Sari
Lipatan merupakan sebuah struktur sekunder pada batuan yakni struktur yang terjadi setelah
batuan terbentuk. Pembuatan paper ini dimaksudkan untuk menganalisis arah tegasan utaman dalam
proses pembentukan lipatan yang berupa antiklin di Sungai Banyumeneng. Hipotesis awal menunjukkan
arah tegasan utama tegak lurus dengan axial plane, mengingat pembentukan antiklin difaktori oleh gaya
yang menekan batuan. Dimana axial plane merupakan bidang khayal yang memotong lipatan pada titik
puncaknya. Dalam pembuatan paper ini ada beberapa tahapan yang dilakukan. Yang pertama dengan
melakukan observasi lapangan untuk mengetahui geometri dari lipatan serta data-data penyertanya yang
berupa strike dip pada sayap kanan dan kiri dari lipatan serta strike dip dari axial plane lipatan itu
sendiri. Kemudian dengan data tersebut dilakukan metode stereografis untuk mendapatkan arah tegasan
utama pembentuk lipatan. Lipatan yang berupa antiklin di Sungai Banyumeneng setelah dilakukan
analisis secara stereografis diperoleh arah tegasan pembentuk lipatan secara berurutan yakni N 178 0 E, N
3550 E, N 3360 E. Dari ketiga tegasan tersebutlah yang mana bersifat kompresional dan tegak lurus
dengan axial plane tercipta geometri lipatan pada batuan sedimen yang berupa perselingan batulanau
dan batulempung di Sungai Banyumeneng.
Kata Kunci: Banyumeneng, Lipatan, Antiklin, Axial Plane, Tegasan
Abstract
Folds is a secondary structure on the rock that occur after the rock was formed. This paper is
intended to analyze the direction of stress which makes the anticline form in Banyumeneng River. Initial
hypothesis indicates the direction of stress perpendicular to the axial plane, considering the formation of
the anticline which form by compressional stress. The axial plane is an imaginary plane intersecting
folds at its highest point. In making this paper there are some steps being taken. The first step is
determine the geometry of the folds and measuring of strike dip on the right and left limb of anticline
and strike dip of the axial plane anticline itself. Then analyze the data using stereografis method to get
the main stress that working in anticline. Anticline folds that form in Banyumeneng River after
stereografis analysis obtained the direction of main stress is N 1780 E. From the direction of main stress
which is exactly compressional and perpendicular to the axial plane created the anticline on sedimentary
rocks that form by siltstone and claystone in Banyumeneng River.
Keywords: Banyumeneng, Fold, Anticline, Axial Plane, Stress
Pendahuluan
Batuannya berupa lava basalt, berwarna abuabu kehitaman, halus, komposisi mineral terdiri
dari felspar, olivin dan augit, sangat keras.
4. Formasi Jongkong (Qpj)
Breksi andesit hornblende augit dan aliran
lava, sebelumnya disebut batuan gunungapi
Ungaran Lama. Breksi andesit berwarna coklat
kehitaman, komponen berukuran 1 50 cm,
menyudut membundar tanggung dengan masa
dasar tufaan, posositas sedang, kompak dan
keras. Aliran lava berwarna abu-abu tua, berbutir
halus, setempat
memperlihatkan
struktur
vesikuler (berongga).
5. Formasi Damar (QTd)
Batuannya terdiri dari batupasir tufaan,
konglomerat, dan breksi volkanik. Batupasir
tufaan berwarna kuning kecoklatan berbutir halus
kasar, komposisi terdiri dari mineral mafik,
felspar, dan kuarsa dengan masa dasar tufaan,
porositas sedang, keras. Konglomerat berwarna
kuning kecoklatan hingga kehitaman, komponen
terdiri dari andesit, basalt, batuapung, berukuran
0,5 5 cm, membundar tanggung hingga
membundar baik, agak rapuh. Breksi volkanik
mungkin diendapkan sebagai lahar, berwarna
abu-abu kehitaman, komponen terdiri dari andesit
dan basalt, berukuran 1 20 cm, menyudut
membundar tanggung, agak keras.
6. Formasi Kaligetas (Qpkg)
Batuannya terdiri dari breksi dan lahar dengan
sisipan lava dan tuf halus sampai kasar, setempat
di bagian bawahnya ditemukan batu lempung
mengandung moluska dan batu pasir tufaan.
Breksi dan lahar berwarna coklat kehitaman,
dengan komponen berupa andesit, basalt,
batuapung dengan masa dasar tufa, komponen
umumnya menyudut menyudut tanggung,
porositas sedang hingga tinggi, breksi bersifat
keras dan kompak, sedangkan lahar agak rapuh.
Lava berwarna hitam kelabu, keras dan kompak.
Tufa berwarna kuning keputihan, halus kasar,
porositas tinggi, getas. Batu lempung, berwarna
hijau, porositas rendah, agak keras dalam
keadaan kering dan mudah hancur dalam keadaan
basah. Batupasir tufaan, coklat kekuningan, halus
sedang, porositas sedang, agak keras.
Penutup
Lipatan yang berupa antiklin di sungai
banyumeneng setelah dilakukan analisis secara
stereografis diperoleh arah tegasan pembentuk
lipatan secara berurutan yakni N 1780 E, N 3550
E, N 3360 E. Dari ketiga tegasan tersebutlah yang
mana bersifat kompresional dan tegak lurus
dengan axial plane tercipat geometri lipatan pada
batuan sedimen yang berupa perselingan
batulanau dan batulempung di Sungai
Banyumeneng. Sehingga hipotesis awal sesuai