Proposal Pemetaan Banyumas
Proposal Pemetaan Banyumas
PENDAHULUAN
pengambilan data seperti struktur dan stratigrafi batuan, geomorfologi, dan sejarah
geologi yang ada di daerah tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
SATUAN RELIEF
02%
Datar
37%
Miring landai
8 13 %
Bergelombang miring
14 20 %
Pebukitan bergelombang
21 55 %
56 140 %
> 140 %
dibedakan
berdasarkan
dominasi
gaya-gaya
yang
bekerja
selama
pembentukannya, terdiri atas bentukan bentang alam asal endogen dan eksogen.
Bentukan bentang alam asal endogen : (a) Bentuk Asal Struktural yaitu bentuk lahan
struktural terbentuk karena adanya proses endogen atau proses tektonik yang berupa
pengangkatan, perlipatan dan patahan. Gaya tektonik ini bersifat konstruktif
(membangun) dan pada awalnya hampir semua bentuk lahan di roman muka bumi ini
dibentuk oleh kontrol struktural dan (b) Bentuk Lahan Asal Volkanik adalah bentukan
lahan yang terjadi karena pengaruh aktifitas volkanik berupa kepundan, kerucut
semburan, medan lava, medan lahar dan sebagainya yang umumnya berada pada
wilayah gunung api. Sedangkan bentang alam asal eksogen terdiri atas ; (a) Bentuk
asal fluvial adalah bentuk lahan yang berkaitan erat dengan aktifitas sungai dan air
permukaan yang berupa pengikisan pengangkutan, dan penimbunan pada daerah
rendah seperti lembah dan daratan alluvial ; (b) Bentuk asal marine , aktifitas marine
yang utama adalah abrasi, sedimentasi, pasang surut dan pertemuan terumbu karang.
Bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktifitas marine berada di kawasan pesisir yang
melapar sejajar garis pantai; (c) Bentuk Lahan Asal Pelarutan (Karst), adalah bentuk
lahan karst dihasilkan oleh proses solusi / pelarutan pada batuan yang mudah larut.
Mempunyai karakteristik relief dan drainase yang khas, yang disebabkan oleh tingkat
pelarutan batuan yang tinggi; (d) Bentuk Lahan Asal Aeolian (Angin), adalah
bentukan ini dipengaruhi oleh udara dan angin yang dapat membentuk medan yang
khas dan berbeda bentuknya dari daerah lain. Endapan angin terbentuk oleh
pengikisan, pengangkatan, dan pengendapan material lepas oleh angin yang umumnya
dibedakan menjadi gumuk pasir dan endapan debu (loess); (e) Bentuk Lahan Asal
Glasial, adalah bentuk yang dihasilkan oleh aktivitas gletser, tidak berkembang
didaerah tropis kecuali sedikit di puncak Gunung Jaya Wijaya di Indonesia ; (f)
Bentuk Asal Denudasional, adalah proses denudasional (penelanjangan) merupakan
kesatuan dari proses pelapukan, pegerakan tanah, erosi dan kemudian diakhiri dengan
proses pengendapan.
5
Secara umum relief daerah pemetaan ini adalah naik dapat dilihat dari utara
peta da kemudian disebelah selatan peta reliefnya menurun.
1. Formasi Pemali
Formasi Pemali tersusun atas napal globigerina berwarna abu-abu muda
dan abu-abu kehijauan, terdapat sisipan batugamping pasiran, batupasir tufan, dan
batupasir kasar. Umur dari Formasi Pemali adalah Miosen Awal. Tebal formasi ini
diperkirakan mencapai 900 meter.
2. Formasi Rambatan
Formasi Rambatan tersusun atas serpih, napal, dan batupasir gampingan.
Napal berselang-seling dengan batupasir gampingan berwarna kelabu muda. Pada
bagian atas terdiri dari batupasir gampingan berwarna abu-abu muda sampai biru
keabu-abuan. Umur dari Formasi Rambatan adalah Miosen Tengah dan tebalnya
diperkirakan 300 meter.
3. Formasi Halang
Formasi Halang tersusun atas batupasir andesit, konglomerat tufan, dan
napal bersisipan batupasir. Terdapat jejak organisme di atas bidang perlapisan
batupasir. Formasi Halang merupakan jenis endapan sedimen turbidit pada zona batial
atas (Kastowo dan Suwarna, 1996). Umur Formasi Halang adalah Miosen Akhir dan
mempunya ketebalan 390-2600 meter. Praptisih dan Kamtono (2009) menyatakan
Formasi Halang Bagian Atas disusun oleh batupasir, batulempung, dan perselingan
antara batupasir dan batulempung. Pada perselingan batupasir dan batulempung
dicirikan oleh batupasir yang berwarna abu-abu, halus-kasar, tebal lapisan 10-20 cm,
struktur sedimen perlapisan bersusun, laminasi sejajar, dan wavy. Batulempung
berwarna kehitaman, tebal 0,5-10 cm.
4. Formasi Kumbang
Formasi Kumbang terdiri dari breksi, lava andesit, tuf, dibeberapa tempat
breksi batuapung dan tuf pasiran (Djuri dkk., 1996). Terdapat juga aliran lava andesit
dan basalt (Condon dkk., 1996), serta tuf. Ketebalan formasi ini mencapai 2000
meter. Kastowo dan Suwarna (1996) menyatakan umur formasi ini Miosen TengahPliosen Awal. Formasi Kumbang merupakan endapan turbidit dari suatu sistem kipas
bawah laut (upper fan) yang dipengaruhi oleh kegiatan vulkanisme (Kartanegara dkk.,
1987).
5. Formasi Tapak
Formasi Tapak tersusun atas batupasir berbutir kasar berwarna kehijauan
dan konglomerat, setempat breksi andesit. Di bagian atas terdiri dari batupasir
gampingan dan napal berwarna hijau yang mengandung kepingan moluska (Djuri
dkk., 1996). Anggota Breksi Formasi Tapak terdiri dari breksi gunungapi dan
batupasir tufan (Condon dkk., 1996). Anggota Batugamping Formasi Tapak
merupakan lensa-lensa gamping tak berlapis yang berwarna kelabu kekuningan.
Umur dari Formasi Tapak adalah Pliosen Awal-Pliosen Tengah. ketebalan dari
formasi ini berkisar antara 500-1650 meter (Kartanegara dkk., 1987)
6. Formasi Kalibiuk
Formasi Kalibiuk tersusun atas napal lempungan bersisipan batupasir,
kaya moluska. Kelompok moluska tersebut mengindikasikan tidal zone facies yang
8
7. Formasi Kaliglagah
Formasi Kaliglagah tersusun atas batulempung, napal, batupasir, dan
konglomerat, di beberapa tempat lignit setebal 10-100 cm (Djuri dkk., 1996). Pada
bagian bawah tersusun atas batulempung hitam, napal hijau, batupasir bersusunan
andesit, dan konglomerat. Pada umumnya batupasir memperlihatkan struktur silang
siur dan mengandung sisipan lignit. Tebal diperkirakan mencapai 350 meter (Kastowo
dan Suwarna, 1996).
8. Formasi Ligung
Formasi Ligung tersusun atas aglomerat andesit, breksi, dan tuf berwarna
abu-abu di beberapa tempat. Terdapat Anggota Lempung Formasi Ligung yang
tersusun atas batulempung tufan, batupasir tufan, dan konglomerat, setempat sisa
tumbuhan dan batubara muda yang menunjukkan bahwa anggota ini diendapkan di
lingkungan bukan marin.
9. Formasi Mengger
Formasi Mengger tersusun atas tufa abu-abu muda dan batupasir tufaan
dengan sisipan konglomerat dan lapisan tipis magnetit. Pada formasi ini juga
ditemukan fosil mamalia yang termasuk kategori upper vertebrate zone yang
menunjukkan umur Plistosen awal. Ketebalan satuan ini diperkirakan mencapai 150
meter.
Satuan litologi daerah pemetaan ini adalah satuan batu breksi, satuan perselingan
batupasir dan batulempung dengan formasinya yaitu:
a. Formasi Halang
Formasi ini tersusun dari perselingan batupasir, batulempung,
batunapal dan tufa dengan sisipan breksi. Bagian bawah terdiri dari breksi dan
batunapal dengan sisipan batupasir(tebal sekitar 5-10 cm sampai 1m) dan
batulempung. Lebih ke atas terdapat perselingan batupasir (tebal sekitar 510cm sampai 1m) dan batunapal dengan sisipan batulempung, tufa dan
kalkarenit(tebal sekitar 5-30cm). Bagian atas formasi didominasi oleh
batunapal dan batupasir dengan sisipan tufa, batulempung dan batupasir
konglomeratan. Di bagian ini lapisan tufa semakin banyak. Sisipan batupasir
konglomeratan terdapat di bagian paling atas.
Foraminifera planktonic dijumpai pada batunapal, baik di bagian bawah
maupun bagian atas formasi ini. Di bagian bawah menunjukkan umur N15N16 atau Miosen Tengah- Miosen Akhir (Safaruddin, 1982). Dengan
demikian umur Formasi Halang adalah Miosen Tengah sampai Pliosen Awal
(N15-N18). Berdasarkan temukan foraminifera bentos disimpulkan bahwa
lingkungan pengendapan Formasi Halang adalah Batial Atas (200-1000m)
(Safaruddin, 1982). Menurut Haryono (1981), Formasi Halang disimpulkan
sebagai endapan turbidit dimana bagian bawah bersifat proksimal, bagian atas
bersifat distal, serta diendapkan di bagian dalam sampai luar kipas laut dalam
(submarine fan).
b. Anggota Breksi Formasi Halang
Breksi dengan komponen andesit, basal dan batugamping, masa dasar
batupasir tufan kasar, sisipan batupasir dan lava basal.
10
BAB III
METODOLOGI DAN TAHAP PENELITIAN
11
Kabupaten
Lokasi Kavling
Kecamatan
Banyumas
Banyumas
Kemrajen
Desa/Kelurahan
Pasinggahan
Kedunggede
Kejawar
Karangrau
Tanggeran
Pageralang
Karangsalam
Adisana
Alasmalang
III.2 Metodologi
Pemetaan ini dilakukan dengan melewati beberapa tahapan, yaitu tahap
persiapan dan perencanaan, tahap pemetaan lapangan, tahap penelitian laboratorium
dan tahap penyusunan laporan.
III.2.1 Tahap Persiapan dan Perencanaan
Tahap ini terdiri dari 4 kegiatan, antara lain :
1. Studi Literatur mengenai daerah pemetaan dari peneliti peneliti terdahulu.
2. Perencanaan lintasan lokasi pengamatan yang sesuai dengan efesiensi dan
efektifitas seorang geologi yang bekerja di lapangan, yaitu dengan
pertimbangan sebagai berikut :
Lintasan tegak lurus dengan jurus
Diutamakan lintasan yang melewati sungai dan memotong seluruh
formasi yang terdapat di daerah pemetaan.
Perencanaan lintasan harus mempertimbangkan faktor resiko
keselamatan.
3. Analisis peta topografi, digunakan untuk prediksi awal indikasi adanya
struktur geologi dan variasi geologi yang dijumpai di daerah pemetaan.
4. Persiapan Perlengkapan dan Pemilihan Base Camp
Perlengkapan yang dibutuhkan antara lain :
Peta Topografi 1 : 25.000
Kompas Geologi
12
13
III.3
Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam penulisan laporan ini terdiri dari :
BAB 1. PENDAHULUAN
Pada bab 1, berisi penejlasan tentang latar belakang, maksud dan tujuan lokasi
pemetaan dan kesampaian daerah, metode pengelitian, siste atika pembahasan dalam
laporan dan peralatan yang dibutuhkan pemetaan.
BAB 2 GEOMORFOLOGI
Pada bab 2, berisi penjelasan tentang kenampakan bentang alam
(geomorfologi) di daerah pemetaan ditunjang oleh kenampakan geomorfologi secara
regional.
BAB 3 STRATIGRAFI
Pada bab 3, berisi penjelasan tentang runtunan satuan batuan berurutan dari
tua ke muda yang dijumpai di daerah pemetaan yang ditunjang oleh stratigrafi
regional.
BAB 7 KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
Berisi semua referensi buku, makalah, dan sumber referensi lain yang
digunakan selama melakukan pemetaan dan menyusun laporan.
LAMPIRAN
Berupa peta, analisis kalsimetri dan analisis petrografi.
15
BAB IV
WAKTU DAN RENCANA
IV.1 Waktu
Pemetaan ini dilaksanakan 30 hari, dari tanggal 7 Agustus 7
September.
IV.2 Rencana
Tahapan Kegiatan
Juni
Juli
Bulan
Agustus September Oktober November Desember Januari
Tahap Persiapan
Pembuatan Proposal dan Peta (kontur, aliran dll)
Tahap Pemetaan Lapangan
Tahap Penelitian dan Analisa Laboratorium
Tahap Penyusunan Laporan
Presentase (Kolokium)
16
Pembuatan draft, peta geomorfologi, peta lintasan dan lokasi pengamatan, peta
geologi dan rekonstruksi penampang geologi.
Presentase (Kolokium)
Mempresentasekan daerah pemetaan geologi tersebut.
17