Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Ilmiah STIKES UBudiyah

Vol.1, No.2, Maret 2012

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN


PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BALITA
DI KELURAHAN BRONTOKUSUMAN
KECAMATAN MERGANGSAN
YOGYAKARTA
1

Ulfa Farrah Lisa1


Tenaga Pengajar pada STIKES Ubudiyah Banda Aceh

ABSTRACT
Cakupan bayi yang mendapat ASI eksklusif di provinsi D.I.Yogyakarta pada tahun 2007 sebesar
34%. Pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Brontokusuman hanya mencapai 8%. Pemberian ASI
eksklusif mempengaruhi banyak hal, perkembangan motorik kasar salah satu yang dipengaruhi
oleh pemberian ASI eksklusif. Untuk mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan
perkembangan motorik kasar balita di Kelurahan Brontokusuman Kecamatan Mergangsan
Yogyakarta. Survei Analitik, dengan pendekatan crossectional. Lokasi penelitian di Kelurahan
Brontokusuman Kecamatan Mergangsan Yogyakarta. Obyek penelitian adalah balita 7-60 bulan,
dengan jumlah sampel sebanyak 231 balita yang diambil secara random sampling. Teknik analisis
data dengan perhitungan chi square dan odd ratio untuk mengetahui hubungan pemberian ASI
eksklusif dengan perkembangan motorik kasar balita, dengan jenis skala nominal. Hasil penelitian
menunjukkan Balita di Kelurahan Brontokusuman Kecamatan Mergangsan Yogyakarta yang
diberi ASI eksklusif sebanyak 39 Balita (16,9 %), sedangkan yang tidak diberi ASI Eksklusif
sebanyak 192 Balita (83,1 %). berkembang sesuai umur sebanyak 88 Balita (38,1 %), sedangkan
yang tidak berkembang sesuai umur sebanyak 143 Balita (61,9 %). Terdapat hubungan antara
pemberian ASI eksklusif dengan perkembangan motorik kasar balita, pemberian ASI tidak
eksklusif beresiko 5,6 kali terjadi perkembangan motorik kasar balita tidak sesuai umur
dibandingkan dengan balita yang diberi ASI eksklusif.Untuk meningkatkan cakupan ASI eksklusif
hendaknya petugas kesehatan dan kader berperan aktif dalam memberikan penyuluhan tentang
pentingnya ASI eksklusif dan perkembangan motorik kasar balitaserta perlunya partisipasi setiap
orang tua dalam memonitoring dan menstimulus perkembangan anak mereka dan memberikan ASI
secara eksklusif untuk membentuk perkembangan anak secara optimal.
Kata kunci: ASI , balita, eksklusif, motorik, kasar

PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan
merupakan bagian dari upaya
membangun manusia seutuhnya,
antara
lain
diselenggarakan
melalui upaya kesehatan anak
yang dilakukan sejak masih di
dalam kandungan sampai lima
tahun pertama kehidupannya, yang
bertujuan untuk mempertahankan
kelangsungan
hidup
dan

meningkatkan kualitas anak agar


mencapai tumbuh kembang yang
optimal, baik fisik, mental,
emosional maupun sosial serta
memiliki intelegensi majemuk
(Depkes, 2006).
Pemberian ASI/menyusui
tidak hanya berfungsi dalam
memberikan nutrisi bagi bayi,
tetapi juga sangat mempunyai arti
34

Jurnal Ilmiah STIKES UBudiyah

dalam perkembangan anak karena


seolah-olah hubungan anak ibu
tidak
terpurtus
begitu
dia
dilahirkan ke dunia. Demikian
pula dengan pemberian ASI sedini
mungkin segera setelah bayi lahir,
merupakan stimulasi dini terhadap
tumbuh
kembang
anak
(Soetjiningsih, 1995)
Pemberian makanan pada
bayi dan anak usia 0-24 bulan
yang optimal menurut Global
Strategy on Infant and Young
Child Feeding adalah: menyusui
bayi
segera
setelah
lahir;
memberikan ASI eksklusif yaitu
hanya ASI saja tanpa makanan dan
minuman lain sampai bayi
berumur 6 bulan, memberikan
Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang tepat dan adekuat sejak
usia 6 bulan dan tetap meneruskan
pemberian ASI sampai usia anak
24 bulan. ASI saja untuk bayi usia
0-6 bulan (ASI eksklusif), bukan
saja investasi terbaik, namun juga
penyelamat masa depan bangsa
(Selasi, 2009).
Ditemukan lebih 200 juta
anak di bawah 5 tahun tidak
berkembang
sesuai
umur.
Kebanyakan di temukan di daerah
Asia selatan dan Afrika bagian
sahara, yang dikarenakan oleh
kemiskinan, nutrisi yang kurang,
krisis kesehatan dan lingkungan
yang tidak memadai (KIA-KR
UGM, 2008)
Pemberian ASI eksklusif
pada bayi di bawah usia dua bulan
berdasarkan Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

Vol.1, No.2, Maret 2012

2006-2007 hanya mencakup 67%


dari total bayi yang ada.
Persentase
tersebut
menurun
seiring dengan bertambahnya usia
bayi, yakni, 54% pada bayi usia 23 bulan dan 19% pada bayi usia 79
bulan,
yang
lebih
memprihatinkan, 13% bayi di
bawah dua bulan telah diberi susu
formula dan satu dari tiga bayi
usia 2-3 bulan telah diberi
makanan
tambahan
(Joomla,
2005).
Pemberian ASI secara
eksklusif
selama
6
bulan
merupakan indikator perilaku
sehat yang diharapkan. Cakupan
bayi yang mendapat ASI eksklusif
di provinsi D.I.Yogyakarta pada
tahun 2007 sebesar 7.994 (34%),
angka ini belum mencapai target
SPM (40%), sehingga perlu
sosialisasi ASI pada ibu baru
melahirkan untuk memberikan
ASInya secara eksklusif sampai
bayi selama 6 bulan (Dinkes
Yogyakarta, 2008).
Hasil study pendahuluan
melalui wawancara di Puskesmas
Mergangsan
Yogyakarta,
dikatakan masih terlalu minimnya
pemberian ASI eksklusif yang
disebabkan oleh beberapa faktor,
begitu pula dengan perkembangan
anak, lebih dari 10 balita yang
tidak
berkembang
sesuai
perkembangannya. Berdasarkan
data di Puskesmas Mergangsan
Yogyakarta,
ditemukan
perkembangan
yang
terganggu/tidak
sesuai
umur
terutama pada perkembangan
35

Jurnal Ilmiah STIKES UBudiyah

motorik kasarnya yaitu sejumlah


20 balita (1,8%) dari 1.121 balita,
di kelurahan Keparakan 0,8%
balita, kelurahan Brontokusuman
1,25%
dan
di
kelurahan
Wirogunan 0,36%. Pemberian ASI
eksklusif pada tahun 2009 di
kelurahan Keparakan 27 bayi
(28%) dari 96 bayi, kelurahan
Brontokusuman 8 bayi (8%) dari
99 bayi dan di kelurahan
Wirogunan 32 bayi (37,2%) dari
86 bayi.
BAHAN DAN CARA
Jenis penelitian adalah
Survei Analitik, yaitu menganalisa
antara pemberian ASI eksklusif
dan perkembangan motorik kasar
balita. Pendekatan penelitian ini
adalah Cross Sectional.

Vol.1, No.2, Maret 2012

Populasi dalam penelitian


ini adalah semua anak balita 7-60
bulan. Sampel dalam penelitian ini
sebanyak 231 balita. Sampel
diambil dengan menggunakan
teknik random sampling
Penelitian ini dilakukan di
Kelurahan
Brontokusuman
Kecamatan
Mergangsan
Yogyakarta terdiri dari 24 RW.
Pengumpulan data dalam
pemberian
ASI
eksklusif
menggunakan teknik wawancara
terpimpin
dengan
bantuan
instrumen
penelitian
yaitu
kuesioner dan untuk mengetahui
perkembangan motorik kasar
balita
menggunakan
teknik
observasi pada balita dengan
bantuan DENVER yang telah di
jabarkan dalam bentuk Chek list
berdasarkan usia balita.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


1. Pemberian ASI Eksklusif
Tabel 1 : Distribusi Frekuensi Balita Berdasarkan Pemberian ASI
Eksklusif
No

Pemberian ASI Eksklusif

Jumlah

Persentase (%)

1.

Diberi ASI Eksklusif

39

16,9

2.

Tidak Diberi ASI Eksklusif

192

83,1

Jumlah

231

100

Berdasarkan tabel 1
dapat disimpulkan bahwa
balita
di
Kelurahan
Brontokusuman
Kecamatan
Mergangsan Yogyakarta yang

diberi ASI eksklusif sebanyak


39 Balita (16,9 %), sedangkan
yang
tidak
diberi
ASI
Eksklusif sebanyak 192 Balita
(83,1 %).
36

Jurnal Ilmiah STIKES UBudiyah

Vol.1, No.2, Maret 2012

2. Perkembangan Motorik Kasar Balita


Tabel 2 : Distribusi Frekuensi Balita Berdasarkan Perkembangan Motorik
Kasar
No

Perkembangan Motorik Kasar Balita

Jumlah

Persentase (%)

1.

Berkembang sesuai umur

88

38,1

2.

Tidak berkembang sesuai umur

143

61,9

Jumlah

231

100

Berdasarkan tabel 2
dapat disimpulkan bahwa
balita
di
Kelurahan
Brontokusuman Kecamatan
Mergangsan Yogyakarta yang
berkembang sesuai umur

sebanyak 88 Balita (38,1 %),


sedangkan
yang
tidak
berkembang sesuai umur
sebanyak 143 Balita (61,9
%).

3. Pemberian ASI eksklusif dengan Perkembangan Motorik Kasar Balita


Tabel 3: Tabel Silang Pemberian ASI Eksklusif dengan Perkembangan
Motorik Kasar Balita
No

Berkembang
Sesuai Umur

Tidak Berkembang
Sesuai Umur

Jumlah

1.

Diberi ASI
Eksklusif

28

11

39

2.

Tidak Diberi
ASI Eksklusif

60

132

192

Jumlah

88

143

231

Berdasarkan tabel 3 dapat


dinyatakan jumlah balita yang
diberi ASI eksklusif mempunyai
perkembangan motorik kasar
sesuai umur sebanyak 28 balita
dan
tidak
sesuai
umurnya
sebanyak 11 balita. Balita yang
tidak diberi ASI eksklusif, lebih
dari setengah balita mengalami
perkembangan motorik kasar tidak
sesuai umur yaitu sebanyak 132

balita dan yang sesuai umurnya


sebanyak 60 balita.
Dari
data-data
diatas
dilakukan analisis data dengan
menggunakan uji statistik chi
square diperoleh nilai X hitung
adalah 22,59 lebih besar dari X
tabel yaitu 3,8, sehingga H0
ditolak
dan
Ha
diterima.
Sedangkan nilai signifikannya
adalah 0,000 lebih kecil dari 0,05
37

Jurnal Ilmiah STIKES UBudiyah

yang secara statistik berarti ada


hubungan yang bermakna antara
pemberian ASI eksklusif dengan
perkembangan motorik kasar
balita, dengan tingkat derajat
kepercayaan 95%. OR= 5,6 yang
berarti
pemberian ASI tidak
eksklusif beresiko 5,6 kali terjadi
perkembangan motorik kasar
balita
tidak
sesuai
umur
dibandingkan dengan balita yang
diberi ASI eksklusif.
PEMBAHASAN
Berdasarkan
penelitian
yang telah dilakukan, didapatkan
kesimpulan bahwa mayoritas anak
yaitu 192 balita (83,1%) tidak di
beri ASI eksklusif, sedangkan
yang
diberi
ASI
eksklusif
sebanyak 39 balita (16,9%)
Otak
pada
balita
mempunyai sisi positif dan
negatif. Sisi positifnya, otak balita
lebih terbuka untuk proses
pembelajaran dan pengkayaan.
Sisi negatifnya, otak balita lebih
peka
terhadap
lingkungan,
utamanya lingkungan yang tidak
mendukung seperti asupan gizi
yang tidak adekuat, kurang
stimulasi dan tidak mendapat
pelayanan
kesehatan
yang
memadai. Masa lima tahun
pertama kehidupan merupakan
masa yang sangat peka terhadap
lingkungan
dan
masa
ini
berlangsung sangat pendek serta
tidak dapat diulang lagi, maka
masa balita disebut sebagai masa
keemasan
(golden
period),
jendela kesempatan (window of

Vol.1, No.2, Maret 2012

opportunity) dan masa kritis


(critical period) (Depkes, 2006).
Oleh karena itu pemberian ASI
sedini mungkin segera setelah bayi
lahir sangatlah penting karena ini
merupakan stimulasi dini terhadap
tumbuh
kembang
anak
(Soetjiningsih, 1995).
Pemberian ASI secara
eksklusif sebanyak 39 balita
(16,9%), sedikitnya pemberian
ASI eksklusif ini dimungkinkan
disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya kesibukan ibu yang
bekerja
sehingga
mereka
memberikan susu formula atau
makanan
tambahan
ataupun
karena pengetahuan ibu yang
kurang tentang pentingnya ASI
eksklusif, padahal interaksi timbal
balik antara ibu dan anak terdapat
keuntungan yang timbal balik
juga, keuntungan untuk bayi selain
nilai gizi ASI yang tinggi, juga
adanya zat anti pada ASI yang
melindungi bayi terhadap berbagai
macam infeksi. Disamping itu bayi
juga merasakan sentuhan, katakata dan tatapan kasih sayang dari
ibunya,
serta
mendapatkan
kehangatan yang penting untuk
tumbuh
kembangnya
(Soetjiningsih, 1995).
Pada
tingkat
perkembangan motorik kasar
balita ditemukan 88 balita yang
berkembang sesuai umur dan 143
balita yang tidak berkembang
sesuia umur, hampir setengah dari
balita
dapat
melaksanakan
perintah Peneliti sesuai dengan
DENVER, namun balita yang
35

Jurnal Ilmiah STIKES UBudiyah

perkembangan motorik kasarnya


tidak sesuai umur bukan berarti
tidak bisa melakukan apa-apa,
tetapi anak tetap dapat melakukan
seperti anak yang lain hanya
sedikit terlambat, atau dengan kata
lain anak tersebut belum mencapai
perkembangan motorik kasar
sesuai
dengan
umurnya.
Berdasarkan DENVER, salah satu
contoh anak usia 11 bulan sudah
dapat berdiri sendiri, sedangkan
anak
tersebut
diatas
yang
mempunyai
perkembangan
motorik kasar tidak sesuai
umurnya dapat berdiri tetapi
dengan
bantuan.
Hal
ini
kemungkinan disebabkan oleh
kurangnya stimulasi dari keluarga,
kurangnya
informasi
dalam
mendidik anak dalam membantu
perkembangan
anak
ataupun
dikarenakan pekerjaan orang tua
sehingga perhatian dan didikan
kepada anak sangatlah kurang.
Hal-hal tersebut diatas hanya
sebagian kecil
yang dapat
mempengaruhi
perkembangan
motorik kasar anak selain ASI
eksklusif. Berdasarkan analisa
data, dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara pemberian ASI
eksklusif dengan perkembangan
motorik kasar balita.
Perkembangan anak selalu
mengikuti pola yang teratur dan
berurutan, tahap-tahap tersebut
tidak
bisa
terjadi
terbalik,
misalnya anak lebih dahulu
mampu berdiri sebelum berjalan,
perkembangan berlangsung dari
tahapan umum ke tahapan spesifik

Vol.1, No.2, Maret 2012

dan terjadi berkesinambungan.


Jika setiap kelainan/penyimpangan
sekecil apapun apabila tidak
dideteksi apalagi tidak ditangani
dengan baik, akan mengurangi
kualitas sumber daya manusia
dikemudian hari (Depkes, 2006).
Oleh karena itu perkembangan
anak sangatlah perlu diperhatikan,
baik
secara
fisik
maupun
psikologis, semua ini dimulai
sejak proses tumbuh dan kembang
pada usia dini, terutama pada saat
masa balita, hal ini bertujuan
untuk membentuk kualitas SDM
yang optimal dalam membangun
bangsa kedepan.
Salah satu upaya dalam
membentuk perkembangan yang
optimal sedini mungkin sangatlah
tergantung
pada
pemberian
ASI/menyusui, karena ASI tidak
hanya
berfungsi
dalam
memberikan nutrisi bagi bayi,
tetapi juga sangat mempunyai arti
dalam perkembangan anak karena
seolah-olah hubungan anak ibu
tidak
terpurtus
begitu
dia
dilahirkan ke dunia. Demikian
pula dengan pemberian ASI sedini
mungkin segera setelah bayi lahir,
merupakan stimulasi dini terhadap
tumbuh
kembang
anak
(Soetjiningsih, 1995).
ASI saja untuk bayi usia 06 bulan bukan saja investasi
terbaik, namun juga penyelamat
masa depan bangsa, karena itu
pemberian ASI perlu dilindungi,
dipromosikan
dan
didukung.
Dengan demikian bahwa antara
teori dan kenyataan yang didapat
36

Jurnal Ilmiah STIKES UBudiyah

Vol.1, No.2, Maret 2012

adalah sinkron, bahwasannya


terdapat
hubungan
antara
pemberian ASI eksklusif dengan
perkembangan motorik kasar
balita.

Stimulasi,
Deteksi
dan
Intervensi Dini Tumbuk
Kembang Anak Ditingkat
Pelayanan Kesehatan Dasar.
Jakarta.

KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil
Penelitian ini, cakupan pemberian
ASI eksklusif pada balita di
Kelurahan
Brontokusuman
Kecamatan
Mergangsan
Yogyakarta sangatlah kurang.
Perkembangan motorik kasar
balita
di
Kelurahan
Brontokusuman
Kecamatan
Mergangsan Yogyakarta lebih dari
setengah responden mengalami
perkembangan motorik kasar tidak
sesuai umur.
Kurangnya
informasi
orang tua terutama Ibu tentang
ASI eksklusif dan perkembangan
motorik kasar anak merupakan
alasan
yang
paling
sering
ditemukan, sehingga setiap orang
tua kurang berpartisipasi dalam
memonitoring dan menstimulus
perkembangan anak mereka dan
memberikan ASI secara eksklusif
untuk membentuk perkembangan
anak secara optimal.

Dinas
Kesehatan
Propinsi
D.I.Yogyakarta. 2008. Profil
Kesehatan
Propinsi
D.I.Yogyakarta.
Yogayakarta.

DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh


Kembang
Anak.
EGC,
Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2006.


Pedoman
Pelaksanaan

Joomla. 2005. Program ASI


Eksklusif Hingga Bayi Enam
Bulan.
Journal
tentang
Menyebarluaskan Informasi
Mengenai
Kesehatan
Reproduksi dan Seksualitas.
Diunduh tanggal 25 Maret
2010
dari
http://www.kesehatanreprod
uksi.com
KIA-KR. 2008. Maternal and
Neonatal Child Health.
Minat Utama KIA-KESPRO
Program S2 IKM FK UGM,
Yogyakarta.
Selasi. 2009. Menyusui Langkah
Perlindungan. Sentra Laktasi
Indonesia, Jakarta.

37

Anda mungkin juga menyukai