2011-2-00376-AK Bab4001
2011-2-00376-AK Bab4001
PEMBAHASAN
identifikasi aset tak berwujud secara individu atau secara bersama kontrak terkait yang
lain dan juga tidak terdapat penjelasan mengenai masalah kontrak dan hak legal.
Keempat, perolehan terpisah dari aset tak berwujud pada PSAK No. 19 revisi
2010 dengan contoh biaya yang dapat diatribusikan imbalan kerja karyawan (IAS 19),
biaya untuk menguji, imbalan professional dan contoh biaya yang tidak dapat
diatribusikan biaya untuk memperkenalkan produk atau jasa baru, biaya memindahkan
usaha ke tempat atau ke tingkat konsumen baru, dan biaya administrasi dan overhead
lainnya. Pada PSAK No. 19 revisi 2000 biaya yang dapat diatribusikan yaitu imbalan
profesional dan tidak terdapat contoh biaya yang tidak dapat diatribusikan.
Kelima, pada PSAK No. 19 revisi 2010 terdapat pengakuan biaya pada jumlah
tercatat aset dengan pengecualian biaya-biaya seperti biaya yang ditangguhkan sampai
aset dapat digunakan sesuai keinginan manajemen dan kerugian awal operasi sedangkan
pada PSAK No. 19 revisi 2000 yang tidak termasuk jumlah tercatat aset tak berwujud
adalah selisih antara total pembayaran dengan nilai tunai dalam hal pembayaran
ditangguhkan melebihi periode penjualan kredit normal.
Keenam, aset tak berwujud yang didapatkan dari akuisisi sebagai bagian dari
kombinasi bisnis pada PSAK No. 19 revisi 2010 mencatat harga perolehan pada nilai
wajar pada saat akuisisi. Pihak yang mengakuisisi mengakui aset terpisah dari goodwill
dalam proses penelitian dan pengembangan pemberi aset. Pada PSAK No. 19 revisi
2000 tidak dibahas mengenai akuisisi sebagai bagian dari kombinasi bisnis.
Ketujuh, pada PSAK No. 19 revisi 2010 terdapat teknik untuk mengukur nilai
wajar aset tak berwujud yang didapat dari kombinasi bisnis dengan menerapkan
beberapa gambaran transaksi saat ini ke dalam indikator yang mengarahkan
profitabilitas aset serta mengurangi perkiraan arus kas yang akan datang dari aset. Pada
33
PSAK No.19 revisi 2000 tidak terdapat pembahasan mengenai teknik untuk mengukur
nilai wajar aset tak berwujud yang diperoleh dari kombinasi bisnis.
Kedelapan, terdapat peraturan mengenai aset tak berwujud yang diakuisisi dari
hibah pemerintah pada PSAK No. 19 revisi 2010 yaitu dapat diakui dengan harga
perolehan dengan nilai wajar atau nilai nominal dan pemerintah dapat mengalokasikan
aset tak berwujud kepada entitas sedangkan pada PSAK No. 19 revisi 2000 tidak
terdapat aturan mengenai hibah pemerintah.
Kesembilan, aset tak berwujud yang diperoleh melalui pertukaran dengan pihak
lain dapat diukur dengan nilai wajar dengan pengecualian transaksi yang kurang
mengandung substansi komersial dan nilai wajar aset yang diterima atau diserahkan
tidak dapat diandalkan. Jika aset tak berwujud diperoleh melalui pertukaran dan
memenuhi kedua hal tersebut maka aset tak berwujud diukur dengan jumlah tercatat aset
yang diserahkan berbeda dengan PSAK No. 19 revisi 2000 harga perolehan aset diukur
dengan nilai wajar dari aset yang diterima dan tidak terdapat penjelasan mengenai
pengecualian lainnya.
Kesepuluh, pengukuran setelah pengakuan pada PSAK No. 19 revisi 2010 dapat
dilakukan dengan memilih model biaya atau model revaluasi sesuai dengan perusahaan
tersebut sedangkan pada PSAK No. 19 revisi 2000 entitas hanya dapat menggunakan
model biaya. Model biaya dihitung dengan cara biaya perolehan dari aset tak berwujud
dikurangi dengan akumulasi amortisasi dan akumulasi kerugian penurunan nilai
sedangkan pada model revaluasi menggunakan nilai wajar aset tak berwujud dikurangi
dengan akumulasi amortisasi dan akumulasi kerugian penurunan nilai.
Kesebelas, pada PSAK No. 19 revisi 2010 masa manfaat dari aset tak berwujud
dapat ditentukan oleh entitas apakah aset tak berwujud tersebut memiliki masa manfaat
34
terbatas ataupun tidak terbatas sebaliknya pada PSAK No. 19 revisi 2000 masa manfaat
dari aset tak berwujud pada umumnya tidak melebihi 20 tahun.
Keduabelas, aset tak berwujud yang memiliki masa manfaat tak terbatas tidak
diamortisasi serta terdapat pengujian penurunan nilai aset setiap tahun dan ketika
terdapat indikasi penurunan nilai. Pada PSAK No. 19 revisi 2000 tidak terdapat
ketentuan mengenai hal tersebut baik amortisasi maupun uji penurunan nilai.
Ketigabelas, nilai yang dapat diperoleh kembali tidak diungkapkan pada PSAK
No. 19 revisi 2010 sedangkan pada PSAK No. 19 revisi 2000 terdapat penilaian setiap
tahun untuk aset tak berwujud yang belum digunakan dan juga aset tak berwujud yang
diamortisasi lebih dari 20 tahun.
Terakhir, PSAK No.19 revisi 2010 mengatur masalah penghentian ataupun
pelepasan dari aset tak berwujud ketika keuntungan dari pelepasan tidak diakui sebagai
revenue melainkan diakui sebagai gain atau loss. Pada PSAK No. 19 revisi 2000 tidak
terdapat aturan mengenai hal tersebut.
Dari perubahan-perubahan tersebut yang paling signifikan perubahannya
mengenai masalah masa manfaat dari aset tak berwujud. Pada PSAK No. 19 revisi 2010
umur manfaat dari aset tak berwujud menjadi terbatas atau tidak terbatas. Tidak ada
pembatasan mengenai umur manfaat aset yang paling maksimal adalah 20 tahun. Umur
manfaat aset yang tidak terbatas bukan berarti tidak terhingga. Aset tidak berwujud
dikatakan umur manfaatnya tidak terbatas apabila tidak diketahui batas waktunya pada
saat pengkajian, namun bisa terjadi di masa yang akan datang umurnya menjadi terbatas.
Hal ini bisa disebabkan karena adanya perubahan pada estimasi akuntansi dan juga
adanya indikasi penurunan nilai.
35
36
Jumlah
perusahaan
Kategori
Perusahaan yang
memiliki aset tak
berwujud
General
13 perusahaan
Agriculture, Forestry & Fishing Primary Sectors
6 perusahaan
Animal Feed & Husbandry Primary Sectors
27 perusahaan
Mining & Mining Services Primary Sectors
8 perusahaan
Construction
54 perusahaan
Total General Category
Manufacturing
1 perusahaan
1 perusahaan
5 perusahaan
1 perusahaan
8 perusahaan
17 perusahaan
3 perusahaan
9 perusahaan
11 perusahaan
3 perusahaan
8 perusahaan
8 perusahaan
4 perusahaan
14 perusahaan
3 perusahaan
16 perusahaan
2 perusahaan
6 perusahaan
5 perusahaan
5 perusahaan
17 perusahaan
3 perusahaan
5 perusahaan
0 perusahaan
1 perusahaan
2 perusahaan
0 perusahaan
0 perusahaan
1 perusahaan
1 perusahaan
4 perusahaan
0 perusahaan
1 perusahaan
0 perusahaan
0 perusahaan
0 perusahaan
2 perusahaan
2 perusahaan
0 perusahaan
37
9 perusahaan
5 perusahaan
Pharmaceuticals
4 perusahaan
2 perusahaan
Consumer Goods
16 perusahaan
4 perusahaan
Transportation Services
8 perusahaan
5 perusahaan
Telecommunication
29 perusahaan
10 perusahaan
Whole Sale & Retail Trade
200 perusahaan
45 perusahaan
Total Manufacturing Category
Banking, Credits Agencies Other Than Bank, Securities, Insurance & Real Estate
Banking
Credit Agencies Other than Bank
Securities
Insurance
Real Estate & Property
Hotel & Travel Services
Holding & Other Investment Companies
Others
Total Banking, Credits Agencies Other Than
Bank, Securities, Insurance & Real Estate
TOTAL PERUSAHAAN
31 perusahaan
17 perusahaan
15 perusahaan
11 perusahaan
52 perusahaan
13 perusahaan
8 perusahaan
32 perusahaan
179 perusahaan
10 perusahaan
2 perusahaan
2 perusahaan
3 perusahaan
6 perusahaan
1 perusahaan
1 perusahaan
9 perusahaan
34 perusahaan
433 perusahaan
87 perusahaan
PT Berlian Laju Tanker Tbk dilakukan penghentian perdagangan efek mulai tanggal 25
Januari 2011 sehingga tidak bisa mengikuti perdagangan efek sesi I hingga ada
pengumuman lebih lanjut.
Penulis melakukan penilaian terhadap kualitas dari notes to financial statement
untuk mengetahui nilai dari laporan keuangan perusahaan yang memiliki aset tak
berwujud di dalam perusahaan sesuai dengan poin-poin sebagai berikut:
1. Adanya ayat khusus pada notes to financial statment yang mengungkapkan
bahwa perusahaan telah menyajikan dan mengungkapkan aset tak berwujud
sesuai dengan SAK 19. (PSAK No.19 revisi 2010 paragraf 119)
2. Adanya pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh perusahaan
tersebut pada aset tak berwujud. (PSAK No. 19 revisi 2010 paragraf 122)
3. Adanya pengungkapan mengenai umur manfaat dari aset tak berwujud, terbatas
atau tidak terbatas. (PSAK No. 19 revisi 2010 paragraf 119a)
4. Adanya pengungkapan dampak dari revisi SAK 19 baik pengungkapan dalam
bentuk nominal ataupun dalam bentuk kalimat.
5. Adanya pengungkapan mengenai SAK terkait lainnya dengan aset tak berwujud,
baik secara terpisah atau tidak seperti mengenai penurunan nilai dan aset tidak
lancar yang dimiliki untuk dijual. (PSAK No. 19 revisi 2010 paragraf 119e)
Berdasarkan kriteria-kriteria di atas, maka bobot penilaian terhadap laporan
keuangan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI terbagi atas skala:
0:
1:
2:
3:
4:
5:
Setiap perusahaan yang mengungkapkan satu kriteria yang diberikan akan diberikan
nilai 1 dan perusahaan yang tidak mengungkapkan salah satu kriteria akan diberi nilai
0.
Hasil dari penelitian ini dihitung sesuai dengan jumlah kriteria yang dimiliki oleh
setiap perusahaan lalu ditambahkan dengan nilai perusahaan yang berada dalam sektor
yang sama sehingga hasil dari penghitungan nilai laporan keuangan akan didapatkan per
sektor.
Kriteria ini dibuat berdasarkan adanya revisi SAK 19 dan juga sesuai dengan
standar pengungkapan aset tak berwujud, PSAK No. 19 yang secara umum di dalamnya
terdapat ayat-ayat khusus mengenai pengungkapan yang harus diungkapkan oleh
perusahaan diantaranya mengenai umur manfaat aset, penurunan nilai yang harus
diungkapkan yang berkaitan dengan SAK 48.
Sebagai penelitian lanjutan, peneliti juga akan mendata implementasi SAK 48
mengenai penurunan nilai aset pada perusahaan yang juga erat kaitannya dengan SAK
No. 19 mengenai aset tak berwujud. Perhitungan rasio aset tak berwujud terhadap nilai
total keseluruhan aset juga dilakukan untuk mengukur seberapa besar hubungan antara
aset tak berwujud terhadap pencatatan aset dalam laporan keuangan perusahaan tersebut.
Peneliti juga akan menganalisa aset tak berwujud di dalam laporan keuangan perusahaan
baik masalah penyajian ataupun pengungkapannya dan juga kaitannya terhadap
goodwill.
40
Beberapa sektor yang terdapat di Bursa Efek Indonesia tidak memiliki aset tak
berwujud diantaranya:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tobacco Manufacturers
Lumber & Wood Products
Paper & Allied Products
Cement
Fabricated Metal Products
Stone, Clay, Glass & Concrete Products
Cables
Photographic Equipment
Dari 433 perusahaan yang dianalisis terdapat 87 perusahaan yang memiliki aset
tak berwujud pada tahun buku 2011. Selain dari 87 perusahaan tersebut terdapat lima
perusahaan yang mengungkapkan bahwa mereka memiliki aset tak berwujud pada tahun
2010 namun pada tahun 2011 aset tak berwujud tersebut telah habis masa manfaatnya.
Kelima perusahaan tersebut yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
Kelima perusahaan tersebut telah dikecualikan dari sampel penelitian karena sudah
tidak lagi memiliki aset tak berwujud yang dapat diperhitungkan pada tahun 2011.
Berdasarkan langkah-langkah penelitian yang disebutkan sebelumnya dan
pendataan laporan keuangan yang telah disebutkan diatas, hasil penelitian yang
didapatkan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
41
42
Bidang
Jumlah perusahaan
yang memiliki aset tak
berwujud
Ayat
Awal
Ayat-Ayat
Terkait
Lain
General
Agriculture, Forestry & Fishing Primary Sectors
Animal Feed & Husbandry Primary Sectors
Mining & Mining Services Primary Sectors
Constructions
1
1
5
1
1
1
4
0
0
1
4
0
0
1
3
1
0
0
0
0
0
0
0
0
Manufacturing
5
1
2
1
1
4
1
2
2
5
2
4
5
10
3
1
2
0
1
4
1
2
2
3
2
4
4
6
5
1
1
1
1
1
1
2
1
5
2
3
4
5
5
1
1
1
1
1
1
2
1
5
2
3
4
4
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
43
Banking, Credits Agencies Other Than Bank, Securities, Insurance & Real Estate
10
7
7
Banking
10
1
1
1
Credit Agencies Other than Bank
2
1
2
2
Securities
2
1
2
2
Insurance
3
4
4
4
Real Estate & Property
6
1
1
1
Hotel & Travel Services
1
0
1
0
Holding & Other Investment Companies
1
9
5
7
8
Others
63
63
62
Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria
87
Persentase perusahaan yang memenuhi
72,41%
72,41%
71,26%
kriteria
0
0
0
1
1
0
1
0
6
6,90%
0
0
0
0
0
0
0
1
3
3,45%
44
Pada tabel 4.2 disajikan daftar perusahaan sesuai dengan sektornya dengan
jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti. Pada
akhir bagian tabel dapat dilihat jumlah keseluruhan perusahaan yang memenuhi kriteria
tersebut beserta dengan persentase dari perusahaan yang telah memenuhi kriteria
tersebut dan dibandingkan dengan jumlah perusahaan yang dijadikan objek penelitian.
Berdasarkan tabel tersebut, peneliti menemukan bahwa penerapan dari SAK 19
belum diterapkan secara baik dan menyeluruh pada perusahaan yang tercatat di BEI. Hal
ini terlihat pada nilai persentase pengungkapan pada notes to financial statement yang
rata-ratanya cukup rendah walaupun banyak perusahaan telah mengungkapkan ayat
khusus yang berisi perubahan PSAK dan kebijakan akuntansi terhadap aset tak
berwujud. Namun, terdapat juga beberapa perusahaan yang belum memenuhi kriteria
tersebut. Sedangkan persentase terkecil terdapat pada pengungkapan dampak dari
adanya revisi SAK 19 dan SAK lain yang terkait dengan aset tak berwujud.
Dari lima kriteria pengungkapan aset tak berwujud pada laporan keuangan,
diketahui bahwa jumlah perusahaan yang memenuhi empat kriteria adalah tiga
perusahaan atau 3,45% dari total perusahaan yang memiliki aset tak berwujud, empat
puluh tujuh perusahaan atau 54,02% memenuhi tiga kriteria, lima belas perusahaan atau
17,24% memenuhi dua kriteria dan lima belas perusahaan atau sebesar 17,24%
memenuhi satu kriteria. Sedangkan sisanya sebanyak tujuh perusahaan atau sebesar
8,04% tidak memenuhi kriteria sama sekali. Berdasarkan hasil penelitian bahwa diantara
87 perusahaan yang memiliki aset tak berwujud tidak ada yang memenuhi keseluruhan
kriteria yang telah dibuat maka dapat disimpulkan bahwa penerapan dari SAK 19 belum
dapat diimplementasikan secara baik dan benar dalam suatu perusahaan.
45
Dari kelima kriteria tersebut, terdapat dua kriteria yaitu pengungkapan dampak
dan ayat-ayat terkait lainya, dengan persentase yang sangat kecil. Hal tersebut
menunjukkan bahwa perusahaan tidak mengimplementasikan PSAK No. 19 secara
keseluruhan. Pembahasan kriteria yang dihubungkan dengan perusahaan sebagai berikut:
1. Kriteria pertama yaitu ayat khusus pada notes to financial statment yang
mengungkapkan bahwa perusahaan telah menyajikan dan mengungkapkan aset
tak berwujud sesuai dengan SAK 19 telah diterapkan oleh sebagian besar
perusahaan yang ada di bursa efek dengan persentase sebesar 72,41% memiliki
jumlah perusahaan sebanyak 63 perusahaan. Sebanyak 24 perusahaan belum
menerapkan pengungkapan ini. Pengungkapan ini bersifat informasi apakah
suatu PSAK tersebut sudah diterapkan dan dijalankan oleh perusahaan tersebut
atau belum. Setelah dianalisa tidak hanya PSAK 19 saja yang tidak diungkapkan
namun juga PSAK lainnya yang baru saja direvisi dan seharusnya diungkapkan
untuk diketahui masalah pengimplementasian di dalam perusahaan. Yang
teridentifikasi paling signifikan memiliki pengungkapan yang baik dalam kriteria
ini yaitu sektor Banking. Sektor ini telah menerapkan kriteria ini pada semua
perusahaan yang diteliti yaitu sebanyak 10 perusahaan dalam sektor ini telah
memenuhi kriteria ini.
2. Kriteria selanjutnya mengenai pengungkapan kebijakan akuntansi yang
digunakan oleh perusahaan tersebut pada aset tak berwujud. Kriteria ini
seharusnya diungkapkan untuk mengetahui jenis dan masa manfaat dari aset tak
berwujud yang dimiliki oleh suatu perusahaan walaupun pada saat tertentu
perusahaan tersebut tidak memiliki aset tak berwujud. Kebijakan mengenai hal
tersebut bisa diungkapkan sehingga bisa memudahkan pembaca laporan
46
keuangan dalam menganalisa hal-hal yang berkaitan dengan aset tak berwujud.
Sama dengan kriteria pertama, kriteria ini memiliki persentase sebesar 72,41%
sebanyak 63 perusahaan telah mengungkapkan kebijakan akuntansi yang
berhubungan dengan aset tak berwujud dalam perusahaan. Perusahaan yang tidak
mengungkapkan kebijakan ini yaitu sebesar 24 perusahaan. Tidak ada sub sektor
yang signifikan dalam pengungkapan ini karena memiliki jumlah yang sebanding
antara yang mengungkapkan kebijakan dengan yang tidak mengungkapkan
dalam suatu sektor.
3. Kriteria ketiga mengenai umur manfaat dari aset tak berwujud, terbatas atau
tidak terbatas. Kriteria ini dapat dilihat dari pengungkapan kebijakan akuntansi
yang dilakukan oleh perusahaan karena pada pengungkapan kebijakan akuntansi
juga biasanya diungkapkan mengenai jenis dan umur manfaat dari aset tak
berwujud tersebut namun, beberapa perusahaan juga mengungkapkan mengenai
umur manfaat di notes to financial statement yang langsung berhubungan dengan
aset tak berwujud. Umur manfaat berguna bagi perusahaan untuk menentukan
aset tak berwujud perlu diamortisasi atau tidak karena aset tak berwujud yang
memiliki masa manfaat yang tidak terbatas tidak lagi diamortisasi sesuai dengan
kebijakan baru pada PSAK No. 19 revisi 2010. Perusahaan yang telah
mengungkapkan umur manfaat dari aset tak berwujud yang dimiliki oleh
perusahaan cukup banyak yaitu 62 perusahaan dari 87 perusahaan yang dianalisis
atau sebesar 71,26%.
4. Kriteria selanjutnya yaitu pengungkapan dampak dari revisi SAK 19 baik
pengungkapan dalam bentuk nominal ataupun dalam bentuk kalimat. Persentase
47
dari kriteria ini sangat kecil hanya sebesar 6,90% atau sebanyak enam
perusahaan yang hanya mengungkapkan dampak dari revisi PSAK No.19.
Dampak yang diungkapkan biasanya mengenai perubahan yang signifikan yang
terjadi pada revisi tersebut dan penerapannya di dalam perusahaan. Perusahaan
yang memiliki kriteria ini diantaranya:
a. Multipolar
b. Unilever Indonesia
c. Wicaksono Overseas International
d. Lippo General Insurance
e. Indonesian Paradise Property
f. ABM Investama
Keenam perusahaan tersebut mengungkapkan perubahan yang terjadi dari PSAK
No. 19 revisi 2000 ke PSAK No. 19 revisi 2010 dengan menekankan pada
signifikansi perubahan tersebut dan dampaknya terhadap aset tak berwujud yang
ada di perusahaan tersebut.
5. Kriteria terakhir mengenai SAK terkait lainnya dengan aset tak berwujud, baik
secara terpisah atau tidak seperti mengenai penurunan nilai dan aset tidak lancar
yang dimiliki untuk dijual. Hanya sedikit perusahaan yang mengungkapkan
kaitan aset tak berwujud dengan item lainnya yang terhubung dengan SAK
spesifik. Beberapa perusahaan bahkan tidak mengungkapkan adanya impairment
atau tidak di perusahaan tersebut sesuai dengan SAK 48 (Penurunan Nilai Aset).
Beberapa perusahaan yang memenuhi kriteria ini hanya mengaitkan aset tak
berwujud dengan penurunan nilai sesuai dengan SAK 48 selebihnya tidak ada
yang mengaitkan dengan SAK lain. Perusahaan yang memenuhi kriteria ini dan
mengaitkan dengan SAK 48 yaitu:
a. Indopoly Swakarsa Industry
b. Kalbe Farma
48
Bidang Usaha
Nilai
Laporan
Keuangan
Presentase
Aset Tak
Berwujud
Terhadap Total
Aset
49
3.50
3.50
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
2.80
2.60
2.50
2.40
2.40
2.33
2.33
2.20
2.17
2.00
2.00
2.00
2.00
2.00
1.60
1.50
1.50
1.00
1.00
-
1.16%
5.15%
1.31%
0.67%
0.58%
0.15%
0.19%
0.62%
5.28%
0.46%
1.41%
0.20%
0.22%
0.57%
2.13%
0.10%
0.07%
0.21%
0.38%
0.30%
0.06%
0.65%
0.45%
0.15%
1.46%
0.07%
-
Tabel 4.3 digunakan untuk menghitung korelasi atau hubungan antara nilai
laporan keuangan dengan presentase total aset tak berwujud terhadap total aset. Korelasi
merupakan suatu teknik statistik yang digunakan untuk mencari hubungan antara dua
50
atau lebih variabel. Korelasi yang akan digunakan disini merupakan koefisien korelasi
Pearson (Pearsons product moment coefficient). Korelasi ini merupakan analisis untuk
mengukur keeratan hubungan antara dua variabel yang mempunyai distribusi data
normal. Dengan asumsi yaitu data yang digunakan merupakan data normal, variabel
yang dihubungkan memiliki subjek yang sama, dan variabel memiliki skala interval
ataupun rasio. Menurut Indriantoro dan Supomo (2002:99) skala interval merupakan
skala pengukuran yang menyatakan kategori, peringkat dan jarak construct yang diukur
sedangkan skala rasio merupakan skala pengukuran yang menunjukkan kategori,
peringkat, jarak dan perbandingan construct yang diukur. Skala rasio menggunakan nilai
absolut, sehingga memperbaiki kelemahan skala interval yang menggunakan nilai relatif.
Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini menggunakan rumus korelasi
Pearson,
rxy
n xi y i xi yi
n x
2
i
xi n y i y i
2
Dimana
x = rasio total aset tak berwujud terhadap total aset perusahaan
y = nilai laporan keuangan atau kualitas laporan keuangan perusahaan
r = besarnya koefisien korelasi
n = banyaknya data yang digunakan
Data diuji kenormalannya dengan menggunakan tes Kolmogorov Smirnov.
Berdasarkan Priyatno (2012:147) uji Kolmogorov Smirnov digunakan untuk mengetahui
distribusi data, apakah data tersebut termasuk distribusi normal, poisson, uniform, atau
51
exponential. Jika signifikansi lebih dari 0,05 maka residual berdistribusi normal. Setelah
diuji kenormalan dari data kemudian dihitung korelasi antara nilai laporan keuangan
dengan persentase aset tak berwujud terhadap total aset. Hasil pengujian yang diperoleh
adalah sebagai berikut:
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Nilai_Laporan_K Total_Aset_Tak_
euangan
Berwujud_Terha
dap_Total_Aset
26
26
Mean
2.3204
.009231
Std. Deviation
.67373
.0136774
Absolute
.125
.304
Positive
.080
.304
Negative
-.125
-.264
Kolmogorov-Smirnov Z
.637
1.551
.812
.016
Normal Parametersa,b
Dari hasil uji tersebut didapatkan bahwa nilai signifikansi (Asymp.Sig 2-tailed)
sebesar 0,812. Karena Sikkgnifikansi lebih dari 0,05 (0,812 > 0,05) maka residual nilai
tersebut telah normal.
Correlations
Correlations
Nilai_Laporan_K Total_Aset_Tak_
euangan
Berwujud_Terha
dap_Total_Aset
Nilai_Laporan_Keuangan
Pearson Correlation
.340
52
Sig. (2-tailed)
.089
N
Total_Aset_Tak_Berwujud_T
erhadap_Total_Aset
26
26
Pearson Correlation
.340
Sig. (2-tailed)
.089
26
26
53
pembaca laporan keuangan. Dari 87 perusahaan yang memiliki aset tak berwujud
sebanyak tujuh perusahaan atau 8,04% tidak mengungkapkan jenis dari aset tak
berwujud yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Perusahaan tersebut juga tidak
mengungkapkan jenisnya pada catatan di dalam laporan keuangan yang berkaitan
langsung dengan aset tak berwujud.
diaudit oleh Kantor akuntan ini paling panyak memenuhi dua kriteria dari lima
kriteria yang diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa bagi KAP besar pun kualitas
laporan keuangan bisa memiliki presentase yang sangat rendah. KPMG dan
Deloitte melakukan audit pada masing-masing tujuh perusahaan dengan
persentase masing-masing sebesar 8,04%. Kualitas laporan keuangan yang
diaudit oleh dua Kantor akuntan ini memenuhi rata-rata tiga kriteria dari lima
kriteria yang diberikan. Nilai ini sama dengan rata-rata kualitas laporan keuangan
yang diaudit oleh PwC. 87 laporan keuangan ini diberikan opini wajar oleh para
auditor termasuk perusahaan yang diaudit oleh emapat KAP besar namun,
kualitas laporan keuangan yang diaudit belum benar-benar sesuai dengan standar
yang berlaku.
55
keuangan. Maka berdasar hal tersebut perusahaan harus menyajikan laporan keuangan
yang sesuai dengan standar dan kebijakan yang terbaru sejalan dengan adanya isu-isu
terbaru yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan.
Bagi manajemen, laporan keuangan memiliki arti seperti laporan kinerja yang
harus bisa dipertanggung jawabkan karena pada laporan tersebut terdapat informasi
mengenai kegiatan dan kinerja perusahaan yang sudah dilakukan. Laporan keuangan
disusun dengan netral, relevan, dan transparan sehingga perusahaan di sisi pihak lain
bisa mendapatkan respon yang positif jika memang kinerja perusahaan sesuai dengan
yang diharapkan oleh semua pihak. Dengan laporan yang sesuai dengan standar yang
berlaku dan pengungkapannya dalam segala sisi terlihat jelas dan baik otomatis bagi
perusahaan terbuka hal tersebut menjadi keuntungan karena kemungkinan banyak
investor yang akan menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Maka dari itu sangat
penting bagi perusahaan untuk mengungkapkan laporan keuangannya sesuai dengan
standar yang berlaku dan juga standar yang terbaru sehingga tidak ada ketidaksesuaian
yang terjadi dalam pengungkapan. Diharapkan manajemen sebagai bagian internal
perusahaan memisahkan penyajian dan pengungkapan aset tak berwujud dengan
goodwill yang timbul dari penggabungan usaha yang berbentuk akuisisi sehingga baik
perhitungan ataupun analisanya dapat dipisahkan dengan menerapkan standar yang
berbeda dari kedua item tersebut dan membuat tidak terjadi kesalahan interpretasi dari
laporan keuangan karena adanya penggabungan dua item yang seharusnya terpisah.
Aset tak berwujud termasuk aset yang nilainya kecil dan tidak signifikan di
beberapa perusahaan sehingga pengungkapannya dilakukan tidak sesuai dengan standar
yang berlaku namun di perusahaan lainnya aset tak berwujud sangat menunjang bagi
kinerja perusahaan tersebut karena beberapa perusahaan sangat mengandalkan aset tak
57
59