Anda di halaman 1dari 15

Suatu Studi Perbandingan Acak antara Magnesium Sulfat Dosis Rendah

dan Rejimen Dosis Standar untuk Penanganan Eklampsia


Latika Sahu, Shubhra Singh, Anjali Tempe, B. C. Koner

ABSTRAK
Latar Belakang: Eklampsia adalah kelainan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan,
di mana terjadinya satu atau lebih kejang umum dan atau koma, tanpa adanya kondisi
neurologis lainnya. Ini merupakan kegawatdaruratan obstetri yang umum. Eklamsia secara
signifikan berkontribusi terhadap morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal. Dr J. A.
Pritchard pada tahun 1955, memperkenalkan magnesium sulfat untuk mengontrol kejang
pada eklampsia dan digunakan di seluruh dunia. Mengingat rendahnya indeks massa tubuh
perempuan India, rejimen magnesium sulfat dosis rendah telah diperkenalkan oleh beberapa
penulis. Tujuannya adalah untuk membandingkan efektivitas rejimen magnesium sulfat dosis
rendah dengan rejimen baku Pritchard untuk eklampsia.
Metode: Sebuah studi prospektif acak dari lima puluh kasus eklampsia, yang diobati dengan
magnesium sulfat (25 masing-masing dengan rejimen dosis rendah dan rejimen Pritchard)
dilakukan dari Oktober 2010 sampai Januari 2012 di MAMC & LNH, New Delhi, India.
Hasil dianalisis menggunakan Paket Statistik Ilmu Sosial perangkat lunak (SPSS) 17.0.
Hasil: Dalam penelitian ini, didapatkan dalam 96% kasus eklampsia kejang dikontrol dengan
rejimen magnesium sulfat dosis rendah. Satu kasus yaitu 4% mengalami episode tunggal
terulangnya kejang, yang dikendalikan dengan memberikan obat-obatan tambahan dan
menggantinya ke rejimen dosis standar. Tidak terdapat kematian ibu.
Kesimpulan: Morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal dalam penelitian ini
sebanding dengan yang mendapat rejimen standar Pritchard. Pada studi ini tidak ditemukan
adanya kasus toksisitas magnesium terkait dengan rejimen magnesium sulfat dosis rendah.
Magnesium sulfat dosis rendah ditemukan aman dan efektif dalam eklampsia.
Kata kunci: Eklampsia, rejimen Pritchard, magnesium sulfat dosis rendah
PENDAHULUAN
Eklampsia masih tetap menjadi penyebab umum morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal
pada populasi kurang mampu. Terdapat 1 insiden eklampsia dari 2000 persalinan di negaranegara maju dan satu dari 50-500 persalinan di negara-negara berkembang.1 Di India,
kejadian eklampsia berkisar antara 6 hingga 100 per 10.000 kelahiran hidup.2 Eklampsia

dapat terjadi selama periode antepartum (35% -45%), intrapartum (15% -20%), atau
postpartum (35% -45%).3 Eklampsia menyumbagkan 12% dari kematian ibu di dunia dan 8%
dari kematian ibu di India.4 Diperkirakan 50.000 wanita meninggal setiap tahun mengalami
konvulsi eklampsia.5
Setelah publikasi uji coba kolaboratif eklampsia pada tahun 1995 magnesium sulfat dianggap
sebagai agen pilihan untuk mengendalikan kejang eklampsia dan lebih efektif mencegah
kekambuhan kejang, mengurangi morbiditas dan mortalitas ibu dan neonatus dibandingkan
diazepam dan fenitoin.6 Magnesium memiliki indeks terapeutik yang sempit sehingga
menyebabkan kekhawatiran yang terkait toksisitasnya. Pengalaman dengan rejimen
magnesium sulfat Pritchard untuk eklampsia menunjukkan toksisitas antara lain seperti
disfungsi pernapasan, ginjal dan neuromuskular dan kesalahan dosis yang dibutuhkan.
Penggunaan pengobatan ini di rumah sakit tingkat dasar dan menengah telah tertunda akibat
ketakutan akan toksisitas obat yang terkait dengan kadar magnesium serum yang tinggi dan
dapat mengancam kehidupan ibu. Hal ini juga dapat mempengaruhi neonatus. Oleh karena itu
penelitian telah dilakukan di negara-negara berkembang untuk menentukan dosis efektif
terendah.7,8 Pritchard pada tahun 1984 menyatakan bahwa dosis magnesium sulfat dapat
dikurangi untuk wanita dengan BMI rendah di Asia saat pemberian rejimen Pritchard
mungkin terbukti berbahaya bagi mereka.9
Sejak diperkenalkannya rejimen Pritchard menjadi diskusi yang berlanjut dalam literatur
mengenai dosis terbaik terapi magnesium sulfat yang dapat menjaga pasien bebas dari
toksisitas. Berbagai rejimen magnesium sulfat dosis rendah telah dijelaskan terutama karena
ukurannya perempuan India yang kecil dan kekhawatiran akan toksisitas dalam keadaan di
mana fasilitas untuk pengukuran kadar magnesium serum tidak tersedia. Rejimen magnesium
sulfat dosis rendah telah menjanjikan dalam hal penurunan efek samping tanpa penurunan
manfaat terapeutik yang signifikan. Di India, rejimen Pritchard telah dimodifikasi di berbagai
tempat dan ditemukan bahwa regimen dosis rendah memiliki efikasi baik sebagai rejimen
dosis standar untuk mengendalikan kejang dengan sedikit toksisitas magnesium tetapi bukan
sebuah data statistik jangka panjang telah dilaporkan atau protokol yang telah
distandarisasi.1,8,10-13
Dalam studi ini kami menggunakan rejimen Pritchard (intramuskular) sebagai dosis standar
karena lebih mudah dalam pemberiannya yaitu intramuskuler. Konsentrasi normal
magnesium serum adalah 1,5-2,5 meq/L (1,8-3,0 mg/dL). Total konsentrasi magnesium
serum yang dianjurkan untuk pengobatan kejang eklampsia yakni sebesar 3,5-7 mEq/L (4,2-

8,4 mg/dL), yang dapat diperoleh melalui pemberian secara intramuskular, intravena atau
Kombinasi keduanya.14 Sementara rejimen IM memiliki kekurangan berupa suntikan yang
menyakitkan, namun memiliki keuntungan berupa kenyamanan dan keamanan yang lebih
besar. Dalam studi kami, pompa untuk Infus IV tidak tersedia dan, di samping itu, staf
perawat mungkin terlalu sibuk untuk terus menerus memberikan pemantauan yang
diperlukan. Rute IM, di mana dosis akan hanya diberikan sekali refleks, dimana mungkin
akan lebih aman untuk fungsi respirasi dan produksi urine.
Dosis rendah yang kami telah pilih (rejimen Dhaka) untuk dibandingkan dengan regimen
standar Prichard karena banyak penelitian dengan rejimen ini menunjukkan efikasi yang
serupa dengan Prichard. Jenis penelitian yang belum dipublikasikan umumnya dari India
utara dan belum digunakan pada institusi kami. Jadi, kami telah mencoba untuk menemukan
efikasi regimen dosis rendah ini yang dapat dicoba di lembaga kami dan juga dapat
diinformasikan ke puskesmas primer & sekunder untuk penggunaan rejimen ini tanpa
ketakutan akan toksisitas magnesium seperti dalam rejimen standar Pritchard yang dapat
mengurangi komplikasi eklampsia sementara dalam perjalanan mencapai rumah sakit tingkat
tersier kami.
Penelitian ini adalah percobaan prospektif kontrol acak dengan tujuan untuk menentukan
efikasi magnesium sulfat dosis rendah dalam pengendalian kejang pada kasus eklampsia,
untuk merekam tanda-tanda toksisitas magnesium dan kadar magnesium serum serta
membandingkannya dengan rejimen standar Pritchard. Pengukuran hasil primer dan sekunder
dibandingkan hubungannya dengan kadar magnesium serum juga. Sebagian besar penelitian
sebelumnya yang hanya berupa studi observasional dan tidak ada penelitian korelasi dengan
tingkat magnesium serum. Studi sebelumnya juga tidak mencakup semua parameter yang
kami telah disebutkan dalam penelitian ini.
METODE
Penelitian ini dilakukan di Departemen Obstetri dan Ginekologi, Maulana Azad Medis
College, dan Lok Nayak Hospital, New Delhi dari September 2010 sampai Januari 2012. Ini
merupakan studi acak terkontrol yang melibatkan dua kelompok pasien dengan eklampsia
yang menerima baik dosis rendah (studi kelompok) atau dosis standar (kelompok kontrol)
rejimen magnesium sulfat.

Metode pengacakan
Sebuah tabel hasil pengacakan komputer digunakan untuk menetapkan pasien untuk
kelompok perlakuan 1 dari 2 dengan rasio 1: 1 dari kontrol untuk subjek penelitian. Setelah
menyetujui untuk berpartisipasi pada saat pendaftaran, pasien diurutkan dalam numerik untuk
kelompok pengobatan yang sesuai.
Desain penelitian
Eklampsia didiagnosis jika ada riwayat kejang umum tonik klonik dengan atau tanpa tekanan
darah tinggi dan proteinuria (dengan metode dipstick) dengan tidak adanya kejang yang
mendasari gangguan setelah 20 minggu usia kehamilan. Semua kasus eklampsia antepartum,
intrapartum dan postpartum, dalam ruang gawat darurat obstetri, kamar bersalin dan/atau
bangsal yang memberikan persetujuan untuk berpartisipasi dalam studi dilibatkan dalam
penelitian tersebut. Pasien eklampsia yang memiliki gagal ginjal, edema paru berat dengan
gagal napas, setelah menerima magnesium sulfat dan/atau antikonvulsan lain sebelum datang
ke kami rumah sakit, kecelakaan serebrovaskular dan koagulasi intravaskular diseminata
(DIC) dieksklusi dari penelitian ini.
Ukuran hasil utama dari penelitian ini adalah untuk menentukan efikasi magnesium sulfat
dosis rendah dalam penanganan eklampsia. Untuk menentukan tingkat kejang berulang dan
toksisitas magnesium pada pasien eklampsia yang menerima magnesium sulfat dosis rendah
dan kelompok dosis standar, untuk membandingkan tingkat magnesium serum pasien dalam
dosis rendah dan kelompok dosis standar pada 0 menit, pada 5 menit, 4 jam setelah loading
dose dan sebelum pemberian magnesium sulfat dosis terakhir dan jika sewaktu-waktu terjadi
toksisitas.
Ukuran hasil sekunder untuk penelitian ini adalah mempelajari hasil magnesium sulfat dosis
rendah dan kelompok dosis standar untuk ibu dan perinatal. Hasil pada ibu meliputi
komplikasi dan cara persalinan. Hasil perinatal meliputi skor Apgar pada 0, 1, 5 menit
kelahiran, komplikasi berupa asfiksia, sindrom distres napas.
Setelah pengecualian 50 pasien dengan eklampsia dilibatkan dalam penelitian, dan setelah
pengacakan, 25 pasien diberi rejimen dosis rendah dan 25 pasien diberi rejimen dosis standar.
Protokol rejimen dosis rendah meliputi loading dose-4mg magnesium sulfat (20% larutan)
diberikan secara intravena perlahan (15 menit) dan 3mg magnesium sulfat (50% larutan)
diberikan intramuskuler di setiap pantat. Selanjutnya magnesium sulfat dosis pemeliharaan
sebanyak 2.5mg (50% larutan) diberikan setiap 4 jam intramuskular di pantat alternatif.

Protokol rejimen dosis standar (Pritchard) meliputi 4 mg magnesium sulfat (20% larutan)
diberikan secara intravena perlahan (15 menit) dan 5mg magnesium sulfat (50% larutan)
diberikan intramuskuler di setiap pantat. Selanjutnya dosis pemeliharaan magnesium sulfat
sebesar 5mg (50% larutan) diberikan setiap 4 jam intramuskular di pantat alternatif.
Pada kedua kelompok dosis pemeliharaan diberikan sampai 24 jam setelah kejang terakhir
atau persalinan. Dalam kedua kelompok jika kejang terjadi dalam waktu empat jam setelah
pemberian maka dikatakan kejang berulang dan dosis tambahan 2mg iv magnesium sulfat
diberikan perlahan dan jadwal dosis sebelumnya dilanjutkan. Dalam kelompok dosis rendah
jika kejang tidak terkontrol setelah mengulang dua dosis berturut-turut 2mg magnesium sulfat
maka kasus dipindahkan ke rejimen dosis standar dan diberi label sebagai kegagalan rejimen
dosis rendah. Dalam kelompok dosis standar rejimen yang sama diikuti untuk kekambuhan
kejang dan jika kejang tidak terkontrol dengan dua dosis berturut-turut 2mg iv magnesium
sulfat ditambahkan antikonvulsan lain (diazepam/fenitoin) dan CT scan/ MRI otak dilakukan
untuk menyingkirkan gangguan kejang.
Dilakukan pemantauan sebelum pemberian setiap dosis pemeliharaan untuk melihat bukti
toksisitas magnesium dengan mengamati refleks tendon dalam (DTR)/ refleks lipat lutut,
keluaran urin dan laju pernapasan. Dengan melihat kondisi pasien parameter klinis lain
diperiksa dan mengikuti pedoman pengelolaan eklampsia. Dosis pemeliharaan ditangguhkan
jika tidak terjadi DTR, atau keluaran urine <100 ml dalam 4 jam atau laju pernapasan
<16/menit.
Dalam semua kasus sejarah rinci mengenai catatan tekanan darah (BP) tinggi dan obatobatan yang diminum, sakit kepala, penglihatan kabur, nyeri epigastrium, kejang berulang,
riwayat preeklampsia/eklampsia pada kehamilan sebelumnya dan sekarang dicatat.
Pemeriksaan fisik umum termasuk menilai skor koma Glasgow (GCS) pasien, tanda-tanda
vital, perekaman tekanan darah, pucat, edema, sianosis dan pemeriksaan sistemik termasuk
pernapasan, jantung dan pemeriksaan neurologis. Kandungan, pemeriksaan panggul dan skor
pope dilakukan. Penelitian laboratorium dilakukan adalah golongan darah dan tipe Rh,
hemogram, jumlah trombosit, tes fungsi hati, tes fungsi ginjal, elektrolit serum, profil
koagulasi dan pemeriksaan fundus dan pemeriksaan urin untuk protein.
Setelah stabilisasi pasien, iduksi/augmentasi persalinan dilakukan dalam semua kasus
eklampsia antepartum dan intrapartum. Jika tekanan darah diastolik lebih tinggi dari
120mmHg digunakan Labetalol intravena. Hipertensi berat dirawat dengan Labetalol oral.

Operasi caesar dilakukan untuk indikasi obstetri. Semua pasien ditimbang berat pada hari
keempat postpartum. Bayi lahir, skor APGAR pada 0, 1, 5 menit dan keadaan neonatus
dicatat.
Sampel darah dikumpulkan untuk pengukuran kadar magnesium serum pada 0 jam, 5 menit
setelah dosis muatan, 4 jam (sebelum dosis pemeliharaan pertama), sebelum dosis terakhir.
Sampel tambahan diambil jika muncul gejala keracunan magnesium /

terjadi kejang

berulang.
Kadar magnesium serum diperkirakan dengan alat tes ikat zat warna menggunakan Randox
kit komersial diadopsi untuk Beckman coolter sinkron CX5 penganalisis akses acak kimia
klinis. Ion magnesium bereaksi dengan xylidyl biru dalam media alkali untuk membentuk air
larut kelat merah ungu, intensitas warna yang sebanding dengan konsentrasi magnesium
dalam sampel. Kelebihan kalsium dikeluarkan dari reaksi dengan pengompleksan
menggunakan EGTA. Temuan klinis pasien berkorelasi dengan tingkat magnesium serum.
Statistik
Chi square / tes fisher exact digunakan untuk menentukan signifikansi statistik untuk variabel
kategori sedangkan uji t tidak berpasangan/Mann Whitney digunakan untuk variabel
kontinyu. Nilai AP 0,05 diambil sebagai tingkat signifikansi statistik. Data dianalisis
dengan menggunakan SPSS PC versi 17.0 (perangkat lunak statistik).
Etika
Penelitian ini memiliki persetujuan dari Komite Etika Rumah Sakit Penelitian dan informed
consent tertulis diperoleh dari kerabat setiap pasien.
HASIL
Ada total kasus 73 eklampsia yang dirawat di rumah sakit selama penelitian dan setelah
eksklusi hanya lima puluh kasus memenuhi kriteria inklusi dan secara acak dibagi menjadi
dua kelompok (25 dalam setiap kelompok) untuk menerima magnesium sulfat dosis rendah
atau rejimen dosis standar.
Tabel 1 menunjukkan karakteristik pasien dari kedua kelompok. Tidak ada pasien eklampsia
intrapartum. Distribusi usia, jenis eklampsia, pembukuan antenatal dan status gravida, masa
kehamilan, BMI, adalah serupa pada kedua kelompok. Sebagian besar pasien dipesan adalah
eklampsia postpartum. Tidak ada pasien dengan BMI> 25 pada kedua kelompok.

Tabel 1. Karakteristik pasien dan parameter penelitian pada kedua kelompok

GCS saat kejang, tekanan darahh sistolik dan diastolik BP, jumlah kejang, eklampsia
antepartum saat persalinan pada saat penerimaan, adanya edema tungkai, terjadinya
papilledema, proteinuria dan tingkat operasi caesar adalah serupa pada kedua kelompok.
Tidak ada kematian ibu yang tampak pada salah satu kelompok. Pemeriksaan hematologi dan
hati serta parameter

biokimia sebanding pada kedua kelompok. Tabel 1 juga

menggambarkan jumlah rata-rata dosis magnesium sulfat dan jumlah dosis kumulatif
magnesium sulfat yang diterima oleh pasien pada kedua kelompok.
Pengobatan komplikasi pada wanita yang menerima magnesium sulfat untuk eklampsia
digambarkan dalam Tabel 2. Pasien yang mengalami edema paru, pneumonitis aspirasi
ditangani secara medis di ICU. Tidak ada pasien yang memiliki gagal ginjal, perdarahan
intrakranial, kebutaan kortikal, kelumpuhan atau perdarahan postpartum pada salah satu
kelompok. Prevalensi hilangnya DTR secara signifikan lebih tinggi pada kelompok dosis
standar dibandingkan dengan kelompok dosis rendah. Pada kelompok dosis rendah rerata
waktu setelah dosis muatan di mana DTR hilang adalah 9 jam dan kadar rerata kadar
magnesium serum pada waktu itu adalah 4.05 mg/dl. Dalam kelompok dosis standar rerata
waktu setelah dosis muatan di mana DTR hilang adalah 9,3 jam dan rata-rata kadar serum
magnesium pada saat itu adalah 4,7 mg/dl.

Tabel 2. Komplikasi terapi pada wanita yang mendapat magnesium sulfat untuk eklampsia

Pada kelompok dosis rendah 12 jam setelah dosis muatan 1 (4%) pasien mengalami oliguria
dan rata-rata kadar magnesium serum pada waktu itu adalah 5,0 mg/dl. Dalam kelompok
dosis standar 5 (20%) pasien mengalami oliguria. Waktu rata-rata setelah dosis muatan di
mana pasien megalami oliguria adalah 8 jam dan rata-rata kadar magnesium serum pada saat
itu 5,1 mg/dl. Dua puluh (80%) pasien dalam kelompok dosis rendah dan 15 (60%) pasien
dalam kelompok dosis standar telah menerima magnesium sulfat dosis lengkap. Ada satu
(4%) kejang kambuh pada kelompok dosis rendah yang terjadi 3 jam setelah dosis muatan.
Tingkat magnesium serum pada waktu itu adalah 4,9 mg/dl.
Tabel 3 menggambarkan kadar magnesium serum ibu. Terdapat peningkatan yang signifikan
secara statistik serupa pada kadar magnesium yang diperoleh setelah pemberian dosis muatan
pada kedua kelompok. Kadar magnesium serum yang lebih tinggi secara signifikan terlihat
pada 5 menit, 4 jam setelah loading dose dan sebelum pemberian dosis terakhir magnesium
sulfat pada kelompok dosis standar dibandingkan dengan kelompok dosis rendah. Kisaran
kadar magnesium serum adalah 2,3-6,2 mg/dl (rata-rata 4,04 mg/dl) pada kelompok dosis
standar dan 1,9-5,3 mg/dl (rata-rata 3,63 mg/dl) dalam dosis rendah.

Tabel 3. Kadar magnesium serum ibu pada wanita yang mendapat magnesium sulfat untuk
eklampsia

Gambar 1 menunjukkan diagram garis untuk membandingkan rata-rata kadar serum


magnesium pasien dengan pemberian dosis rendah dan kelompok dosis standar pada 0 menit,
5 menit, 4 jam setelah dpsis muatan dan sebelum pemberian magnesium sulfat dosis terakhir.

Gambar 1. Perbandingan rerata magnesium serum pada kelompok dosis rendah dan dosis
standar
Tabel 4 menggambarkan kondisi perinatal. Berat lahir, tingkat kelahiran mati, bayi
membutuhkan perawatan NICU (Neonatal Intensive Care Unit), angka kematian neonatus,
gangguan pernapasan dan skor Apgar sebanding pada kedua kelompok. Penyebab kematian
neonatus adalah sepsis dan asfiksia lahir. Hipotonia tidak diamati pada bayi yang baru lahir
dalam kedua kelompok.
PEMBAHASAN
Usia ibu kurang dari 20 tahun merupakan faktor risiko terkuat untuk eklampsia. Dalam
penelitian ini, satu kasus dalam kelompok dosis rendah dan 3 kasus di kelompok dosis
standar yang kurang dari 20 tahun tetapi 21 pasien dalam kelompok dosis rendah dan 19
pasien dalam kelompok dosis standar berusia antara 20-25 tahun. Bangal et al. Sardesai et al.
melaporkan bahwa 44%, 46% kasus masing-masing berusia di bawah 20 tahun.2,10 Eklampsia

adalah penyakit primigravida. Dalam penelitian ini, 80% dan 76% dari pasien eklampsia
dosis rendah dan kelompok dosis standar masing-masing adalah primigravida.
Tabel 4. Kondisi perinatal setelah perawatan ibu dengan megnesium sulfat untuk eklampsia

Dalam studi oleh Bangal et al. Pritchard et al. dan Sardesai et al. dalam studi mereka
mengamati masing-masing 80%, 75%, dan 79% dari kasus eklampsia merupakan
primigravida.2,9,10 Dalam penelitian ini 80% adalah antepartum dan 20% adalah eklampsia
postpartum di kedua kelompok. Dalam studi oleh Bangal et al. 60% kasus terjadi antepartum,
28% kasus terjadi intrapartum dan 12% kasus terjadi postpartum eclampsia.2 Dalam
penelitian ini 92% dari dosis rendah dan 84% dari kelompok dosis standar adalah kasus
unbooked. Dalam studi oleh Bangal et al. Sardesai et al. 92%, 76,6% masing-masing
merupakan kasus unbooked.2,10
Dalam penelitian ini terjadi satu kekambuhan kejang dalam kelompok dosis rendah pada
tingkat magnesium serum 4,9 mg/dl yang terletak dalam kisaran terapeutik yang mirip
dengan studii lain.15 Pritchard dan Sibai melaporkan angka kekambuhan masing-masing
sebesar 12% dan 14%.9,16 Tingkat kekambuhan dilaporkan dalam percobaan eklampsia
kolaboratif menggunakan rejimen Pritchard berkisar antara 5,7 dan 13,2%.3 Begum dan rekan
menggunakan rejimen dosis rendah dilaporkan hanya satu dari 65 kasus memiliki tingkat
kejang berulang.8 Kejang berulang dalam berbagai penelitian India menggunakan rejimen
dosis rendah dilaporkan dalam kisaran 5 sampai 10%.2,10-12 Studi menggunakan pemuatan

magnesium sulfat dosis tunggal juga tampak tingkat kekambuhan kejang berkisar 7,4%
sampai 15%, lebih tinggi dari dosis rendah atau kelompok dosis standar, sehingga
mendukung kebutuhan dosis pemeliharaan magnesium sulfat pada eclampsia.17
Tidak ada kematian ibu yang diamati dalam penelitian ini pada kedua kelompok seperti
penelitian di India lainnya.11,12 Pritchard, Seth et al dan sidang kolaboratif eklampsia
melaporkan kematian ibu akibat eklampsia menjadi 0,4%, masing-masing 7,6% dan 2,63,8%.9,1,7 Kematian ibu dalam studi oleh Sardesai dan rekan, Begum et al. menggunakan
magnesium sulfat rejimen dosis rendah adalah 2,63% dan nol untuk dosis standar.8,10
Dalam studi Pritchard tersebut 4 pasien (1,6%) mengalami toksisitas berupa depresi
pernapasan.9 Profil toksisitas magnesium berkorelasi dengan kadar serum dan tanda awal
toksisitas adalah hilangnya DTR, yang diikuti dengan kegagalan pernafasan dan aritmia
jantung pada kadar yang lebih tinggi.9 Penghentian dosis saat hilangnya DTR diperlukan
untuk mencegah henti pernapasan berikutnya. Dalam penelitian ini tidak ada pasien pada
kedua kelompok mengalami depresi pernapasan, namun kehilangan DTR diamati pada 16%
pada dosis rendah dan 44% pada kelompok dosis standar dan dosis lanjutan dihilangkan.
Dengan demikian, bukti yang konsisten dengan toksisitas magnesium diamati bahkan dengan
magnesium sulfat rejimen dosis rendah dan pasti dengan rejimen dosis standar, hasil
menunjukkan perlu diturunkan kebutuhan akan dosis magnesium sulfat. Dalam rejimen
magnesium sulfat

dosis rendah oleh Begum dan rekan, Mahajan dan rekan, dosis

pemeliharaan dihentikan 9% dan 41% masing-masing karena hilangnya DTR.8,13 Studi oleh
Shilva dan koleganya menunjukkan hilangnya DTR adalah 8% dan 32 % masing-masing
pada dosis rendah dan kelompok dosis standar (p = 0,03).11
Dalam studi ini pada 5 pasien dengan dosis rendah dan 10 pasien pada kelompok dosis
standar pemeliharaan magnesium sulfat dihentikan akibat gejala klinis yang jelas berupa
menghiilangnya DTR atau oliguria. Dalam Mahajan dan kolega menggunakan rejimen
magnesium sulfat dosis rendah, 41% kasus magnesium sulfat dosis pemeliharaan dihentikan
karena hilangnya DTR dan oliguria.13 Dalam studi oleh Shilva dan rekan 12% pasien dalam
kelompok dosis rendah dan 52% pasien dalam kelompok dosis standar, dosis pemeliharaan
magnesium sulfat dihentikan.11 Temuan dari studi kami konsisten dengan penelitian lain.
Dalam literatur ada sedikit studi yang mengukur kadar magnesium serum pada eklampsia.
Dalam penelitian ini kadar magnesium serum secara signifikan lebih tinggi pada kelompok

dosis standar. Rentang terapi serum magnesium oleh beberapa penulis direkomendasikan
sebesar 4,8-8,4 mg/dl, sementara Pritchard merekomendasikan sebesar 2-3,5 mmol/L.18,19
Kadar magnesium serum dalam penelitian ini pada kedua kelompok berada dalam kisaran
terapeutik dijelaskan oleh Pritchard. Kadar magnesium yang diperoleh dalam rejimen dosis
rendah digunakan oleh Begum dan rekan, Bangal dan rekan adalah 2,1-6 mg/dl dan 4,16-4,38
meq/l masing-masing menggunakan regimen dosis rendah.8,12 Dalam studi oleh Shilva dan
rekan kadar magnesium berkisar antara 2,08 hingga 3,69 mg/dl pada kelompok dosis rendah
dan 2,0-4,3 mg/dl dalam kelompok dosis standar.11
Pada kelompok dosis rendah 12 jam setelah dosis muatan oliguria terjadi pada kadar
magnesium serum rata-rata sebesar 5.0 mg/dl. Dalam kelompok dosis standar 8 jam (rerata)
setelah dosis muatan mengalami oliguria dengan kadar magnesium rata-rata 5,1 mg/dl. Kadar
magnesium serum berada dalam kadar terapeutik pada saat oliguria. Dalam penelitiann oleh
Mahajan dan rekan menggunakan rejimen magnesium sulfat dosis rendah, 3 pasien
mengalami oliguria.
Pada kelompok dosis rendah 9 jam (rata-rata) setelah dosis muatan DTR hilang dengan ratarata kadar magnesium serum sebesar 4,05 mg/dl. Dalam kelompok dosis standar 9,3 jam
(rata-rata) setelah dosis muatan, DTR hilang saat kadar magnesium serum rata-rata 4,7 mg/dl.
Tanda awal toksisitas hilangnya DTR, umumnya terjadi ketika kadar magnesium serum > 8
mg/dl.19 Dalam penelitian ini rerata kadar magnesium serum saat hilangnya DTR berada di
bawah kadar yang akan menghasilkan toksisitas dan ini dapat dijelaskan oleh sensitivitas
terhadap toksisitas magnesium yang lebih tinggi pada wanita dengan BMI rendah. Sebuah
studi dari Thailand menyatakan bahwa, penilaian klinis DTR, pernapasan dan keluaran urine
cukup untuk memantau toksisitas magnesium ibu tanpa perlu untuk menentukan kadarnya
dalam serum ibu yang sebenarnya.20 Dalam studi oleh Begum dan rekan rerata waktu setelah
dosis muatan di mana DTR menghilang adalah 11 jam pada rata-rata kadar magnesium serum
3,42 mg/dl.8
Pengobatan definitif eklampsia adalah penghentian kehamilan. Tingkat operasi caesar di
dosis rendah dan kelompok dosis standar diamati masing-masing sebesar 16% dan 20%
dalam penelitian ini. Tingkat operasi caesar dalam percobaan eklampsia kolaboratif sebesar
66-72% menggunakan regimen standar Pritchard.7 Tingkat bedah caesar dilaporkan oleh
Begum dan rekan, Mahajan et al, dan Sardesai et al menggunakan studi dosis rendah,
masing-masing sebesar 84%, 66%, 13%.8-10

Keadaan neonatus tergantung pada derajat pertumbuhan intrauterin terhambat (IUGR), usia
kehamilan, berat lahir dan tingkat fasilitas di NICU. Angka kematian perinatal pada
kelompok dosis rendah dan kelompok dosis standar masing-masing sebesar 28% dan 36%
dalam penelitian ini. Lahir asfiksia diamati pada 15,3% pada dosis rendah dan 33,3% pada
kelompok dosis standar. Hasil serupa telah ditunjukkan oleh penelitian India lain yang
membandingkan dua rejimen.1,2,5,8,10-13Percobaan kolaborasi eklampsia menggunakan rejimen
dosis standar ditemukan angka kematian perinatal sebesar 24-26% dan asfiksia lahir sebesar
44-48% pada eclampsia.7 Dengan demikian magnesium sulfat dosis rendah tidak kalah
dengan rejimen dosis standar dalam mencegah buruknya kondisi perinatal. Magnesium sulfat
dosis rendah memiliki efikasi yang sebanding sebagai dosis standar dalam pengendalian
kejang dan mencegah kejadian buruk pada maternal dan perinatal, dengan toksisitas
magnesium kurang dan kadar magnesium serum dicapai dalam rentang terapi untuk
megendalikan kejang pada eklampsia. Kadar magnesium serum berada dalam kadar
terapeutik saat muncu tanda-tanda klinis toksisitas magnesium, menunjukkan adanya
sensitivitas terhadap toksisitas magnesium yang lebih tinggi dari wanita dengan BMI rendah.
Kami merekomendasikan penggunaan rutin rejimen magnesium sulfat dosis rendah pada
populasi India BMI rendah untuk mengendalikan kejang pada eklampsia. Namun percobaan
multisenter yang lebih besar diperlukan untuk membuktikan efikasi rejimen magnesium
sulfat dosis rendah.
Keterbatasan penelitian ini
Jumlah kasus yang lebih sedikit untuk penelitian seperti kami harus mengecualikan kasuskasus pasien yang telah menerima magnesium sulfat sebelum mencapai lembaga tersier ini.
Namun penelitian ini dapat menambah literatur tentang efikasi dosis magnesium sulfat dalam
populasi India.
Arah penelitian masa depan
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi terapi di berbagai kadar magnesium
serum dan kadar di mana toksisitas terjadi. Percobaan yang lebih besar dengan beberapa
percobaan kelembagaan dapat dilakukan untuk menemukan dosis efektif magnesium sulfat
terendah untuk kontrol kejang.

Daftar Pustaka
1. Seth S, Nagrath A, Singh DK. Comparison of low dose, single loading dose and
standard Pritchard regimen of magnesium sulphate in ante-partum eclampsia. Anatol J
Obstet Gynecol. 2010;1(1):1-4.
2. Bangal V B, Purushottam A. Giri, Satyajit P. Gavhane. A study to compare the
efficacy of low dose magnesium sulphate regime with Pritchard regime in eclampsia.
IJBAR. 2012;3(1):53-7.
3. Fernando Arias. Hypertensive disorder in pregnancy; Practical Guide to High Risk
pregnancy and delivery. 3rd ed. New Delhi: Elsevier publishers;2008:397-437.
4. Ministry of Health and Family Welfare, India. Annual Report. New Delhi: 2005: 105111.

Available

at:

http://mohfw.nic.in/WriteReadData/l892s/6960144509Annual

%20Report%20to%20the%20People%20on%20Health.pdf.

Accessed

December

2011.
5. Bhargava A, Pant R, Chutani I, Singh S R. In search for accelerated recovery from
eclampsia. J Obstet and Gynecol India. 2006;56:402-5.
6. Montan S. Medical prevention of pre-eclampsia. Acta Obstet Gynaecol Scand Suppl.
1997;76(164):111-5. 7. Duley L. The Eclampsia Trial collaborative Group. Which
Anticonvulsant for women with Eclampsia? Evidence from the Collaborative
Eclampsia trial Lancet. 1995;345:1455-63.
7. Begum R, Begum A, Johanson R, Ali MN, Akhtar S. A low dose (Dhaka)
Magnesium Sulphate regimen for Eclampsia. Acta Obstet Gynecol Scand.
2001;80(11):998-1002.
8. Pritchard JA, Cunningham, FG Pritchard SA. The Parkland Memorial Hospital
protocol for treatment of eclampsia evaluation of 245 cases. Am J Obstet Gynecol.
1984:148(7);951-63.
9. Sardesai S, Maira S, Patil A. Low dose Magnesium Sulphate therapy for Eclampsia
and imminent Eclampsia regimen tailored for Indian women. J Obstet and Gynecol
India. 2003;53(6):546-50.
10. Shilva, Saha SC, Kalra J , Prasad R. Safety and efficacy of low dose magnesium
sulphate in the treatment of Eclampsia. Int J Gynecol Obstet. 2007;97(2):150-1.
11. Bangal V, Kwatra A, Raghav S and Jadhav S. Low dose magnesium sulphate regime
for Eclampsia. Pravara Med Rev. 2009;4(3):13-5

12. Mahajan NN, Thomas A, Soni RN, Gaikwad NL and Jain S M. Padhar Regime a
low dose magnesium sulphate treatment for eclampsia. Gynaecol Obstet Invest.
2009;67(1):20-4.
13. Sibai BM, Graham JM, McCubbin JH. A comparison of intravenous and
intramuscular magnesium sulfate regimens in preeclampsia. Am J Obstet Gynecol
1984;150:72833.
14. Duley LW, Crowther CA, Middleton P, Marret S, Rouse D. Magnesium sulphate for
women at risk of preterm birth for neuroprotection of the fetus. Cochrane Database
Syst Rev. 2009 Jan;21(1):CD004661.
15. Sibai BM. Magnesium sulfate is the ideal anticonvulsant in preeclampsia eclampsia.
Am J Obstet Gynecol. 1990;162(5):1141-5.
16. Ekele BA, Muhammed D, Bello L N, Namadina IM. Magnesium sulfate therapy in
Eclampsia : the Sokoto (ultra short) regimen. BMC Res Notes. 2009;2:165.
17. Shokry M, Elsedfy GO, Bassiouny MM, Anmin M, Abozid H. Effects of antenatal
magnesium sulphate therapy on cerebral and systemic hemodynamics in preterm
newborns. Acta Obstetrica et Gynaecologica. 2010;8(6)9:801-6.
18. Duley L. Magpie Trial Follow up Collaborative group. The Magpie Trial: A
randomized trial comparing magnesium sulphate with placebo for preeclampsia:
Outcome for children at 18 months. Br J Obstet Gynaecol. 2007;114(3):289-99.
19. Chinayon P. Clinical management and outcome of eclampsia at Rajavithi Hospital. J
Med Assoc Thai. 1998;81(8):579-85.

Anda mungkin juga menyukai