLM selama 300 menit,
dengan pH fasa umpan = 3

Hal sebaliknya terjadi pada pola transpor ion


Ce(IV). Dengan bertambahnya pH larutan umpan,
transpornya sedikit berkurang dan mencapai
minimum pada pH = 3, pada pH larutan umpan > 3
transpornya sedikit meningkat. Sedangkan untuk
ketiga ion LTJ lainnya yaitu Nd(III), Gd(III) dan
Lu(III) pada rentang pH larutan umpan antara 2
dan 3 laju transpornya relatif tidak banyak
berubah. Yang ingin dicapai pada penelitian ini
mendapatkan kondisi untuk memisahkan ion
Ce(IV) dari ion-ion LTJ lainnya dengan baik.
Proses pemisahan Ce(IV) yang baik diperoleh jika
ion Ce(IV) tidak dipindahkan sedangkan ion LTJ
lainnya dipindahkan dengan baik ke fasa penerima,
atau dengan kata lain diperoleh suatu kondisi
dimana ion Ce(IV) dipindahkan minimum
sedangkan ion LTJ lainnya maksimum. Keadaan
tersebut dicapai pada nilai pH fasa umpan = 3.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4
di bawah ini.
Pada Gambar 4, pola perpindahan ion-ion LTJ
melalui SLM, ditunjukkan bahwa ion Ce(IV) tidak
mengalami perpindahan dengan baik; tampak ada
sedikit ion Ce(IV) yang dipindahkan. Hal itu
kemungkinan disebabkan oleh adanya ion Ce(IV)
yang tereduksi menjadi ion Ce(III), sedangkan ion
LTJ(III) lainnya dipindahkan ke fasa penerima
dengan laju yang hampir sama. Berdasarkan data
di atas, terbukti bahwa dengan teknik SLM ion
Ce(IV) dapat dipisahkan dengan baik dari ion
LTJ(III) lainnya.

Pengaruh konsentrasi HCl dalam fasa penerima terhadap perpindahan ion Ce(IV), La(III),
Nd(III), Gd(III) dan Lu(III) melalui SLM.
Peningkatan optimasi pemisahan ion Ce(IV) dari
ion LTJ lainnya dicoba dengan memvariasikan
konsentrasi HCl dalam fasa penerima, mulai dari
konsentrasi 0,5 M hingga 3 M. Gambar 5 menunjukkan pengaruh variasi konsentrasi HCl terhadap
fraksi konsentrasi masing-masing LTJ yang
dipelajari dalam fasa umpan.
Pada Gambar 5 ditunjukkan bahwa dengan
semakin bertambahnya konsentrasi HCl dalam fasa
penerima, jumlah ion LTJ yang dipindahkan juga
meningkat. Hal ini terutama disebabkan oleh
meningkatnya gradien pH antara fasa umpan dan
fasa penerima sebagai pendorong perpindahan dan
bertambahnya daya tampung dari fasa penerima
terhadap ion-ion tanah jarang yang masuk. Namun
demikian keadaan ini tidak mempengaruhi jumlah
ion Ce(IV) yang dipindahkan, karena laju transpor
ion Ce(IV) ditentukan oleh bisa tidaknya membentuk kompleks netral dengan senyawa carrier,
sehingga tetap tidak dipindahkan. Namun demikian
fenomena tersebut tetap akan meningkatkan
kemurnian Ce(IV) yang diperoleh, karena
perbandingan jumlah ion Ce(IV) terhadap jumlah
ion LTJ lainnya dalam fasa umpan (target produk)
semakin meningkat, selain itu juga untuk mencapai
tingkat kemurnian produk yang sama diperlukan
waktu yang lebih pendek.

Jurnal Kimia Indonesia Vol. 1(1), 2006

Pemisahan Serium dari Mineral Monasit dengan Teknik SLM Bertingkat

Pengaruh konsentrasi LTJ dalam fasa umpan terhadap perpindahan ion Ce(IV), La(III),
Nd(III), Gd(III), dan Lu(III) melalui SLM.
Berdasarkan informasi dari pengaruh variasi
konsentrasi HCl dalam fasa penerima terhadap
perpindahan ion LTJ melalui SLM.
Maka
penelitian selanjutnya diarahkan kepada bagaimana
cara meningkatkan efisiensi proses pemisahan.
Yang dimaksud dengan efisiensi proses pemisahan
di sini adalah keadaan yang dapat memberikan
produk yang banyak, dalam waktu yang relatif
singkat dengan biaya yang relatif murah. Hal
tersebut antara lain bisa dicapai dengan meningkatkan konsentrasi LTJ dalam fasa umpan, dan
hal ini akan sangat tergantung pada kelarutan ionion LTJ tersebut dan kemurnian produk yang ingin
diperoleh. Komposisi ion LTJ dalam fasa penerima
SLM-1 (larutan induk fasa umpan SLM-2) adalah
sebagai berikut: Ce(III) 2135 ppm; La(III) 1267
ppm; Nd(III) 330 ppm; Gd(III) 122 ppm dan
Lu(III) 43 ppm dan total = 3897 ppm. Komposisi
tersebut dalam penelitian ini merupakan
konsentrasi tertinggi, maka variasi konsentrasi LTJ
dalam fasa umpan dilakukan dengan cara mengatur
jumlah volume larutan induk kemudian diatur pHnya = 3 dan diencerkan sampai 100 mL,
selanjutnya dimasukkan ke tabung fasa umpan.
Volume larutan induk yang dipipet ke fasa umpan
adalah : 25, 50, 75, dan 90 mL.
Gambar 6 menunjukkan pengaruh variasi
konsentrasi LTJ dalam fasa umpan terhadap fraksi

konsentrasi Ce(IV), La(III), Nd(III), Gd(III) dan


Lu(III) yang tertinggal dalam fasa umpan. Pada
Gambar 6 tampak bahwa pada volume pemipetan
larutan induk 25 mL dan 50 mL atau konsentrasi
total LTJ = 973 dan 1945 ppm, tidak memberikan
perbedaan yang berarti pada komposisi LTJ dalam
fasa umpan (larutan produk). Tetapi pada volume
pemipetan larutan induk yang lebih besar (75 dan
90 mL) terlihat adanya penurunan % Ce(IV) dalam
larutan produk yang disebabkan oleh terbatasnya
daya tampung dari fasa penerima. Maka
konsentrasi maksimum LTJ dalam fasa umpan
untuk fasa penerima yang menggunakan larutan
HCl 3 M adalah sekitar 2000 ppm.

100%
91.85
80%

91.41
81.7

32.51

79.2
Lu

60%

Gd
54.8

Nd
La

40%

Ce
20%

0%
Asal

25 mL

50 mL

75 mL

90 mL

Gambar 7. Pengaruh volume pemipetan (Konsentrasi


LTJ) dalam fasa umpan terhadap % komposisi LTJ
dalam fasa umpan (produk) setelah diproses dengan
SLM selama 300 menit, dengan pH fasa umpan =3 dan
konsentrasi HCl pada fasa penerima 3 M

1
0.9

C/Co

Pada Gambar 7 ditunjukkan bahwa, pada


volume pemipetan 25 dan 50 mL larutan induk
(3897 ppm) dalam satu kali proses SLM-2
konsentrasi Ce(IV) dapat ditingkatkan dari 54,8 %
menjadi 91,85 dan 91,41 %.

Ce(IV)

0.8

La(III)

0.7

Nd(III)

0.6

Gd(III)

0.5

Lu(III)

0.4
0.3
0.2
0.1
0
20

30

40

50

60

70

80

90

100

Volume larutan induk (mL)

Gambar 6. Pengaruh konsentrasi LTJ pada fasa


umpan terhadap fraksi ion Ce(IV), La(III), Nd(III),
Gd(III), dan Lu(III) yang tertahan pada fasa umpan
setelah diproses dengan SLM selama 300 menit,
dengan pH fasa umpan = 3 dan konsentrasi HCl
pada fasa penerima 3 M

Kesimpulan
Teknik SLM dapat digunakan untuk memisahkan ion LTJ dari ion non-LTJ dalam satu
kali proses dengan baik. Dengan teknik ini serium
dapat dipisahkan dari ion LTJ lainnya dengan
terlebih dahulu dioksidasi menjadi ion Ce(IV).
Dalam satu kali tahap proses SLM, kemurnian ion
Ce(IV) dapat ditingkatkan dari 54,8 % menjadi
91,8 %.

Sulaeman, Buchari dan Ummy Mardiana

Pustaka
1. Sulaeman, A., Disertasi Doktor. Departemen Kimia
ITB; Bandung, 2002.
2. Kopunec, R.; Benitiz, JC., J of Radioanalytical and
Nuclear Chemistry, 1991, 150(2), 269-280
3. Gaiwad, A.G., Chem. Biochem. Eng. Q., 2003, 17
(4), 327334.

4. Setiawan, B.; Kuntjara, U. Dirctorate of Mineral


resources of Indonesia in Proceeding of 5th Seminar
Geology and Evaluation of Kuroko and Rare Earth
Mineral resources, 1996.
5. Bitter, J.G.A. Transport Mechanisms in Membrane
Separation Processes. Plenum Press; New York,
1991.

Jurnal Kimia Indonesia Vol. 1(1), 2006

Anda mungkin juga menyukai