Anda di halaman 1dari 10

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN AGROEKOSISTEM

Pedoman umum pengelolaam agroekosistem terutama ditujukan pada agroekosistem padi, diharapkan PEDUM ini dapat dikembangkan
sendiri oleh kelompok tani untuk tanaman lain. Pada dasarnya PEDUM ini merupakan modifikasi Buku Rekomendasi Perlindungan Tanaman
dari Direktorat Perlindungan Tanaman yang merupakan buku pegangan bagi para POPT.

Tabel Lampiran 1. Teknologi Menuju Sistem Pertanian Berlanjut

NO
I

FASE BUDIDAYA
Pra Tanam

POTRET AGROEKOSISTEM

PENGELOLAAN AGROEKOSISTEM

Lahan ditumbuhi sisa tanaman, singgang, tungguI, jerami dan guIma. Memelihara biodiversitas
a.

DASAR PENGELOLAAN OPT

a. MENEKAN POPULASI AWAL OPT

(i)
Di daerah endemis serangan tungro, penggerek batang padi
putih dan atau wereng batang coklat pembibitan dilakukan setelah
Larva hama penggerek dapat bertahan pada tunggul. Singgang
pengolahan tanah selesai.
merupakan tempat bertahan virus tungro. Sisa tanaman dan jerami
biasanya merupakan tempat bertahan bakteri dan cendawan (bIas, (ii) Di daerah endemis siput murbei dibuat saluran di tengah sawah
hawar pelepah, dan bercak coklat). Gulma tertentu merupakan
atau di tepi pematang,
untuk memudah-kan pengairan/
tempat bertahan virus penyebab penyakit maupun serangga
pembuangan air dalam pengumpulan siput murbei. Tancapkan ajir
penularnya, bakteri penyebab hawar, cendawan penyebab bIas,
bambu sebagai perangkap telur siput murbei, dan pemanfaatan siput
hawar pelepah dan bercak coklat. Di daerah endemis serangan
murbei untuk pakan ternak atau keperluan lain. Apabila
penggerek batang padi putih, penerbangan ngengat dari tunggul
memungkinkan dilakukan pengembangan itik di sawah.
pada awal musim hujan, merupakan sumber serangan awal pada (iii)
Di daerah endemis serangan bIas, dilakukan fermentasi jerami

persemaian yang ada di persawahan.

(iv)
Dilakukan pembersihan saluran air dan semak yang diduga
menjadi tempat persembunyian tikus atau sebagai inang hama lain.
Apabila ditemukan lubang aktif dan tanda keberadaan tikus di
sawah, lakukan pengendalian responsif dengan gropyokan, sanitasi
lingkungan dan pengumpan-an beracun dengan rodentisida
antikoagulan dan pengemposan/pengasapan.

b.

b. PENGELOLAAN HABITAT UNTUK MENINGKATKAN POPULASI


AWAL MA

DASAR PENGELOLAAN MUSUH ALAMI

Habitat (sisa tanaman, singgang, tungguI, jerami dan guIma) pada


fase pratanam sebagai tempat hidup musuh alami (parasitoid dan
predator) dan mangsa/inangnya.
Pada fase ini merupakan
kesempatan yang optimal bagi musuh alami untuk berkembang
hingga mencapai batas ambang populasi. Pada fase ini merupakan
fase kritis bagi perkembangan musuh alami agar dapat berperan
aktif dalam mengendalikan OPT pada fase budidaya berikutnya.

Pembakaran jerami dan penggunaan herbisida seharus-nya dihindari


karena akan merusak habitat musuh alami. Dipertimbangkan
menyediakan habitat bagi predator (laba-laba) maupun sumber nectar
bagi parasitoid berupa gulma yang bukan inang alternatif serangga
hama/ penyakit.
Gulma di pematang dapat bermanfaat sebagai refugia bagi musuh
alami.
Binatang yang hidup di gulma, jerami dan di tunggul padi dapat sebagai
mangsa alternative bagi predator generalis
c.Gulma air dikumpulkan kemudian dibenamkan. Apabila terdapat azolla
dapat dikembangkan untuk ditebarkan ke permukaan lahan setelah
fase pengolahan tanah

II

Persemaian

Persemaian tersusun oleh tanaman yang masih sangat muda dan Benih yang akan disebar dipilih berdasarkan kriteria : sehat dan
rentan terhadap tekanan lingkungan, termasuk OPT. Di daerah bermutu, tahan OPT sesuai dengan jenis OPT yang sering timbul di

endemis, OPT yang sering ditemukan pada fase ini adalah daerah tersebut.
penggerek batang padi, wereng batang coklat, tikus, tungro dan bIas. Inokulasi mikoriza di persemaian
Populasi kelompok telur dan ngengat penggerek batang padi Sterilisasi biologis media persemaian dengan mikroba antagonis
biasanya dapat ditemukan pada persemaian musim hujan. Begitu
pula populasi wereng batang coklat dewasa bersayap panjang Penggunaan pupuk organic (kompos) dalam campuran media
persemaian
(makroptera).
Pengaturan air di persemaian setinggi 2 - 5 cm, agar bibit di persemaian
Serangan tikus dapat terjadi sejak benih disebar.
tumbuh pendek dan kuat. Bibit yang sehat apabila ditanam akan tumbuh
lebih cepat dan lebih tahan terhadap gangguan OPT.
Hindari penggunaan pestisida yang tidak diperlukan, untuk menjaga
tetap berkembangnya musuh alami di persawahan tersebut.
Lakukan pengumpulan kelompok telur penggerek, setiap 4 hari,
kemudian letakkan di dalam bumbung untuk pembiakan musuh alami
Pemupukan nitrogen yang berlebihan akan mengakibatkan bibit di
persemaian tumbuh tinggi tetapi lemah, sehingga rentan terhadap OPT.
Gunakan pupuk sesuai dengan rekomendasi setempat.
Pembuatan persemaian secara berkelompok dari beberapa petani atau
kelompok tani, sehingga mempermudah pengelolaan persemaian atau
OPT yang ada.
Hindari pembelian bibit dari daerah yang sedang terjadi serangan OPT
atau merupakan sumber OPT seperti penggerek batang, wereng batang
coklat, tungro, bIas, wereng hijau, dll.

Di daerah endemis serangan siput murbei, persemaian diberi pagar


plastik dan musnahkan siput murbei atau telur siput yang ditemukan.
Pada pintu-pintu masuk air dipasang saringan.
Apabila ditemukan tanda-tanda keberadaan tikus atau di daerah
endemis serangan tikus, dilakukan pemagaran persemaian
menggunakan plastik yang dikombinasikan dengan bubu perangkap
tikus. Tindakan responsif dapat dilakukan dengan gropyokan dan
pengumpanan beracun serta pengemposan/ pengasapan.
Apabila ditemukan gejala tungro, sawah jangan dikeringkan untuk
menghindari berpindahnya wereng hijau ke tempat lain.
Transplanting umur bibit muda (15 20 hari)
III

Tanaman Muda

Penyebaran pertanaman semakin Iuas, sehingga di seIuruh Analisis ekosistem dan pengambilan keputusan
persawahan tersedia cukup sumber makanan bagi OPT.
Di daerah endemis serangan tikus,
Pertumbuhan tanaman pada fase ini sangat pesat. Jumlah anakan
seawal mungkin dilakukan pemasangan pagar plastik yang
tanaman bertambah sejalan dengan pertumbuhan tanaman.
dikombinasikan dengan bubu perangkap tikus. Pengendalian
Pada fase ini mulai terjadi peningkatan populasi OPT dan atau
responsif dilakukan dengan pemasangan umpan beracun, yaitu
infestasi/infeksi oleh OPT tertentu, misalnya wereng batang coklat,
apabila ditemukan gejala serangan baru sampai dengan fase anakan
wereng punggung putih, penggerek batang, hawar pelepah, busuk
maksimum dan pengemposan asap beracun.
batang, bIas, tungro, bercak coklat, bercak coklat bergaris, dan
Apabila pemagaran plastik tidak bisa
hawar daun bakteri. Apabila kondisinya sesuai, OPT ini mampu
dilakukan secara menyeluruh, dapat dilakukan terhadap pertanaman
berkembang. Namun demikian, sejalan dengan perkembangan
yang berbatasan dengan wilayah yang rawan atau yang menjadi
hama, terjadi pula perkembangan musuh alami.
daerah persembunyian tikus, dilakukan sanitasi semak-semak tempat

Bagi hama tikus, nutrisi yang tersedia pada tanaman fase ini tidak
persembunyian tikus.
cocok
bagi
perkembangan
sehingga
belum
terjadi
Tanaman-tanaman yang menunjukkan
perkembangbiakan maupun peningkatan populasi.
gejala serangan tungro dicabut dan dibenamkan ke dalam tanah.
Pada saat tanaman berumur s/d 30 hari setelah tanam (hst)
Apabila populasi wereng batang coklat
merupakan fase peka terhadap infeksi virus tungro. Gejala tungro
10 ekor per rumpun pada tanaman berumur < 40 hst atau 40 ekor
terjadi pada fase ini, yaitu 2 - 3 minggu setelah terinfeksi oleh virus
per rumpun pada tanaman berumur 40 hst dilakukan pengendalian
tungro.
responsif dengan menggunakan insektisida efektif yang diizinkan .

Apabila banyak ditemukan populasi


kelompok telur penggerek batang padi dilakukan pengumpulan
kelompok telur. Kelompok telur yang terkumpul dipelihara dan parasit
yang mungkin keluar dilepaskan ke persawahan. Apabila
pengumpulan kelompok telur tidak mungkin dilakukan, dan atau
serangan sundep 10% tergantung varietasnya, di-lakukan
pengendalian responsif dengan mengguna-kan insektisida efektif yang
diizinkan secara "spot treatment" (hanya di tempat serangan) .

Apabila terjadi serangan hama putih,


dilakukan pengeringan sawah selama 2-3 hari, sampai larva hama
putih mati.

Apabila serangan ganjur 5%


dilakukan aplikasi insektisida sistemik yang efektif dan diizinkan.
Monitoring populasi serangan ganjur, dapat dilakukan dengan lampu
perangkap.

Apabila
ditemukan
tanaman
menunjukkan gejala serangan tungro, tanaman tersebut dimusnahkan.
Aplikasi insektisida dapat dilakukan secara "hot spot treatment", yaitu
di tempat-tempat yang diduga sebagai titik awal perkembangannya
serangan tungro di suatu wilayah .

Apabila timbul serangan ulat grayak,


dilakukan peng-genangan sehingga ulat grayak naik dan mudah
dikumpulkan. Aplikasi insektisida efektif dan diizinkan bila intensitas
serangan 15% kerusakan daun.

Apabila populasi kepinding tanah 5


ekor/rumpun, dilakukan aplikasi pestisida.

Di daerah endemis serangan anjing


tanah/orong-orong, dilakukan penggenangan air sehingga serangga
keluar dan mudah dimatikan. Pengumpanan beracun dapat dilakukan
dengan umpan dedak campur insektisida bentuk cair atau tepung.

Di daerah endemis serangan siput


murbei, dilakukan pemasangan saringan pada pintu masuk saluran air
ke petakan sawah. Kelompok telur dan siput murbei dikumpulkan dan
dimusnahkan. Ajir bambu dan daun-daun yang bertekstur lunak dapat
digunakan untuk memerangkap. Siput-siput dapat digunakan untuk
pakan ternak atau pemanfaatan lain. Penanaman sebaiknya 4-5
bibit/rumpun. Penggunaan kapur tohor dengan dosis 175 kg/ha atau
diterapkan budidaya mina padi, sehingga siput dapat dimakan ikan.

Apabila timbul serangan hawar daun


bakteri ataupun hawar pelepah dilakukan sanitasi selektif tanaman
yang sakit dan pengeringan lahan secara berkala, yaitu 1 hari diairi
dan 3 - 4 hari dikeringkan.

Apabila timbul serangan bercak coklat,


dilakukan pengaturan irigasi.

III

Tanaman Tua (sejak


Pada fase pertumbuhan tanaman ini merupakan
Hindari penggunaan pestisida yang tidak diperlukan,
primordiafase kritis terhadap serangan tikus, penggerek batang padi,
untuk memberikan perlindungan kepada musuh alami yang ada di
berbunga)
wereng batang coklat dan penyakit tanaman.
persawahan dan sekitarnya. Upaya pelestarian musuh alami tetap
dilakukan .

Serangan penggerek batang padi pada fase


pertumbuhan akan mengakibatkan beluk dan sudah tidak dapat
Di daerah endemis serangan ulat grayak, ditaruh
disembuhkan lagi serta tanaman sudah tidak mampu
pelepah pisang atau dedaunan lebar di persawahan sebagai
mengkompensasi kerusakan. Pengendalian responsif dengan
perangkap ulat grayak atau dilakukan penggenangan lahan sehingga
pestisida terhadap penggerek batang padi yang sudah
ulat grayak naik, untuk memudahkan pengumpulan dan
menunjukkan gejala serangan pada fase ini tidak dianjurkan lagi,
mematikannya. Aplikasi insektisida dilakukan bila intensitas serangan
karena tidak bermanfaat bagi pertanaman tersebut. Keadaan ini
15% kerusakan daun saat generatif dan 25% kerusakan daun
biasanya terjadi apabila larva sudah mencapai instar tua.
saat vegetatif.

Serangan tikus semakin meningkat pada saat


Memelihara kebersihan lingkungan yang diduga
tanaman primordia dan bunting. Pertumbuhan populasi tikus
menjadi tempat persembunyian tikus.
meningkat pesat karena nutrisi tanaman sesuai untuk kebutuhan
Pengaturan air sawah dengan
reproduksi tikus. Musim kawin dan perkembangbiakan tikus terjadi
selang waktu 9 hari, untuk memberikan keadaan yang tidak
pada saat tanaman padi memasuki fase generatif ini.
menguntungkan bagi perkembangan OPT kecuali bila terserang

Pada fase ini gejala awal penyakit tanaman yang


disebabkan oleh bakteri dan cendawan sudah nampak dan
tanaman yang terinfeksi pada fase ini sudah sulit dikendalikan.

tungro . Apabila populasi wereng batang coklat populasi 40 ekor per


rumpun pada tanaman berumur > 40 hst dilakukan pengendalian
responsif dengan menggunakan insektisida efektif yang diizinkan.
Apabila ditemukan predator laba-Iaba (Lycosa) 2 ekor/rumpun
pengendalian ditunda 1 minggu atau sampai pengamatan berikutnya.

Pada fase ini sudah tidak sesuai bagi


perkembangan ganjur. Hama ganjur sudah tidak mampu merusak
tanaman, hanya menyerang tunas-tunas non produktif dan tidak
Apabila
penyakit-penyakit
perlu dilakukan pengendalian responsif dengan pestisida.
penting (hawar bakteri, hawar pelepah, dll) atau salah satu dari
penyakit tersebut sudah muncul, diadakan pengeringan berkala, yaitu

Virus tungro yang menginfeksi tanaman pada fase


sehari diairi dan 3-4 hari dikeringkan. Kegiatan ini dapat dilakukan
ini tidak menunjukan gejala dan tidak mempengaruhi kehilangan
pula bila ditemukan populasi wereng batang coklat.
hasil panen. Tetapi virus tungro yang sudah berada dalam
tanaman akan menghasilkan gejala pada saat singgang, dan
Apabila terjadi serangan bIas,
menjadi sumber inokulum bagi persemaian dan pertanaman muda
dapat digunakan fungisida efektif yang diijinkan pada dua minggu
yang ada di sekitarnya.
sebelum keluar malai, untuk mencegah timbulnya neck blast.

Apabila
bercak coklat, dilakukan pengaturan irigasi .

Apabila dijumpai populasi ulat


grayak, dilakukan penggenangan petakan sawah untuk merendam
bagian bawah rumpun pada tempat ulat grayak berlindung, sehingga
memudahkan pengumpulannya.

Apabila terjadi serangan tikus


atau di daerah endemis serangan tikus, dilakukan pemasangan pagar
plastik yang dikombinasikan dengan bubu untuk menangkap tikus

terjadi

serangan

pada pertanaman yang memasuki fase generatif paling awal, atau


pada pertanaman yang berbatasan dengan wilayah yang menjadi
sumber
serangan
tikus.
Selain
itu
dilakukan
pengemposan/pengasapan pada lubang -lubang aktif tikus.

IV

Apabila terjadi serangan hama


putih palsu (pelipat daun) dengan intensitas 15% pada daun
bendera, dilakukan aplikasi insektisida efektif yang diijinkan.

Di daerah endemis serangan


babi hutan, dilakukan perburuan dengan anjing, tombak dan jaring
baja atau plastik.

Timbul gejala beluk, dilakukan


pengendalian pencabutan beluk segar (larva masih berada di dalam
batang) dan dimusnahkan.

Pematangan Bulir
Pertanaman telah mengalami pengisian bulir, sehingga Menjaga usaha pelestarian musuh alami yang sejak awal tanam telah
(pengisian bulir ketersediaan makanan bagi hama-hama pengisap bulir sangat
dilakukan, dengan menghindari penggunaan pestisida yang tidak
panen)
melimpah. Populasi hama tersebut mempunyai kesempatan
diperlu-kan.
meningkat dengan cepat.
Menjaga kebersihan lingkungan, terutama tempat-tempat yang diduga
Hama yang sudah berkembangbiak di sini sejak awal fase tumbuh
menjadi tempat persembunyian tikus.
tanaman, saat ini merupakan fase yang sangat kritis bagi Mengatur air sawah sehingga pertanaman tumbuh sehat, proses
kerusakan tanaman, misalnya wereng batang coklat, penggerek
pengisian bulir berlangsung dengan baik dan pemasakan bulir
batang padi dan tikus. Walang sangit yang sebelumnya bertahan
berlangsung dengan cepat. Pengeringan air pada saat pemasakan
hidup di semak-semak atau rerumputan sekitar sawah, mulai
bulir dapat mempercepat proses dan mempersempit waktu

berpindah tempat ke pertanaman.

kemungkinan terserang hama pengisap bulir.

Pada saat ini ulat grayak secara bergerombol mulai menginfestasi


pertanaman.
Di daerah endemis serangan penggerek batang padi putih,
Pengelolaan air sawah akan berpengaruh besar terhadap proses
pemotongan batang padi pada saat panen setinggi maksimal 5 cm di
pengisian dan pemasakan bulir.
atas permukaan tanah.

Apabila populasi walang sangit atau hama penghisap


bulir lainnya 10 ekor/m2, pada saat bulir belum keras, dilakukan
aplikasi insektisida yang efektif dan diijinkan. Tindakan responsif dapat
pula dilakukan dengan pemasangan perangkap bangkai kepiting atau
tulang-tulang di persawahan untuk menangkap walang sangit dan
kemudian dimatikan.

Apabila serangan tikus masih terus berlanjut, dilakukan


pengemposan dengan asap belerang/asap beracun.

Untuk mencegah berkembangnya serangan dilakukan


pencabutan beluk segar dan dimusnahkan.

Anda mungkin juga menyukai