Anda di halaman 1dari 12

Diagnosis

Humerus

1. Definisi

2. Anatomi

Fraktur

Proksimal
Hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan
sendi, tulang rawan epfisial baik yang
bersifat total maupun parsial pada tulang
humerus
Bahu memiliki rentangan gerak terbesar dari
setiap pergerakan di dalam tubuh. Humerus
proksimal menggerakan 35-40 derajat
terhadap sumbu epicondylar. Menurut Neer,
humerus dibagi menjadi 4 segmen tulang :
Kepala humerus
Lesser tuberosity
Greater tuberosity
Humerus shaft
Deformitas
muskular
bisa
menyebabkan masing-masing tiap
segmen rusak
Greater tuberosity digantikan
secara superior dan posterior
oleh
supraspinatus
dan
rotator eksternal
Lesser tuberositas digantikan
secara
medial
oleh
subscapula
Humeral shaft digantikan
secara medial oleh major
pektoralis
Insersi deltoid menyebabkan
abduksi
dari
fragmen
proksimal
Suplai pembuluh darah dan saraf
Suplai darah terbesar dari
arteri sirkumfleksi humerus
anterior dan posterior
Arteri arkuata merupakan
kelanjutan
dari
cabang
asending humerus anterior
sirkumfleksi.
Memasuki
bicipital
groove
dan
memasok sebagian besar
humeral head. Sebagian kecil
suplai humeral head berasal
dari
humerus
posterior
sirkumfleksi yang mencapai
humeral
head
melalui
anostomosis
tendo-tulang
melalui rotator cuff.
Fraktur leher humerus jarang

terjadi,
tetapi
mereka
memiliki prognosis yang
buruk
karena
pasokan
vaskular yang genting untuk
humeral head.

3. Epidemiologi

4. Mekanisme Trauma

5. Pemeriksaan Fisik

Fraktur humerus proksimal terdiri


dari 4-5% dari semua jenis patah
tulang yang terjadi dan merupakan
paling sering terjadi pada jenis
fraktur humerus (45%).
Kejadian paling sering terjadi pada
orang dengan osteoporosis, biasanya
pada wanita post-menopause.
Perbandingan 2:1 lebih banyak
wanita dibanding pria.

Paling umum terjadi adalah terjatuh


pada saat berdiri dan mengenai
ekstremitas atas, biasanya pada
wanita osteoporosis.
Pasien yang lebih muda biasanya
dengan fraktur humerus proksimal
setelah trauma hebat
seperti
kecelakaan lalu lintas. Biasanya
fraktur lebih berat dan dislokasi,
dengan mengenai jaringan lunak dan
multiple injuri.
Mekanisme yang jarang terjadi
seperti abduksi berlebih dari bahu
pada individu dengan osteoporosis
di mana tuberositas besar mencegah
rotasi, sengatan listrik atau kejang,
dan proses patologis seperti tumor
jinak atau ganas di humerus
proksimal.
Pasien biasanya datang dengan
tangan kontralateral memegang bahu
yang sakit dengan rasa sakit, nyeri,
susah digeraka, dan krepitasi.
Lapang dada dan pinggul sakit dan
harus dibedakan dengan cidera dada.
Pemeriksaan neurovaskular sangat
penting, dengan perhatian khusus
pada fungsi nervus aksilaris. Dapat
dinilai dengan sensasi pada lateral
lengan proksimal di atas deltoid.

Pengujian gerak tidak mungkin


dilakukan karena sakit. Hal ini
biasanya sembuh dalam waktu 4
minggu, namun apabila berlanjut
harus dibedakan dengan cedera
nervus aksilaris.
6. Pemeriksaan Penunjang

7. Klasifikasi

Radiografi : aksilaris merupakan


pengamatan yang baik untuk
dilakukan evaluasi fraktur dan
dislokasi artikular glenoid tapi sulit
dilakukan karena sakit. MRI tidak
diindikasikan untuk fraktur tetapi
bisa digunakan untuk menegakkan
integritas rotator cuff.

8. Penatalaksanaan

4 bagian : greater tuberositas, lesser


tuberositas, humeral shaft, dan
humeral head
Tiap bagian diartikan dengan tiap
pergeseran fraktur >1cm atau derajat
angulasi >45%
Fraktur 1 bagian : tidak ada fragmen
yang bergeser
Fraktur 2 bagian : salah satu
fragmen ada yang bergeser dengan
yang lain
Fraktur 3 bagian : dua dari fragmen
bergeser dengan yang lain
Fraktur 4 bagian : semua fragmen
bergeser dengan yang lainnya
Fraktur dislokasi : kepala dislokasi
dan terdapat 2 atau 3, 3 atau 4
fragmen yang bergeser.

1. Meminimalisasi pergerakan fraktur


Sampai dengan 85% fraktur tulang
humerus proksimal diminimalisasi
pergerakannya.
Imobilisasi dan balutan untuk
kenyamanan.
Follow up radiographi sangat
penting untuk mendeteksi reduksi
kehilangan dari fraktur.
Gerakan bahu awal dapat dilakukan
pada 7-10 hari jika pasien fraktur
stabil atau fraktur impact.
Latihan pendulum bisa dilakukan
diikuti gerakan pasif dari range of


2.

3.

4.

5.

9. Komplikasi

motion
Gerakan aktif range of motion bisa
dilakukan pada minggu ke-6
Fraktur 2 bagian
Fraktur leher humerus: jarang terjadi
dan sulit untuk diobati oleh reduksi
tertutup. Biasanya dilakukan ORIF
atau prostesis.
Fraktur greater tuberosity: jika
bergeser lebih dari 5-10mm, harus
dilakukan ORIF dengan atau tanpa
perbaikan rotator cuff
Fraktur lesser tuberosity: rotasi
internal tertutup fragmen block.
Fraktur 3 bagian
Tidak stabil berhubungan dengan
kerusakan otot, hasilnya reduksi
tertutup sulit dilakukan.
Pada pasien tua biasanya dilakukan
hemiarthroplasty.
Fraktur 4 bagian
Insidens untuk osteonecrosis 1315%
ORIF bisa dilakukan apabila kaput
humerus beradai di fossa glenoid
Fraktur dislokasi
Fraktur 2 bagian dislokasi : dapat
diobati dengan reduksi bahu tertutup
tetapi fraktur fragmen masih ada.
Fraktur 3 dan 4 bagian dislokasi :
ORIF bisa dilakukan pada pasien
muda dan hemiarthoplasty pada
pasien tua.
Hemiarhroplasty pada fraktur leher
dislokasi direkomendasikan karena
insiden tinggi untuk osteonecrosis.
Cedera vaskular
Cedera saraf
Cedera dada
Kaku bahu
Osteonecrosis
Malunion
Nonunion

Diagnosis : Fraktur Tibia Fibula


1. Anatomi

2. Epidemiologi

Tibia merupakan tulang tubular panjang


dengan potongan melintang triangular.
Mempunyai batas subkutan anteromedial
dan dibatasi oleh 4 kompartemen
(anterior, lateral, psosterior, dan deep
posterior). Fibula bertanggung jawab
untuk 6-17% weight-bearing load.

3. Mekanisme Injuri

4. Pemeriksaan Fisik

Paling sering terjadi pada fraktur tulang


panjang.
Populasi rata-rata ada 26 fraktur tibula
diafisis per 100.000 tiap tahunnya.
Pria lebih sering dibanding wanita
dengan insiden pria 41:100.000/ tahun
dan wanita 12:100.000/tahun.
Direct
Kecelakaan lalu lintas
Fraktur transverse dan
kominuta sering terjadi.
Cedera jaringan lunak
insidennya juga tinggi.
Penetrasi : tembakan
Pola cedera bervariasi
Bending
Fraktur transverse dan
oblik
sering
terjadi
dengan
kemungkinan
butterfly fragmen
Crush injury
Pola
kominuta
dan
segmental bisa menjadi
pelebaran jaringan lunak.
Indirect
Fraktur stres
Dalam militer sering
terjadi
pada
diafisis/metafisis
Penari balet sering terjadi.

Evaluasi status neurovaskular, pulsasi


arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis
posterior
Monitor sindrom kompartemen
Fraktur tibia berhubungan dengan cedera
ligamen lutut

5. Pemeriksaan Penunjang

Radiografi
Evaluasi seluruh tibia AP lateral
dengan visualisasi ankle dan lutut
Oblik view membantu untuk
mengenali pola fraktur
Pada AP lateral harus dilihat:
Lokasi fraktur
Adanya garis fraktur
kedua
Adanya kominuta
Os defect
Garis
fraktur
bisa
menyebar ke proksimal
lutut atau dorsal ankle
Gas dalam jaringan : gas
gangren, nekrosis, dan
infeksi
Angiografi diindikasikan apabila suspek
cedera arteri.

6. Klasifikasi

Gustillo dan Anderson Fraktur Terbuka


Grade I : Luka <1cm, cedera jaringan
lunak: minimal, cedera tulang: fraktur
sederhana low-energy.
Grade II : Luka >1cm, cedera jaringan
lunak: moderat kerusakan beberapa otot,
cedera tulang: moderat kominuta.
Grade IIIA : Luka biasanya >1cm,
cedera jaringan lunak: severe deep
contusion+sindrom kompartemen, cedera
tulang:
pola
fraktur
highenergy;kominuta tetapi kemungkinan
jaringan lunak teratasi.
Grade IIIB : Luka biasanya >10cm,
cedera jaringan lunak: severe loss of soft
tissue cover, cedera tulang: requires soft
tissue reconstruction for cover.
Grade IIIC : Luka biasanya >10cm,
cedera jaringan lunak: seperti IIIB,
dengan perbaikan pembuluh darah,
cedera tulang: seperti IIIB.

Tscherne Fraktur Tertutup

7. Penatalaksanaan

8. Komplikasi

Diagnosis : Fraktur Radius


Ulna
1. Epidemiologi

2. Mekanisme Injuri

3. Pemeriksaan Fisik

Fiksasi Eksternal
Plates and Screws
Fasciotomy
Malunion
Nonunion
Infeksi
Kehilangan jaringan lunak
Kaku pada lutut dan ankle
Nyeri lutut
Sindrom kompartemen
Cedera neurovaskular
Emboli lemak

Fraktur lengan bawah yang banyak terjadi pada


pria dibanding wanita
Insiden tertinggi pada kecelakaan motor, pada
atlet, dan jatuh dari ketinggian
Rasio fraktur terbuka ke fraktur tertutup lebih
tinggi dibanding tulang lainnya kecuali tibia
Sering terjadi dengan kecelakaan motor,
meskipun sering terjadi pada trauma langsung
Fraktur patologis tidak terjadi
Pasien datang biasanya dengan deformitas
disertai nyeri, bengkak, dan hilangnya fungsi
lengan bawah
Pemeriksaan neurovaskular sangat dibutuhkan
dengan menilai pulsasi radius dan ulna dan
menilai fungsi nervus radius dan nervus ulna
Nyeri hebat dan tidak hilang, lengan bawah yang
tegang, atau nyeri pasif pada saat mengangkat jari
atau adanya sindrom kompartemen

4. Pemeriksaan Penunjang

5. Penatalaksanaan
6. Komplikasi

ORIF
Fiksasi internal dengan/tanpa bone graft
Nonunion
Malunion
Infeksi
Cedera neurovaskular
Iskemia volkmann

Diagnosis : Fraktur Ulna


1. Definisi

2. Mekanisme Injuri

3. Klasifikasi

4. Pemeriksaan
Penunjang

Termasuk fraktur Monteggia dan fraktur Nightstick yang


dikenal fraktur stres atlit. Lesi monteggia merupakan
fraktur proksimal ulna yang disertai oleh dislokai kaput
radius.
Fraktur ulna nightstick hasil dari trauma langsung
ke ulna mendekati perbatasan subkutan
Fraktur monteggia dihasilkan oleh beberapa
mekanisme
Klasifikasi Bado Fraktur Monteggia
Tipe I : dislokasi anterior kaput radius dengan
fraktur diafisis ulna dengan angulasi anterior
Tipe II : posterior/postetolateral dislokasi kaput
radius dengan fraktur diafisis ulna dengan angulasi
posterior
Tipe III : dislokasi lateral/anterolateral kaput
radius dengan fraktur metafisis ulna
Tipe IV : dislokasi anterior kaput radius dengan
fraktur baik radius dan ulna bersamaan

5. Penatalaksanaan

a. Fraktur nightstick
Nondisplace / minimalisasi displace fraktur ulna
mungkin bisa disembuhkan dengan imobilisasi
plester dalam sugar-tong splint untuk 7-10 hari.
Displace
fraktur
diobati
dengan
ORIF
menggunakan 3,5mm kompresi plate
b. Fraktur monteggia
Reduksi tertutup seharusnya dilakukan hanya
untuk pediatri
Reduksi tertutup kaput radius dengan pasien
anestesi, dilakukan ORIF
Setelah fiksasi ulna, kaput radius biasanya stabil
(>90%)
Cedera saraf
Instabilitas kaput radius

6. Komplikasi

Diagnosis : Fraktur Kaput


Femoralis
1. Epidemiologi

2. Anatomi

Hampir semua berhubungan dengan dislokasi pinggul


Fraktur ini 10% komplikasi dislokasi pinggul posterior
Kelengkungan fraktur umumnya berhubungan dengan
dislokasi pinggul anterior (25-75%)

Kaput femoralis menerima suplai darah dari :


Arteri sirkumfleksi femoralis medial mensuplai sebagian
besar weight-bearing superior
Arteri sirkumfleksi lateral dan arteri ligamentum teres
mensuplasi sisanya.
70% permukaan artikular kaput femoralis terlibat dalam
cadangan suplai.

3. Mekanisme Injuri Kebanyakan fraktur kaput femoralis adalah kecelakaan motor


4. Pemeriksaan Fisik
Evaluasi trauma dibutuhkan karena kebanyakan fraktur
kaput femoralis adalah hasil dari trauma berat
Dalam dislokasi pinggul, fraktur kaput femoralis juga
berhubungan dengan fraktur asetabular, cedera ligamen
lutut, fraktur patela, dan fraktur femoral shaft
Pemeriksaan neurovaskular dibutuhkan karena dislokasi
pinggul
posterior
bisa
menghasilkan
penyakit
neurovaskular.
5. Pemeriksaan
Radiografi
Penunjang
Penglihatan AP dan Judet pelvis harus dilakukan
Hampir selalu adanya dislokasi pinggul
Radiografi AP pelbis mungkin mendemostrasi fragmen kaput
femoralis dalam fossa asetabular
6. Klasifikasi
Klasifikasi Pipkin

7. Penatalaksanaan

8. Komplikasi

Pipkin tipe I : jika reduksi adekuat dan pinggul stabil,


direkomendasikan closed treatment. Jika reduksi
inadekuat, ORIF dengan screw subarticular menggunakan
pendekatan anterior
Pipkin tipe II : sama seperti tipe I
Pipkin tipe III : prognosis buruk dan bergantung pada
derajat pergeseran fraktur kolum femoralis. Pada pasien
muda, emergensi ORIF dilakukan diikuti oleh fiksasi
internal, watson-jones approach.
Pipkin tipe IV : dengan tandem fraktur asetabulum

Osteonecrosis dan posttraumatic OA

Anda mungkin juga menyukai