Report Gec Indonesia - Ind 060110
Report Gec Indonesia - Ind 060110
decompressor
are needed to see this picture.
May Miller-Dawkins,
Irwansyah
Roysepta Abimanyu
7 Januari 2009
1
Ucapan Terima Kasih
Tim riset ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
satu per satu, kami ingin menyampaikan penghargaan khusus kepada Ibu
Michaela Prokop dari UNDP Indonesia Crisis Monitoring Unit, Bpk. Simon dan
Bpk. Beno dari KASBI, serta Bpk. Fauzan Mahdami dari LIPS.
2
Daftar Isi
1. Pengantar....................................................................7
Metodologi dan tantangan...................................................8
Tanggapan Pemerintah....................................................18
Stimulus Fiskal.................................................................18
Posisi Fiskal Yang Baik?.....................................................19
Mengenai Jaminan Sosial...................................................21
Ringkasan Eksekutif
3
Krisis Ekonomi Global 2008-2009 (KEG) menjangkiti Indonesia terutama
akibat menurunnya permintaan dari pasar asing. Krisis yang datang pada
kuartal terakhir 2008 menyebabkan kontraksi aktivitas ekonomi dalam sektor
manufaktur. Angka ekspor dari sektor tersebut merosot hingga 25,4%,
membuat para pekerja harus mengalami PHK atau dirumahkan sementara.
Namun demikian terjadinya PHK juga didorong oleh tuntutan jangka panjang
fleksibilitas pasar tenaga kerja yang telah dimulai pada awal dasawarsa ini.
Sebagian besar pekerja dirumahkan dengan skema kompensasi yang tidak
layak, sedang sebagian lain “disodori” perubahan bentuk perjanjian kerja: dari
perjanjian kerja tetap menjadi perjanjian kerja waktu tertentu.
Melalui studi ini dapat dipastikan bahwa krisis memberikan dampak yang
berbeda kepada laki-laki dan perempuan, baik dalam sementara rezim
hubungan industrial maupun dalam konstruksi sosial hubungan gender. Meski
angka PHK meningkat, fleksibilitas pasar tenaga kerja dan pertumbuhan
sektor informal dapat sedikit mengurangi tingkat pengangguran. Namun
demikian, hal tersebut memaksa pekerja perempuan untuk menerima
penghasilan yang rendah tanpa jaminan sosial. Penghasilan lebih rendah
juga berarti bahwa dalam keluarga, pekerja perempuan harus mengurangi
makanan dan konsumsi lain sehingga lebih rawan dengan konflik domestik
yang dapat memicu kekerasan. Tekanan untuk menjadi pekerja migran serta
pekerja prostitusi selanjutnya menjadi bagian dari pilihan terakhir yang
dihadapi oleh pekerja perempuan.
4
dalam hal metode kuantitatif dan sifatnya yang masih berupa penelitian
pendahuluan mengenai isu jaminan sosial. Betapapun, dengan temuan-
temuan yang dihasilkan, studi ini harus secara tegas merekomendasikan
diupayakannya skema dan implementasi program jaminan sosial yang lebih
baik di Indonesia, dengan fokus utama pada perempuan dan partipasinya
dalam ekonomi. Untuk sementara waktu, kiranya saran-saran berikut dapat
dipertimbangkan dengan memberikan fokus tertentu kepada isu gender:
5
• Diplomasi pemerintah dalam rangka mengupayakan perlindungan
bagi pekerja migran baik secara bilateral maupun dalam kerangka
forum regional dan internasional, dengan fokus utama pada Timur
Tengah (ini akan memberikan pengaruh positif sementara
kesepakatan dengan Hong Kong dan sementara negosiasi dengan
Malaysia);
6
1. Pengantar
Studi ini adalah studi kualitatif mengenai dampak krisis ekonomi terhadap
terhadap krisis tersebut. Studi ini meletakkan fokus pada pekerja perempuan,
hitungan para ahli statistik, perempuan secara umum mewakili 37% dari
Studi ini bertujuan untuk memahami dampak Krisis Ekonomi Global (KEG)
dan dampak tanggapan serta kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Studi ini
kebijakan.
1
Biro Pusat Statistik, Kecenderungan INdikator Sosial Ekonomi
Terpilih Indonesia, Maret 2009. Diperoleh pada tanggal 1 December
2009, http://www.bps.go.id/download_file/booklet_maret_2009.pdf
7
Studi ini adalah bagian dari proyek riset di seluruh Asia Tenggara yang
ekonomi yang memengaruhi hubungan kerja dan keamanan kerja, serta taraf
mendalam dengan pakar riset dan pejabat baik dari lembaga pemerintah
yang juga luas dan kompleks untuk memahami krisis secara kuantitatif.
dampak.
sejumlah kota industri di sekitar Jakarta pada bulan Juli tahun 2009:
8
• Satu kelompok terarah terakhir beranggotakan 9 orang perempuan dari
• 4 orang periset.
Studi ini juga didukung dengan tinjauan dokumen dan analisis data resmi.
9
memberikan penghargaan kepada pemerintah Indonesia atas hal yang
massal. Para Pejabat dari ILO, IMF, dan World Bank secara terpisah dalam
Penularan krisis
kuartal keempat tahun 2008 ketika pertumbuhan ekonomi turun dari 6,1%
Ekspor terpukul karena dua alasan utama: jatuhnya harga komoditi sejak
negatif sepanjang tahun tersebut. Situasi sedikit berubah pada Agustus 2009
3
Lihat: http://www.thejakartaglobe.com/business/world-bank-
indonesia-could-do-better/277167,
http://www.imf.org/external/pubs/ft/survey/so/2009/car072809b.htm,
http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/06/19/05055111/ilo.apresiasi
.langkah.ri.redam.krisis
10
tersebut. Secara kumulatif, tren sejak Januari hingga September 2009
sama pada tahun sebelumnya, dengan penurunan pada sektor non migas
dari insdustri manufaktur, sektor yang menyerap 12,5 juta pekerja, mengalami
satunya sinyal yang bagus muncul pada ekspor pertambangan yang naik
Dalam industri tekstil dan garmen global, Indonesia adalah salah satu
pemasok strategis dalam ‘lingkar inti terpenting’ bersama dengan China dan
masa sulit, meskipun ekspor bersih Indonesia tengah menurun, pangsa pasar
dalam studi ini memiliki tanggung jawab untuk mengawasi 100 pabrik di
4
Badan Pusat Statistik, Berita Resmi Statistik, No. 63/11/Th.
XII, 2 November 2009 (terbitan resmi dari Biro Pusat Statistik
Indonesia)
11
Kelentingan Ekonomi atau Pelambatan Dampak?
Karena krisis baru terjadi pada paruh akhir 2008, Indonesia bisa menikmati
sebesar 6,1% dalam tahun ini terutama tertopang oleh konsumsi swasta yang
bahan bakar dan pangan meningkat (ADB 2009a). Seorang pengusaha yang
terduga yang menyelamatkan kami dari dampak terburuk krisis – namun ini
anugerah tersebut dengan cara yang agak berbeda: “Fokus kami saat ini
terduga dari krisis”. Diakui atau tidak, posisi Indonesia yang relatif baik
Namun demikian, data yang tercatat dari kuartal ketiga tahun 2009
2009 jatuh sebesar 22,3% dibanding periode yang sama pada 2008.5
5
BPS, Berita Resmi Statistik, No.72/12/Th.XII, 1 Desember 2009,
diperoleh tanggal 5 Desember 2009, dari
http://www.bps.go.id/brs_file/exim-01des09.pdf.
12
kaum urban yang pada akhirnya memaksa mereka untuk beradaptasi dengan
tidak akan seperti pasang naik. Banyak cara yang dapat digunakan oleh
pasar dari luar negeri. Salah satu contoh, barang ekspor ulang atau barang
ekspor yang tidak terkirim selalu punya cara untuk menembus pasar
domestik. Inilah yang terjadi pada kasus “factory outlets” pada pusat industri
pakaian seperti di Bandung. Walau tidak terdapat kebijakan yang jelas untuk
terdapat pelambatan, baik dalam hal waktu maupun skala, antara saat
dalam ekonomi dengan proporsi yang dimiliki terhadap PDB (26,8%) dan
13
keempat 2008 merupakan yang terendah sejak 1986 (1%). Pada bulan
telah terjadi 65.200 PHK sebagai akibat dari krisis (Depnakertrans, 2009).
Mayoritas PHK terjadi pada sektor tekstil dan garmen, kayu, serta barang
150.000 hingga 200.000 PHK termasuk pekerja alih daya (outsourcing) dan
pekerja harian lepas (David dan Baskoro, dikutip dalam Titiheruw et al, 2009).
Jenis Kegiatan 2006 (Agustus) 2007 (Feb) 2007 (Agustus) 2008 (Agustus) 2009 (Feb)
1. Populasi di 160 811 498 162 352 048 164 118 323 166 641 050 168 264 448
atas usia 15
tahun
2. Tenaga kerja 106 388 935 108 131 058 109 941 359 111 947 265 113 744 408
Bekerja 95 456 935 97 583 141 99 930.217 102 552 750 104 485 444
Pengangguran 10 932 000 10 547 917 10 011 142 9 394 515 9 258 964
Terbuka *)
14
3. Bukan 54 422 563 54 220 990 54 176 964 54 693 785 54 520 040
Tenaga Kerja
Dalam 13 530 160 14 320 491 13 777 378 13 226 066 13 665 903
pendidikan
Mengurus 31 977 973 31 133 071 31 989 042 32 770 941 32 578 420
rumah tangga
Lain-lain 8 914 430 8 767 428 8 410 544 8 696 778 8 275 717
Ketika kami mencoba melihat gambaran yang lebih besar dari tingkat
kebekerjaan (Gambar 2), kami menjumpai data statistik nasional resmi pada
yang sama pada tahun sebelumnya (dari 8,39% menjadi 8,14%). Menjadi
dengan melihat kulit muka ekonomi Indonesia yang meskipun bersifat umum
informal yang saat ini menyerap hampir 70% dari angkatan kerja. Para
menganggur.”
15
Asesmen singkat ILO terhadap Indonesia mendorong perhatian lebih
mendalam mengenai motif PHK: ‘kami tidak benar-benar yakin apakah PHK
rencana untuk melakukan PHK telah dibuat jauh sebelum krisis memukul
dalam segmen rantai pasokan global yang lebih rendah, ‘tempat pekerjaan
bersifat tidak menentu, upah rendah, dan kondisi kerja buruk’ (ILO, 2009).
Faktor ini, ditambah dampak krisis ekonomi pada sektor manufaktur, di mana
Dua di antara tiga kelompok terarah menengarai usia sebagai sebuah faktor
yang memicu PHK dan menjadi hambatan untuk memperoleh pekerjaan baru
dalam sektor terkait, terutama bagi perempuan dengan usia di atas 30 tahun.
16
2009). Perubahan tingkat pengangguran perempuan terjadi secara tidak
pada kelompok umur 15-29 tahun (14%) dan perempuan di atas 50 tahun
(54%) namun menurun pada kelompok umur 30-49 tahun (23%). Fakta ini
terjadinya dampak krisis ekonomi pada bulan Oktober 2008. Sebuah serikat
pekerja yang mencermati PHK sejak Oktober 2008 mencatat bahwa pekerja
menjadi pekerja migran dan hanya 10% yang menjadi pekerja kontrak:
‘”Pabrik ingin pekerja yang lebih muda dan lebih segar untuk kontrak dan
Kelompok terarah di Jawa Barat yang diadakan untuk riset ini melibatkan para
perempuan yang telah bekerja pada pabrik yang sama antara 8 hingga 14
tahun. Umumnya mereka menduga terkena PHK akibat krisis ekonomi dan
kesepakatan kerja lebih fleksibel dengan upah lebih murah termasuk kontrak
jangka pendek, magang atau alih daya. Pengurus serikat pekerja yang
pekerja.
17
melakukan unjuk rasa selama 8 hari di kantor gubernur. Meskipun pabrik
pekerjaan kontrak pada pabrik atau dalam sektor informal. Dua di antaranya
antara 1,5 – 2,15 juta rupiah – agar diterima untuk sebuah pekerjaan.
Tanggapan Pemerintah
Stimulus Fiskal
belanja untuk subsidi bahan bakar, sampai lebih dari setengah, sehingga
memberikan ruang fiskal bagi belanja pemerintah yang lain (Bank Indonesia,
2009).
18
stimulus (77%) adalah dalam bentuk potongan pajak dan bea impor dengan
hanya 12,2 dari 73,4 triliun rupiah yang berasal dari simpanan pemerintah.
balai latihan kerja, 600 miliar rupiah untuk mengembangkan PNPM Mandiri,
serta 500 miliar rupiah untuk obat-obatan dan air. Proyek-proyek infrastruktur
sosial ekonomi juga akan didanai dengan stimulus ini: 800 miliar rupiah untuk
jalan pertanian, 600 miliar rupiah untuk pasar dan 700 miliar rupiah untuk
19
kemiskinan dalam anggaran tahun 2009. Belanja Lini Kementerian dan
Lembaga serta Alokasi untuk Daerah secara riil meningkat, meskipun sebagai
apakah proporsi untuk pelaksanaan pelayanan sudah lebih besar dari belanja
“alokasi kemiskinan” ditingkatkan hingga 7,1 juta USD pada tahun 2009, naik
seputar isu privatisasi listrik, air dan kesehatan yang sementara berlangsung
serta ketiadaan pijakan sosial yang memberikan jaminan sosial bagi seluruh
sejumlah 5 miliar USD dengan pihak donor, terutama ADB, World Bank,
Jepang dan Australia jika kondisi permodalan dunia menjadi sangat restriktif
Berdasarkan situasi yang sedang berlangsung tidak ada alasan yang cukup
20
menghimpun dana melalui obligasi domestik dan internasional serta
(ADB, 2009a).
sebelum krisis.
krisis 1997/1998.
21
rumah tangga membutuhkan pengobatan. Dana tunai yang diterima
tangga.
22
perempuan dan belum mengakomodasi kerawanan khusus perempuan akibat
tingkat partisipasi yang tinggi dalam industri berorientasi ekspor dan migrasi.
didukung oleh World Bank dan UNDP. Meski upaya pemantauan ini berusaha
masih terdapat hal yang terabaikan seperti pemantauan dampak pada sektor
domestik baik secara internal maupun eksternal serta fokus gender yang
cukup.
Perempuan
tersebut. Sebagai contoh kita dapat melihat implikasi dari SKB 4 Menteri –
23
Kabupaten harus menetapkan jumlah upah minimum dengan melakukan
Kontroversi lain terdapat dalam Pasal 3 SKB, yang menyatakan, jika sebuah
dapat dilakukan jika terdapat paling sedikit satu serikat pekerja yang artinya
saat ini sebagian besar pekerja di Indonesia tidak memiliki kesempatan untuk
SKB 4 Menteri jelas telah mengakibatkan posisi tawar yang tidak berimbang
untuk mengambil langkah efisiensi dan lebih banyak menerapkan sistem alih
Segera, menyusul tekanan hebat dari serikat, dilakukan revisi terhadap SKB
dan kota untuk 2009 secara umum meningkat sebesar 10% dibanding tahun
24
tersebut tanpa mengikuti prosedur pengesampingan yang seharusnya. Para
mengalami PHK.
lebih fleksibel. Fleksibilisasi pasar tenaga kerja faktanya merupakan tren yang
Fleksibilisasi pasar kerja menempatkan pekerja dalam kondisi dan upah yang
tidak terjamin – terutama akibat jangka waktu kontrak yang lebih singkat dan
upah kontrak yang lebih rendah. Salah satu modus yang dikemukakan oleh
kontrak kerja upah minimum. Praktek ini berakhir sesudah maksimal 2 tahun
industri alas kaki di pinggiran Jakarta, menyatakan bahwa sejak 2008 mereka
dan selanjutnya hanya sebagian yang diterima sebagai pekerja tetap. Pekerja
25
tenaga sehingga mereka tidak memperoleh pekerjaan untuk dilakukan dan
kerja.
berhasil melacak PHK dan perubahan kondisi yang terjadi pada jaringan
serikat berbasis pabriknya sejak Oktober 2008. Data mereka, meskipun tidak
Mereka mencatat terdapat 6500 pekerja tetap pada 4 pabrik yang terkena
serupa yang terjadi dalam krisis 1997/98 ketika pabrik pengolahan produk
worker) dengan upah lebih murah (ILO, 2009). Catatan ini lebih tinggi
karena kepailitan (5.635). Dari tren PHK ini tertangkap bukti anekdotal bahwa
krisis ekonomi.
26
Terdapat isu aturan main yang penting dalam pasar tenaga kerja: meskipun
2005, alih daya telah digunakan untuk mengisi posisi kunci, khususnya posisi
bulan dan kontrak mereka hanya dapat diperpanjang satu kali mengingat jika
mereka dikontrak lebih dari dua kali secara otomatis akan dinggap sebagai
sehingga pekerja bisa lebih ringan diberhentikan dan menerima upah lebih
murah. Situasi menjadi semakin sulit bagi pekerja kontrak waktu tertentu
karena pada masa sebelumnya saat kontrak habis mereka dapat mencari
pekerjaan baru sedang sementara waktu sulit untuk mencari pekerjaan lain
27
pengangguran atau pekerja dalam sektor informal yang merupakan
mayoritas.
Strategi Penanggulangan
lain. Situasi demikian juga memaksa pekerja sektor formal untuk mengambil
perempuan yang berusia lebih tua, atau pimpinan serikat pekerja yang telah
masuk daftar hitam untuk memperoleh pekerjaan di pabrik lain dan sebagian
28
kerja yang semakin besar karena melakukan lebih banyak pekerjaan untuk
berkurangnya pendapatan.
bahan bakar yang tinggi semakin mempersulit situasi bagi banyak rumah
tangga. Makanan dan bahan bakar merupakan 48% dari belanja konsumen di
gula, beras dan telur, 50% untuk gas, dan 40% untuk angkutan umum dalam
12 bulan terakhir (Horn, 2009). Indeks harga pangan melonjak lebih tinggi dari
indeks umum harga konsumen untuk mayoritas dua belas bulan terakhir dan,
setelah sempat turun sekarang kembali mengalami kenaikan. Artinya, nilai riil
inflasi pada rumah tangga ini membuat kompetisi pada sektor informal
menjadi semakin ketat akibat para pekerja tetap dan pekerja kontrak yang
29
Para pekerja yang terkena dampak PHK, atau pengurangan jam kerja,
yang tercatat dari kelompok terarah dan dalam studi-studi lain adalah pada
tidak menunjuk harga makanan sebagai masalah bagi rumah tangga mereka
meski sebagian dapat membeli Raskin dengan harga lebih murah. Pola
dua kali sehari dari yang seharusnya tiga kali sehari juga harus makan lebih
sedikit. Mereka tidak lagi mengonsumsi ikan, ayam atau daging. Mereka
anak, juga tidak lagi sanggup memberikan uang kepada anak-anak untuk
jajan di sekolah. Perempuan yang diberhentikan pada bulan Maret 2009 telah
saya merasa kesulitan untuk berpisah dengan nasi, tempe serta tahu dan
hanya makan sup serta makanan murah lainnya”. Mereka merasa kesulitan
30
putih atau teh dengan gula. Dua orang perempuan melaporkan bahwa anak-
Kesulitan rumah tangga ini terjadi karena harga makanan yang tinggi dan
perubahan pendapatan rumah tangga. Dalam semua kasus, nutrisi bagi anak-
terarah yang terpaksa mengeluarkan anak mereka dari sekolah. Para orang
kebohongan karena kami tetap harus membeli buku dan seragam.’ Hingga
kini mereka masih berjuang agar anak-anak tetap bisa bersekolah ‘Lebih baik
kami tidak makan daripada anak-anak harus berhenti sekolah.’ Tidak ada
Di luar biaya makanan dan pendidikan, krisis memiliki dampak yang cukup
31
memengaruhi setiap bagian dari kondisi keuangan dan mereka harus
rumah.
atau kekerasan dalam rumah tangga. Dalam salah satu kelompok terarah,
tangga ini, mekanisme penanggulangan krisis bagi semua pekerja yang kami
dari krisis ekonomi agaknya sedikit paradoks: Krisis memicu risiko kehilangan
32
Cukup jelas dari kelompok terarah bahwa kiriman uang dari pekerja migran
yang tinggal di wilayah perkotaan kini justru menerima kiriman balik dari
keluarga yang tinggal di desa agar mereka bisa bertahan dan mencari
memperoleh akses program jaminan sosial di desa asal atau di tempat tinggal
Pada akhir tahun 2008 terdapat 4,4 juta pekerja Indonesia di luar negeri
dengan rincian 2,1 juta di Malaysia, 1,4 juta di Arab Saudi, dan hampir 1 juta
di Hong Kong, Taiwan, Singapura serta Uni Emirat Arab. Delapan puluh
uang, dari 8,6 miliar USD tahun 2008 menjadi 15 miliar USD tahun 2009 dan
(Susilo, 2009). Banyak LSM melihat hal ini sebagai ‘komoditisasi’ pekerja
migran – sebuah tren berbahaya yang memaksa lebih banyak orang untuk
33
Keluarga pekerja migran luar negeri seringkali tidak memperoleh skema
jumlah pekerja migran yang berangkat ke luar negeri meningkat sebesar 54%
bermigrasi ke Saudi Arabia sebagai pekerja rumah tangga dan dampak krisis
34
perempuan percaya bahwa risiko migrasi dan perdagangan perempuan di
bawah umur akan meningkat. Di balik risiko migrasi terdapat pula potensi
bagian dari paket stimulus untuk melatih korban krisis ekonomi di balai latihan
krisis ekonomi yang paling parah. Akibatnya, banyak calon pekerja migran
tertahan dan belum dapat diberangkatkan karena tidak ada pekerjaan yang
tersedia di negara tujuan. Banyak diantara kasus sejenis terjadi pada mereka
mengeluarkan uang agar dapat diproses menjadi pekerja migran. Uang yang
mereka keluarkan umumnya diperoleh dari utang dengan bunga yang terus
Dalam sektor pekerja migran terdapat sebuah situasi yang unik berkaitan
dengan fakta bahwa tidak terjadi ledakan kepulangan pekerja migran. LSM
dan pejabat pemerintah telah memprediksi bahwa tidak kurang dari 300.000
pekerja migran akan pulang dari negara-negara yang terkena dampak krisis
7
Wawancara dengan aktivis dari Migrant Care, dan secara relative
dikonfirmasi oleh staf BNP2TKI – lembaga pemerintah untuk
penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Migran Indonesia.
35
ekonomi global – Malaysia, Korea Selatan, Taiwan dan Hong Kong. Ternyata
yang terjadi justru reaksi terbalik dari pekerja migran. Mereka memilih untuk
akan memperoleh kondisi kehidupan dan pendapatan yang lebih baik jika
Hal yang kami ketahui secara pasti dari pengalaman pekerja migran
perusahaan lain – sebagian besar bekerja untuk Usaha Kecil Menengah yang
merupakan rantai produksi dari korporasi besar – dan tidak ingin pulang
karena tidak memiliki pekerjaan lain. Selain Korea Selatan, fenomena ini juga
pekerja migran.
Bahaya besar yang mengintai mereka dan ini telah menjadi tren dalam kasus-
kasus yang dilaporkan kepada BNP2TKI. Para pekerja ilegal sangat rawan
36
dengan pekerjaan asusila dan sebagian pekerja migran bahkan terjebak
kedua belah pihak sepakat bahwa angka sesungguhnya pasti akan lebih
Krisis telah memukul usaha kecil dan menengah yang mewakili 90% lebih
dari keseluruhan usaha dalam berbagai sektor di Indonesia. UKM lebih jauh
bagi lebih dari 90% angkatan kerja dalam negeri, terutama perempuan dan
Permintaan atas kredit mikro di Indonesia akan meningkat sebagai akibat dari
atau penurunan upah (baik secara aktual maupun karena penurunan daya
Dalam hal ini yang menjadi hambatan bukan ketersediaan kredit namun
berjalan paling sedikit satu tahun agar dapat memperoleh kredit dari
8
Wawancara dengan Mohammad Jumhur Hidayat, kepala BNP2TKI.
37
ekonomi: ‘Pemerintah Indonesia lebih baik memprakarsai lebih banyak
pada lokasi yang baru) atau akibat korupsi yang dilakukan pejabat
desa.
38
Kesimpulan dan Rekomendasi
yang secara substansial tidak selalu menguntungkan posisi dan daya tawar
pekerja.
39
menyediakan informasi yang memadai, mutakhir dan lebih rinci mengenai
dinamika hubungan industrial. Masih terdapat banyak angka gelap yang tidak
penjelasan logis mengenai problem riil yang harus diadvokasi dalam rangka
problem yang dirasa perlu untuk dipantau secara cermat melalui laporan ini
imposisi pasar tenaga kerja fleksibel, yang tidak hanya terjadi di Indonesia
minimum.
gender:
pemerintah;
40
• Krisis ekonomi boleh jadi merupakan kesempatan bagi Indonesia untuk
gender;
9
Pemerintah sedang memproses undang-undang perlindungan sosial
untuk tujuan melakukan perlindungan sosial dalam cara yang lebih
terpadu dan ini diharapkan terwujud pada tahun 2010.
41
hari serta laki-laki di malam hari dan langkah lain seperti yang umum
42
Daftar Pustaka
Fillaili, R., Suharyo, W., I., Sulaksono, B., Hustuti, and Budiyati, S., Usman, S.
(2009). Pilot Qualitative Study on Crisis Impact and Response.
Indonesia: SMERU Research Institute.
Hang, S. C. (14 July 2009). Public Forum on the Impact of the Global
Economic Downturn and Need for Policy Responses at CJCC
Horn, Z. (2009), No Cushion to Fall Back On: The global economic crisis and
informal workers, Inclusive Cities Study Synthesis Report, WIEGO.
ILO. (2009a) Asia in the Global Economic Crisis: Impacts and responses from
a gender perspective, a paper for ‘Responding to the Economic Crisis –
43
Coherent Policies for Growth, Employment and Decent Work in Asia and
Pacific’, Manila, Philippines, 18-20 February 2009.
ILO. (2009b), The Fallout in Asia: Assessing labor market impacts and
national policy responses to the global financial crisis, a paper for
‘Responding to the Economic Crisis – Coherent Policies for Growth,
Employment and Decent Work in Asia and Pacific’, Manila, Philippines,
18-20 February 2009.
ILO (2008), Impact of the Global Financial and Economic Crisis on Indonesia:
A Rapid Assessment, prepared for the ILO by Komara Djaja.
World Bank (2008), East Asia: Navigating the Perfect Storm. Retrieved 9
October 2009 from http://www.worldbank.org
44