Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sampai saat ini pembangunan pendidikan nasional secara umum masih
dihadapkan pada berbagai permasalahan terkait dengan masih rendahnya kualitas
proses pembelajaran dan hasil pendidikan. Permasalahan kualitas pendidikan tidak
berdiri sendiri, tetapi terkait dalam satu sistem yang saling berpengaruh. Mutu
keluaran dipengaruhi oleh mutu masukan dan mutu proses. Secara eksternal,
komponen masukan pendidikan yang secara signifikan berpengaruh terhadap
mutu pendidikan meliputi: (1) Ketersediaan pendidikan dan tenaga kependidikan
yang belum memadai secara kuantitas dan kualitas, serta kesejahteraan yang juga
belum memadai, (2) Prasarana dan sarana belajar yang belum tersedia dan belum
didayagunakan secara optimal, (3) Pendanaan pendidikan yang belum memadai
untuk menunjuang mutu pembelajaran, dan (4) Proses pembelajaran yang belum
efisien dan efektif (Depdiknas, 2005). Dalam kaitannya dengan mutu proses, salah
satu faktor terpenting yang berpengaruh adalah ketersediaan tenaga pendidik
(guru) dan tenaga kependidikan.
Tenaga pendidik yang dimaksud tentunya adalah guru yang berkualitas
atau berkompeten dan bekerja secara profesional. Secara numerik saja jumlah
guru yang tersedia di lapangan masih kurang memadai, yakni ada sekitar 2,7 juta
guru, dan masih diperlukan sekitar 400 ribu guru lagi. Kekurangan jumlah guru
ini juga diperparah oleh ketidakseimbangan penyebaran guru, di mana guru
1

banyak menumpuk di sekolah perkotaan. Masalah lain adalah masih terdapatnya


kesenjangan guru dilihat dari aspek keahliannya. Guru yang tidak layak mengajar
sesuai dengan bidang keahliannya (mismatch) yang masih banyak terjadi terutama
pada jenjang sekolah menengah. Menurut sumber data Baltibank Depdiknas tahun
2004, untuk jenjang dan kategori SMP jumlah guru yang tidak layak menagajar
mencapai 23,3% dan SMP swasta mencapai 58,8% (Depdiknas, 2005).
LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) baik negeri maupun
swasta terus berlomba-lomba mencetak calon guru. LPTK selalu terus berupaya
meningkatkan mutu lulusan calon guru dengan berbagai cara. Mulai dari
meningkatkan kualifikasi dosen LPTK, memperbaiki kualitas perkuliahan melalui
berbagai penelitian pendidikan dan juga pelatihan. Apakah hasilnya sudah dapat
dinikmati oleh masyarakat? Keberhasilan tersebut seharusnya diindikasikan oleh
semakin meningkatnya kemampuan dan profesionalisme guru dan dosen, semakin
meningkatnya kualitas proses dan prestasi belajar siswa. Dalam rangka
mewujudkan keinginan-keinginan tersebut di atas, khususnya upaya untuk
meningkatkan kemampuan calon guru, FIS UM menggagas suatu bentuk
pelaksanaan PPL yang berbasis lesson study.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu
permasalahan yaitu sebagai berikut.
1.2.1 Bagaimana pelaksanaan lesson study di SMP Negeri 9 Malang?
1.2.2 Bagaimana hasil lesson study yang dilaksanakan di SMP Negeri 9 Malang?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan laporan ini adalah
sebagai berikut.
1.3.1 Untuk mengetahui pelaksanaan lesson study di SMP Negeri 9 Malang.
1.3.2 Untuk mengetahui hasil pelaksanaan lesson study yang dilaksanakan di
SMP Negeri 9 Malang.
1.4 Manfaat
Dari hasil laporan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi.
1.4.1 Guru
1.4.1.1 Memperbaiki dan meningkatkan cara atau model pembelajaran.
1.4.1.2 Terbuka atau melakukan sharing secara kolaboratif dengan kolegianya.
1.4.1.3 Meningkatkan pengetahuan tentang cara mengobservasi aktivitas belajar
siswa.
1.4.1.4 Meningkatkan motivasi untuk senantiasa berkembang.
1.4.1.5 Meningkatkan kualitas rencana pembelajaran.
1.4.2 Siswa
1.4.2.1 Meningkatkan aktivitas belajar.
1.4.2.2 Meningkatkan hasil belajar.
3

1.4.2.3 Meningkatkan motivasi belajar siswa.


1.4.3 Sekolah
Adanya lesson study ini dapat berpengaruh pada semua guru untuk
memperbaiki model pembelajaran yang dirasa kurang sesuai atau cocok sehingga
kesulitan dan semua permasalahan yang dihadapi sekolah dapat diatasi.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Lesson Study


Lesson study adalah suatu proses sistematis yang digunakan oleh guruguru Jepang untuk menguji keefektifan pengajaran dalam rangka meningkatkan
hasil pembelajaran (Garfield, 2006). Proses sistematis yang dimaksud adalah kerja
guru-guru secara kolaboratif untuk mengembangkan rencana dan perangkat
pembelajaran, melakukan observasi, refleksi, dan revisi rencana pembelajaran
secara bersiklus dan terus menerus. Menurut Walker (2005) lesson study adalah
suatu metode pengembangan profesional guru. Menurut Lewis (2002) ide yang
terkandung dalam lesson study sebenarnya singkat dan sederhana, yakni jika
seorang guru ingin meningkatkan pembelajaran, salah satu cara yang paling jelas
adalah melakukan kolaborasi dengan guru lain untuk merancang, mengamati, dan
melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang dilakukan.
2.2 Pelaksanaan Lesson Study
Ada beberapa cara orang melakukan lesson study. Hal ini tentunya
disesuaikan dengan kondisi dan situasi dalam prakteknya. Menurut Lewis (2002)
menyarankan ada enam tahapan dalam mengimplementasikan lesson study di
sekolah antara lain.
a. Tahap 1

Membentuk kelompok lesson study, yang antara lain berupa kegiatan merekrut
anggota kelompok, menyusun komitmen waktu khusus, menyusun jadwal
pertemuan dan menyetujui aturan kelompok.
b. Tahap 2
Memfokuskan lesson study, dengan tiga kegiatan antara lain yakni: (a)
menyepakati tema penelitian (recearchtrime) tujuan jangka panjang bagi
murid; (b) memilih cakupan materi; (c) memilih unit pembelajaran dan tujuan
yang disepakati.
c. Tahap 3
Merencanakan pembelajaran (recearchlessen), yang meliputi kegiatan
melakukan pengkajian pembelajaran yang telah ada, mengembangkan petunjuk
pembelajaran, meminta masukan dari ahli dalam bidang studi dari luar (dosen
atau guru lain yang berpengalaman).
d. Tahap 4
Melaksanakan pembelajaran di kelas dan mengamatinya (observasi). Dalam
hal ini pembelajaran dilakukan oleh salah seorang guru anggota kelompok dan
anggota yang lain menjadi observer. Observer tidak diperkenankan melakukan
introduksi terhadap jalannya pembelajaran baik kepada guru maupun siswa.
e. Tahap 5
Mendiskusikan dan menganalisis pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Diskusi dan analisis sebaiknya mencakup butir-butir sebagai berikut, antara
lain refleksi oleh instruktur, informasi latar belakang anggota kelompok,
presentasi, dan diskusi data data dari hasil observasi pembelajaran, diskusi
umum, komentar dari ahli luar, serta ucapan terima kasih.
6

f. Tahap 6
Merefleksikan pembelajaran dan merencanakan tahap-tahap selanjutnya. Pada
tahap ini anggota kelompok diharapkan berpikir tentang apa yang harus
dilakukan selanjutnya. Apakah berkeinginan untuk membuat peningkatan agar
pembelajaran ini menjadi lebih baik, apakah akan mengujicobakan di kelas
masing-masing, dan anggota kelompok sudah puas dengan tujuan-tujuan lesson
study, serta cara kerja kelompok.
Pengenalan lesson study dan implementasinya di Indonesia boleh
dikatakan masih sangat baru, yakni ketika para tenaga ahli Jepang dalam Program
IMSTEP JICA di tiga Universitas (UPI, UNY, dan UM) mulai mengenalkannya
pada tahun 2004. dalam tahap awal pengenalan lesson study tersebut (Saito, et
2005) mengenalkan ada tiga tahap utama lesson study, yakni sebagai berikut.
a. Perencanaan (plan)
Tahap perencanaan (plan) bertujuan untuk menghasilkan rencana pembelajaran
yang diyakini mampu membelajarkan peseta didik secara efektif serta
membangkitkan pertisipasi aktif peserta didik dalam pembelajaran.
b. Pelaksanaan (do)
Tahap pelaksanaan (do) dimaksudkan untuk menerapkan rencana pembelajaran
yang telah dirumuskan pada tahap sebelumnya. Salah satu anggota (guru atau
dosen) bertindak sebagai guru (dosen), sedangkan yang lain bertindak sebagai
pengamat (observer). Hadirin yang lain (selain anggota kelompok
perencanaan) juga bertindak sebagai pengamat.
c. Tahap refleksi (see)

Tahap refleksi (see) dimaksudkan untuk menemukan kelebihan dan


kekurangan pelaksanaan pembelajaran. Tujuan dari tahap ini adalah mampu
merencanakan kembali pembelajaran berikutnya yang lebih baik.

2.3 Alasan Pemilihan Lesson Study


Alasan mengapa lesson study yang dipilih sebagai salah satu alternatif
pengembangan profesionalitas guru di Indonesia di antaranya yaitu.
2.3.1 Lesson study merupakan suatu cara efektif yang dapat meningkatkan
kualitas mengajar guru dan aktifitas belajar siswa.
2.3.2 Lesson study yang didesain dengan baik akan menghasilkan guru yang
profesional dan inovatif.

2.4 Jenis Lesson Study yang dikembangkan di Indonesia


Pengembangan kegiatan lesson study di Indonesia dilakukan dalam rangka
implementasi program kerjasama teknis (technical assistant) dengan JICA (Japan
Internasional Cooperatioon Agency) yang disebut program SISTTEMS. Program
SISTEMS mulai dilaksanakan pada bulan Mei 2006 hingga Oktober 2008.
Program ini dilaksanakan di tiga daerah rintisan (Piloting), antara lain Kabupaten
Sumedang (Jawa Barat) di dampingi oleh UPI Bandung, Kabupaten Bantul
(Yogyakarta) di dampingi oleh UNY Yogyakarta, dan Kab Pasuruan (Jawa
Timur) didampingi oleh UM Malang. Sebelum program sistem, lesson study telah
dicoba kembangkan dalam program IMSTEP. Tahap lanjutan, yakni tahun 2004
2005, di tiga daerah (Malang, Yogyakarta, dan Bandung).

Dua bentuk kegiatan lesson study yang dilaksanakan di Kabupaten


Pasuruan, antara lain.
Lesson study berbasis MGMP, yakni lesson study yang dilaksanakan pada
setiap hari pertemuan MGMP yang telah ditetapkan (Kamis untuk matematika
dan Sabtu untuk sains). Kegiatan yang dilakukan meliputi plan pada minggu
pertama diikuti do dan see pada minggu ketiga.
Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS) atau Entire School Lesson Study
(ESLS), yakni lesson study yang dilakukan di suatu sekolah dengan kegiatan
utama berupa open lesson atau open class oleh setiap guru secara bergiliran
pada hari tertentu. Pada saat ada salah seorang guru membuka kelas (open
class) guru-guru yang lain di sekolah tersebut bertindak sebagai observer.
Setelah itu semua guru, baik guru model atau observer melakukan diskusi
refleksi untuk membahas berbagai hal yang terkait dengan fakta atau fenomena
proses belajar siswa yang ditemukan dalam pembelajaran tersebut.
Lesson study yang akan dilaksanakan dalam konteks sebagai basis
pelaksanaan PPL, lebih dekat dengan LSBS. Artinya dalam open class atau
pelaksanaan pembelajaran oleh calon guru di kelas dapat diobservasi oleh
mahasiswa lainnya, guru pamong maupun Dosen Pembimbing Lapangan (DPL)
yang berasal dari berbagai bidang studi, yang saat itu bertugas atau melaksanakan
kegiatan di ssekolah tempat PPL.
2.5 Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin, medius yang artinya perantara atau
pengantar dari pengirim pesan kepada penerima pesan (Arsyat, 2002:3). Media

sering disebut mediator. Mediator adalah penyebab atau alat yang turut campur
tangan dalam suatu pihak dan mendamaikan.
Dalam hal ini mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama,
dalam proses belajar itu, peserta didik, dan isi pelajaran. Jadi media adalah yang
menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran. Sebagai alat untuk
pengajaran, media mempunyai fungsi utama yaitu sebagai alat bantu mengajar
yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan
dikatakan oleh guru.
Manfaat media pembelajaran menurut Encyclopedi Of Research (dalam
Arsyat, 2002:25) adalah sebagai berikut.
Meletakkan dasar-dasar konkrit untuk berpikir, mengurangi verbalisme
pengetahuan kata atau simbol tanpa mengerti artinya.
Memperbesar perhatian peserta didik.
Meletakkan dasar-dasar penting untuk perkembangan belajar sehingga
membuat pelajaran lebih mantap.
Memberikan pengalaman yang dapat menumbuhkan kegiatan usaha sendiri di
kalangan peserta didik.

2.6 Model-model Pembelajaran


2.6.1 Examples non examples
Contoh dapat dari kasus gambar yang relevan dari kompetensi dasar.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
10

b. Guru menempelkan gambar di papan atau ditanyakan lewat OHP.


c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan atau menganalisis gambar.
d. Melalui diskusi kelompok 2 hingga 3 orang siswa, hasil diskusi dari analisis
gambar tersebut dicatat pada kertas.
e. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
f. Mulai dari komentar atau hasil disksi siswa, guru mulai menjelaskan materi
sesuai tujuan yang ingin dicapai .
g. Kesimpulan.
2.6.2 Problem Based Introduction (PBI)
Pembelajaran berdasarkan Masalah (PBI) memusatkan pada masalah
kehidupannya yang bermakna bagi siswa, pera guru menyajikan masalah,
mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan, serta dialog.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan.
Motivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah.
b. Guru membentuk siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, dan
jadwal).
c. Guru mendorong siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang
sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
d. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
2.6.3 Make-a match
11

Make a match yaitu mencari pasangan.


Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
a. Guru menyampaikan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik
yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian
lainnya katu jawaban.
b. Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
c. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
d. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan
kartunya (soal jawabanya).
e. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi
poin.
f. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang
berbeda dari sebelumnya.
g. Demikian seterusnya.
h. Kesimpulan.
2.6.4 Think pair and share
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
a. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan
guru.
c. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (dalam kelompok 2
orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.
d. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil
diskusinya.
12

e. Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok


permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.
f. Guru memberi kesimpulan.
2.6.5 Snowball throwing
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
a. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
b. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua
kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
c. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing,
kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
d. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu pertanyaan apa saja yang
menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
e. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke
siswa yang lainnya selama 5 menit.
f. Setelah siswa dapat satu bola atau satu pertanyaaan diberikan kesempatan
kepada siswa untuk menjawab pertnyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk
bola tersebut scara bergantian.
g. Guru memberikan kesimpulan.

13

BAB III
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai tahap-tahap pelaksanaan lesson study
yang meliputi tahap plan (perencanaan), do (pelaksanaan), see (melihat/refleksi).
3.1 Tahap Perencanaan (Plan)
Tahap ini bertujuan untuk menghasilkan rancangan yang diyakini mampu
membelajarkan peserta didik secara efektif serta membangkitkan partisipasi aktif
peserta didik dalam pembelajaran. Perencanaan yang baik tidak dapat dilakukan
secara sendirian. Pada tahap ini beberapa pendidik dapat berkolaborasi untuk
memperkaya ide terkait dengan rancangan pembelajaran yang akan dihasilkan,
baik dalam aspek pengorganisasian bahan ajar, aspek pedagogis, maupun aspek
penyiapan pembelajaran. Sebelum ditetapkan sebagai hasil final, semua
komponen yang tertuang dalam rancangan pembelajaran dicoba terapkan
(disimulasikan). Pada tahap ini juga ditetapkan prosedur pengamatan termasuk
instrumen yang diperlukan.
Berdasarkan tahap ini mahasiswa yang melakukan PPL (Praktek
Pengalaman Lapangan) di SMP Negeri 9 Malang yang berjumlah 3 orang saling
bertukar pikiran untuk menghasilkan rancangan pembelajaran yang akan
dilaksanakan pada saat lesson study untuk setiap mahasiswa. Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) masing-masing mahasiswa dapat dilihat pada
lampiran. Tahap perencanaan (plan) bertujuan untuk menghasilkan rancangan

14

pembelajaran yang diyakini mampu membelajarkan peserta didik secara efektif


serta membangkitkan partisipasi efektif peserta didik dalam pembelajaran.
Perencanaan yang baik tidak dapat dilakukan secara sendirian. Pada tahap
ini beberapa pendidik dapat berkolaborasi untuk memperkaya ide terkait dengan
rancangan pembelajaran yang akan dihasilkan, baik dalam aspek pengorganisasian
bahan ajar, aspek pedagosis, maupun aspek penyiapan alat bantu pembelajaran.
Sebelum ditetapkan sebagai hasil final, semua komponen yang tertuang dalam
rancangan pembelajaran dicoba terapkan (disimulasikan). Pada tahap ini juga
ditetapkan prosedur pengamatan termasuk instrumen yang diperlukan.

Perencanaan
(Plan)
- Penggalian
akademik
- Perencanaan
pembelajaran

Pelaksanaan
(Do)
- Pelaksanaan
pembelajaran
- Pengamatan oleh
rekan sejawat

Refleksi
(See)
Refleksi dengan rekan
sejawat

3.2 Tahap Pelaksanaan (Do)


Tahap pelaksanaan (Do) dimaksudkan untuk menerapkan rancangan
pembelajaran yang telah dirumuskan pada tahap sebelumnya. Salah satu anggota
(guru atau dosen) bertindak sebagai guru (dosen) atau sering disebut guru model,
sedangkan yang lain bertindak sebagai pengamat (observer). Hadirin yang lain
(selain anggota kelompok perncana) juga bertindak sebagai pengamat (jika ada).
Fokus pengamatan diarahkan pada aktifitas belajar peserta didik dengan
berpedoman pada prosedur dan instrumen pengamatan yang telah disepakati pada
tahap perencanaan, bukan untuk mengevaluasi penampilan guru (dosen) yang
15

sedang bertugas mengajar. Selama pembelajaran berlangsung, pengamat tidak


boleh mengganggu atau mengintroduksi kegiatan pembelajaran melalui video
kamera atau foto digital untuk keperluan dokumentasi dan atau bahan diskusi pada
tahap berikutnya, atau bahkan untuk kegiatan penelitian. Kehadiran pengamat di
dalam ruang kelas disamping mengumpulkan informasi juga dimaksukan untuk
belajar dari pembelajaran yang sedang berlangsung.
3.3 Tahap Refleksi (See)
Tahap refleksi (See) dimaksudkan untuk menemukan kelebihan dan
kekurangan pelaksanaan pembelajaran. Guru atau dosen yang telah bertugas
sebagai pengajar mengawali diskusi dengan menyampaikan kesan-kesan dalam
melaksanakan pembelajaran. Kesempatan berikutnya diberikan kepada anggota
kelompok perencana yang dalam tahap do bertindak sebagai pengamat.
Selanjutnya pengamat dari luar diminta menyampaikan komentar dan
lesson learned dari pembelajaran terutama berkenaan dengan aktivitas peserta
didik. Kritik dan saran disampaikan secara bijak tanpa merendahkan demi
perbaikan. Sebaliknya, pihak yang dikritik harus dapat menerima masukan dari
pengamat untuk perbaikan pembelajaran berikutnya. Berdasarkan masukan dari
diskusi ini dapat dirancang kembali pembelajaran berikutnya yang lebih baik.

16

BAB IV
HASIL LESSON STUDY

4.1 Pelaksanaan Lesson Study


Hari Senin, 1 Oktober 2012
4.2 Identitas Pembelajaran
Mata Pelajaran : PPKn
Topik

: Penerapan norma norma kebiasaan, adat istiadat dan


peraturan yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara

Jumlah siswa

: 42

Guru Model

: Bayu Indra Permana (guru PPL)

4.3 Sistematika Permainan atau Diskusi

Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yanng


ingin dicapai yaitu tentang penerapan norma-norma, kebiasaan dan adat
istiadat yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan
bernegara.

Guru menyiapkan sebuah tongkat

Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian


memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk membaca dan
mempelajari materi pada pegangannya/paketnya

17

Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya mempersilahkan siswa


untuk menutup bukunya

Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa,


setelah itu guru memutar sebuah lagu untuk menjadi acuan, sementara
tongkat tersebut berjalan sesuai dengan alunan dari lagu.

jika lagu itu berhenti ditempat siswa yang memegang tongkat, maka siswa
yang memegang tongkat tersebut harus menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh guru.

Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk


menjawab setiap pertanyaan dari guru

4.4 Ringkasan Pembelajaran


a. Pada awal pembelajaran, siswa memberi salam pada guru dan merespon
dengan semangat ketika guru mengecek kehadiran siswa di dalam kelas.
b. Siswa benar-benar memperhatikan apersepsi yang diberikan guru.
c. Sebagian besar siswa mencermati dan memperhatikan penjelasan guru dengan
seksama.
d. Sebagian besar siswa sangat antusias untuk mengikuti permainan yang
diberikan oleh guru.
e. Sebagian besar siswa begitu aktif dalam menemukan jawaban.
f. Sebagian siswa mampu menafsirkan sendiri jawaban dari soal yang dibacakan
oleh guru meskipun belum dijelaskan.

18

g. Guru memberikan peringatan apabila ada beberapa siswa yang hanya ramai
sendiri dan tidak mengikuti permainan.
h. Beberapa siswa ada yang tidak aktif atau hanya mengamati teman yang
lainnya.
i. Permainan dapat selesai tepat pada waktu yang direncanakan.
4.5 Cara Guru Memberikan Nilai
Dengan berdasarkan aspek penilaian dari seluruh kegiatan pembelajaran
Tabel 4.1 Penilaian Peserta Didik dalam Talking Stik
Nama

Penilaian Kegiatan

No.

Skor
Siswa Keaktifan Kemandirian Kompetensi Kelancaran Ketepatan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

19

14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.

20

37.
38.
39
40
41
42

Keterangan
NILAI = (Jumlah Skor / Skor maksimal) x 100
Skor 1 = Kurang
Skor 2 = Cukup
Skor 3 = Baik
Skor 4 = Sangat baik

Rentangan Nilai
A = 100 85
B = 84 65
C = 64 45

Dalam lesson study ini sebagian besar siswa telah memahami topik atau
tema, hal tersebut dapat dibuktikan dengan antara lain sebagai berikut.
Sesuai fakta yang ada banyak sekali yang mampu menjawab pertanyaan yang
dibacakan oleh guru.
Sebagian siswa berusaha mendengarkan penjelasan dari guru.
21

Siswa yang berada di belakang mampu memperhatikan dengan seksama.


Suasana kelas lebih hidup dan siswa terdorong untuk me.jawab pertanyaan
yang diberikan oleh guru.
Proses belajar sebagian besar 38 siswa aktif dan 4 siswa kurang aktif dalam
mengikuti pembelajaran di kelas.
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulkan mengenai aktivitas
siswa di dalam kelas, yaitu sebagai berikut.
Tabel 4.2 Ketidakaktifan Siswa
No.

Nomor Siswa

Keaktifan

Keterangan

1.

Surya Fatimah pitaloka

Kurang aktif

Berbicara dengan teman

2.

Bagas natalino

Kurang aktif

Berbicara dengan teman

3.

Naufal hanif

Kurang aktif

Berbicara dengan teman

4.

Ardiningga pratama putra

Kurang aktif

Mengganggu teman

Dilihat dari tabel keaktifan dan ketidakaktifan di atas bahwa kegiatan


lesson study ini berjalan dengan lancar dan hasilnya sesuai dengan yang
diharapkan, dimana siswa lebih banyak yang aktif dari pada siswa yang tidak
aktif, keaktifan siswa tersebut juga didukung oleh beberapa faktor, antara lain
guru yang dapat menguasai kelas dengan baik, media yang mendukung, serta
motivasi yang ada di diri siswa untuk mengetahui sesuatu hal yang baru. Selain itu
juga ada beberapa siswa yang tidak aktif di pengaruhi oleh beberapa faktor yang
paling menonjol adalah kurangnya antusias serta banyak siswa yang tidak
memilki buku pelajaran, hanya mengandalkan buku yang disediakan oleh pihak
sekolah, serta tidak memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru atau pengajar.
22

Adapun usaha-usaha yang dilakukan oleh guru untuk mendorong siswa


yang tidak aktif untuk belajar, antara lain sebagai berikut.
Guru memberikan kesempatan bertanya kepada semua siswa khususnya yang
kurang aktif.
Guru menunjuk siswa dengan memanggil nama siswa yang kurang aktif untuk
menjawab pertanyaan dan menjelaskan materi yang telah disampaikan.
Guru menekankan kembali pada materi-materi yang dirasa siswa masih sulit
untuk dipahami.
Pelajaran berharga yang dapat dipetik pada pengamatan kegiatan lesson
study ini, antara lain sebagai berikut.
Adanya kebersamaan antara guru dengan siswa
Tidak hanya guru yang aktif dalam kegiatan pembelajaran tetapi pertisipasi
aktif siswa sangat menentukan keberhasilan pembelajaran.
Siswa bersemangat dan menjadi tidak bosan dengan mata pelajaran PPKn
Terjadinya interaksi antara siwa, guru, dan media yang digunakan.
Keberhasilan suatu pembelajaran tidak dilihat dari hasil akhir siswa belajar
tetapi bagaimana proses belajar mengajar itu berlangsung.

23

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada uraian sebelumnya, dapat dibuat beberapa kesimpulan,
antara lain sebagai berikut.
5.1.1 Lesson study adalah suatu proses kerja guru secara kolaboratif untuk
mengembangkan rencana dan perangkat pembelajaran, melakukan
observasi, refleksi, dan revisi rencana pembelajaran secara bersiklus dan
terus menerus.
5.1.2 Tahap-tahap pelaksanaan lesson study, antara lain meliputi.
5.1.2.1 Tahap perencanaan (plan), tahap ini bertujuan untuk menghasilkan
rancangan yang diyakini mampu membelajarkan peserta didik secara
efektif serta membangkitkan partisipasi aktif peserta didik dalam
pembelajaran.
5.1.2.2 Tahap pelaksanaan (do), tahap ini dimaksudkan untuk menerapkan
rancangan pembelajaran yang telah dirumuskan pada tahap plan.
5.1.2.3 Tahap melihat atau refleksi (see), tahap ini dimaksudkan untuk
menemukan kelebihan dan kekurangan pelaksanaan pembelajaran.
5.2 Saran
5.2.1 Mengembangkan sosialisasi lesson study agar lebih dikenal oleh berbagai
lembaga pendidikan.

24

5.2.2 Menambah frekuensi dalam lesson study agar dapat mengetahui kendalakendala dalam pembelajaran sehingga dapat diperoleh solusi yang tepat
demi tercapainya hasil belajar yang maksimal.
5.2.3 Melakukan tahap refleksi dengan sebaik-baiknya agar benar-benar diketahui
progres yang berarti dan yang sebenarnya.

25

Anda mungkin juga menyukai