Anda di halaman 1dari 2

1.

Minta pertolongan (berteriak/menelpon ambulan)


2. Memastikan bahwa lingkungan sekitar aman untuk melakukan pertolongan
3. Matikan aliran atau pisahkan kontak korban dari sumbernya (alat listrik atau kabel).
Gunakan tongkat panjang seperti kayu kering, gagang sapu untuk menjauhkan sumber
aliran listrik tersebut
4. Jangan menyentuh korban sampai ia terbebas dari sengatan listrik.
5. Amankan penderita dari bahaya fisik yang langsung. Pindahkan korban dengan hati-hati
dan pakailah alas yang kering seperti koran, papan, selimut, matras karet atau baju kering
6. Periksa denyut nadi dan pernafasan
7. jika tak bernapas, berikan CPR (Cardiopul monary resuscitation) pernafasan buatan
sampai bantuan medis datang.
8. Usahakan jalan udara untuk pernafasan lancar.
a. Bila ada muntah/darah atau benda lain di mulut korban, keluarkan segera.
b. Telentangkan si korban, tekuk kepalanya ke belakang, tarik rahangnya ke depan agar
lidah tidak menutup lubang tenggorokan.
c. Lakukan pernafasan mulut ke mulut 3 - 4 kali secepat mungkin.
d. Pulihkan fungsi jantung dengan melakukan urutan jantung (cardiac resuscitation).
e. Untuk orang dewasa : Frekuensi pengurutan dilakukan 60 kali setiap menit
f. Untuk anak kecil :Frekuensi pengurutan dilakukan 90 kali setiap menit
Catatan:
Hindari tekanan yang terlalu keras agar tidak mengakibatkan tulang rusuk korban
rusak.
Upayakan pemulihan denyut nadi maupun pernafasan.
9. Pernafasan mulut ke mulut
a. Telentangkan si korban, tekuk kepalanya ke belakang.
b. Buka mulut dan tarik nafas Anda, kemudian tutup mulut dan tiupkan udara ke mulut
korban sekuat-kuatnya sampai rongga paru-paru terangkat.
c. Pijit hidungnya agar udara yang ditiupkan tidak keluar.
d. Amati turunnya dada kembali.
e. Faktor penentu adalah kecepatan dalam bertindak, karena itu 3 atau 4 kali peniupan
pertama dilakukan secepat mungkin.
f. Penipuan selanjutnya diulang lebih kuarng 10 kali setiap menit.

Catatan:
Bila paru-paru tidak mengembang, segera periksa mulut, hidung atau kerongkongan.
Untuk anak kecil : seyogianya mulut si penolong mencakup hidung dan mulut
korban, dengan frekuensi 20 kali setiap menit.
Bila satu dan lain hal, sipenolong tidak dapat meniup melalui mulut, maka dapat
dilakukan peniupan melalui hidung.
10. Kalau korban sudah bernapas kembali, tempatkan korban dalam posisi pemulihan dan
rawat semua lukanya dan minta bantuan medis.

Anda mungkin juga menyukai