Anda di halaman 1dari 14

Analisis Kenaikan BBM (Versi Mahasiswa)

OPINI | 25 June 2013 | 00:15

Dibaca: 1449

Komentar: 11

Mari kita kembali meluruskan pemahaman kita tentang kenaikan BBM terutama kita, wahai
MAHASISWA.
PEMERINTAH mengatakan :
Kenaikan harga minya dunia yg mencapai 112 dollar perbarel, sementara anggaran APBN
hanya 100dollar perbarel.
Produksi minyak Indonesia terus mengalami penurunan.
Beban APBN yang membengkak dari 193,8 triliyun ke 251 triliyun.
Subsidi BBM yang tidak tepat sasaran
Analisis:
Apakah subsidi BBM membebani APBN?
Faktanya beban Belanja Birokrasi lah yang membebani APBN. Semenjak 2012 dalam 7 tahun
terakhir, belanja birokrasi sudah naik lebih dari 400 persen, yaitu dari Rp. 187 trilyun menjadi
Rp. 733 trilyun. Dalam rentang yang sama(2005 -2012), subsidi BBM hanya naik 29 persen.
Padahal kenaikan belanja birokrasi lebih banyak untuk pemborosan, seperti untuk renovasi
gedung, biaya kunjungan (plesiran), pembelian mobil mewah dsb.
Sementara tahun sebelumnya terjadi surplus APBN. Tahun 2011 APBN memiliki sisa dana 39,2
T, sementara tahun 2012 memiliki sisa dan 34,01 T. Dana tersebut sudah pasti bisa menutupi
beban subsidi BBM.
Apakah produksi BBM Indonesia rendah?
POTENSI BBM DI INDONESIA
Cadangan minyak terkira di Indonesia masih sekitar 4,4 milyar barel (antaranews.com). Namun,
upaya eksplorasi sumur baru oleh Pertamina tidak banyak dilakukan, dengan alasan adanya
kendala anggaran. (Biaya explorasi diperkirakan sekitar 7-8 triliyun). Seharusnya produksi
minyak Indonesia masih dapat dinaikkan, sehingga mampu tercapai ekspor netto.
Sementara, sekarang ini produksi minyak di Indonesia saat ini banyak dikuasai oleh perusahaan
asing, yaitu sekitar 85 %. Sehingga pendapatan minyak dari bumi Indonesia lebih banyak
dinikmati oleh perusahaan asing. Selama ini ekspor minyak dan gas Indonesia dilakukan oleh
pihak ketiga, terutama oleh pihak perusahaan asing.

Contohnya melalui British Petroleum (BP), yang menjual minyak dan gas Indonesia dengan
harga yang sangat murah
Apakah subsidi BBM tidak tepat sasaran?
KONSUMEN BBM BERSUBSIDI
Faktanya, menurut data pemerintah melaui Susenas BPS tahun 2010 menyebutkan: 65% BBM
bersubsidi dikonsumsi oleh kalangan menengah bawah (pengeluaran per kapita US$ 4) dan
kalangan miskin (US$ 2). Untuk kalangan menengah, konsumsi BBM bersubsidi adalah sebesar
27 %. Kalangan menengah atas adalah sebesar 6 %.
Sedangkan kalangan kaya adalah sebesar 2 %. Kesimpulannya, BBM bersubsidi lebih banyak
dikonsumsi oleh kalangan bawah, sehingga tidak salah sasaran.
Sementara menurut BPH (Badan Pengatur Hilir) Migas, pengguna premium terbanyak adalah
sepeda motor, yaitu 40%. Mobil pribadi pelat hitam sebesar 53%. Untuk angkutan umum sebesar
7%. Jika 50% dari mobil pribadi pelat hitam digunakan untuk kegiatan usaha menengah kecil
(UKM), maka sebesar 74% premium bersubsidi dinikmati oleh rakyat menengah kebawah.
Kesimpulannya, penggunaan BBM bersubsidi selama ini tidak salah sasaran.
Saatnya mahasiswa sebagai agent of change nya masyarakat bertindak terhadap issue Kenaikan
BBM, bertindak dengan pemikiran bukan dengan pertengkaran (Otak bukan otot). Menulis dan
tunjukkan Fakta kepada pemerintah! Karena kita intelektualis berpendidikan.
*dinukil dan diedit seperlunya dari slide Ngopi Fostisa (Analisis teman-teman mahasiswa)
http://regional.kompasiana.com/2013/06/25/analisis-kenaikan-bbm-versi-mahasiswa-571928.html

Pamor Jokowi Turun Usai Naikkan Harga


BBM, Ini Alasannya
Hari ke-33
By Ahmad Romadoni
on Nov 21, 2014 at 16:29 WIB

BBM naik, SPBU diserbu. (Liputan6.com/Johan Tallo)


Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah akhirnya mengeluarkan kebijakan yang tidak populer di
masyarakat, yakni menaikkan harga BBM. Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang semula menjadi
harapan besar di mata publik, kini tingkat kepercayaannya mulai luntur.
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) mencatat setidaknya ada 4 penyebab turunnya kepercayaan publik
kepada Jokowi. Khususnya setelah presiden ke-7 RI itu mengumumkan kenaikan harga BBM.
Kurangnya sosialsisasi sebelum menaikkan harga BBM diyakini menjadi alasan pertama
menurunnya kepercayaan terhadap Jokowi. Terlebih, alasan-alasan pemerintah mengeluarkan
kebijakan itu tidak tersampaikan dengan baik.
"Tidak ada pra-kondisi dan sosialisasi ketika menaikkan harga BBM. Timing yang diambil cenderung
tidak tepat karena harga minyak dunia sedang turun, kenapa Jokowi naikkan harga BBM?
Masyarakat tidak bisa menerima rasionalitas pemerintah," kata peneliti LSI Ade Mulyana di Jakarta,
Jumat (21/11/2014).
Belum lagi, beban hidup semakin besar saat harga BBM Naik. Menurut Ade, urusan kenaikan harga
BBM tidak berhenti di SPBU saja. Efek domino kenaikan bahan pokok membuat beban masyarakat
semakin bertambah.
"BBM naik pasti masyarakat kesulitan. 74,38% Masyarakat mengaku kehidupannya makin sulit.

Padahal harapan publik dengan naiknya Jokowi menjadi Presiden bisa memperbaiki kesejahteraan
masyarakat," lanjut dia.
Program kompensasi yang ditawarkan Jokowi juga dirasa belum dapat sepenuhnya dipercayai
masyarakat. "Masyarakat cenderung tidak yakin program ini sampai ke mereka karena tinggi korupsi
dan birokrsi masih buruk," ungkap Ade.
Terakhir, hingga saat ini belum ada program pemerintah yang benar-benar dirasakan manfaatnya
oleh masyarakat. 62,41% Masyarakat mengaku belum ada program yang dirasakan.
"Kemarin sibuk urus menteri, ke luar negeri. Kartu Sakti tidak dirasakan masyarakat. Saat BBM naik,
lalu program tidak dirasakan akan menurunkan pamor di mata publik," tutup Ade. (Ado/Mut)

http://news.liputan6.com/read/2137613/pamor-jokowi-turun-usai-naikkan-harga-bbm-ini-alasannya

Survei LSI: Harga BBM Naik, Kepercayaan


Publik ke Jokowi 44,94%
By Ahmad Romadoni
on Nov 21, 2014 at 15:30 WIB

Bertempat di halaman belakang Istana Merdeka, Jokowi mengumpulkan 34 kandidat terpilih


(Liputan6.com/Herman Zakharia)
Liputan6.com, Jakarta - Kebijakan Presiden Joko Widodo atau Jokowi menaikan harga
BBM ternyata berpengaruh terhadap popularitasnya. Tak sampai hitungan minggu, popularitas
Jokowi merosot tajam setelah mengumumkan kenaikan harga BBM pada Senin 17 November lalu.
Berdasarkan hasil jajak pendapat yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI), kepuasan
masyarakat terhadap kebijakan pemerintah menaikan harga BBM hanya 44,94%.
"Hasil survei kami menyebutkan, 44,94% responden mengaku puas dengan kebijakan Jokowi
menaikan harga BBM. Sedangkan, 43,82% mengaku tidak puas dengan kebijakan itu," kata peneliti
LSI, Ade Mulyana, Jumat (21/11/2014). Sedangkan 11,24% masyarakat tidak menjawab.
Angka kepuasan yang berada di bawah 50%, menurut Ade, harus menjadi perhatian khusus
pemerintahan Jokowi-JK. Sebab, sebelumnya kepuasan masyarakat terhadap pemerintahan
Jokowi-JK selalu di atas 50% bahkan mencapai 70%. Tapi kini angka kepuasan masyarakat turun
dan bahkan terjadi diawal pemerintahan.
"Ini harusnya menjadi warning karena Jokowi belum 100 hari tapi sudah mengambil kebijakan yang
tidak populer dengan menaikan harga BBM," ujar Ade.
Survei dilakukan pada 18-19 November 2014 dengan melibatkan 1.200 responden. Survei dilakukan

dengan metode quickpoll dan multistage random ampling dengan margin of eror plus minus 2,9%.
Jokowi sebelumnya telah menegaskan, tidak khawatir menjadi tidak populer dengan keputusannya
menaikkan harga BBM. Menurut Jokowi, dengan menaikan harga BBM bukan berarti menghapus
subsidi BBM. Tapi mengalihkannya dari sektor konsumtif menjadi produktif, yakni antara lain untuk
pembangunan infrastruktur dan memperkuat perlindungan sosial bagi masyarakat. (Sun/Mut)

http://news.liputan6.com/read/2137584/survei-lsi-harga-bbm-naik-kepercayaan-publik-ke-jokowi-4494

PRABOWO DUKUNG BBM NAIK


PAHAMI SUBSIDI BERATKAN APBN
METROTV

Nasdem Pastikan Dukung Pemerintah Jika Naikkan Harga BBM


Jumat, 7 November 2014 08:02 WIB
Tribunnews.com/Ferdinand Waskita
Sekjen Partai NasDem Patrice Rio Cappella, berikan jawaban pertanyaan para wartawan di Gedung DPR,
Senayan, Jakarta, Kamis (6/11/2014). Tribunnews.com/Ferdinand Waskita
Deklarasi Koalisi PDIP dengan PKB dan Nasdem
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA Anggota DPR Fraksi Partai Nasdem Patrice Rio Capella mengatakan,
pihaknya mendukung pemerintah jika benar pemerintah akan menaikkan harga bahan bakar minyak
(BBM) bersubsidi.
"Suara Nasdem satu, mendukung kenaikan BBM. Tidak ada yang protes, Nasdem memahami," kata Rio
kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Kamis (6/11/2014).
Menurutnya, untuk pembangunan jangka panjang yang saat ini masih terdapat kekurangan dalam segala
bidang.

"Kenapa, karena konsepnya tak hanya menyesuaikn minyak dunia tp bersifat jangka panjang,
(pembangunan) infrastruktur dan lain-lainnya," katanya.
Saat disinggung harga minyak dunia yang dikabarkan saat ini turun, Rio mengatakan, jika kenaikan harga
BBM bersubsidi bukan lagi persoalan harga minyak dunia yang jadi acuannya.
"Hari ini bukan alasan minyak dunia naik atau turun, tapi mengalihkan untuk (pembangunan)
infrastrukturkalau skrng penyeseuaian. Kalau nggak naik, nggak ada penambahan infrastruktur. Jadi
kalau kita subsidi terus dengan gaya Orde Baru, (bangsa) kita nggak bisa apa-apa," kata Rio.
Terkait#Nasdem#Harga BBM
http://www.tribunnews.com/nasional/2014/11/07/nasdem-pastikan-dukung-pemerintah-jika-naikkanharga-bbm

SENIN, 03 NOVEMBER 2014 | 14:17 WIB

Gerindra Tak Dukung Kenaikan Harga BBM

Advertisement

Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Fadli Zon memimpin sidang pemilihan ketua komisi I di Kompleks Parlemen
Senayan, Jakarta Selatan, Rabu, 29 Oktober 2014. TEMPO/Dhemas Reviyanto

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Fadli Zon mengatakan tidak ada
keharusan bagi pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak. Politikus Partai Gerakan
Indonesia Raya mengatakan harga minyak dunia yang sempat mencapai US$ 145 per barel kini
sudah turun.
"Sekarang harga minyak dunia turun, US$ 82 per barel sehingga seharusnya harga BBM dalam
negeri malah turun, bukannya naik," kata Fadli ketika ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan,
Senin, 3 November 2014. (Baca: Harga BBM Naik Picu Pertumbuhan Ekonomi, Asal)
Menurut dia, pemerintah seharusnya bertanya kepada masyarakat terlebih dahulu, apakah harga
BBM mau dinaikkan atau tidak. Dia menilai alasan penurunan subsidi BBM karena tak tepat sasaran
hanyalah argumentasi rutin yang selalu digulirkan sejak 20 tahun yang lalu.
Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla menggelar rapat kabinet terbatas soal subsidi bahan bakar
minyak di kantornya, Jalan Veteran, Jakarta Pusat. Dalam rapat tersebut disebutkan bahwa
pemerintah berencana menaikkan harga BBM sebelum 1 Januari 2015. (Baca: Soal Harga BBM,
Susi dan Nelayan Beda Pendapat)
Fadli menyarankan pemerintah membenahi sistem dan skema beserta perangkat pemberian subsidi
BBM selama ini supaya lebih tepat sasaran. Dia khawatir terjadi kericuhan jika harga Premium
dinaikkan. "Akibatnya, harga-harga kebutuhan pokok akan naik. Yang paling susah dan sengsara
adalah rakyat miskin yang tidak mampu mengejarnya," ujarnya.

http://www.tempo.co/read/news/2014/11/03/078619153/p-Gerindra-Tak-Dukung-Kenaikan-HargaBBM

Pro kontra kenaikan harga BBM di media


sosial

18 November 2014
Pengguna media sosial di Indonesia mengkritik kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi yang mulai
berlaku pada Selasa (18/11) dini hari.
Tagar #SalamGigitJari dan BBM Naik menembus Trending Topic atau topik yang banyak dibicarakan oleh
pengguna sosial media di dunia.
Istilah #SalamGigiJari merupakan sindirian kampanye Joko Widodo ketika kampanye pemilihan presiden lalu
yaitu Salam Dua Jari.

Hasil pemantauan PoliticaWave, menyebutkan pada Senin (17/11) malam, ketika kenaikan BBM diumumkan
oleh Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka yang disiarkan secara langsung di sejumlah televisi, terdapat 21
ribu percakapan selama satu jam.
Yose rizal dari PoliticaWave mengatakan percakapan di media sosial mengenai pro dan kontra kenaikan harga
BBM.
"Seperti layaknya pengumuman kenaikan apapun lebih banyak sentimen negatifnya walaupun banyak juga
yang mendukung dan memahami alasan kenaikan itu," jelas Yose.
Pantauan PoliticaWave menyebutkan alasan yang kemukakan netizen pendukung kenaikan harga BBM adalah
pengalihan dana subsidi untuk kebijakan pembangunan dan sektor usaha produktif.

#SalamGigitJari
Sementara, para netizen yang menolak kenaikan harga BBM bersubsidi mengungkapkan sindiran dan protes
terhadap Jokowi dan para pemilihnya, serta menilai kebijakan ini akan menyengsarakan rakyat.
Sampai Selasa sore, #SalamGigitJari mencapai 60,900 percakapan, BBM Naik sebanyak 400.000, dan
#ShameOnYouJokowi sebanyak 46,200 percakapan.
Presiden Joko Widodo menaikkan harga BBM bersubsidi yaitu Premium dan Solar sebesar Rp2.000. Harga
premium naik dari Rp6.500 menjadi Rp8.500 dan solar dari Rp5.500 menjadi Rp7.500.
Sebelum kenaikan dilakukan, Jokowi mengatakan pemerintah telah menyiapkan paket bantuan non tunai untuk
sekitar 15 juta rakyat miskin, melalui Kartu Keluarga Sejahtera KKS, Kartu Indonesia Pintar KIP, Kartu
Indonesia Sehat KIS.
Sementara, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro kepada para wartawan di Istana mengatakan anggaran
yang selama ini digunakan untuk subsidi BBM akan dialihkan ke belanja produktif.
"Kebijakan hari ini akan memberikan tambahan untuk belanja produktif di atas Rp 100 triliun. Tentunya
kemana belanja produktifnya, sebagian akan ke infrastruktur dan sebagian untuk perlindungan sosial bagi
keluarga miskin dan hampir miskin," jelas Bambang.
http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2014/11/141118_netizen_bbm

Ragam Alasan Netizen Dukung atau Tolak Kenaikan BBM


Yogi Bayu Aji - 19 November 2014 04:16 wib
Ilustrasi -- ANTARA/Lucky R.

Metrotvnews.com, Jakarta: Percakapan di sosial media masih didominasi seputar kenaikan harga bahan
bakar minyak (BBM). Hasil monitoring PoliticaWave menunjukan total percakapan mulai 17 November
hingga pukul 06.00 WIB 18 November 2014 adalah sebesar 91,013 percakapan
Pascapengumuman kenaikan harga BBM pada 17 November pukul 21.00 WIB, beberapa hashtag mulai
bermuncul. Beberapa di antaranya masuk sebagai trending topic dunia yakni #bbmnaik (56,338
percakapan) dengan sentimen percakapan yang terbagi antara netizen yang pro dan kontra.
"PoliticaWave menemukan bahwa reaksi netizen di sosial media terhadap penolakan kenaikan harga
BBM ini yang paling utama adalah berupa berbagai sindiran dan protes yang ditujukan pada Jokowi dan
yang dahulu sudah memilih Jokowi sebagai presiden," ujar pendiri PoliticaWave, Yose Rizal dalam siaran
pers yang diterima Metrotvnews.com, Selasa (19/11/2014).
Yose menerangkan ada ancaman demo datang dari kalangan mahasiswa, buruh dan organisasi massa
yang menilai kenaikan BBM menyengsarakan rakyat. Netizen juga mempertanyakan mengapa harga
BBM tetap naik meskipun harga minyak dunia sedang turun.
Percakapan di sosial medai tak hanya diisi netizen kontra kenaikan BBM. Ada pula yang mendukung
kenaikan BBM. Alasan utama netizen yang pro adalah pengalihan subsidi BBM untuk program-program
pembangunan dan sector usaha produktif. Netizen menilai secara personal kebijakan tersebut langkah
yang tepat untuk kemajuan bangsa.
"Sikap Jokowi yang berani mengumumkan langsung juga banyak menuai pujian dari netizen. Dukungan
pun tidak saja datang dari para pendukung Jokowi maupun dari Koalisi Merah Putih, dukungan ini justru
banyak datang dari kalangan pengamat ekonomi, politik maupun energi, juga dari para tokohtokoh
nasional terutama para pakar ekonomi," jelas Yose.
Namun, Yose menilai masih banyak pembenahan komunikasi yang harus dilakukan untuk
mensosialisasikan kebijakan tidak popular ini. Di sosial media, kompensasi kenaikan BBM dianggap
belum jelas sebagian besar netizen, begitu pula dengan peran dan fungsi tiga kartu sakti Jokowi.
OGI
http://news.metrotvnews.com/read/2014/11/19/320541/ragam-alasan-netizen-dukung-atau-tolakkenaikan-bbm

Walikota Yogyakarta Tolak Kenaikan


BBM

Sabtu, 22 November 2014 - 03:20 wib |


Prabowo (Okezone) - Okezone

Walikota Yogyakarta Tolak Kenaikan BBM

YOGYAKARTA - Kenaikan harga BBM terus mendapat penolakan dari kalangan


mahasiswa, dan elemen masyarakat lain. Bahkan, Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti
tak sependapat dengan pemerintah yang menaikan harga BBM bersubsidi.
Sikap itu disampaikan saat menemui elemen mahasiswa dari Aliansi Mahasiswa SeYogyakarta di depan gerbang pintu masuk Balaikota Yogyakarta, Jumat (21/11/2014).
Mahasiswa juga sempat membakar foto Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla.
Mereka menilai kedua pemimpin tersebut sudah membohongi rakyat dengan janji-janji
muluknya.
"Saya tidak sepakat BBM naik karena jelas sekali membebani rakyat. Haryadi Suyuti
merasakan bagaimana penderitaan rakyat semakin tinggi manakala harga kebutuhan
pokok lainnya naik," kata Haryadi Suyuti saat menemui mahasiswa yang melakukan
unjuk rasa.

Haryadi berpesan pada mahasiswa agar tetap menjaga kedamaian dan kesantunan dalam
menyampaikan aspirasi. Dia meminta agar mahasiswa yang turun ke jalan tidak
mengganggu aktifitas masyarakat lain dan merusak fasilitas umum lainnya.
"Tolong, jaga Kota Yogya tetap kondusif ditengah penolakan kenaikan harga BBM. Kita
kritisi, tapi harus tetap santun, karena budaya kita budaya yang santun, tidak anarkis,"
pintanya.

Tak hanya orasi, Hariyadi sempat menandatangani surat tuntutan mahasiswa. Tuntutan
itu berisi renegoisasi kontrak karya asing, nasionalisasi aset-aset asing, berantas mafia
migas, dan cabut UU migas No 22 tahun 2001 yang meliberalisasi sektor migas.
"Saya sepakat tata niaga migas dikelola pemerintah, bukan swasta, sehingga bisa
dikontrol pengelolaannya. Publik juga bisa mengetahuinya," pungkasnya. (fmi)
(ded)
http://news.okezone.com/read/2014/11/22/340/1069209/walikota-yogyakarta-tolak-kenaikan-bbm

SELASA, 18 NOVEMBER 2014 | 06:49 WIB

Ada Demo Tolak Kenaikan Harga BBM,


Warga Selfie

Advertisement

TEMPO/Iqbal Lubis

TEMPO.CO, Yogyakakarta - Sejumlah mahasiswa yang menamakan diri Pusat Perjuangan


Mahasiswa untuk Pembebasan Nasional berdemonstrasi di kawasan Titik Nol Kilometer Yogyakarta,
Senin malam, 17 November 2014, pasca-pemerintah mengumumkan kenaikan harga bahan bakar
minyak bersubsidi. Dalam aksi yang berlangsung hingga jelang tengah malam itu, para mahasiswa
membawa dua buah ban bekas untuk dibakar di tengah persimpangan jantung Kota Yogya itu.
Aksi bakar ban di Titik Nol yang diwarnai orasi mahasiswa menjadi tontonan muda-mudi yang
tengah nongkrong di kawasan tersebut. Tak sedikit pula warga sekitar yang berusaha
memanfaatkan momen demonstrasi dengan bakar ban sebagai latar foto selfie. (Baca
juga: Kenaikan Harga BBM, Begini Hitungan Faisal Basri )
Juru bicara aksi demonstrasi tersebut, Ernest, mengaku kecewa dengan pemerintahan Joko Widodo
yang menaikkan harga BBM cukup tinggi. "Kami kecewa cara pengalihan subsidi dilakukan lewat
harga BBM seperti ini. Dampaknya jelas ke masyarakat kecil," kata Ernest kepada Tempo.
Pemerintah menaikkan harga BBM dari Rp 6.500 jadi Rp 8.500 per liter dan solar dari Rp 5.500
menjadi Rp 7.500 per liter. Alasan kenaikan harga BBM dimaksudkan buat menekan subsidi yang
terus melambung. (Baca juga: Jokowi: Harga BBM Naik Rp 2.000 Per Liter)
Meski tak dijaga aparat kepolisian, aksi yang diikuti sekitar 15 mahasiswa tersebut relatif
berlangsung tenang dan tak sampai membuat pengguna jalan kerepotan melintas.
Mahasiswa menuturkan seharusnya pemerintah mencari jalan lain untuk mengelola subsidi yang
lebih meringankan masyarakat kecil. "Misalnya, membenahi pengelolaan penyaluran BBM
bersubsidi agar lebih tepat sasaran," ujar Ernest.

http://www.tempo.co/read/news/2014/11/18/058622662/Ada-Demo-Tolak-Kenaikan-Harga-BBMWarga-Selfie

Anda mungkin juga menyukai