Humerus
1. Definisi
2. Anatomi
Fraktur
Proksimal
Hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan
sendi, tulang rawan epfisial baik yang
bersifat total maupun parsial pada tulang
humerus
Bahu memiliki rentangan gerak terbesar dari
setiap pergerakan di dalam tubuh. Humerus
proksimal menggerakan 35-40 derajat
terhadap sumbu epicondylar. Menurut Neer,
humerus dibagi menjadi 4 segmen tulang :
Kepala humerus
Lesser tuberosity
Greater tuberosity
Humerus shaft
Deformitas
muskular
bisa
menyebabkan masing-masing tiap
segmen rusak
Greater tuberosity digantikan
secara superior dan posterior
oleh
supraspinatus
dan
rotator eksternal
Lesser tuberositas digantikan
secara
medial
oleh
subscapula
Humeral shaft digantikan
secara medial oleh major
pektoralis
Insersi deltoid menyebabkan
abduksi
dari
fragmen
proksimal
Suplai pembuluh darah dan saraf
Suplai darah terbesar dari
arteri sirkumfleksi humerus
anterior dan posterior
Arteri arkuata merupakan
kelanjutan
dari
cabang
asending humerus anterior
sirkumfleksi.
Memasuki
bicipital
groove
dan
memasok sebagian besar
humeral head. Sebagian kecil
suplai humeral head berasal
dari
humerus
posterior
sirkumfleksi yang mencapai
humeral
head
melalui
anostomosis
tendo-tulang
melalui rotator cuff.
Fraktur leher humerus jarang
terjadi,
tetapi
mereka
memiliki prognosis yang
buruk
karena
pasokan
vaskular yang genting untuk
humeral head.
3. Epidemiologi
4. Mekanisme Trauma
5. Pemeriksaan Fisik
7. Klasifikasi
8. Penatalaksanaan
2.
3.
4.
5.
9. Komplikasi
motion
Gerakan aktif range of motion bisa
dilakukan pada minggu ke-6
Fraktur 2 bagian
Fraktur leher humerus: jarang terjadi
dan sulit untuk diobati oleh reduksi
tertutup. Biasanya dilakukan ORIF
atau prostesis.
Fraktur greater tuberosity: jika
bergeser lebih dari 5-10mm, harus
dilakukan ORIF dengan atau tanpa
perbaikan rotator cuff
Fraktur lesser tuberosity: rotasi
internal tertutup fragmen block.
Fraktur 3 bagian
Tidak stabil berhubungan dengan
kerusakan otot, hasilnya reduksi
tertutup sulit dilakukan.
Pada pasien tua biasanya dilakukan
hemiarthroplasty.
Fraktur 4 bagian
Insidens untuk osteonecrosis 1315%
ORIF bisa dilakukan apabila kaput
humerus beradai di fossa glenoid
Fraktur dislokasi
Fraktur 2 bagian dislokasi : dapat
diobati dengan reduksi bahu tertutup
tetapi fraktur fragmen masih ada.
Fraktur 3 dan 4 bagian dislokasi :
ORIF bisa dilakukan pada pasien
muda dan hemiarthoplasty pada
pasien tua.
Hemiarhroplasty pada fraktur leher
dislokasi direkomendasikan karena
insiden tinggi untuk osteonecrosis.
Cedera vaskular
Cedera saraf
Cedera dada
Kaku bahu
Osteonecrosis
Malunion
Nonunion
2. Epidemiologi
3. Mekanisme Injuri
4. Pemeriksaan Fisik
5. Pemeriksaan Penunjang
Radiografi
Evaluasi seluruh tibia AP lateral
dengan visualisasi ankle dan lutut
Oblik view membantu untuk
mengenali pola fraktur
Pada AP lateral harus dilihat:
Lokasi fraktur
Adanya garis fraktur
kedua
Adanya kominuta
Os defect
Garis
fraktur
bisa
menyebar ke proksimal
lutut atau dorsal ankle
Gas dalam jaringan : gas
gangren, nekrosis, dan
infeksi
Angiografi diindikasikan apabila suspek
cedera arteri.
6. Klasifikasi
7. Penatalaksanaan
8. Komplikasi
2. Mekanisme Injuri
3. Pemeriksaan Fisik
Fiksasi Eksternal
Plates and Screws
Fasciotomy
Malunion
Nonunion
Infeksi
Kehilangan jaringan lunak
Kaku pada lutut dan ankle
Nyeri lutut
Sindrom kompartemen
Cedera neurovaskular
Emboli lemak
4. Pemeriksaan Penunjang
5. Penatalaksanaan
6. Komplikasi
ORIF
Fiksasi internal dengan/tanpa bone graft
Nonunion
Malunion
Infeksi
Cedera neurovaskular
Iskemia volkmann
2. Mekanisme Injuri
3. Klasifikasi
4. Pemeriksaan
Penunjang
5. Penatalaksanaan
a. Fraktur nightstick
Nondisplace / minimalisasi displace fraktur ulna
mungkin bisa disembuhkan dengan imobilisasi
plester dalam sugar-tong splint untuk 7-10 hari.
Displace
fraktur
diobati
dengan
ORIF
menggunakan 3,5mm kompresi plate
b. Fraktur monteggia
Reduksi tertutup seharusnya dilakukan hanya
untuk pediatri
Reduksi tertutup kaput radius dengan pasien
anestesi, dilakukan ORIF
Setelah fiksasi ulna, kaput radius biasanya stabil
(>90%)
Cedera saraf
Instabilitas kaput radius
6. Komplikasi
2. Anatomi
7. Penatalaksanaan
8. Komplikasi