Unud 1119 717378523 G Tesisosenlengkap 3
Unud 1119 717378523 G Tesisosenlengkap 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anjing telah menjadi hewan kesayangan yang sangat dibutuhkan oleh
manusia. Hal ini membuat nilai ekonomis anjing menjadi tinggi bahkan harganya
bisa mencapai ratusan juta rupiah. Didukung dengan pengetahuan pemeliharaan
yang baik anjing telah menjadi peliharaan baik bagi orang tua maupun muda.
Walaupun manajemen pemeliharaan telah baik, tidak jarang ditemukan anjing
berkualitas mati secara mendadak baik karena penyakit, faktor umur maupun yang
tanpa sebab (Natasaputra, 2005).
Sampai saat ini, anjing ketika mati biasanya hanya dikubur saja, padahal
setelah matipun masih ada bagian tubuh yang bisa dimanfaatkan. Bagian tubuh
yang bisa dimanfaatkan adalah testis pada anjing jantan dan ovarium pada anjing
betina. Pada anjing jantan yang mati, cauda epididimis merupakan sumber
spermatozoa (Yu dan Leibo, 2002). Spermatozoa yang berasal dari cauda
epididimis telah memiliki kemampuan membuahi oosit yang sama baiknya
dengan spermatozoa hasil ejakulasi (Hewitt et al., 2001). Hal ini disebabkan
karena motilitas spermatozoa dari epididimis adalah 60% sampai 70% dan
akrosom utuh sebesar 72% (Bateman, 2001)
Puja et al.(2005) menyatakan bahwa spermatozoa yang dikoleksi dari
bagian cauda epididimis pada anjing yang mati mampu bertahan hidup sampai
lima hari. Bahkan Yu dan Leibo (2002) melaporkan bahwa spermatozoa motil
1
masih dapat diperoleh dari epididimis anjing setelah delapan hari penyimpanan
jaringan pada suhu 40C.
teknologi
reproduksi
terbantu
seperti
fertilisasi
in
vitro
dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Taksonomi dan Domestikasi Anjing
Klasifikasi organisme anjing yang ditemukan oleh oleh Linnaeus
berdasarkan sistem binomial yang ditandai dengan dua bagian nama, bagian
pertama menandakan genus dan bagian kedua menandakan nama speies (spesifik
epitet). Nama genus biasanya diletakan di depan sedangkan nama spesies di
belakangnya dengan huruf kecil (Rees, 1991).
Dari waktu ke waktu manusia merasa betapa bergunanya anjing dalam
kehidupan manusia. Manusia mulai menangkap anjing liar, melakukan seleksi
terhadap penampilan fisik, prilaku agar anjing menjadi piaraan yang baik.
Kegiatan ini lazim disebut dengan istilah domestikasi. Anjing kemungkinan
merupakan mamalia domestik sangat folimorfik dan menurut sistem binomial,
nama ilmiah yang diberikan pada anjing domestika adalah Canis familiaris,
sehingga alternatif untuk menandai perbedaan kelompok digunakan nama sub
spesifik atau breed (Evan, 1993).
Anjing domestik hasil domestikasi dari serigala sejak 15.000 tahun yang
lalu, atau mungkin sudah sejak 100.000 tahun yang lalu. Perkiraan ini berdasarkan
bukti genetik berupa penemuan fosil dan tes DNA. Sampai saat ini, anjing telah
berkembang menjadi ratusan ras dengan berbagai macam variasi, mulai dari
anjing tinggi badan beberapa puluh sentimeter seperti chihuahua hingga Irish
Wolfhound yang tingginya lebih dari satu meter. Warna bulu anjing bisa beraneka
6
ragam, mulai dari putih sampai hitam, juga merah, abu-abu (sering disebut
"biru"), dan coklat. Selain itu, anjing memiliki berbagai jenis bulu, mulai dari
yang sangat pendek hingga yang panjangnya bisa mencapai beberapa sentimeter.
Bulu anjing bisa lurus atau keriting, dan bertekstur kasar hingga lembut seperti
benang wol (Rees, 1991).
2.2 Minat Masyarakat Dalam Memelihara Anjing
Sejak berabad abad yang lalu anjing telah dekat dengan manusia. Pada
awalnya anjing dipelihara oleh manusia sebagai teman dalam berburu dan sebagai
penanda bahaya kalau ada serangan dari suku bangsa lainnya. Kemudian dengan
adanya gaya hidup menetap maka manusia mulai memanfaatkan anjing sebagai
penjaga tempat tinggal mereka (Aspinal, 1976).
Dalam kehidupan masyarakat tradisional anjing dipelihara dengan cara
dilepas begitu saja. Akan tetapi dengan semakin berkembangnya zaman anjing
mulai dipelihara dalam kandang atau diikat. Dalam kehidupan masyarakat
beberapa
anjing
juga
dianggap
bertuah
dan
membawa
keberuntungan
(Natasaputra, 2005) .
Anjing merupakan hewan domestikasi yang dimanfaatkan sebagai hewan
kesayangan yang dipelihara untuk kepentingan psikologis manusia. Berbeda
dengan hewan ternak, anjing lebih dimanfaatkan karena kecerdikan, keunikan dan
ketangguhannya. Dalam dunia militer dan kepolisian anjing banyak dimanfaatkan
sebagai anjing pelacak, baik sebagai pelacak barang barang bukti tindak pelaku
kejahatan maupun sebagai pencari korban bencana (Puja, 2007).
2.3.1 Testis
Testis merupakan organ reproduksi yang utama pada hewan jantan. Testis
mempunyai dua fungsi utama yaitu sebagai penghasil spermatozoa dan hormon
sex jantan (androgen). Spermatozoa tidak dihasilkan oleh testis sejak lahir tetapi
spermatozoa dihasilkan oleh testis melalui serangkaian pembelahan sel
spermatogonia pada tubulus semeniferus menjadi spermatozoa mulai umur 4
bulan (Puja, 2007).
Setiap hewan mamalia domestik memiliki sepasang testis yang berbentuk
bulat atau lonjong dan terletak di dalam skrotum. Testis anjing memiliki ukuran
yang bervariasi antara anjing ras besar dan anjing ras kecil. Pada anjing berat
badan tidak mempunyai hubungan yang nyata dengan ukuran testis. Ukuran testis
anjing rata rata 3x2x1,2 cm. Testis kanan lebih ringan jika dibandingkan dengan
testis kiri (Hori et al., 2004).
Testis dibungkus oleh jaringan yang bersipat serosa yang disebut dengan
tunika vaginalis. Tunika vaginalis memiliki lapis yang terdiri dari mesotel dan
jaringan ikat yang melekat pada tunika albugenia. Tunika albugenia merupakan
lapisan pembungkus testis yang paling luar yang yang merupakan suatu
membrana putih dan disusun oleh jaringan ikat elastis (Puja, 2007).
Parenkim testis terdiri atas tubulus semeniferus, yang dikelilingi oleh
jaringan interstitial yang mengandung sel Leydig, pembuluh darah, limfe dan
jaringan saraf. Sel Leydig menghasilkan hormon testoteron, progesteron, adan
kemungkinan hormon estrogen (Puja, 2007). Sel Leydig berbentuk polihedral dan
10
tidak teratur berinti bulat dibagian tengah dengan kromatin yang tersebar di luar
membran inti (Peter et al., 2001).
Arteri testikularis dan vena testikularis merupakan pembuluh darah utama
yang mensuplai darah ke testis. Kedua pembuluh darah ini membentuk pleksus
pampiniformis yang merupakan tempat pertukaran arus untuk menyesuaikan suhu
darah sebelum memasuki testis (Evans, 1993). Sedangkan sistem persyarafannya
adalah inervasi melalui pleksus testikularis dari sistem syaraf simphatetik
(Purswell dan Freeman, 1993).
2.3.2 Epididimis
Epididimis mamalia merupakan alat kelamin aksesori dinamik, tergantung
pada androgen testikularis untuk menjaga status deferensiasi epitel. Terdiri dari
sejumlah (8-25) duktus eferentis dan duktus epididimis yang panjang berliku liku.
Secara makroskopis epididimis terdiri dari kepala badan dan ekor yang muncul
secara medial dan berlokasi di permukaan dorsolateral testis dan terbungkus oleh
tunuka albugenia yang terdiri dari jaringan ikat pekat tidak teratur, dibalut oleh
selaput visceral (Dellman dan Brown, 1992, Junaidi, 2006).
Lebih lanjut Junaidi (2006) menyatakan kepala berada pada craniomedial
testikel dan ini merupakan bagian terbesar dari epididimis. Badan berada pada
dorsomedial sepanjang testikel dan berlanjut dengan ekor yang berada pada
caudal ekstremitas dari testikel dan diletakan ke akhir cauda dari testis oleh
ligamentum testis, corda spermatikus keluar dari ekor epididimis pada sapek
caudomedial dari testis dan memperluas ke medial testis sampai ke saluran
11
aksesori
terdiri
dari
kelenjar
vesika
seminalis,
prostata
dan
12
13
14
15
16
Dalam klasifikasi tumbuhan, pohon kelapa termasuk dalam genus: cocos dan
17
species: nucifera. Kelapa berasal dari pesisir samudra Hindia, namun kini telah
tersebar di seluruh daerah tropis (Setyamidjaya, 1991).
Air kelapa jumlahnya berkisar antara 25 persen dari komponen buah
kelapa. Pemanfaatannya masih terbatas dan kebanyakan terbuang sebagai limbah.
Bedasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa komposisi air kelapa tua terdiri
dari air 91,23 %, protein 0,29 %, lemak 0,15 %, karbohidrat 7,27 % dan abu 1,06
%. Selain itu airkelapa juga mengandung vitamin C dan vitamin B kompleks.
Sedangkan dalam air kelapa muda kandungannya adalah air sebanyak 95,5 %,
protein 0,1 %, lemak kurang dari 0,1 %, karbohidrat 4 %, dan abu 0,4 %. Air
kelapa muda juga mengandung vitamin C dan vitamin B komplek yang terdiri
atas asam nikotinat, asam pantotenat, biotin, asam folat, vitamin B1 dan sedikit
piridoksin. Air kelapa
(Rindengan, 2002).
Komposisi elektrolit dari air kelapa menyerupai cairan intraseluler yang
lebih erat dari plasma ekstraseluler. Zat-zat utama yang terkandung dalam air
kelapa antara lain kalium, kalsium, dan magnesium. Sedangkan natrium, klorida,
dan fosfat, ditemukan dalam jumlah konsentrasi yang lebih rendah. Air kelapa
merupakan cairan hipotonik dibandingkan plasma, dan memiliki gravitasi spesifik
sekitar 1,020, sebanding dengan plasma darah. Air kelapa memiliki osmolaritas
tinggi karena adanya kandungan gula didalamnya, terutama glukosa dan fruktosa,
juga kaya akan banyak asam amino esensial antara lain lisin, sistin, fenilalanin,
histidin, dan tryptophan. Air kelapa juga unggul dalam melakukan pemeliharaan
18
19
membuat acridine orange dapat digunakan untuk mempelajari siklus sel. Acridine
orange (AO) bersipat sedikit kationik, lipofilik, serta mampu menyerap struktur
sel dan membran organel (Han., 2010).
Acridine orange (AO) memiliki sifat metachromatic yang umumnya
digunakan dalam mikroskop fluoresensi dan aliran cytometry analisis fisiologi
seluler. Tekanan proton mendorong keasaman lisosomal menghasilkan gradien pH
yang signifikan yang mengakibatkan konsentrasi efisien AO dalam organel
lisosom . Efektivitas proses konsentrasi AO ini cukup untuk membuat konsentrasi
intra-lisosomal dan menyebabkan pengendapan AO menjadi butiran kecil
(Traganos., 1994).
20
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir
Penggunaan spermatozoa dari bagian epididimis memberikan harapan baru
untuk mempertahankan garis keturunan hewan dengan material genetik unggul
meskipun hewan yang bersangkutan telah mati. Hal ini disebabkan karena
spermatozoa yang masih hidup masih dapat dikoleksi dari bagian epididimisnya
sampai beberapa hari.
Pada anjing mati, epididimis merupakan sumber untuk mendapatkan
spermatozoa (Yu dan Leibo, 2002). Spermatozoa yang dikoleksi dari bagian
epididimis anjing mempunyai konsentrasi 1,03 x 109 (Bateman, 2001), dengan
motilitas mencapai 89,4% (Hori et al., 2004).
Spermatozoa yang berasal dari epididimis mempunyai kemampuan
membuahi oosit yang sama baiknya dengan spermatozoa hasil ejakulasi. Hal ini
disebabkan karena mengalami proses pendewasaan selama perjalanan dari caput
epididimis menuju cauda epididimis. Yu dan Leibo (2002) menyatakan bahwa
spermatozoa yang dikoleksi dari epididimis anjing yang disimpan pada suhu 40C
selama 8 hari masih mempunyai kemampuan bergerak.
Spermatozoa yang diambil langsung saat kematian menunjukkan
persentase hidup yang lebih tinggi dibandingkan 3 jam pasca kematian dan 6 jam
pasca kematian (Puja et al., 2005). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin lama
spermatozoa berada dalam epididimis setelah kematian semakin meningkat
20
21
spermatozoa yang mati atau semakin sedikit yang hidup. Terjadinya penurunan
persentase spermatozoa hidup pada penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh
oleh penurunan penggunaan energi, sintesis, pertumbuhan dan fungsi dari organ
tersebut (Campbell et al, 2000).
Kematian dicirikan dengan berhentinya proses biologis (Hill dan Lavia,
1980), tetapi sel gonad masih berpotensi digunakan (Sumarsono, 1997),
mengingat kecepatan kematian jaringan berbeda. Agar proses kematian
diperlambat maka perlu adanya perlakuan yang mampu mempertahankan
fisiologik normal pada organ.
Larutan NaCl fisiologis 0,9%, umum digunakan sebagai media untuk
mempertahankan laju proses kematian pada organ. Hal ini disebabkan NaCl
fisiologis 0,9% bersifat sebagai larutan isotonis terhadap tubuh. Demikian juga
bahan alam seperti air kelapa telah diketahui sebagai bahan yang sifatnya isotonis.
Hal ini disebabkan air kelapa banyak mengandung mineral, anion yang berperan
sebagai bahan yang dapat menjaga keseimbangan cairan tubuh.
22
3.2 Konsep
TESTIS ANJING
NaCl 0,9%
1jam
Spermatozoa
NaCl 0,9%
Air Kelapa
Muda
2 jam
Spermatozoa
Motilitas
Persentase Hidup
Abnormalitas
Integritas DNA
1 jam
Spermatozoa
Air Kelapa
Muda
2 jam
Spermatozoa
23
3.3 Hipotesis
1. Ada pengaruh media transpor dan lamanya transportasi terhadap viabilitas
spermatozoa cauda epididimis testis anjing
2. Ada pengaruh media transpor dan lamanya transportasi terhadap integritas
DNA spermatozoa cauda epididimis testis anjing.
24
BAB IV
MATERI DAN METODE
4.1 Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksperimental, dengan menggunakan rancangan
acak lengkap pola faktorial 2x2 (dua macam media transpor x dua waktu
pengamatan). Dua macam media yang digunakan adalah NaCl fisiologis dan air
kelapa. Dua waktu pengamatan adalah 1 jam dan 2 jam setelah penyimpanan
dalam media.
4.2 Lokasi Penelitian
Pengambilan sampel anjing dilakukan di Desa Melinggih, Payangan
Gianyar. Pemeriksaan spermatozoa dilakukan di Balai Besar Veteriner Denpasar.
Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2013.
4.3
pengambilan sampel testis lengkap dengan epididimisnya pada anjing lokal untuk
dikoleksi spermatozoanya.
Populasi target dalam penelitian ini adalah populasi anjing yang dipelihara
masyarakat di Kecamatan Payangan, Gianyar.
Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah anjing jantan yang tampak
tidak menunjukkan kelainan secara klinis dengan umur 1,5 tahun sampai 2 tahun.
24
25
26
27
Waktu 1 jam dalam media adalah selama 1 jam testis direndam dalam
media sebelum diproses.
Waktu 2 jam dalam media adalah selama 2 jam testis direndam dalam
media sebelum diproses.
Umur dan status kesehatan adalah anjing jantan yang secara klinis tidak
menampakan gejala penyakit yang berumur diatas 1,5 tahun- 2 tahun.
4.7 Bahan Penelitian
Testis anjing jantan lokal, NaCl fisiologis 0.9%, air kelapa muda (Coccus
nucifera), Acridine Orange, dan larutan Carnoys (methanol : glacial acetic acid
(3;1).
4.8 Alat Penelitian
Satu set alat bedah, container box, termometer, mikroskop flourensence,
mikroskop cahaya, object glass , cover glass, pipete pasture, batang gelas dan
osse.
4.9 Prosedur Penelitian
Testis beserta epididimis anjing diambil dari hasil kastrasi. Testis yang
telah diambil dimasukan kedalam container box dengan suhu 40 C yang telah
berisi transpor media berupa NaCl fisiologis dan air kelapa muda sesuai dengan
rancangan. Setelah sesuai dengan waktu yang ditentukan spermatozoa dari cauda
epididimis dikoleksi dengan cara pembilasan (flushing) menggunakan larutan tris
28
29
30
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Motilitas, Persentase Hidup dan Integritas DNA Spermatozoa Epididimis
Anjing Lokal
Berdasarkan hasil pengumpulan semen dari epididimis anjing lokal bali
diperoleh bahwa motilitas spermatoza rata-rata seperti pada tabel Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Kualitas Spermatozoa Anjing Lokal Hasil Koleksi dari epididimis
Parameter
Hasil
Motilitas
71,56 6,14
Abnormalitas
7,25 1,18
Persentase Hidup
78,68 2,72
Integritas DNA
92,25 2,40
30
31
Tabel 5.2 Rata-rata motilitas spermatozoa pada lama transportasi dan media
transpor berbeda
Media Transpor
Waktu Penyimpanan
1 Jam
2 jam
NaCl Fisiologis
71,25 5,85
63,00 1,82
71,70 5,73
65,50 1,29
32
pada media transpor berupa air kelapa muda selama satu jam dan dua jam dapat
dilihat pada tabel 5.3.
Tabel 5.3 Rata-rata persentase hidup spermatozoa pada waktu transportasi
dan media transpor dan lama transportasi.
Media Transpor
Waktu Penyimpanan
1 Jam
2 jam
NaCl Fisiologis
77.0 1.82
76.25 1.50
78.252.87
75.75 1.50
sama
dengan
NaCl
fisiologis
dalam
hal
mempertahankan
metabolismefisiologis spermatozoa.
Lama waktu transportasi pada media transpor tidak berpengaruh pada
persentase hidup spermatozoa (Gambar 5.1). Artinya meskipun rata rata
persentase hidup spermatozoa nampak berbeda antara waktu 1 jam dengan 2 jam
namun secara statistik perbedaan ini tidak bermakna(P>0.05). Pada transportasi
sampai waktu dua jam ternyata persentase hidup spermatozoa asal epdidimis
masih di atas 70%, artinya sampai waktu dua jam setelah pengambilan testis,
spermatoza masih layak untuk digunakan.
33
A
B
A
A
B
A
Gambar 5.1 Gambar spermatozoa yang hidup dan mati pada berbagai perlakuan
(A= perlakuan NaCl 0,9% +1 jam, B= perlakuan NaCl 0,9% + 2 jam, C =
perlakuan air kelapa muda + 1 jam, dan D = perlakuan air kelapa muda + 2 jam).
Tanda Panah (A) menunjukan spermatozoa mati dan tanda panah (B) menunjukan
spermatozoa hidup
5. 4 Pengaruh Jenis Media Transpor dan Waktu Transportasi Terhadap
Abnormalitas Spermatozoa Asal Epididimis
Rata-rata persentase abnormalitas spermatozoa normal yang dikoleksi dari
epididimis yang disimpan pada media transpor berupa air kelapa muda selama
satu jam dan dua jam dapat dilihat pada tabel 5.4.
34
Waktu Penyimpanan
1 Jam
2 jam
NaCl Fisiologis
7.75 0.95
8.25 1.50
7.00 0.81
8.25 1.89
35
A
B
B
A
A
B
Gambar 5.2 Gambar spermatozoa yang normal dan abnormal pada berbagai
perlakuan (A= perlakuan NaCl (0,9% +1 jam, B= perlakuan NaCl 0,9% + 2 jam,
C = perlakuan air kelapa muda + 1 jam, dan D = perlakuan air kelapa muda + 2
jam). Tanda Panah (A) menunjukan spermatozoa abnormal dan tanda panah (B)
menunjukan spermatozoa normal
5.5 Pengaruh Jenis Media Transpor dan Waktu Transportasi Terhadap
Integritas DNA Spermatozoa Asal Epididimis
Rata-rata persentase integritas DNA spermatozoa
epididimis yang disimpan pada media transpor berupa air kelapa muda selama
satu jam dan dua jam dapat dilihat pada tabel 5.5.
36
Waktu Penyimpanan
1 Jam
2 jam
NaCl Fisiologis
93.002.44
90.503.10
92.252.62
90.25 2.62
37
Gambar 5.3 Spermatozoa dengan DNA yang mulai terdenaturasi (tanda panah)
pembesaran 400x
38
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Pengaruh Jenis Media Transpor dan Waktu Transportasi Terhadap
Motilitas Spermatozoa Asal Epididimis
Pelaksanaan inseminasi buatan hingga saat ini masih menggunakan
spermatozoa yang diproses dari hasil koleksi semen melalui ejakulasi. Selain
sumber penampungan semen dari hasil ejakulasi, spermatozoa dapat juga diambil
langsung dari epididimis pada seekor anjing yang mati atau pada testis hasil
kastrasi (Hasegan et al., 2012). Semen yang berasal dari koleksi hewan yang telah
mati belum banyak mendapat perhatian. Hal ini disebabkan karena ada anggapan
bahwa kematian mengakhiri dengan segera segala aktivitas biologis dari suatu
individu. Pemanfaatan potensi yang masih ada biasanya terbatas pada
pengambilan beberapa organ tertentu seperti kornea, ginjal, dan organ lainnya
yang masih dapat didonorkan. Namun, masih ada bagian yang dapat
dimanfaatkan, yaitu gonad atau organ reproduksi primer.
Pada penelitian ini, spermatozoa yang dikoleksi dari epididimis
menunjukkan adanya variasi pada individu. Hasil pemeriksaan motilitas
menunjukkan nilai normal.
39
kualitas
spermatozoa yang terdapat di dalam cauda epidimis anjing. Media trasnsport testis
menggunakan air kelapa muda dan NaCl fisologis selama 1 jam menunjukkan
motilitas yang baik. Motilitas spermatozoa pada media transpor air kelapa adalah
(71,7 5,73)%, sedangkan pada media transpor NaCl fisiologis menunjukkan
rata-rata (71,25 5,85)%. Lamanya penyimpanan pada media transpor
mengakibatkan terjadinya penurunan motilitas ini dibuktikan oleh adanya
penurunan motilitas selama waktu penyimpanan dua jam baik pada air kelapa
muda maupun NaCl fisiologis. Setelah waktu dua jam motilitas spermatozoa
menjadi masing masing (65,5 1,29)% dan
spermatozoa cauda epidimis pada media transpor air kelapa muda baik dalam
waktu satu jam maupun dua jam terlihat lebih lebih tinggi dibandingkan NaCl
fisiologis 0,9% hal ini disebabkan karena Kandungan zat penyangga
yang
terdapat pada air kelapa muda lebih tinggi walaupun secara statisistik tidak
berpengaruh nyata (P<0.01). Bahan-bahan yang terkandung didalam air kelapa
muda dapat menjaga permiabilitas membran sel cauda epididmis sehingga
spermatozoa yang terdapat dalam cauda epididimis tetap terjaga viabilitas dan
integritas DNAnya. Salisbury and
tingginya motilitas dikarenakan
masih
selain itu spermatozoa dapat memanfaatkan energi berupa ATP untuk bergerak.
Pelepasan
40
masih dianggap
normal dan layak digunakan untuk inseminasi buatan (IB), karena motilitas
minimum untuk IB pada anjing adalah 60% (Johnston, 1991).
6.2 Pengaruh Jenis Media Transpor dan Waktu Transportasi Terhadap
41
42
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
1. Media transpor berupa air kelapa muda dan NaCl fisologis 0,9% tidak
berpengaruh nyata terhadap motilitas, persentase hidup, abnormalitas, dan
integritas DNA spermatozoa cauda epididimis anjing lokal.
2. Waktu trasnsportasi berpengaruh nyata terhadap motilitas tetapi tidak
berpengaruh nyata terhadap persentase hidup, abnormalitas dan integritas
DNA spermatozoa cauda epididimis anjing lokal.
7.2 Saran
Dari hasil penelitian ini dapat disarankan bahwa air kelapa muda dapat
digunakan untuk media transpor testis anjing lokal. Perlu dilakukan penelitian
lanjut, mengenai kemampuan fertilisasi spermatozoa epididimis yang disimpan
dalam media transpor air kelapa baik secara in vitro maupun in vivo.
42
43
DAFTAR PUSTAKA
Allen WE., 1992. Fertility and Obtestrics in Dog. Blackwell ScientificPublication.
Angrimani SR.,Lucio CF.,Veiga GAL., Silva LCG., Regazzi FM., Nichi M. dan
Vacnnucchi CI., 2012. Proceedings of the 7th International Symposium on
Canine and Feline Reproduction - ISCFR, Whistler, Canada.
Aspinal, K.W., 1976. First Step in veterinary Science. Ballere Tindall-London.
Bateman HL., 2001. Effects of Semen Extender Composition and
CoolingMethods on Canine Sperm Function and Cryo-survival. University
of Guelph, Thesis
Campbell NA., Reece JB. and Mitchell LG., 2000. Biologi. Edisi kelima. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Costa, SHF., Santos, RR., Ferreira, MAL., Machado, VP., Rodrigues, APR., dan
Ohashi, OM. 2002. Preservation of goat preantral follicles in saline or
coconut water solution. Braz. J. Vet. Res. Anim. Sci. 39;(6).
Dellmann HR., dan Brown EM.,1992. Buku Teks Histologi Veteriner II
Penerjemah R. Hartono. 3 edition.
Erenpreiss J, Jepson K, Giwercman A, Tsarev I, Erenpreisa Je, Spano M., 2002.
Toluidine blue cytometry test for sperm DNA conformation: comparison
with the flow cytometric sperm chromatin structure and TUNEL assays.
Human Reproduction. 19(10):2277-2282
Evan HE., 1993. Miller Anatomi of the Dog 3rd edition. W. B. Saunder Company.
Gopikrishna V., Thomas T., Kandaswamy D., 2008. A Quantitative Analysis of
Coconut Water: A New Storage Media For Avulsed Teeth. Oral Surg Oral
Med Oral Pathol Oral Radiol Endod. Feb;105:e61-e65.
Hafez ESE., 1987. Reproduction in Farm Animal. Lea and Febiger Philadelphia.,
Han, J., 2010. Fluorescent indicators for intracellular pH. Chem Rev 110, 27092728.
Hardjopronjoto S.,1995. Ilmu Kemajiran Pada Ternak. Airlangga University
Press.
Hasegan I., Sonea A., Matei M.,Vintila L., Ion C., dan Bortoiu A, 2012. Semen
Collection, Assessment and Processing for in vitro Fertilization in Dog a
Review. Animal Science and Biotechnologies, 45 (1).
44
45
46
Tejada RI., Mitchell JC, Norman A., Marik JJ., Friedman S. 1984. A test for the
Practical Evaluation of Male Fertility by Acridine Orange (AO)
Fluorescence. Fertil Steril. 42:8791.
Thomas, Toby., 2008. Comparative Evaluation of Mainte-Nance of Cell Viability
of an Experimental Transpor Media Coconut Wate with Hanks Balanced
Salt Solution and Milk, for Transporation of an Avulsed Tooth: An in Vitro
Cell Culture Study. J Conserv Dent. ;11(1): 22-29.
Traganos, F., 1994. Supravital Cell Staining with Acridine Orange Differentiates
Leukocyte Subpopulations. Method Cell Biol. 41: 185-194.
Tsutsui T., Tezuka T., Mikasa Y., Sugisawa H., Kirihara N., Hori T., dan
Kawakami E., 2003.Artificial Insemination with Canine Semenstored at a
Low Temperature. J.Vet.Med.Sci 65(3) : 307-312.
Yu I., dan Leibo SP., 2002. Recovery of Motile, Membrane-Intact Spermatozoa
from Canine Epididimis Stored for 8 days at 40C. Theriogenology. 57 :
1179-1190.