Anda di halaman 1dari 17

Klasifikasi dan Epidemiologi Prolaps Organ Panggul

Steven Swift

PENDAHULUAN
Studi tentang prolaps organ panggul merupakan salah satu bidang kedokteran yang
tampaknya sangat intuitif, namun dalam kenyataannya penuh dengan bukti anekdot, serial
kasus, dan sedikit sulit. Hal ini akibat dari kurangnya data ilmiah yang tervalidasi dan definisi
universal disepakati sebagai penyakit 'prolaps organ panggul'. Suatu sistem klasifikasi untuk
susunan sokongan organ panggul telah ditetapkan dan memperoleh pengakuan internasional.
Klasifikasi tersebut menggambarkan

secara akurat derajat atau staging sokongan organ

panggul, namun tidak mengklasifikasikan antara normal dan abnormal atau 'prolaps'. Hal ini
seperti manset tekanan darah untuk mengukur tekanan darah tetapi tidak ada definisi seperti
apa yang normal dibandingkan hipertensi. Sampai kita dapat mendefinisikan penyakit, kita
tidak bisa benar-benar mengidentifikasi etiologi atau membuat pernyataan tentang terapi,
prognosis atau perjalanan alami penyakit. Oleh karena itu, semua literatur ilmiah tentang
prolaps organ panggul harus dibaca dengan teliti bagaimana prolaps organ panggul dijelaskan
dan didefinisikan. Sekarang, penelitian tentang klasifikasi dan epidemiologi prolaps organ
panggul sudah berkembang dan juga komunitas ilmiah telah mengakui masalah dan
menanganinya menurut protokol penelitian.
KLASIFIKASI DUKUNGAN ORGAN PANGGUL
Judul di atas secara khusus tidak menggunakan istilah 'prolaps' melainkan menggunakan
'dukungan' karena tidak ada sistem klasifikasi prolaps organ panggul yang mencoba untuk
mendefinisikan 'prolaps'. Sebaliknya, hanya pembahasan letak dinding vagina atau struktur
anatomis sekitarnya, tanpa membuat referensi tentang apa yang normal dibandingkan yang
abnormal atau 'prolaps'.
Sejarah sistem klasifikasi untuk dukungan organ panggul meluas kembali ke abad ke19, dengan sistem baru yang muncul setiap generasi, tetapi tidak ada sistem yang pernah
diterima luas sebagai 'baku emas'.1-7 Beberapa sistem ditunjukkan pada Gambar 69.1. Selama
dekade terakhir,

sistem kuantifikasi prolaps organ panggul (POPQ) telah diakui secara

internasional sebagai 'baku emas' untuk mengklasifikasikan dukungan organ panggul dan
adalah sistem pertama dan satu-satunya sistem yang mendapat pengakuan oleh sebagian
besar organisasi utama yang mempelajari kelainan dukungan organ panggul: the

International Continence Society (ICS), the American Urogynecologic Society (AUGS), and
the Society of Gynecologic Surgeons (SGS).8 Ini jugamerupakan satu-satunya sistem yang
dipelajari secara luas dengan beberapa laporan dalam literatur mencatat baik keandalan antar
intraexaminer.9-1 Satu-satunya sistem lain yang telah dikenal luas adalah sistem Baden dan
Walker 'half way'. Dalam survei terbaru literatur tentang prolaps organ panggul, sistem Baden
dan Walker 'half way' adalah sistem klasifikasi kedua yang paling umum digunakan (POPQ
merupakan yang pertama), merupakan satu-satunya sistem lain yang akan dipelajari untuk
kehandalan pemeriksaan.10,12

Gambar 69.1 Perbandingan sistem grading prolaps organ panggul (POP) yang paling sering
digunakan. AUGS, American Urogynecologic Society; ICS International Continence Society; SCS,
Society of Gynecologic Surgeons

Saat ini, hanya ada satu sistem klasifikasi yang diakui secara internasional untuk
kodifikasi dukungan organ panggul POPQ. POPQ telah terbukti menjadi sistem yang
handal dan harus digunakan dalam penelitian mengenai dukungan organ panggul. Sistem
Baden dan Walker 'half way' tetap merupakan sistem yang umum dalam praktek klinis
karena kemudahan penggunaannya; Namun, tidak lalu menggantikan POPQ dalam studi
penelitian dan tulisan ilmiah.10

SISTEM KUANTIFIKASI PROLAPS ORGAN PANGGUL


Sistem POPQ diakui sebagai standar untuk menggambarkan dukungan organ panggul, namn
belum semua pertanyaan tentang prolaps organ panggul diselesaikan. Pertama, walau
merupakan sistem yang baik untuk kodifikasi dukungan organ panggul, namun tidak
menetapkan kriteria diagnostik untuk prolaps organ panggul. Selain itu, sistem hanya diakui
secara universal,

dan belum dapatditerima luas dalam penelitian atau praktek klinis.

Meskipun awalnya diperkenalkan dan diterbitkan pada tahun 1996, pada tahun 2003, POPQ
hanya muncul di sekitar 30% dari literatur mengenai gangguan dukungan organ panggul, dan,
pada tahun 2006, POPQ hanya digunakan secara klinis oleh sekitar 40% dari anggota
masyarakat (ICS, AUGS) yang mengakuinya sebagai standar ilmiah untuk menggambarkan
dukungan organ panggul.12,13
Ada banyak alasan mengapa sistem POPQ belum memperoleh digunakan luas dalam
praktek klinis, tetapi yang paling sering antara lain: 1) tidak digunakan oleh para kolega; 2)
terlalu memakan waktu; dan 3) terlalu membingungkan.13 Ada beberapa validitas untuk
masalah ini, tetapi ada juga beberapa kesalahpahaman. Jika hanya 40% dari anggota ICS dan
AUGS yang menggunakan POPQ dalam praktek klinis mereka, akan mengejutkan untuk
menngetahui bahwa penyedia layanan kesehatan lain di luar kelompok tersebut telah
memakai POPQ dalam praktek klinis mereka. Meskipun tidak ada pustaka tentang bagaimana
sistem ini digunakan di luar bidang uroginekologi, terdapat studi yang dilakukan pada 54
petugas klinik obstetri dan ginekologi dan siswa yang dilatih untuk menggunakan sistem ini.
Ketika ditanya secara khusus, hanya satu dari 54 subyek yang melaporkan melihat atau
menggunakan sistem di luar rotasi uroginekologi mereka.14 Pertimbangan mengenai terlalu
lamanya waktu untuk menyelesaikan tidak beralasan karena hanya membutuhkan waktu 2-3
menit untuk pemeriksaan, bahkan dalam neophytes.9
Akhirnya, meski tampak sulit untuk memahami pada awalnya, saat diuji, pemahaman
tertulis dari para petugas klinik obstetri dan ginekologi serta mahasiswa kedokteran mengenai
sistem POPQ meningkat pesat setelah sedikit instruksi.14 Oleh karena itu, untuk semua
kekhawatiran tentang POPQ, hanya penggunaan klinis yang dianggap valid. Meskipun ini
hambatan dalam dalam penggunaan klinis rutin, tetap merupakan sistem klasifikasi prolaps
organ panggul yang diakui secara universal.

Melakukan pemeriksaan POPQ


Pemeriksaan POPQ terdiri dari sembilan langkah dari posisi struktur garis tengah vagina
(Tabel 69.1). Semua pengukuran dalam sentimeter relatif terhadap cincin hymen. Sisa-sisa
dari cincin hymen digunakan sebagai titik acuan karena terfiksasi dan mudah diidentifikasi,
berseberangan dengan introitus, yang merupakan struktur anatomi non-standar (didefinisikan
sebagai 'pintu masuk ke dalam vagina'). Semua poin yang tercatat selama pemeriksaan,
kecuali total panjang vagina, diukur saat subyek melakukan manuver Valsalva atau batuk
yang mendalam. Struktur yang terletak di atas cincin hymen dicatat sebagai negatif,
sedangkan struktur yang prolaps di luar cincin hymen dicatat sebagai positif (keduanya
dinyatakan dalam sentimeter) (Gambar. 69.2). Setiap struktur yang turun ke level cincin
hymen dicatat sebagai nol sentimeter. Sembilan pengukuran dilakukan selama pemeriksaan:
dua dari dinding vagina anterior, dua dari puncak vagina, dua dari dinding vagina posterior,
dan masing-masing hiatus genital, perineum, dan total panjang vagina saat istirahat (lihat
Tabel 69.1). Titik-titik ini digambarkan secara diagram pada Gambar 69.2; perhatikan juga
dua diagram yang mewakili kelainan pada segmen besar anterior dengan beberapa penurunan
bagian apeks (Profil A) dan kelainan posterior besar (Profil B). Sembilan poin dapat dicatat
menggunakan kotak tiga kali tiga seperti yang tercantum pada gambar. Setiap alat pengukur
kaku - seperti spatula kayu Pap smear yang ditandai, penggaris atau instrumen pengukirdapat digunakan.
Tabel 69.1 Pengukuran situs dalam kuantifikasi pemeriksaan prolaps organ panggul

Untuk tujuan deskriptif, sistem staging ordinal digunakan dimana tahap prolaps
didefinisikan oleh vagina Tabel 69.2. struktur yang menunjukkan derajat prolaps terbesar
(Tabel 69.2). Suatu metode mengingat yang mudah sistem staging ini meliputi pemahaman
stage II. Struktur vagina yang turun pada posisi terdepan di atau antara 1 cm di atas dan 1 cm

melewati cincin hymen merupakan stage II. Jika struktur vagina atau bagian terdepan
mengalami beberapa gerakan, tapi tetap di atas -1 cm itu adalah stage I, dan setiap struktur
atau bagian terdepan yang turun di luar +1 cm adalah stage III sampai dengan akhir eversi,
merupakan stage IV. Tahap 0 tidak ada penurunan dari setiap segmen vagina.
Pada tingkat praktis, metode pemeriksaan yang efisien dilakukan dengan
menempatkan spekulum bivalvia dalam vagina dan mengukur penurunan apikal, dengan
menggunakan pisau posterior spekulum untuk mengukur struktur anterior dan kemudian
struktur posterior, dan kemudian mengukur struktur perineum. Informasi lebih lanjut
mengenai kinerja pemeriksaan POPQ, termasuk rekaman video, tersedia di situs AUGS
(www.augs. org).

Gambar 69.2 (a) Sembilan titik yang dicatat untuk sistem kalsifikasi prolaps organ pelvis. Singkatan
djelaskan pada Tabel 69.1. (b) Profil A mewakili defek besar dinding anterior dengan beberapa
penurunan apieks; Profile B mewakili defek besar dinding posterior. Catat bahwa sistem baris
digunakan untuk mencatat 9 poin tersebut.

Salah satu aspek dari sistem ini yang mungkin menjadi aneh, untuk penganut sistem
sebelumnya adalah penghindaran ketat istilah-istilah seperti sistokel, rektokel atau enterokel.
Alasan di balik praktek dogmatis ini tampaknya untuk menghindari asumsi yang salah
mengenai prolaps organ. Karena vagina relatif opak tidak mungkin untuk mengidentifikasi
organ di sisi lain dari epitel. Hal ini sering sulit bahkan bagi pengamat berpengalaman untuk
membedakan antara rektokel tinggi dan dorongan enterokel. Selain itu, pasien yang telah
menjalani operasi panggul sebelum rekonstruksi mungkin memiliki perubahan dalam sumbu
vagina mereka, yang mengakibatkan pola yang tidak biasa dari prolaps (misalnya anterior
enterokel setelah suspensi ligamen sacrospina). Perubahan lain dari sistem sebelumnya
adalah menghindari penentuan stage segmen vagina individu, yaitu pasien yang memiliki
sistokel stage II dan rektokel stage III. Sebaliknya, pasien diberi satu tahap keseluruhan;
misalnya, pasien dijelaskan sebelumnya akan digambarkan memiliki pemeriksaan POPQ
stage III.
Tabel 69.2. Staging prolaps organ panggul

MENDEFINISIKAN PROLAPS ORGAN PANGGUL


Konferensi konsensus National Institutes of Health (NIH) mengakui bahwa tanpa standar
yang tervalidasi definisi prolaps organ panggul mungkin ada sedikit kemajuan dalam
mempelajari penyakit dan pengobatannya. Tercatat bahwa saat ini tidak ada definisi secara
klinis

atau

tervalidasi

secara

ilmiah

dan

bahwa

definisi

setiap
15

mempertimbangkan baik anatomi serta gejala-gejala pada subyek.

usulan

harus

Mengembangkan

pengetahuan dasar tentang distribusi normal dukungan organ panggul pada populasi
perempuan dan menentukan bagaimana gejala berhubungan dengan berbagai tingkat
dukungan sangat penting untuk mendefinisikan penyakit prolaps organ panggul. Saat ini ada
beberapa penelitian yang meneliti distribusi dukungan organ panggul dalam berbagai
populasi umum wanita. Studi ini sedang dilakukan untuk menentukan distribusi dukungan
organ panggul normal.16-23 Namun, hanya tiga penelitian telah meninjau populasi umum
tentang rentang usia yang signifikan menggunakan sistem POPQ.16-18 Dari distribusi tiga

studi yang diplot pada Gambar 69.3, dapat dilihat bahwa POPQ stage II berkisar antara 30
dan 50% dari populasi yang diteliti. Namun, diragukan bahwa prolaps organ panggul adalah
lazim; Oleh karena itu definisi NIH mungkin terlalu luas. Hanya 2-11% dari subyek dalam
studi ini memiliki hasil pemeriksaan stage 3 dan 4, yang lebih konsisten dengan perkiraan
saat ini pada persen subyek yang menjalani perawatan bedah untuk kondisi ini. Dari yang
menjalani koreksi bedah prolaps organ panggul risiko seumur hidupnya sebesar 11% dan
kejadian operasi untuk prolaps organ panggul adalah 22,7 per 10,000.24,25
Tabel 69.3. Definisi prolaps organ pelvis dari beberapa penelitian epidemiologi

Prolaps organ panggul adalah penyakit dengan dasarnya tidak ada mortalitas dan
hanya sedikit morbiditas; Namun, itu adalah kondisi yang berdampak besar pada kualitas
hidup. Oleh karena itu, gejala memainkan peran sentral dalam menentukan pada titik apa
seorang pasien dengan dukungan organ panggul 'normal' hingga prolaps organ panggul
'abnormal'. Meskipun kekhawatiran akibat kurangnya data tentang gejala dan bagaimana
hubungannya dengan anatomi, konferensi konsensus NIH mengusulkan definisi prolaps
organ panggul.15 Mereka menyarankan bahwa semua dukungan organ panggul POPQ stage II
atau lebih dianggap sebagai 'organ prolapse panggul', tetapi merasa bahwa definisi ini perlu
validasi ilmiah sebelum dapat direkomendasikan sebagai standar klinis atau penelitian.

Gambar 69.3. Persentase subyek pada setiap stage POPQ dalam tiga penelitian dari populasi umum
wanita. n, jumlah subyek yang diteliti dalam setiap studi

Saat ini ada beberapa penelitian yang menyelidiki hubungan antara gejala dan
dukungan organ panggul. Sebagian menunjukkan bahwa ada korelasi yang sangat lemah (jika
ada) antara gejala dan derajat prolaps organ panggul dengan pengecualian gejala dari
penonjolan dari vagina yang mengganggu.26-30 Dalam beberapa studi yang berhubungan stage
POPQ dengan gejala tampak bahwa gejala mulai secara signifikan meningkatkan perluasan
dinding vagina atau hanya di luar hymen.17,25 Oleh karena itu, definisi prolaps organ panggul
yang wajar mungkin penonjolan setiap segmen vagina atau di luar selaput dara pada pasien
yang

bergejala;

namun,

definisi

ini

memerlukan

penelitian

lebih

lanjut

untuk

mendokumentasikan validitasnya.
EPIDEMIOLOGI PROLAPS ORGAN PANGGUL
Seperti disebutkan sebelumnya, tidak ada definisi prolaps organ panggul yang diterima saat
ini; Oleh karena itu setiap studi yang mengarah pada epidemiologi menggunakan definisi
menurut studinya itu sendiri. Umumnya, pustaka mendefinisikan prolaps dengan satu dari
dua cara - baik menurut anatomi dengan pemeriksaan atau dengan rawat inap bedah untuk
pembedahan korektif. Perhatian mengenai rawat inap bedah adalah bahwa mereka kehilangan
pasien yang menangani prolaps mereka secara konservatif; kekhawatiran mengenai deskripsi
anatomi adalah bahwa tidak ada dua penelitian yang menggunakan titik potong anatomi yang
sama.17,19,21,23,24,31-35Daftar studi epidemiologi utama dan definisi mereka disajikan dalam
Tabel 69.3. Kebanyakan definisi ini membuatnya sulit untuk mengevaluasi tren dalam

pustaka ke berbagai etiologi dan dapat menyebabkan hasil yang bertentangan. Bagian dari
bab ini akan memeriksa berbagai etiologi prolaps organ panggul yang diusulkan, mengingat
bahwa hasilnya sering bertentangan berasal dari berbagai definisi yang digunakan dalam
studi masing-masing.
Satu-satunya faktor risiko prolaps organ panggul yang diterima secara universal yaitu
bertambahnya usia. Terlepas dari definisi yang digunakan, faktor ini selalu diidentifikasi
sebagai etiologi dan sebagian besar perkiraan menunjukkan bahwa ada kira-kira dua kali lipat
risiko prolaps dengan setiap penambahan dekade dalam hidup.16,17,23,31 Banyak etiologi lain
yang diusulkan untuk prolaps organ panggul tetapi sebagian besar melibatkan dua jenis
kelainan: baik kerusakan akut yang terjadi dengan kehamilan atau kelainan kronis dari
kondisi yang mengarah pada peningkatan intermiten terus menerus dalam tekanan intraabdomen. Selain itu, daerah lain yang telah diteliti meliputi riwayat operasi panggul dan
faktor genetik.
Pengaruh kehamilan
Hubungan antara kehamilan dan prolaps organ panggul telah dipelajari secara ekstensif dan
disebutkan dalam hampir setiap risalah tentang hal ini. Hal ini diasumsikan bahwa saat vertex
janin melewati jalan lahir terjadi kerusakan langsung pada saraf, fasia, dan otot yang
menyebabkan relaksasi akhir dari otot dasar panggul dan prolaps organ panggul. Meskipun
umumnya diakui bahwa setiap kelahiran dikaitkan dengan peningkatan risiko prolaps, apa
peran dari jenis persalinan tertentu yang menjadi lebih kontroversial.16-19,21,30-32,34 Secara
khusus, dapatkah satu jenis persalinan (misalnya seksio caesarea) memberikan perlindungan
terhadap prolaps? Mayoritas kepustakaan mendukung gagasan bahwa peningkatan paritas
meningkatkan risiko prolapsorgan panggul.16,17,19,30,32 Penelitian menunjukkan bahwa di
mana saja dari empat hingga11 kali lipat peningkatan dalam risiko prolaps bersifat tergantung
pada paritas, seiring bertambahnya paritas menimbulkan risikolebih besar.17,19,31
Namun, literatur tentang jenis persalinan diacak. Ketika wanita yang hanya
melahirkan dengan operasi caesar dibandingkan dengan wanita yang melahirkan pervaginam,
data tidak dapat disimpulkan dan tidak memberikan efek protektif.17Data pada instrumentasi
persalinan pervaginam acak dan satu studi persalinan forceps tidak diidentifikasi sebagai
faktor risiko untuk terjadinya prolaps.32 Selain itu, ada satu studi menunjukkan bahwa
episiotomi melindungi dari terjadinya prolapse.33

Data mengenai berat badan bayi lebih konsisten, dengan kebanyakan studi
menunjukkan peningkatan prolaps sesuai dengan meningkatnya berat badan janin; persalinan
bayi makrosomia membawa risiko terbesar.17,21,31,32
Kehamilan dan makrosomia secara konsisten diidentifikasi sebagai faktor risiko
prolaps organ panggul, tetapi apakah kelahiran sesar atau menghindari persalinan per vagina
dapat melindungi dari prolaps organ panggul tetap menjadi topik perdebatan dengan tidak ada
bukti jelas untuk mendukung atau menolak anggapan ini.
Faktor risiko gaya hidup yang dimodifikasi
Ada beberapa pendapat tentang bagaimana menasehati pasien tentang cara-cara untuk
mencegah prolaps organ panggul. Faktor-faktor seperti pekerjaan yang membutuhkan banyak
proses mengangkat, bersama dengan obesitas dan merokok, semua berkontribusi terhadap
prolaps organ panggul, dan memodifikasi atau menghilangkan proses tersebut akan
mengurangi risiko. Data pada pekerjaan sebagai risiko prolaps berasal dari sebuah artikel
yang diterbitkan pada tahun 1994 pada asisten perawat di Denmark. Para peneliti mencatat
60% peningkatan risiko operasi untuk memperbaiki prolaps organ panggul dan hernia diskus
lumbalis pada asisten perawat dibandingkan populasi umum, 35 dan merasa ini adalah karena
mengangkat berat berlebih tidak sesuai dengan rincian pekerjaan mereka. Sejak itu, dua
penelitian besar telah memasukkan rincian pekerjaan menjadi kumpulan data mereka.17,32
Keduanya menemukan bahwa pekerja manual dan ibu rumah tangga memiliki sedikit
peningkatan risiko prolaps dibanding perempuan yang mengklasifikasikan diri sebagai
profesional.
Obesitas merupakan faktor risiko sering dikutip untuk prolaps organ panggul. Hal ini
dirasakan bahwa peningkatan berat badan dari jaringan adiposa perut meningkatkan tekanan
pada organ intra-abdominal, yang mengarah ke kelemahan dasar panggul dan prolaps. Disini
beberapa literatur dibagi, dengan beberapa penelitian menunjukkanya sebagai faktor risiko
17,19,23,24,33

dan beberapa penelitian tidak menemukan asosiasi.21,31,33

Merokok adalah faktor risiko yang dapat dimodifikasi terakhir yang sering dikaitkan
dengan prolaps organ panggul. Sekali lagi data dicampur, dengan beberapa penelitian yang
menunjukkan bahwa perokok beresiko,
21,32

19,23,24

dua studi menunjukkan tidakada hubungan,

dan satu studi menunjukkan merokok memiliki beberapa perlindungan terhadap prolaps

organ panggul.17
Di antara gaya hidup atau etiologi dimodifikasi, satu-satunya faktor yang
menunjukkan hubungan yang konsisten dengan peningkatan risiko prolaps organ panggul

adalah rincian pekerjaan, dengan orang-orang yang terlibat dalam kerja lebih manual
memiliki risiko yang lebih besar dari prolaps.
Penyakit medis
Daerah lain yang umum dibahas dan terlibat sebagai etiologi dari prolaps organ panggul
adalah penyakit medis atau bawaan kronis yang mengakibatkan baik dalam peningkatan
tekanan intra-abdominal atau penyakit mikrovaskuler dan kualitas buruk kolagen. Hubungan
antara penyakit kronis dan prolaps telah diteliti dalam studi epidemiologi besar dengan hasil
yang beragam. Tampaknya intuitif bahwa penyakit yang berhubungan dengan peningkatan
tekanan intra-abdominal berulang kronis, sembelit, dan penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK) akan meningkatkan risiko prolaps organ panggul. Sembelit adalah penyakit yang
sulit untuk ditentukan; namun - ketika dievaluasi - hal itu muncul secara konsisten terkait
dengan peningkatan prolaps.23,36
Dua penelitian yang mengevaluasi COPD dan tidak mencatat itu sebagai risiko
prolaps.24,31 Dalam salah satu studi ini jumlah subyek dengan COPD adalah sangat kecil dan
di lain prolaps organ panggul didefinisikan oleh rawat inap bedah sehingga data bisa
dipertanyakan . Namun, ketika dikumpulkan data merokok, tampaknya tidak menjadi
hubungan yang kuat antara penyakit paru dan prolaps.
Penyakit medis yang menyebabkan kerusakan jangka panjang pada mikrovaskulatur
dan neuropati perifer, seperti hipertensi dan diabetes mellitus, telah diusulkan sebagai
penyebab potensial prolaps organ panggul. Namun, seperti banyak penelitian etiologi,
hasilnya beragam. Dalam satu studi besar adanya penyakit kronis tidak dikaitkan dengan
peningkatan insiden prolaps, 17 dalam penelitian lain, hanya hipertensi diidentifikasi sebagai
faktor risiko.31
Ada juga beberapa studi pada wanita dengan penyakit vaskular kolagen seperti
sindrom

Marfan dan sindrom Ehlers-Danlos, yang menunjukkan bahwa pasien tersebut

berada pada peningkatan risiko prolaps.37,38 Namun, sekali lagi datnya agak bertentangan dan
ini mungkin akibat dari tidak adanya definisi prolaps dalam studi ini.
Ras
Ada sejarah panjang data pengamatan yang menunjukkan bahwa wanita kelompok ras
tertentu berada pada risiko yang lebih besar atau lebih kecil untuk mengalami prolaps organ
panggul. Ada laporan anekdotal awal perempuan Afrika-Amerika dan China memiliki risiko
yang sangat rendah dari prolaps organ panggul dibandingkan dengan women Kaukasia .39-41

Meskipun sulit untuk mengklasifikasikan perempuan menurut ras (dengan fenomena Tiger
Woods), tampak bahwa perempuan Afrika-Amerika memiliki sedikit penurunan risiko
prolaps jika dibandingkan dengan rekan-rekan Kaukasia mereka, dan wanita Hispanik
memiliki peningkatan risiko lebih dibanding wanita Kaukasia.17,23,31 Data pada wanita Asia
dalam uji coba ini terlalu sedikit untuk menarik kesimpulan.
Status menopause dan terapi sulih hormon
Hubungan antara status menopause, terapi hormonal dan prolaps organ panggul merupakan
masalah yang sangat rumit. Pertama, wanita menopause cenderung lebih tua daripada rekanrekan mereka dan premenopause, seperti yang disebutkan sebelumnya, bertambahnya usia
mungkin merupakan faktor risiko terbesar untuk prolaps organ panggul. Selain itu, wanita
yang menggunakan terapi sulih hormon (HRT) mungkin tidak mengonsumsinya secara
teratur sejak menopause dan dengan

segudang jadwal dosis, menyulitkan setiap studi

banding. Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa wanita menopause memiliki risiko
lebih besar; namun, ketika analisis regresi logistik ganda memasukkan usia, status menopause
menjadi tidak signifikan, menunjukkan bahwa mungkin faktor usia lebih dari menurunya
kadar estrogen yang menempatkan perempuan pada risiko prolaps.17,23,31,32
Dalam studi yang sama, ketika peran HRT dievaluasi pada wanita menopause,
hasilnya bahkan kurang jelas. Satu studi menunjukkan bahwa penggunaan di masa lalu
menurunkan risiko tetapi tidak digunakan saat ini, yang lain menyarankan ada perbedaan
antara yang pernah dan tidak pernah menggunakan HRT, dan satu menyatakan bahwa wanita
postmenopause dengan penggunaan saat memiliki risiko yang sama dengan perempuan
premenopause. Perlu dicatat bahwa, sementara HRT tidak dapat melindungi wanita
menopause dari berkembangnya prolaps, tidak pernah menunjukkan efek negatif.
Operasi panggul sebelumnya
Ini adalah aera lain di mana sulit untuk menentukan apakah terdapat hubungan yang
signifikan. Pertama, diketahui bahwa sampai dengan 30% dari wanita yang menjalani operasi
untuk prolaps organ panggul akan memerlukan prosedur kedua untuk memperbaiki prolaps
berulang.24 Oleh karena itu, subyek yang telah menjalani operasi prolaps sebelumnya
memiliki banyak kondisi yang mendasari yang menempatkan mereka pada risiko terjadinya
prolaps, dan menggunakan ini sebagai faktor risiko mirip dengan mencatat peningkatan risiko
kanker pada pasien yang menjalani pengobatan untuk kanker. Sebaliknya, banyak pasien
yang telah menjalani histerektomi telah melakukannya untuk memperbaiki prolaps organ

panggul, relaksasi panggul merupakan indikasi yang paling umum ketiga untuk histerektomi
di AS.42
Oleh karena itu, banyak pasien ini telah dirawat karena prolaps dan banyak orang
telah ditangani dengan sukses. Namun, ketika histerektomi dievaluasi, kebanyakan studi
menunjukkan bahwa hal itu mengekspos pasien untuk peningkatan risiko prolaps organ
panggul.19,21,31,33 Ketika histerektomi dilakukan khusus untuk prolaps, justru meningkatkan
risiko bahkan lebih.33 Mekanisme di balik fenomena ini mungkin gangguan dukungan apikal
normal vagina pada subyek dengan dukungan dinyatakan baik. Hal ni menekankan perlunya
untuk selalu sadar memberikan tarikan yang kuat dari kompleks kardinal dan ligamentum
uterosakral untuk manset vagina pada saat histerektomi. Pada subyek yang telah menjalani
operasi prolaps sebelumnya tampaknya mengalami peningkatan lima kali lipat risiko
mengalami prolaps organ panggul.31
Riwayat keluarga
Ini adalah salah satu bidang di mana kita hampir tidak memiliki data; namun, ini mungkin
penting ketika kita menasihati pasien tentang faktor-faktor risiko yang dapat dimodifikasi
lainnya. Ada satu studi di mana subyek yang telah menjalani operasi untuk prolaps ditanya
mengenai riwayat keluarga kerabat lainnya menjalani operasi serupa.32 Para penulis mencatat
bahwa ada peningkatan risiko operasi prolaps organ panggul jika ibu atau saudara perempuan
pasien telah menjalani operasi prolaps.
RINGKASAN
Sementara kita masih dalam proses pemahaman menganai prolaps organ panggul, kita terus
bergerak maju. Saat ini sudah semakin banyak pustaka mengenai klasifikasi dan epidemiologi
prolaps organ panggul menggabungkan POPQ dan penjelasan yang baik tentang definisi
prolaps organ panggul mulai membantu kita memahami penyakit yang kompleks ini. Saat ini,
sulit untuk mengevaluasi berbagai etiologi dari prolaps organ panggul karena kurangnya
definisi standar. Hal ini membuat kebanyakan data yang muncul sulit untuk ditafsirkan
karena sering kita membandingkan apel dan jeruk. Ada beberapa konsistensi, dengan usia dan
kehamilan yang diakui sebagai faktor risiko prolaps organ panggul. Faktor-faktor lain yang
mungkin berperan meliputi obesitas, pekerjaan dengan proporsi tenaga kerja manual dan
mengangkat yang lebih besar, kurangnya HRT, histerektomi, dan riwayat keluarga. Namun,
sebelum rekomendasi dapat dibuat tentang strategi pencegahan, perlu dilakukan penelitian
lainnya menggunakan definisi yang konsisten.

DAFTAR PUSTAKA
1. Scanzoni FW. Senkung und Vorfall des uterus und der scheide. In: Scanzoni FW (ed)
Lehrbuch der Krankheiten der Weiblichen Geschlechstorgane, 5th ed. Vienna:
Braumueller, 1875; 65464.
2. Kelly HA. Operative Gynecology. New York: Appleton & Co., 1898.
3. Kuestner O. Prolapsus uteri et vaginea. In: Kuestner O, Bumm E, Doederlein A,
Kroenig B, Menge C (eds) Kurzes Lehrbuch der Gynaekologie. Jena: G Fischers,
1912; 15981.
4. Baden WF, Walker TA. Genesis of the vaginal profile: a correlated classification of
vaginal relaxation. Clin Obstet Gynecol 1972;15:104854.
5. Baden WF, Walker TA. Physical diagnosis in the evaluation of vaginal relaxation.
Clin Obstet Gynecol 1972;15:105569.
6. Beechum CT. Classification of vaginal relaxation. Am J Obstet Gynecol
1980;136:9578.
7. Porges RF. A practical system of diagnosis and classification of pelvic relaxations.
Surg Gynecol Obstet 1963;117:76173.
8. Bump RC, Mattiasson A, Bo K et al. The standardization of terminology of female
pelvic floor dysfunction. Am J Obstet Gynecol 1996;175:107.
9. Hall AF, Theofrastous JP, Cundiff GC, Harris RL, Hamilton LF, Swift SE, Bump RC.
Interobserver and intraobserver reliability of the proposed International Continence
Society, Society of Gynecologic Surgeons, and American Urogynecologic Society
pelvic organ prolapse classification system. Am J Obstet Gynecol 1996;175:146771.
10. Kobak WH, Rosenberger K, Walters MD. Interobserver variation in the assessment of
pelvic organ prolapse. Int J Urogynecol Pelvic Floor Dysfunct 1996;7:1214.
11. Prien-Larsen J, Mouritsen L. Pelvic organ prolapse: is ICSgrading without POP-Q
measurement reliable? [abstract]. Int Urogynecol J 2001;12(Suppl 3):S45.
12. Muir T, Stepp K, Barber M. Adoption of the pelvic organ prolapse quantification
system in peer-reviewed literature. Am J Obstet Gynecol 2003;189:16326.
13. Auwad W, Freeman R, Swift S. Is the pelvic organ prolapse quantification system
(POPQ) being used? A survey of the members of the International Continence Society
(ICS) and the American Urogynecology Society (AUGS). Int Urogynecol J
2004;15:3247.

14. Steele A, Mallipeddi P, Welgloss J, Soled S, Kohli N, Karram M. Teaching the pelvic
organ prolapse quantification system. Am J Obstet Gynecol 1998;179:145864.
15. Weber AM, Abrams P, Brubaker L et al. The standardization of terminology for
researchers in female pelvic floor disorders. Int Urogynecol J 2001;12:17886.
16. Swift SE. The distribution of pelvic organ support in a population of female subjects
seen for routine gynecologic health care. Am J Obstet Gynecol 2000;183:27785.
17. Swift SE, Woodman P, OBoyle A et al. Pelvic Organ Support Study (POSST): the
distribution, clinical definition and epidemiology of pelvic organ support defects. Am
J Obstet Gynecol 2005 (in press).
18. Slieker-ten HMCP, Vierhout M, Bloembergen H, Schoenmaker G. Distribution of
pelvic organ prolapse in a general population: prevalence, severity, etiology and
relation with the function of pelvic floor muscles. Abstract presented at the Joint
meeting of the ICS and IUGA, August 2527, 2004, Paris, France.
19. Mant J, Painter R, Vessey M. Epidemiology of genital prolapse: observations from
the Oxford Family Planning Association study. Br J Obstet Gynaecol 1997;104:579
85.
20. Bland DR, Earle BB, Vitolins MZ, Burke G. Use of the pelvic organ prolapse staging
system of the International Continence Society, American Urogynecologic Society,
and the Society of Gynecologic Surgeons in perimenopausal women. Am J Obstet
Gynecol 1999;181:13248.
21. Samuelsson EU, Victor FTA, Tibblin G, Svardsudd KF Signs of genital prolapse in a
Swedish population of women 20 to 59 years of age and possible related factors. Am J
Obstet Gynecol 1999;180:299305.
22. Versi E, Harvey M-A, Cardozo L, Brincat M, Studd WW. Urogenital prolapse and
atrophy at menopause: a prevalence study. Int Urogynecol J 2001;12:10710.
23. Hendrix SL, Clark A, Nygaard I, Aragki A, Barnabei V, McTiernan A. Pelvic organ
prolapse in the Womens Health Initiative. Am J Obstet Gynecol 2002;186:11606.
24. Olsen AL, Smith VJ, Bergstrom VO, Colling JC, Clark AL. Epidemiology of
surgically managed pelvic organ prolapse and urinary incontinence. Obstet Gynecol
1997;89:5016.
25. Rown JS, Waetjen LE, Subak LL, Thom DH, Van Den Eeden S, Vittinghoff E. Pelvic
organ prolapse surgery in the United States, 1997. Am J Obstet Gynecol
2002;186:7126.

26. Swift SE, Tate SB, Nichols J. Correlation of symptomatology with degree of pelvic
organ support in a general population of women: what is pelvic organ prolapse? Am J
Obstet Gynecol 2003;189:3729.
27. Barber M, Walters M, Bump R. Association of the magnitude of pelvic organ
prolapse and presence and severity of symptoms. Abstract presented at the 24th
annual scientific meeting of the American Urgynecologic Society, September 1113,
2003, Hollywood, FL.
28. Elkerman RM, Cundiff GW, Melik CF, Nihira M, Leffler K, Bent AE. Correlation of
symptoms with location and severity of pelvic organ prolapse. Am J Obstet Gynecol
2001;185:13328.
29. Heit M, Culligan P, Rosenquist C, Shott S. Is pelvic organ prolapse a cause of pelvic
or low back pain? Obstet Gynecol 2002;99:228.
30. Burrows LJ, Meyn LA, Walters MD, Weber AM. Pelvic symptoms in women with
pelvic organ prolapse. Am J Obstet Gynecol 2004;104:9828.
31. Swift SE, Pound T, Dias JK. Case-control study of etiologic risk factors in the
development of severe pelvic organ prolapse. Int Urogynecol J 2001;12:18792.
32. Chiaffarino F, Chatenoud L, Dindelli M et al. Reproductive factors, family history,
occupation and risk of urogenital prolapse. Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol
1999;82:637.
33. Marchionni M, Luca Braco G, Checcucci V et al. True incidence of vaginal vault
prolapse: thirteen years experience. J Reprod Med 1999;44:67984.
34. Gruel H, Gruel SA. Pelvic relaxation and associated risk factors: the results of logistic
regression analysis. Acta Obstet Gynecol Scand 1999;78:2903.
35. Jorgensen S, Hein HO, Gyntelberg F. Heavy lifting at work and risk of genital
prolapse and herniated lumbar disc in assistant nurses. Occup Med 1994;44:479.
36. Spence-Jones C, Kamm MA, Henery MM, Hudson CN. Bowel dysfunction: a
pathologic factor in uterovaginal prolapse and urinary stress incontinence. Br J Obstet
Gynaecol 1994;101:14752.
37. Carley ME, Schaffer J. Urinary incontinence and pelvic organ prolapse in women
with Marfan and EhlersDanlos syndrome. Am J Obstet Gynecol 2000;182:10213.
38. McIntosh LJ, Stanitski DF, Mallett VT, Frahm JD, Richardson DA, Evans MI.
EhlersDanlos syndrome: relationship between joint hypermobility, urinary
incontinence and pelvic floor prolapse. Gynecol Obstet Invest 1996;41:1359.
39. van Dongen L. The anatomy of genital prolapse. S Afr Med J 1981;60:3579.

40. Zacharin RF. A Chinese anatomy the pelvic supporting tissues of the Chinese and
Occidental female compared and contrasted. Aust N Z J Obstet Gynecol 1977;17:1
11.
41. Cox PSV, Webster D. Genital prolapse amongst the Pokot.

East Afr Med J

1975;52:694 9.
42. Wilcox LS, Koonin LM, Pokras R, Struass LT, Xia Z, Peterson HB. Hysterectomy in
the United States, 19881990. Obstet Gynecol 1994;83:54955.

Anda mungkin juga menyukai