Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS LIPATAN UNTUK MENENTUKAN ARAH TEGASAN UTAMA

PEMBENTUKNYA DENGAN METODE STEREOGRAFIS


Gana Adikara Yusron1
21100113130110
1
Teknik Geologi Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Sari
Lipatan merupakan sebuah struktur sekunder pada batuan yakni struktur yang terjadi setelah
batuan terbentuk. Pembuatan paper ini dimaksudkan untuk menganalisis arah tegasan utaman dalam
proses pembentukan lipatan yang berupa antiklin di Sungai Banyumeneng. Hipotesis awal menunjukkan
arah tegasan utama tegak lurus dengan axial plane, mengingat pembentukan antiklin difaktori oleh gaya
yang menekan batuan. Dimana axial plane merupakan bidang khayal yang memotong lipatan pada titik
puncaknya. Dalam pembuatan paper ini ada beberapa tahapan yang dilakukan. Yang pertama dengan
melakukan observasi lapangan untuk mengetahui geometri dari lipatan serta data-data penyertanya yang
berupa strike dip pada sayap kanan dan kiri dari lipatan serta strike dip dari axial plane lipatan itu
sendiri. Kemudian dengan data tersebut dilakukan metode stereografis untuk mendapatkan arah tegasan
utama pembentuk lipatan. Lipatan yang berupa antiklin di Sungai Banyumeneng setelah dilakukan
analisis secara stereografis diperoleh arah tegasan pembentuk lipatan secara berurutan yakni N 178 0 E, N
3550 E, N 3360 E. Dari ketiga tegasan tersebutlah yang mana bersifat kompresional dan tegak lurus
dengan axial plane tercipta geometri lipatan pada batuan sedimen yang berupa perselingan batulanau
dan batulempung di Sungai Banyumeneng.
Kata Kunci: Banyumeneng, Lipatan, Antiklin, Axial Plane, Tegasan

Abstract
Folds is a secondary structure on the rock that occur after the rock was formed. This paper is
intended to analyze the direction of stress which makes the anticline form in Banyumeneng River. Initial
hypothesis indicates the direction of stress perpendicular to the axial plane, considering the formation of
the anticline which form by compressional stress. The axial plane is an imaginary plane intersecting
folds at its highest point. In making this paper there are some steps being taken. The first step is
determine the geometry of the folds and measuring of strike dip on the right and left limb of anticline
and strike dip of the axial plane anticline itself. Then analyze the data using stereografis method to get
the main stress that working in anticline. Anticline folds that form in Banyumeneng River after
stereografis analysis obtained the direction of main stress is N 1780 E. From the direction of main stress
which is exactly compressional and perpendicular to the axial plane created the anticline on sedimentary
rocks that form by siltstone and claystone in Banyumeneng River.
Keywords: Banyumeneng, Fold, Anticline, Axial Plane, Stress
Pendahuluan

perlapisan yang dibentuk sedimen merupakan


struktur primer karena terbentuk bersama dengan

Lipatan merupakan sebuah struktur sekunder


pada batuan yakni struktur yang terjadi setelah
batuan terbentuk. Seperti pada endapan sedimen
yang kemudian mengalami proses pembatuan,

batuan, sedangkan lipatan yang terbentuk karena


tektonik merupakan struktur sekunder. Adanya
suatu struktur tentu dibentuk karena adanya suatu

tegasan akibat pergerakan lempeng itu sendiri.


Untuk mengetahui tegasan utama tersebut perlu
dilakukan analisis berdasarkan data strike dip dari
sayap kanan dan sayap kiri lipatan serta axial
plane dari lipatan itu sendiri. Setelah data
diperoleh saat pengukuran di lapangan kemudian
dilakukan analisis dengan metode stereografis.
Pembuatan paper ini dimaksudkan untuk
menganalisis arah tegasan utaman dalam proses
pembentukan lipatan yang berupa antiklin di
Sungai Banyumeneng. Paper ini diharapkan dapat
menjadi referensi untuk penulisan terkait ke
depannya. Hipotesis awal menunjukkan arah
tegasan utama tegak lurus dengan axial plane,
mengingat pembentukan antiklin difaktori oleh
gaya yang menekan batuan. Dimana axial plane
merupakan bidang khayal yang memotong
lipatan pada titik puncaknya.
Lokasi pengambilan data sendiri terletak di
Sungai Banyumeneng, Kecamatan Mranggen,
Kabupaten Demak.
Geologi Regional
Susunan Stratigrafi
Geologi Kota Semarang berdasarkan Peta
Geologi Lembar Magelang Semarang (RE.
Thaden, dkk; 1996), susunan stratigrafinya
adalah sebagai berikut:
1. Aluvium (Qa)
Merupakan endapan aluvium pantai, sungai
dan danau. Endapan pantai litologinya terdiri dari
lempung, lanau dan pasir dan campuran
diantaranya mencapai ketebalan 50 m atau lebih.
Endapan sungai dan danau terdiri dari kerikil,
kerakal, pasir dan lanau dengan tebal 1 3 m.
Bongkah tersusun andesit, batu lempung dan
sedikit batu pasir.
2. Batuan Gunungapi Gajahmungkur (Qhg)
Batuannya berupa lava andesit, berwarna abuabu kehitaman, berbutir halus, holokristalin,
komposisi terdiri dari felspar, hornblende dan
augit, bersifat keras dan kompak. Setempat
memperlihatkan struktur kekar berlembar
(sheeting joint).
3. Batuan Gunungapi Kaligesik (Qpk)

Batuannya berupa lava basalt, berwarna abuabu kehitaman, halus, komposisi mineral terdiri
dari felspar, olivin dan augit, sangat keras.
4. Formasi Jongkong (Qpj)
Breksi andesit hornblende augit dan aliran
lava, sebelumnya disebut batuan gunungapi
Ungaran Lama. Breksi andesit berwarna coklat
kehitaman, komponen berukuran 1 50 cm,
menyudut membundar tanggung dengan masa
dasar tufaan, posositas sedang, kompak dan
keras. Aliran lava berwarna abu-abu tua, berbutir
halus, setempat
memperlihatkan
struktur
vesikuler (berongga).
5. Formasi Damar (QTd)
Batuannya terdiri dari batupasir tufaan,
konglomerat, dan breksi volkanik. Batupasir
tufaan berwarna kuning kecoklatan berbutir halus
kasar, komposisi terdiri dari mineral mafik,
felspar, dan kuarsa dengan masa dasar tufaan,
porositas sedang, keras. Konglomerat berwarna
kuning kecoklatan hingga kehitaman, komponen
terdiri dari andesit, basalt, batuapung, berukuran
0,5 5 cm, membundar tanggung hingga
membundar baik, agak rapuh. Breksi volkanik
mungkin diendapkan sebagai lahar, berwarna
abu-abu kehitaman, komponen terdiri dari andesit
dan basalt, berukuran 1 20 cm, menyudut
membundar tanggung, agak keras.
6. Formasi Kaligetas (Qpkg)
Batuannya terdiri dari breksi dan lahar dengan
sisipan lava dan tuf halus sampai kasar, setempat
di bagian bawahnya ditemukan batu lempung
mengandung moluska dan batu pasir tufaan.
Breksi dan lahar berwarna coklat kehitaman,
dengan komponen berupa andesit, basalt,
batuapung dengan masa dasar tufa, komponen
umumnya menyudut menyudut tanggung,
porositas sedang hingga tinggi, breksi bersifat
keras dan kompak, sedangkan lahar agak rapuh.
Lava berwarna hitam kelabu, keras dan kompak.
Tufa berwarna kuning keputihan, halus kasar,
porositas tinggi, getas. Batu lempung, berwarna
hijau, porositas rendah, agak keras dalam
keadaan kering dan mudah hancur dalam keadaan
basah. Batupasir tufaan, coklat kekuningan, halus
sedang, porositas sedang, agak keras.

7. Formasi Kalibeng (Tmkl)


Batuannya terdiri dari napal, batupasir tufaan
dan batu gamping. Napal berwarna abu-abu
kehijauan hingga kehitaman, komposisi terdiri
dari mineral lempung dan semen karbonat,
porositas rendah hingga kedap air, agak keras
dalam keadaan kering dan mudah hancur dalam
keadaan basah. Pada napal ini setempat
mengandung karbon (bahan organik). Batupasir
tufaan kuning kehitaman, halus kasar, porositas
sedang, agak keras, Batu gamping merupakan
lensa dalam napal, berwarna putih kelabu, keras
dan kompak.
8. Formasi Kerek (Tmk)
Perselingan batu lempung, napal, batu pasir
tufaan, konglomerat, breksi volkanik dan batu
gamping. Batu lempung kelabu muda tua,
gampingan, sebagian bersisipan dengan batu
lanau atau batu pasir, mengandung fosil foram,
moluska dan koral-koral koloni. Lapisan tipis
konglomerat terdapat dalam batu lempung di K.
Kripik dan di dalam batupasir. Batu gamping
umumnya berlapis, kristallin dan pasiran,
mempunyai ketebalan total lebih dari 400 m.
Struktur Geologi
Struktur geologi yang terdapat di daerah studi
umumnya berupa sesar yang terdiri dari sesar
normal, sesar geser dan sesar naik. Sesar normal
relatif berarah barat timur sebagian agak
cembung ke arah utara, sesar geser berarah utara
selatan hingga barat laut tenggara, sedangkan
sesar normal relatif berarah barat timur. Sesarsesar tersebut umumnya terjadi pada batuan
Formasi Kerek, Formasi Kalibening dan Formasi
Damar yang berumur kuarter dan tersier.
Metodologi
Dalam pembuatan paper ini ada beberapa
tahapan yang dilakukan. Yang pertama dengan
melakukan observasi lapangan untuk mengetahui
geometri dari lipatan serta data-data penyertanya
yang berupa strike dip pada sayap kanan dan kiri
dari lipatan serta strike dip dari axial plane
lipatan itu sendiri. Kemudian dengan data
tersebut dilakukan metode stereografis untuk
mendapatkan arah tegasan utama pembentuk

lipatan. Selain itu dilakukan pencarian referensi


berdasarkan geologi regional yang nantinya
digunakan untuk menunjang hasil analisis.
Hasil dan Pembahasan
Proses pengambilan data pertama kali dengan
mengukur strike dip dari sayap kanan dan sayap
kiri lipatan. Pengukuran menggunakan kompas
geologi dengan pengukuran sebanyak lima kali
untuk setiap sayap. Kemudian setelah mengukur
sayap, dilakukan pengukuran strike dip dar axial
plane. Axial plane merupakan bidang khayal
yang memotong lipatan secara simetri dan
melewati titik puncak ataupun rendahan dari
lipatan itu sendiri. Pengambilan data axial plane
harus tepat oleh karena itu harus dicari batas
bagian tengah dengan bidang khayal yang
nantinya akan diukur strike dipnya.
Lipatan antiklin ini sendiri merupakan lipatan
yang terbentuk pada perselingan batulanau dan
batupasir. Lipatan sendiri memang sering
terbentuk pada batuan sedimen karena sifat
batuan sedimen yang berlapis dan banyak
persebarannya di bumi, sehingga apabila terlipat
bentukan yang ada akan sangat terlihat.
Hipotesis
awal
berdasarkan
lokasi
pengambilan data dengan geologi regional maka
lipatan ini terbentuk oleh sesar mayor yang
kemudian menghasilkan tegasan-tegasan minor.
Dari tegasan minor tersebut salah satunya
menghasilkan geometri dari lipatan itu sendiri.
Setelah pengukuran strike dip dari sayap
kanan, sayap kiri dan axial plane maka langkah
selanjutnya adalah pengolahan data dengan
melakukan metode stereografis yang nantinya
hasil dari pengolahan dapat menunjukkan arah
dari tegasan utama ataupun tegasan lain yang
menyertai.
Pertama siapkan polar-equal area net beserta
kertas mika. Lalu dimulai dari titik west yang
merupakan titik nol derajat, lakukan pemlotan
data dari sayap kanan dan sayap kiri. Arah sesuai
dengan sudut pada lingkaran yakni hingga 3600,
yang kemudian untuk dip dimulai dari titik pusat
menuju luar lingkaran dengan setiap garis
pertambahan sebesar 20. Setelah semua data dari
sayap kanan dan sayap kiri diplot langkah
selanjutnya menggunakan lingkaran stereonet.
Hasil plot data tadi putar hingga titik-titik

tersebut bertemu pada satu great circle yang


sama, cari keadaan dimana pada great circle
terdapat titik paling banyak, lalu lakukan
penggambaran sesuai great circlenya. Setelah itu
lakukan plotting data untuk axial plane namun
untuk stereonet berbeda dengan polar-equal area
net, yakni dimana sudut untuk dip dimulai dari
luar lingkaran. Kemudian buat great circle dari
titik tersebut. Setelah itu akan terlihat titik
perpotongan dari great circle data sayap dan great
circle axial plane, itu lah thow 3. Kemudian
lakukan penarikan titik sebesar 900 dari thow 3
yang masih di dalam lingkaran. Titik tersebut
adalah thow 1 yang merupakan tegasan utama.
Kemudian letakkan titik thow 1 di N, S, E atau
W. Lakukan pole yakni penarik titik sebesar 900
yang masih segaris dengan titik thow 1. Titik
hasil pole merupakan thow 2 yang nantinya akan
terletak pada great circle data sayap. Setelah itu
lakukan penarikan garis secara tegak lurus dari
titik untuk mencari arah dari tegasan tersebut.
Sehingga akan diperoleh arah tegasan utaman
pembentuk lipatan yakni N 1780 E dengan
tegasan yang menyertai yakni thow 2 N 3550 E
serta thow 3 N 3360 E. Kemudian untuk mencari
plunge dan pitch dari lipatan itu sendiri, great
circle dari sayap dengan perpotongan great circle
axial plane, dimana great circle sayap yang
kurang dari 900 merupakan pitch, hitung sudut
pitch tersebut. Lalu dari titik perpotong tadi
lakukan penarik tegak lurus, hitung sudutnya,
itulah plunge. Sehingga diperoleh plunge 810
dengan pitch 800. Maka dengan melakukan
metode stereografis dapat diperoleh arah dari
setiap tegasan serta nilai dari pitch dan plunge
pada lipatan tersebut.

dengan hasil analisis yakni tegasan utama terletak


tegak lurus dengan axial plane.
Diharapkana adanya penelitian terkait untuk
dapat menambahkan atau memperbaiki analisis
dari penelitian sebelumnya.
Daftar Pustaka
[1] Tim Asisten Praktikum Geologi Struktur.
2013. Buku Panduan Praktikum Geologi
Struktur. Semarang: Teknik Geologi UNDIP

Penutup
Lipatan yang berupa antiklin di sungai
banyumeneng setelah dilakukan analisis secara
stereografis diperoleh arah tegasan pembentuk
lipatan secara berurutan yakni N 1780 E, N 3550
E, N 3360 E. Dari ketiga tegasan tersebutlah yang
mana bersifat kompresional dan tegak lurus
dengan axial plane tercipat geometri lipatan pada
batuan sedimen yang berupa perselingan
batulanau dan batulempung di Sungai
Banyumeneng. Sehingga hipotesis awal sesuai

Anda mungkin juga menyukai