Anda di halaman 1dari 7

8.

Prinsip Dasar Antena


Antena

adalah

suatu

struktur

untuk

memancarkan

enegi

gelombang

elektromagnetik sesuai yang diinginkan dan secara efisien. Beberapa jenis


antena yang dikenal luas (lihat Gb.8.1) adalah: kawat (wires), loop, apertur,
reflektor, lensa dan juga susunan (array) dari antena-2 yang tsb. Pada bagian ini
akan dibahas beberapa parameter penting seperti pola medan radiasi,
keterarahan, gain lebar pita dan impedansi. Kita tidak membahas sumber
secara rinci. Sumber disini adalah rapat arus dan muatan. Kita hanya meninjau
elemen kawat dari antena.

Gambar 8.1 Berbagai jenis antena

Untuk menentukan medan E, H yang dipancarkan oleh sumber listrik, kita


perlu menentukan solusi dari persamaan gelombang dalam vektor potensial
r
r
r
2 A + k 2 A = J
(8.1)

Berdasarkan pembahasan terdahulu, kita bisa menentukan solusinya melalui integral

A(r ) =
4

r
e jkR

J
r
dV
(
)

R
V

(8.2)

r
dimana R = r r . Notasi yang dipakai dalam persamaan ini dijelaskan dengan Gambar 8.2.

Gambar 8.2 Notasi yang dipakai pada persamaan (8.2)

Setelah dengan suatu cara A(r) ditentukan, medan E dan H dapat dihitung
dengan cara biasa. Kita ingat persamaan berikut
r
r
r
E = j A = j A

r
A

(8.3)

r
r 1
H = A

(8.4)

Disini kita tidak tahu secara apriori distribusi J(r'). Kita dapat mempersiapkan
permasalahan nilai batas dengan syarat Etan= 0 pada antena. Ini akan
memberikan persamaan integral untuk J(r') yang tak diketahui. Cara ini

rigorous tetapi sulit untuk dilakukan. Oleh karena itu akan ditempuh
pendekatan lain.

Gambar 8.2 Geometri radiasi dipol pendek

8. Prinsip Dasar Antena- 2

Kita dapat menebak apa yang kita harap dari J(r') dan menggunakannya dalam
integral untuk A, dan selanjutnya mencari E dan H dengan formula diatas. Ini
lebih mudah tetapi hasilnya bergantung pada tebakan kita. Kita mulai dengan
dipol yang sangat pendek yang diarahkan sepanjang sumbu-z (pendek artinya
l<<). Kita juga mengasumsikan dipol tersebut sangat tipis, sehingga arus
hanya mengalir pada arah-z saja (jadi tak ada arus disekeliling dipol). Karena
dipolnya pendek, kita asumsikan juga bahwa arus pada dipol adalah konstan.
r
0 = konstan
J ( z ) = I ( z ) = zI
l
2

A ( x,y,z ) = 0
4

I 0 z

l
2

(8.5)

e jkR
d l
R

(8.6)

sedangkan
r r
R = r r =

( x x )

+ ( y y) + ( z z)
2

= x2 + y 2 + z 2

(8.7)

=r
Penghilangan ketergantungan pada koordinat aksen akan menyederhanakan
integral radiasi

r
I e jkr
A ( x, y, z ) = z 0 0
4 r

l
2

dz = z

0 I 0 l jkr
e
4 r

(8.8)

Sakarang E dan H dapat dicari dengan penurunan. Tetapi, kita tidak mengukur
E dan H pada koordinat kartesian, melainkan koordinat bola. Ubah komponen
Az dari A ke komponen koordinat bola (Ar,A, A). Kita juga perlu menyatakan
hasil untuk E dan H dalam koordinat bola. Hasilnya adalah

Ar = Az cos =

0 I 0 l
cos e jkr
4 r

(8.9)

8. Prinsip Dasar Antena- 3

A = Az sin =

0 I 0 l
sin e jkr
4 r

(8.9)

A = 0

(8.10)

Medan disekitar antena dinyatakan sebagai


H r = H = E = 0
H =
Er =

(8.11)

jkI 0 l sin
1 jkr
1+
e

4 r
jkr

I 0 l cos
4 r 2

E = j

(8.12)

1 jkr
1 + jkr e

(8.13)

kI 0 l sin
1
1 jkr

e
1 +
4 r
jkr ( kr )2

(8.14)

Perhatikan beda pangkat pada rn dengan n = 1,2 atau 3 pada suku-suku ini.
Medan valid di semua tempat kecuali pada sumber itu sendiri, dimana r = r'.
Kita memiliki komponen (r,,) dari medan listrik dan pada umumnya:
r
r + E + E
E = rE
(8.15)

r
E = Er2 + E2 + E2

(8.16)

Medan dengan kebergantungan rn dengan n2 akan turun dengan cepat


terhadap jarak. Jika kita ambil titik medan pada jarak yang jauh dari sumber,
yakni kr>>1, kita mendapatkan daerah medan jauh.
Jika kita hanya mempertahankan suku-suku dengan r-1 , maka diperoleh

E = j kI 0 l sin
H = jkI 0 l sin

e jkr
r

e jkr
r

(8.17)
(8.18)

8. Prinsip Dasar Antena- 4

Ini bukan definisi dari medan jauh. Jika medan jauh harus berupa gelombang
datar maka akan bergantung pada ukuran antena dan radius kelengkungan
dari medan sferis. Perhatikan bahwa disini masih memiliki kebergantungan
exp{-jkr/r), jadi masih bersifat gelombang sferis. Perlu diperhatikan pula hal-hal
berikut ini

Er =Hr=E=E=0

E H dan transversal pada arah r (TEM)

baik E dan H satu fasa dalam waktu..

Zw= E / H = = 377.

Gambar 8.3 menampilkan pola radiasi dari dipol pendek.

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 8.3 Pola radiasi dipol pendek: (a) arah elevasi dan (b) azimuth,
(c) diagram polar dan (d) rektangular

8. Prinsip Dasar Antena- 5

Kita bisa menghitung daya radiasi riil dari dipol dengan terlebih dahulu
kerapatan daya rata-rata dan kemudian mengintegrasikan kerapatan daya ratarata keseluruh bola yang melingkupi dipol pada medan jauh.
r
1
1
Wav = Re E H = Re E H
2
2

E
E E
1
= r Re = r
2
2

kI 0 l sin 2
= r
2 4
r2

(8.19)

W / m2

Integrasi menjadi

(8.20)
Perhatikan bahwa ini bukanlah daya keseluruhan yang dibangkitkan oleh
sumber. Kita telah mengasumsikan permukaan tertutup sebagai medan jauh
dan

sbg

konsekuensinya

kehilangan

beberapa

komponen.

Jika

kita

menggunakan hasil medan dekat dengan permukaan bola yang memadai, maka
akan diperoleh:
P = Prad + j 2 (Wm We )

(8.21)

yakni, rata-rata waktu dari daya reaktif (arah radial). Ini fungsi dari r -3 untuk
suatu dipol.
Jika kita evaluasi Prad menggunakan medan jauh (integralnya menjadi integral
ganda ke seluruh koordinat bola). Akan kita dapatkan:

Prad

I0l
=
3

(8.22)

Kita sekarang bisa meninjau daya ini sebagai daya yang dihasilkan oleh suatu
tahanan ekivalen yang disebut sebagai tahanan radiasi

8. Prinsip Dasar Antena- 6

I0l
1 2
l
= I 0 Rr Rr = 80 2
3
2

Prad =

(8.23)

dengan 120.
Untuk suatu dipol kecil, maaka l/ 0.02. Jadi Rr=0.316 . Ini berarti bahwa,
jika kita menghubungkan saluran 50 line ke dipol tersebut, akan terjadi
ketidakcocokan (impedansi) yang

besar. Angka ini merupakan tahanan

masukan dari antena.


Perhatikan bahwa kita tidak dapat mendapatkan bagian reaktif dari impedansi
masukan karena kita hanya menggunakan informasi medan jauh untuk
mendapatkan bilangan tersebut. Pada kasus ini, kita harus meninjau daerah
berbentuk bola untuk medan dekat dan melakukan integrasi yang jauh lebih
rumit.

8. Prinsip Dasar Antena- 7

Anda mungkin juga menyukai