BLOK 24
UNIT PEMBELAJARAN 1
FRAKTUR DAN KLASIFIKASI FRAKTUR
I.
LEARNING OBJECTIVE
1) Mengetahui struktur tulang secara makroskopik dan mikroskopik
2) Mengetahui pengertian fraktur dan jenis-jenis fraktur
3) Mengetahui proses kesembuhan fraktur tulang
4) Mengetahui bagaimana diagnosa fraktur
5) Mengetahui penanganan fraktur berdasarkan jenis fraktur yang dialami
6) Mengetahui penanganan pasca penanganan fraktur
II.
PEMBAHASAN
1) MAKROANATOMI TULANG
MIKROANATOMI TULANG
Tulang dibungkus oleh periosteum (di bagian luar) dan endosteum
(bagian dalam). Periosteum tersusun atas 2 lapisan, lapisan fibrosa dan lapisan
seluler. Endosteum terdiri dari 3 bagian, yaotu endosteum korteks yang
melapisi perifer cavum sumsum, endosteum trabekula yang melapisi trabekula
cavum sumsum, endosteum osteon yang melapisi kanal osteon.
Tulang memiliki matriks yang tersusun dari hydroxyapatites dan
kolagen. Tulang yang dewasa memiliki lebih sedikit osteosit di dalam
matriksnya dibandingkan dengan tulang yang masih muda. Matriks tulang
muda tercat lebih asidofil (pucat) dibandingkan matriks tulang tua.
Dalam tulang, terdapat 2 jenis tulang yaitu tulang kompak dan tulang
rawan. Tulang kompak membentuk bungkus terluar dari epifisis dan diafisis,
sedangkan tulang rawan bekerja di bagian interior epifisis dan endosteal dari
diafisis. Pada diafisis tulang kompak, matriks membentuk dan termasuk
dalam sistem haversi, sistem interstitial, dan lamela sirkumferensial.
Walaupun osteosit terjebak dalam matriks, sel ini tetap dapat
berkomunikasi melalui kanalikuli yang merupakan penghubung antar lakuna.
Osteoblas dan osteoklas tersebar di permukaan/fascia eksternal dari matriks
tulang (Junquiera, 2005).
2) PENGERTIAN FRAKTUR
Fraktur ialah terputusnya keutuhan/ kontinuitas tulang, dapat berupa retak atau
patah pada tulang yang utuh (Brunner, 2002).
JENIS-JENIS FRAKTUR
Menurut Apley (1995), fraktur dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.
2.
b.
Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis
penampang tulang).
3.
b.
c.
Fraktur Multipel ( garis patah lebih dari satu tapi pada tulang yang
berlainan tempatnya, misalnya fraktur humerus, fraktur femur dan
sebagainya).
4.
b.
5.
6.
7.
8.
Tertutup
b.
b.
Oblik / miring.
c.
b.
Adanya dislokasi
Tipe
Ekstensi,
Trauma
terjadi
ketika
siku
dalam
posisi
Tipe Fleksi, Trauma terjadi ketika siku dalam posisi fleksi, sedang
lengan dalam posisi pronasi.
Kesembuhan Primer
Fase pertama dalam gap healing ialah trisinya celah fraktur oleh tulang
primer (bukan jaringan penghubung ataupun fibrokartilago) dan terjadinya
nekrosis.
Fase kedua ditandai dngan terjadinya remodelling kanalis haversi.
Remodelling haversi dimulai dengan terbentuknya ruang resorpsi (terdiri dari
kumpulan osteoklas), yang terbentuk dari cutting cone osteoklas yang
bergerak ke arah celah patahan dan area nekrosis. Ruang resorpsi dilengkapi
dengan pembuluh kapiler yang di dalamnya terdapat sel sel mesenkimal dan
pre osteoblas. Osteoblas yang terbentuk dari pre-osteoblas akan mengisi ruang
resorpsi kemudian memproduksi osteoid, dan akhirnya menjadi osteon
(Newton, 2010)
4) DIAGNOSA FRAKTUR
Berdasarkan gejala klinis, anamnesa, inspeksi (perubahan simetrisitas,
deformitas, jejas, bengkak) dan pemeriksaan fisik secara palpasi ( nyeri tekan,
krepitasi), pengukuran panjang kaki harus dilakukan untuk memperoleh
diagnosa yang akurat.
Laboratorium :
Pada fraktur, test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering
rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan
jaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P meengikat di
dalam darah.
Radiologi :
Dengan X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.
Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk
mendeteksi struktur fraktur yang kompleks.
5) PENANGANAN FRAKTUR
Prinsip penanganan fraktur ada 4, yaitu: rekognisi, reduksi, retensi dan
rehabilitasi.
1. Rekognisi, mengenal jenis fraktur, lokasi dan keadaan secara umum;
riwayat kecelakaan, parah tidaknya luka, diskripsi kejadian oleh pasien,
menentukan kemungkinan tulang yang patah dan adanya krepitus.
2. Reduksi, mengembalikan fragmen tulang ke posisi anatomis normal untuk
mencegah jaringan lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi karena
edema dan perdarahan. Reduksi ada 3 (tiga), yaitu:
a. Reduksi tertutup (close reduction), dengan cara manual/ manipulasi,
dengan tarikan untuk menggerakan fragmen tulang/ mengembalikan
fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan)
b. Traksi, digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi,
dimana beratnya traksi di sesuaikan dengan spasme otot. Sinar X
digunakan untuk memantau reduksi fraktur dan aproksimasi fragmen
tulang
c. Reduksi terbuka, dengan memasang alat untuk mempertahankan
pergerakan, yaitu fiksasi internal (kawat, sekrup, plat, nail dan batang
dan implant logam) dan fiksasi ekterna (pembalutan, gips, bidai, traksi
kontinue, pin dan tehnik gips
D.
2010.
http://cal.vet.upenn.edu/projects/saortho/chapter_03/03mast.htm#REFS. Diakses
tanggal 20 Mei 2014.