Anda di halaman 1dari 2

Cerdas-Edukasi-Responsif-Inovatif-Adaptif

PIK-Remaja adalah Suatu wadah program GenRe yang


dikelola dari, oleh dan untuk remaja/ mahasiswa guna
memberikan pelayanan informasi dan konseling tentang
kesehatan reproduksi serta kegiatan-kegiatan penunjang lainnya.

Edisi Perdana November 2013

Salah satu tujuan penting Pusat Informasi dan Konseling


Remaja adalah menanggulangi pernikahan dini dengan cara
memperkenalkan kepada masyarakat luas tentang program
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP). Pendewasaan Usia
Perkawinan (PUP) adalah upaya untuk meningkatkan usia pada
perkawinan pertama, sehingga pada saat perkawinan diharapkan
mencapai usia minimal 20 tahun bagi perempuan dan 25 tahun
bagi laki-laki. Semakin banyak yang mengetahui program PUP dan
manfaatnya, maka angka pernikahan dini dapat di tekan.
Melalui wadah ini remaja-remaja akan semakin terarah
menjadi seorang GenRe (Generasi beRencana). Mereka akan
mandapat pengetahuan bagaimana merencanakan secara baik
jenjang pendidikan, berkarir dalam pekerjaan, dan kehidupan
berkeluarga (kapan menikah, kapan mempunyai anak, berapa
jumlah anaknya, bagaimana mendidik anak).

1.

2.
3.
4.

Tiap-tiap sekolah (SMP-SMA/K-Perguruan Tinggi)


diharapkan
wajib memiliki PIK-R/M.
Mempublikasikan secara luas program PUP di daerahdaerah pedesaan/terpencil.
Tingkatkan pengawasan orang tua terhadap pergaulan
anaknya.
Mewajibkan warnet untuk memasang sistem blokir situssitus porno dan bilik yang tidak tertutup.

Dengan menurunnya pernikahan dini di Indonesia akan


memberikan banyak manfaat yaitu kesempatan berkarir bagi
perempuan akan meningkat, pertumbuhan penduduk dapat
terkendali, angka kemiskinan akan menurun dan visi Indonesia
emas di tahun 2020 di harapkan akan tercapai.

KOMPAS Ceria #1

Informasi lebih lanjut :


PUSAT INFORMASI DAN KONSELING REMAJA
KOMPAS
KECAMATAN SEYEGAN

Tema :

Sekretariat : Mriyan XI , Margomulyo, Seyegan, Sleman, YK 55561

081931187467

PIK-R KOMPAS

@pikrkompas

pikrkompas.blogspot.com

KOMPAS Ceria #1

KOMPAS Ceria #1

KOMPAS Ceria #1

f. Pergaulan Bebas pada Remaja


Akibat pergaulan yang bebas dan gaya pacaran yang kebaratbaratan sering menimbulkan kehamilan di luar nikah atau sering
disebut dengan Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD).

Pernikahan dini merupakan fenomena sosial yang


hidup dalam masyarakat Indonesia dan bila diibaratkan seperti
fenomena gunung es, sedikit di permukaan (terekspose) dan
sangat banyak di dasar ataupun di tengah-tengah masyarakat
luas.
Pernikahan dini itu sendiri merupakan suatu
pernikahan yang salah satu atau kedua pasangan berusia di
bawah usia minimal untuk melakukan pernikahan, yaitu 20
tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki ( masih
berusia remaja ).

1. Dampak Biologis/ Fisik


Secara biologis alat reproduksinya belum matang (masih dalam
proses menuju kematangan) sehingga belum siap untuk
melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya. Secara
medis menikah di usia dini dapat mengubah sel normal (sel
yang biasa tumbuh pada anak-anak) menjadi sel ganas yang
akhirnya dapat menyebabkan infeksi kandungan dan kanker.

Pernikahan dini terjadi karena kondisi perekonomian


dalam keluarga yang tergolong kurang atau dalam garis
kemiskinan. Demi meringankan beban orang tua, anak
perempuannya dinikahkan dengan laki-laki yang dianggap
mampu.

b. Pendidikan

Rendahnya tingkat pendidikan ataupun pengetahuan


orang tua, anak dan masyarakat, mempengaruhi pola pikir
mereka dalam memahami dan mengerti makna dan tujuan dari
dilangsungkannya pernikahan
dan menyebabkan adanya
kecenderungan menikahkan anaknya yang masih dibawah
umur.
Orang tua khawatir terkena aib karena anak
perempuannya berpacaran dengan laki-laki yang sangat
lengket/dekat sehingga segera menikahkan anaknya.

d. Media massa
Maraknya ekspose seputar seks di media massa
menyebabkan remaja modern semakin permisif atau terbuka
terhadap seks.

e. Faktor sosial-budaya
Pernikahan dini terjadi karena orang tuanya takut anaknya
dikatakan perawan tua sehingga segera dikawinkan.

KOMPAS Ceria #1

Grafik di bawah ini menunjukkan bahwa angka pernikahan


dini di Indonesia tergolong sangat tinggi. Terbukti perkawinan
pertama pada usia 15-19 tahun mencapai hampir separuh dari
jumlah total. Hal yang seperti ini akan semakin menaikkan Total
Fertility Rate.

2. Dampak Psikologis

a. Ekonomi

c. Faktor orang tua

Indonesia termasuk negara dengan presentase pernikahan


dini yang tinggi di dunia ( peringkat 37) dan tertinggi kedua di
ASEAN setelah Kamboja. Pada tahun 2010, terdapat 158 negara
dengan usia legal minimum menikah adalah 18 tahun ke atas, dan
Indonesia masih diluar itu.

Secara psikologis berpengaruh pada kondisi mental yang


masih labil serta belum adanya kedewasaan dari si anak.
Dikhawatirkan, keputusan yang diambil untuk menikah adalah
keputusan remaja yang jiwa dan kondisi psikologisnya belum
stabil. Jadi, keputusannya bukan orang dewasa, yang belum
menyadari bahwa menikah adalah suatu keputusan besar
dimana akan menimbulkan hak dan kewajiban dalam
perkawinan yang dijalaninya.

3. Dampak Ekonomi
Pernikahan yang dilakukan di bawah umur sering kali belum
mapan dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Sehingga ini
pun dikhawatirkan akan menjadi pemicu timbulnya kekerasan
dalam rumah tangga, hak kesehatan reproduksi rendah
maupun meningkatnya tindak kejahatan.

Gambar 1. Presentase Perempuan umur 10-59 Tahun menurut Umur


Perkawinan Pertama
Sumber : BkkbN 2012

4. Dampak Sosial (Subordinasi Keluarga)


Menempatkan perempuan pada posisi yang rendah dan hanya
dianggap pelengkap seks laki-laki saja. Kondisi ini hanya akan
melestarikan budaya patriarki yang bias gender yang akan
melahirkan kekerasan terhadap perempuan.
Dampak yang lain adalah rawannya praktik aborsi,
penyimpangan seksual (pedofilia), putus sekolah dan baby
boom (membludaknya angka kelahiran bayi).

KOMPAS Ceria #1

KOMPAS Ceria #1

KOMPAS Ceria #1

Anda mungkin juga menyukai