Anda di halaman 1dari 117

UNIVERSITAS INDONESIA

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI ANAK TUNA GRAHITA
DI KABUPATEN BANYUMAS
JAWA TENGAH

TESIS

Dian Ramawati
0906504663

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
DEPOK
JULI 2011

Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011


UNIVERSITAS INDONESIA

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI ANAK TUNA GRAHITA
DI KABUPATEN BANYUMAS
JAWA TENGAH

TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Ilmu Keperawatan

Dian Ramawati
0906504663

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

PEMINATAN KEPERAWATAN ANAK


DEPOK
JULI 2011
ii

Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011


iii

Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011


iv

Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011


v

Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011


vi

Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011


ABSTRAK
Nama
: Dian Ramawati
Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan Peminatan Keperawatan Anak
Judul
: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kemampuan Perawatan
Diri Anak Tuna Grahita di Kabupaten Banyumas Jawa Tengah
Kemampuan perawatan diri adalah keterampilan mengurus atau menolong diri
sendiri dalam kehidupan sehari-hari sehingga tidak tergantung pada orang lain.
Pada anak tuna grahita, kemampuan perawatan diri dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, baik faktor eksternal (karakteristik orangtua dan lingkungan)
maupun faktor internal (karakteristik anak). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kemampuan perawatan diri
anak tuna grahita. Rancangan penelitian cross sectional dan sampel adalah 65
orangtua anak tuna grahita di Sekolah Luar Biasa (SLB). Analisis data
menggunakan uji Chi-Square dan regresi logistik ganda. Hasil menunjukkan
kemampuan perawatan diri pada anak tuna grahita masih rendah.Terdapat
hubungan bermakna antara pendidikan orang tua, umur, dan kekuatan motorik
pada anak tuna grahita dengan kemampuan perawatan diri (p value < 0,005).
Faktor paling dominan yang mempunyai hubungan adalah faktor kekuatan
motorik anak tuna grahita dengan OR = 4,77.
Kata kunci : Perawatan diri, faktor yang berhubungan, tuna grahita.

vii

Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011


ABSTRACT
Name
Study Program
Title

: Dian Ramawati
: Nursing Master Program Majoring in Pediatric Nursing
: Factors that Related to Self-Care Ability in Mental
Retardation Children in Banyumas District Central Java

Self-care is the ability to take care of self or self-help in daily life activit
ies. For
children with mental retardation, self-care can be influenced by various factors
,
external (parents and environment characteristics) as well as internal (children
characteristics). This study aimed to explore determinant factors that related t
o
self-care ability in mental retardation children. Study design was cross section
al
with samples are 65 parents whose mental retardation children registered in
special education school. Data analysis used Chi-Square and Logistic Regression.
Result of this study found that the self-care ability among retarded children is
relatively low and there was significantly relationship between parents education
,
childrens age and gross motor performance to self-care ability in mental retarded
children (p value < 0,005). Gross motor performance of mental retarded children
is the most dominant factor that contributed to self-care ability (OR = 4,77).
Keywords : Self-care, related factors, mental retardation children.

viii

Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kemampuan perawatan diri pada anak tuna grahita di
Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak sejak masa perkuliahan sampai dengan
penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan tesis ini
.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Allenidekania, S. Kp., M. Sc., selaku pembimbing I, yang dengan sabar


dan
perhatian dalam memberikan bimbingan ilmiah melalui berbagai
pengarahan dan saran yang sangat membantu.
2. Bapak Besral, SKM, M. Sc., selaku pembimbing II, yang telah memberikan
bimbingan ilmiah melalui berbagai saran dan pengarahan.
3. Ibu Dewi Irawaty, M.A., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
4. Ibu Astuti Yuni, S. Kp., M. App. Sc., selaku Ketua Program Magister
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
5. Ibu Netti Lestari, S. Pd., selaku Kepala Sekolah Luar Biasa-C Yakut
Purwokerto atas kebijaksanaan dan ijin yang diberikan.
6. Ibu Irma, S. Pd., selaku Kepala Sekolah Luar Biasa ABCD Kuncup Mas
Banyumas atas kebijaksanaan dan ijin yang diberikan.
7. Segenap guru, staf, orangtua dan siswa Sekolah Luar Biasa, atas inspirasi dan
dukungan yang diberikan.
8. Seluruh staf dosen/pengajar pada Program Magister Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.
9. Seluruh staf akademik Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia atas
kerjasama, dukungan dan bantuan yang telah diberikan selama ini.
10. Orangtua dan suami yang telah penuh cinta memberikan perhatian dan
motivasi selama penyusunan tesis ini. Terima kasih atas segala pengertian
dan kesabaran serta dukungan yang telah diberikan.
ix

Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011


11. Rekan-rekan mahasiswa Program Magister Fakultas Ilmu Keperawatan
khususnya kelas Keperawatan Anak angkatan 2009/2010 atas perhatian,
dukungan, masukkan dan motivasinya dalam penyusunan tesis ini.
Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat bagi
semua, khususnya bagi pengembangan ilmu keperawatan.
Depok,

Juli 2011

Penulis

Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011


xi

Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
..
HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS
ABSTRAK .
ABSTRACT ..
KATA PENGANTAR ..
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
DAFTAR ISI
..
DAFTAR TABEL
..
DAFTAR SKEMA
..
DAFTAR LAMPIRAN ..
BAB 1 : PENDAHULUAN...
1.1. Latar Belakang ..
1.2. Rumusan Masalah .
1.3. Tujuan Penelitian .........................
1.4. Manfaat Penelitian
BAB 2

BAB 3

i
iii
iv
vi
vii
viii
x
ix
xi
xii
xiii
1
1
11
12
13

: TINJAUAN PUSTAKA .....................


2.1. Teori Self-Care (Perawatan Diri) Orem ..
2.2. Anak Tuna Grahita ..
2.3. Tumbuh Kembang Anak Tuna Grahita Usia Sekolah
2.4. Kemampuan Perawatan Diri Pada Anak Tuna Grahita
2.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan
perawatan diri pada anak tuna grahita .
2.6. Pengukuran Kemampuan Perawatan Diri Anak Tuna
Grahita ..
2.7. Kerangka Teori ..

14
14
22
32
37
39
43
49

: KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI


OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep ...
3.2. Hipotesis Penelitian
3.3. Definisi Operasional ............................

BAB 4 : METODOLOGI PENELITIAN ...


4.1. Desain Penelitian
4.2. Populasi dan Sampel ..
4.3. Alat pengumpul Data ..
4.4. Prosedur Pengumpulan Data ..
4.5 Validitas dan Reliabilitas
4.6 Pengolahan Data .
4.7. Analisis Data ...

60
60
61
65
68
68
71
72

xii

Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011


BAB 5 : HASIL PENELITIAN.
5.1. Karakteristik Responden .
5.1.1 Karakteristik Orangtua dengan Anak Tuna Grahita
5.1.2. Karakteristik Lingkungan Anak Tuna Grahita.

50
50
52
53

74
74
74
78

5.1.3. Karakteristik Anak Tuna Grahita..


5.1.4 Kemampuan Perawatan Diri Anak Tuna Grahita.
5.2. Hubungan Faktor Eksternal (Karakteristik Orangtua
dan Lingkungan Anak Tuna Grahita dengan
Kemampuan Perawatan Diri Anak Tuna Grahita..
5.2.1. Hubungan Karakteristik Orangtua dengan Kemampuan
Perawatan Diri Anak Tuna Grahita..
5.2.2. Hubungan Karakteristik Lingkungan dengan
Kemampuan Perawatan Diri Anak Tuna Grahita .
5.2.3. Hubungan Karakteristik Anak dengan Kemampuan
Perawatan Diri Anak Tuna Grahita
5.3. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kemampuan
Perawatan Diri Anak Tuna Grahita

79
81
83
84
85
85
86

BAB 6

: PEMBAHASAN .
6.1. Interpretasi Hasil dan Diskusi ..
6.2. Keterbatasan Penelitian.
6.3. Implikasi Keperawatan.

90
90
108
109

BAB 7

: KESIMPULAN DAN SARAN...


7.1. Kesimpulan
7.2. Saran..

111
111
112

DAFTAR REFERENSI

xiii

Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011


DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel

2.1.
2.2.
3.1.
4.1.
4.2.
5.1.

:
:
:
:
:
:

Tabel
Tabel
Tabel
Tabel

5.2.
5.3.
5.4.
5.5.

:
:
:
:

Tabel 5.6. :
Tabel 5.7. :
Tabel 5.8. :
Tabel 5.9. :
Tabel 5.10:
Tabel 5.11:

Tingkat Retardasi Mental Berdasarkan Tes Intelegensi


Tingkat Retardasi Mental dan Tingkah Laku Adaptif
Definisi Operasional
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Analisis Biavariat Variabel Penelitian
Distribusi
Responden
Berdasarkan
Karakteristik
Orangtua
Distribusi pengetahuan Orangtua tentang Tuna Grahita
Distribusi Pola Asuh Orangtua
Distribusi Dukungan Guru dan Tenaga Kesehatan
Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Guru dan
Tenaga Kesehatan
Distribusi Karakteristik Anak Tuna Grahita
Distribusi Responden Berdasarkan Area Kemampuan
Perawatan Diri Anak Tuna Grahita
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kemampuan
Perawatan Diri Anak Tuna Grahita
Hubungan Karakteristik Orangtua dengan Kemampuan
Perawatan Diri Anak Tuna Grahita
Hubungan
Karakteristik Lingkungan
dengan
Kemampuan Perawatan Diri Anak Tuna Grahita
Hubungan Karakteristik Anak dengan Kemampuan
Perawatan Diri Anak Tuna Grahita

29
30
53
71
73
75
76
77
78
79
80
82
82
84
85
86

Tabel 5.12:
Tabel 5.13:
Tabel 5.14:

Hasil Seleksi Bivariat Uji Regresi Logistik Karakteristik


Responden terhadap Kemampuan Perawatan Diri Anak
Tuna Grahita
Hasil Analisis Pemodelan Multivariat Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Kemampuan Perawatan Diri Anak
Tuna Grahita
Hasil Analisis Akhir Pemodelan Multivariat Faktorfaktor yang Berhubungan dengan Kemampuan
Perawatan Diri Anak Tuna Grahita

xiv

Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011


DAFTAR SKEMA
Halaman
Skema 2.1. :
Skema 2.2. :

Kerangka Kerja Konseptual Orems Self-Care Untuk


Keperawatan
17
Sistem Keperawatan Dasar
20

Skema 2.3. :

Model Konseptual Instrumen PEDI

44

Skema 2.4. :

Kerangka Teori

49

Skema 3.1. :

Kerangka Konsep

51

xv

Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

: Keterangan Lolos Uji Etik

Lampiran 2

: Penjelasan Penelitian

Lampiran 3

: Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Responden Penelitian

Lampiran 4

: Kuesioner Penelitian

Lampiran 5

: Lembar Observasi Anak Tuna Grahita

Lampiran 6

: Surat Ijin Penelitian

87
88
88

Lampiran 7

: Biodata Peneliti

xvi

Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Setiap orang tua menginginkan anak yang sehat dan mandiri. Namun, pada
kenyataannya banyak anak dengan disabilitas atau penyakit kronis yang
masih tergantung kepada orang tua atau pengasuhnya dalam melakukan
aktivitas harian terutama untuk perawatan dirinya sampai dengan anak
tersebut beranjak dewasa. Tingginya tingkat ketergantungan anak dalam
melakukan kegiatan harian menjadi beban yang amat besar bagi orang tua,
pengasuh, dan pemberi layanan kesehatan, termasuk tenaga keperawatan
(Tork et al., 2007). Berdasarkan laporan World Health Organization
(WHO), jumlah orang yang masih dalam ketergantungan terhadap orang
lain mencapai 4-5% dari seluruh populasi di dunia (WHO, 2002).
Masalah ketergantungan melakukan perawatan diri sering terdapat pada
kelompok anak (orang yang sangat muda), sangat tua, orang yang sakit
atau orang yang cacat (Kittay et al., 2005). Ketergantungan perawatan dir

i
dijelaskan oleh WHO sebagai ketidakmampuan untuk melakukan kegiatan
harian seperti mempertahankan kebersihan diri, makan, dan kesadaran
akan bahaya sebagai salah satu masalah terbesar dalam kesehatan di dunia
(WHO, 2002).
Beberapa penelitian telah mempelajari fenomena tersebut pada orang
dewasa, namun sangat jarang dilakukan pada kelompok anak-anak.
Sebuah Survey Rumah Tangga yang dilakukan oleh UNICEF dan
University of Wisconsin (2008) untuk memantau kondisi kesehatan pada
wanita dan anak-anak di negara berkembang memperoleh data yang
memperlihatkan bahwa terdapat 52,4 % anak usia 6-9 tahun yang berada
di sekolah serta mengalami disabilitas atau ketidakmampuan melakukan
aktivitas harian secara mandiri.

Universitas Indon

esia

Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011


2

Brinchmann (1999 dalam Ehrenkranzt et al., 2001) melakukan penelitian


tentang stress yang terjadi pada orang tua dengan anak yang mengalami
disabilitas, menemukan bahwa terdapat perasaan frustasi mengenai sampai
kapan anak akan tergantung pada orang tua dan perasaan ambivalen atau
ketidakpastian pada orang tua mengenai masa depan anak. Selanjutnya,
penelitian tersebut juga menemukan bahwa orang tua mengalami
kebimbangan dalam menyayangi atau berusaha memandirikan anak
dengan disabilitas.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Grando (2011) menyimpulkan
terdapat 3 masalah dalam seorang individu ketika tidak mampu melakukan
ketrampilan perawatan diri, yaitu 1) krisis personal, yaitu keadaan
seseorang yang mengalami krisis disebabkan ketidakmampuan melakukan
perawatan diri; 2) kekerasan dalam hubungan sosial, yaitu kekerasan fisik
maupun psikososial yang mengakibatkan penurunan rasa percaya diri dan
timbulnya rasa malu yang berhubungan dengan ketidakmampuan
seseorang melakukan perawatan atau melindungi dirinya sendiri; 3)
psikosis, yaitu keadaan pada individu yang mengalami skizofrenia dan
tidak mampu merawat diri sehingga menimbulkan hambatan atau
keterlambatan dalam membuat keputusan dan melakukan kegiatan
perawatan diri. Mont (2007) menyatakan bahwa disabilitas dapat
menyebabkan seseorang terperangkap dalam kemiskinan karena adanya
hambatan
bagi
seseorang dengan
disabilitas
untuk bersekolah,
memperoleh pekerjaan, atau berpartisipasi dalam kegiatan sosial.
Adanya disabilitas pada anak akan berdampak tidak hanya pada anak,
tetapi juga pada orang tua dan lingkungan. Anak dengan disabilitas atau
ketidakberdayaan membutuhkan pelayanan kesehatan dan ketersediaan
dana yang tidak sedikit, sehingga dapat menjadi beban bagi keluarga,
lingkungan, dan negara (Ehrenkrantz et al., 2001). Counting Costs 2010,
sebuah survey yang dilakukan pada 1.100 keluarga di Inggris,
Universitas Indonesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
3

memperlihatkan bahwa keluarga dengan anak disabilitas mengalami


kesulitan dalam penyediaan makanan dan alat penghangat di dalam rumah.
Lebih dari 50% keluarga tersebut telah meminjam uang dari kerabat atau
teman untuk membayar tagihan atau membeli makanan. Jumlah ini
meningkat dari angka 42% di tahun 2008 dan lebih dari 40% keluarga
mengajukan bantuan sosial dari negara (meningkat dari 25% pada tahun
2008), dan lebih dari tiga per empat keluarga tersebut (73%) tidak dapat
melakukan kegiatan rekreasi (meningkat dari 55% pada tahun 2008).
Survey tersebut juga menemukan bahwa mayoritas keluarga dengan anak
disabilitas mengalami kesulitan untuk mempertahankan pekerjaan dan
sekaligus merawat anaknya di rumah (Sen, 2010). Banyak orang tua
melaporkan bahwa mereka tidak dapat bekerja karena kesulitan dalam
membagi perhatian antara bekerja dan merawat anak dengan disabilitas.

Mereka juga melaporkan bahwa mereka harus mengeluarkan biaya 45%


lebih besar dengan adanya anak dengan disabilitas di dalam keluarga.
Counting Costs 2010 juga mendapatkan bahwa kesulitan keuangan
mempunyai dampak negatif dalam kehidupan keluarga dan meningkatkan
isolasi sosial. Penelitian juga membuktikan bahwa keluarga dengan anak
disabilitas beresiko tinggi mengalami kemiskinan, oleh sebab itu
diperlukan dukungan dari pemerintah, sektor swasta, dan tenaga
kesehatan/sosial dalam menghadapi masalah ini (Sen, 2010).
Kemandirian pada anak terutama pada anak usia sekolah berbeda dengan
kemandirian remaja atau orang dewasa. Kemandirian pada anak usia
sekolah adalah kemampuan yang terkait dengan tugas perkembangannya.
Adapun tugas-tugas perkembangan untuk anak adalah belajar makan,
berbicara, koordinasi tubuh, kontak perasaan dengan lingkungan,
pembentukkan pengertian, dan belajar moral. Apabila seorang anak telah
mampu melakukan tugas perkembangan, maka ia telah memenuhi syarat
kemandirian. Dibutuhkan dukungan dan bimbingan dari orang tua untuk
Universitas Indonesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
4

menanamkan kemandirian pada anak. Orang tua harus dapat bersikap


positif dengan memberikan pujian, semangat, dan kesempatan berlatih
secara konsisten dalam mengerjakan sesuatu sendiri sesuai dengan tahapan
usianya (Simanjuntak, 2007). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Lewis dan
Iselin (2002), anak dengan kemampuan untuk melakukan
perawatan diri secara mandiri akan dapat berinteraksi lebih baik dengan
lingkungan dan mengembangkan jejaring sosial yang lebih luas. Anak
yang telah mandiri sejak dini, maka akan terbiasa mandiri ketika dewasa.
Sehingga, anak kelak mampu mengambil keputusan atau menentukan
pilihannya sendiri. Dan yang terpenting adalah anak menjadi tidak
tergantung pada orang tua baik secara ekonomi atau tanggung jawab hidup
lainnya ketika ia menjadi dewasa (Simanjuntak, 2007).
Istilah self-care atau perawatan diri, biasanya digunakan untuk anak usia
sekolah yang memang diharapkan telah mampu menguasai dan
meningkatkan ketrampilan melindungi dirinya sendiri (Karrebrock &
Lewit, 1999 dalam Tork et al., 2007). Usia sekolah merupakan periode
penting dalam tumbuh kembang anak. Pada tahap ini, anak mulai
menunjukkan karakteristik tersendiri dan mulai belajar untuk melakukan
aktivitas perawatan diri secara mandiri (Ling, 2008). Anak pada usia
sekolah juga akan menghadapi konflik jika aktifitasnya dibatasi, sehingga
anak akan merasa bersalah, cemas, takut, atau bahkan menunjukkan
perubahan perilaku yang tidak diharapkan (Pott & Mandleco, 2007).
Berdasarkan teori perkembangan Eriksson, anak pada tahap usia sekolah
(6-12 tahun) mempunyai masalah industry vs inferiority, yang berarti anak
pada usia tersebut diharapkan mampu mendapatkan kepuasan dari
kemandirian yang diperoleh melalui eksplorasi dan manipulasi lingkungan
sekitar dan interaksi dengan teman sebaya. Hal yang dianggap berbahaya
pada fase ini adalah apabila pada anak berkembang kepribadian inferior
(rendah diri). Salah satu penyebab timbulnya inferioritas pada anak adalah

ketidakmampuan untuk melakukan perawatan diri secara mandiri.


Universitas Indonesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
5

American Academy of Pediatric (1996) merekomendasikan agar dibuat


suatu perencanaan yang sistematik untuk melatih anak usia sekolah agar
dapat menguasai ketrampilan perawatan diri sebelum mereka mencapai
usia dewasa. Pembelajaran untuk melakukan kegiatan perawatan diri
secara mandiri bukan berarti anak harus dapat melakukan semua kegiatan
perawatan diri tanpa bantuan sama sekali. Namun, yang perlu mendapat
perhatian adalah pembelajaran yang diberikan perlu melihat adanya
perbedaan yang signifikan saat menentukan usia anak dan waktu yang
tepat untuk melatih melakukan kegiatan perawatan diri pada anak terutama
anak dengan disabilitas atau penyakit kronis, termasuk diantaranya adalah
anak dengan retardasi mental.
The American Psychiatric Associations Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorder (DSM-IV-TR, 2000) mendefinisikan retardasi
mental sebagai disfungsi atau gangguan yang terjadi pada susunan saraf
pusat yang mengakibatkan kecerdasan intelektual (Intellectual Quetion)
seseorang terukur dibawah 70, sehingga berdampak pada kemampuan
untuk memenuhi kebutuhan dasarnya seperti ketrampilan berkomunikasi,
sosialisasi, pendidikan/belajar, kesehatan dan pekerjaan (Greydanus &
Pratt, 2005). Banyak terminologi yang digunakan untuk menyebut
retardasi mental, diantaranya adalah defisiensi mental, mental subnormal,
lemah pikiran (feeble mindedness), mental disabilitas atau dalam dunia
pendidikan sering disebut dengan tuna grahita. Semua istilah tersebut
merujuk pada seseorang yang memiliki kecerdasan mental dibawah
normal (Greydanus & Pratt, 2005; Effendi, 2006).
Tuna grahita dapat juga didefinisikan sebagai individu yang memiliki
kecerdasaran intelektual yang berada dibawah normal dan disertai dengan
ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul pada masa
perkembangan atau sebelum usia 18 tahun (Ciptono & Supriyanto, 2010).
Sedangkan pengertian tuna grahita menurut American Association on
Universitas Indonesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
6

Mental Deficiency (AAMD) adalah meliputi fungsi intelektual dibawah


rata-rata (sub-average) yaitu IQ 84 kebawah berdasarkan tes dan muncul
sebelum usia 16 tahun yang menunjukkan hambatan dalam perilaku
adaptif.

Tuna grahita dalam kategori Indonesia masuk ke dalam kategori


Exceptional People (SLB C) karena tuna grahita cacat secara mental dan
mempunyai hambatan secara fisik. Anak anak yang mempunyai
hambatan secara fisik sudah semestinya perlu perhatian lebih. Anak-anak
tuna grahita biasanya
mengalami
kesulitan
berkomunikasi, sulit
mengerjakan tugas- tugas akademik yang di karenakan perkembangan otak
dan fungsi sarafnya tidak sempurna. Menurut Wibowo (2010), yang
dimaksud dengan tuna grahita adalah keterbatasan substansial dalam
memfungsikan diri. Keterbatasan ini ditandai dengan terbatasnya
kemampuan fungsi kecerdasan yang terletak di bawah rata-rata (IQ 70 atau
kurang) dan ditandai dengan terbatasnya kemampuan tingkah laku adaptif
minimal di 2 area atau lebih.
Tingkah laku adaptif yang dimaksud pada anak tuna grahita adalah berupa
kemampuan komunikasi, merawat diri, menyesuaikan dalam kehidupan
rumah, keterampilan sosial, pemanfaatan sarana umum, mengarahkan diri
sendiri, area kesehatan dan keamanan, fungsi akademik, pengisian waktu
luang, dan kerja. Disebut tuna grahita bila manifestasinya terjadi pada usia
di bawah 18 tahun. Secara umum anak tuna grahita memperlihatkan ciriciri seperti: a) dalam segi kecerdasan: kapasitas belajarnya terbatas
terutama pada hal-hal abstrak, mereka lebih banyak belajar bukan dengan
pengertian; b) sosial: dalam pergaulan mereka tidak dapat bergaul atau
bermain dengan teman sebayanya, mengalami kesulitan dalam merawat
diri, mengurus diri, menolong diri, berkomunikasi, dan beradaptasi dengan
lingkungannya; c) fungsi mental lain: sulit memusatkan perhatian, mudah
lupa, menghindari diri dari perbuatan berpikir; d) dorongan dan emosi:
Universitas Indonesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
7

mereka jarang memiliki perasaan bangga, tanggung jawab, penghayatan,


bagi yang berat hampir-hampir tidak mampu untuk menghindari bahaya,
dan mempertahankan diri; dan e) organisme; bagi tunagrahita ringan
hampir tidak terlihat perbedaannya dengan anak normal, namun
keberfungsian fisik kurang dari anak normal (Astati, 2010).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2006) dari 222 juta penduduk
Indonesia terdapat 0,7% (sekitar 2,8 juta) jiwa mengalami kecacatan dan
sekitar 600 ribu di antaranya anak-anak (21,42%) usia sekolah (usia 5-18
tahun) dan populasi anak tuna grahita menempati angka terbesar. Angka
penderita tuna grahita usia sekolah di Indonesia diperkirakan berjumlah
setengah dari total penderita cacat atau sekitar 1,5 juta jiwa, dan hanya
54.000 anak yang dapat mengikuti pendidikan secara formal di sekolah
khusus.
Data umum Badan Koordinasi Pendidikan Luar Biasa Karesidenan
Banyumas (Bakor PLB) tahun 2008 mencatat jumlah anak berkebutuhan
khusus yang berada di sekolah sebanyak 360 anak, sedangkan anak

berkebutuhan khusus yang belum sekolah terdapat 1176 anak. Jumlah total
anak berkebutuhan khusus di Kabupaten Banyumas adalah 1536 anak atau
sekitar 0,1% dari seluruh penduduk Kabupaten Banyumas. Jumlah anak
tuna grahita tercatat berjumlah 490 anak (42%) dari total jumlah 1176
anak berkebutuhan khusus. Sekolah Luar Biasa (SLB) Yakut Purwokerto
memiliki siswa anak tuna grahita berjumlah 114 siswa yang terdiri dari 78
siswa SD, 31 siswa SMP, dan 15 siswa SMA. Namun hanya sekitar 90
siswa saja yang aktif bersekolah dari total siswa yang terdaftar (SLB
Yakut Purwokerto, 2011). Sedangkan di SLB Kuncup Mas, Kecamatan
Banyumas terdapat 47 siswa tuna grahita dari seluruh siswa berkebutuhan
khusus yang berjumlah 76 siswa (Bakor PLB, 2008). Tidak diketahui
secara pasti apakah jumlah anak tuna grahita mengalami peningkatan dari
tahun-tahun sebelumnya karena baru pada tahun 2008 diadakan pendataan
Universitas Indonesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
8

khusus untuk anak berkebutuhan khusus di wilayah Kabupaten Banyumas.


Berdasarkan keterangan Ketua Bakor PLB Kabupaten Banyunas bahwa
pendataan untuk tahun 2009-2010 belum dilakukan karena pendataan
dilakukan setiap 4 tahun (wawancara pribadi, Februari 2011). Berdasarkan
wawancara dan observasi yang sebelumnya dilakukan oleh peneliti,
terdapat beberapa siswa tuna grahita yang memiliki kebersihan diri baik,
namun masih ada beberapa siswa dengan kebersihan diri yang kurang.
Peneliti juga mendapatkan keterangan dari pihak sekolah bahwa beberapa
siswa mempunyai latar belakang orang tua dengan status ekonomi dan
pendidikan yang bervariasi dari tinggi hingga ke rendah.
Penelitian yang dilakukan oleh Ulfatulsholihat (2010) mendapatkan
kesimpulan bahwa anak tuna grahita mempunyai keinginan didalam
dirinya untuk dapat hidup mandiri dan tidak tergantung pada orang tua
atau orang lain. Selain itu didapatkan pula bahwa terdapat keinginan untuk
sama dengan anak yang normal, hal tersebut ditunjukkan dengan
keinginan selalu memiliki apa yang dimiliki oleh anak normal. Namun,
pada kenyataannya masih banyak orang tua yang beranggapan bahwa anak
tuna grahita atau retardasi mental selalu membutuhkan bantuan dalam
melakukan kegiatan sehari-hari. Anggapan ini bertolak belakang dengan
penelitian yang dilakukan oleh Tork et al. (2007) yang mendapatkan
bahwa anak dengan Down Syndrome (retardasi mental) dapat melakukan
kegiatan harian secara mandiri seperti eliminasi, perubahan posisi,
mobilitas, dan hanya membutuhkan pengawasan yang minimal saat
berpakaian atau saat ke kamar mandi. Penelitian tersebut juga
menyimpulkan bahwa anak dengan disabilitas menjadi jumlah terbesar
pada anak yang masih tergantung untuk melakukan perawatan diri, namun
dengan memberikan bimbingan dan latihan yang tepat baik di rumah
maupun di sekolah, maka anak-anak tersebut dapat dengan segera menjadi
mandiri untuk memenuhi kebutuhan perawatan dirinya.

Universitas Indonesia

Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011


9

Keterampilan perawatan diri pada anak tuna grahita atau mental disabilitas
sebaiknya mulai diajarkan sejak dari rumah. Hauser-Cram et al. (2001)
menyatakan bahwa anak dengan disabilitas yang diasuh dalam keluarga
yang harmonis dan cenderung ekspresif saat memberikan kasih sayang
terhadap anak, memperlihatkan perilaku adaptasi yang lebih baik,
mengalami sedikit masalah perilaku dan isolasi sosial dibandingkan anak
pada keluarga dengan kualitas kasih sayang yang lebih rendah. Hal ini
juga dikuatkan oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Head dan
Abbeduto (2007) yang mendapatkan hubungan dalam keluarga yang
kohesif, positif, dan saling menyayangi menimbulkan fungsi keluarga
yang lebih baik dan meningkatkan perkembangan pada anak dengan
retardasi mental.
Proses adaptasi pada anak dengan retardasi mental atau tuna grahita dapat
berjalan dengan sangat lambat atau bahkan dapat berlangsung selama
hidupnya. Penelitian yang dilakukan oleh Head dan Abbeduto (2007)
menyatakan bahwa baik keluarga dan anak dengan retardasi mental atau
tuna grahita membutuhkan bantuan dan dukungan terutama dari
lingkungan sekitarnya agar dapat saling bekerja sama dalam menstimulasi
perkembangan anak dengan retardasi mental atau tuna grahita.
Gray (2006) melakukan penelitian secara longitudinal tentang strategi
koping orang tua dengan anak autisme dan mendapatkan bahwa masalah
yang sering timbul pada orang tua adalah karena anak tidak mendapatkan
intervensi secara terus menerus di sekolah untuk menguatkan kembali apa
yang telah dilakukan oleh orang tua di rumah. Karena anak pada usia
sekolah lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah, maka
diharapkan adanya kerjasama antara orang tua dan guru-guru di sekolah
untuk membantu anak mencapai tugas perkembangannya, terutama yang
terkait dengan melakukan kegiatan harian atau perawatan diri secara
mandiri. Buyan
(2004) menyatakan
dalam
penelitiannya bahwa
Universitas Indonesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
10

ketrampilan perawatan diri (self-care) sebaiknya diajarkan di sekolahsekolah dan untuk mengembangkan ketrampilan perawatan diri pada
seseorang dibutuhkan informasi, media, dan bimbingan yang tepat.
Peran perawat khususnya perawat anak dalam mendukung dan
memberikan perhatian pada status kesehatan anak usia sekolah, khususnya
yang mengalami retardasi mental atau tuna grahita sangat dibutuhkan baik

oleh anak maupun keluarga (Maunder, 2006). Area ini menjadi tantangan
bagi perawat anak, karena lamanya waktu interaksi yang dibutuhkan untuk
memberikan bimbingan kepada anak dengan retardasi mental dan keluarga
tidak dapat direncanakan secara pasti. Adanya keterbatasan kecerdasan
intelektual bahkan terkadang fisik dan emosional pada anak dengan
retardasi mental menyebabkan panjangnya proses pembelajaran atau
bimbingan yang harus diberikan.
Pemahaman dan pengenalan secara komprehensif sangat diperlukan untuk
dapat mengembangkan kemampuan anak dengan retardasi mental atau
tuna grahita dalam melakukan ketrampilan perawatan diri secara mandiri
baik dari dalam diri anak sendiri maupun dari keluarga dan lingkungan
sekitar atau sekolah. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melakukan
penelitian untuk mengetahui kemampuan anak dalam aspek fisik,
intelektual, sosial, dan emosional. Hasil penelitian dapat digunakan untuk
menyusun modul pembelajaran atau intervensi baik kepada anak maupun
orang tua sehingga dapat mencapai hasil yang optimal dan akhirnya
memunculkan rasa percaya diri pada anak tuna grahita (Astati, 2010). Rasa
percaya diri sangat penting dalam tumbuh kembang anak di masa yang
akan datang. Bila sejak usia dini telah tertanam rasa percaya diri, maka
kelak ketika anak menjadi dewasa ia akan mampu membuat keputusan,
berkreasi, dan bertanggung jawab dalam kehidupannya (Simanjuntak,
2007).

Universitas Indonesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
11

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas peneliti

merasa tertarik

untuk
mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kemampuan
anak tuna grahita dalam melakukan aktivitas perawatan diri. Diharapkan
melalui
penelitian
ini didapatkan
pengetahuan
untuk
dapat
mengembangkan kemampuan merawat diri pada anak tuna grahita
sehingga kelak ketika mereka dewasa dapat bertanggung jawab terhadap
diri mereka sendiri dan tidak tergantung kepada orang lain. Peneliti juga
ingin meneliti mengenai faktor-faktor yang berhubungan dan berperan
secara dominan pada anak tuna grahita dalam melakukan kegiatan
perawatan
diri di
Kabupaten
Banyumas,
Jawa
Tengah den
gan
menggunakan metode penelitian kuantitatif, karena melalui penggunaan
metode ini diharapkan didapatkan faktor-faktor yang berhubungan dan
mempunyai hubungan yang paling dominan dalam kemampuan anak tuna
grahita melakukan perawatan diri secara mandiri.
1.2.

Rumusan Masalah
Menurut teori perkembangan anak oleh Eriksson, salah satu tugas
terpenting pada usia sekolah adalah menguasai ketrampilan dalam

melakukan kegiatan sehari-hari. Anak tuna grahita terutama yang berada


di sekolah atau pada usia sekolah juga seharusnya mendapatkan
pembelajaran yang sesuai untuk dapat mencapai tugas perkembangan
tersebut. Anak dengan retardasi mental atau tuna grahita memiliki
keterbatasan dalam kecerdasan intelektual yang berada dibawah rata-rata
sehingga berdampak dalam penguasaan ketrampilan melakukan perawatan
diri secara mandiri, sehingga menyebabkan mereka mempunyai resiko
yang tinggi untuk mengalami isolasi sosial di masyarakat karena
kebersihan diri yang kurang dan ketergantungan yang besar pada keluarga.
Pada akhirnya, hal ini dapat menyebabkan terbatasnya kesempatan yang
sama dalam memperoleh pekerjaan kelak ketika mereka mencapai usia
dewasa. Keterbatasan kecerdasan intelektual tersebut bahkan sering
diiringi dengan kelemahan fisik pada anak dengan tuna grahita. Namun,
Universitas In
donesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
12

disisi lain anak-anak tuna grahita memiliki keinginan di dalam dirinya


untuk mempunyai kemampuan yang sama dengan anak normal dan dengan
latihan dan bimbingan yang konsisten akan dapat meningkatkan
kemampuan perawatan diri pada anak tuna grahita.
Hal ini membutuhkan dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak seperti
keluarga, guru sekolah dan tenaga kesehatan untuk dapat mengembangkan
kemampuan anak tuna grahita dalam melakukan perawatan diri. Hal-hal
tersebut di atas adalah sebagian dari berbagai faktor yang dapat
berhubungan dengan kemampuan anak tuna grahita dalam melakukan
perawatan diri secara mandiri. Untuk itu perlu diketahui faktor-faktor
yang
berpengaruh dan berperan dominan dalam melakukan kegiatan perawatan
diri secara mandiri pada anak tuna grahita pada usia sekolah. Faktor-fa
ktor
tersebut dapat dimanfaatkan oleh perawat anak untuk mengembangkan
intervensi keperawatan anak khususnya dalam melakukan optimalisasi
tumbuh kembang dan kemandirian anak
dalam memenuhi kebutuhan
dasar, terutama anak-anak dengan retardasi mental atau tuna grahita. Ol
eh
karena itu, penelitian ini ingin mengetahui tentang Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kemampuan melakukan perawatan diri pada anak
tuna grahita di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
1.3.
1.3.1.

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan

untuk

mengetahui

faktor-faktor

yang
1.3.2.

berhubungan dengan kemampuan perawatan diri anak tuna grahita di


Kabupaten Banyumas.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah mengidentifikasi :

1. Karakteristik anak tuna grahita, meliputi usia, jenis kelamin, kondi


si
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

fisik, kemampuan kognitif, status gizi dan perkembangan anak tuna


grahita perempuan (tanda pre pubertas).
Karakteristik orang tua dengan anak tuna grahita, meliputi usia,
pendidikan, pengetahuan tentang tuna grahita, pola asuh dan
pengeluaran keluarga setiap bulan.
Karakteristik lingkungan, yaitu alat bantu yang digunakan oleh anak
serta adanya dukungan dari guru di sekolah dan tenaga kesehatan.
Kemampuan perawatan diri anak tuna grahita
Hubungan karakteristik anak terhadap kemampuan perawatan diri
pada anak tuna grahita.
Hubungan faktor karakteristik orang tua terhadap kemampuan
perawatan diri pada anak tuna grahita.
Hubungan faktor karakteristik lingkungan terhadap kemampuan
perawatan diri pada anak tuna grahita.
Faktor paling dominan yang berhubungan dengan kemampuan
perawatan diri pada anak tuna grahita.

1.4.
1.4.1.

Manfaat Penelitian
Manfaat keilmuan
Hasil penelitian ini dapat mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan kemampuan perawatan diri pada anak tuna grahita sehingga dapat
digunakan sebagai acuan mengembangkan disain asuhan keperawatan
anak dengan mental disabilitas atau tuna grahita.

1.4.2.

Manfaat aplikatif
Penelitian ini akan memberikan hasil yang menjadi dasar dalam
pengembangan intervensi keperawatan anak yang berfokus pada stimulasi
tumbuh kembang anak, khususnya pada stimulasi tumbuh kembang anak
dengan mental disabilitas atau tuna grahita. Manfaat aplikatif lain dar

i
penelitian ini adalah memberikan pengetahuan bagi lembaga pelayanan
kesehatan dan sekolah khusus anak dengan tuna grahita untuk memahami
kemampuan dan kebutuhan melakukan perawatan diri pada anak tuna
grahita.
Universitas In
donesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
14

1.4.3.

Manfaat metodologi
Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pengembangan riset
keperawatan anak khususnya perawatan yang berfokus pada tumbuh
kembang anak. Studi ini menghasilkan pengetahuan tentang faktor-faktor
yang berhubungan dengan kemampuan anak dalam melakukan perawatan
diri secara mandiri khususnya pada anak dengan penyakit kronis atau
disabilitas baik fisik dan mental yang dapat berguna untuk penelitianpenelitian berikutnya.

Universitas Indo
nesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bab 2 terdiri dari tinjauan pustaka atau teori yang berkaitan dengan teori
perawatan diri atau Self- Care dari Orem, anak tuna grahita, pertumbuhan dan
perkembangan anak tuna grahita, serta kemampuan melakukan perawatan diri
serta faktor-faktor yang berhubungan dengan kemampuan perawatan diri pada
anak tuna grahita.
2.1. Perawatan Diri (Self-care) Berdasarkan Orem (2001)
Pada dasarnya semua manusia mempunyai kebutuhan untuk melakukan
perawatan diri dan mempunyai hak untuk memenuhi kebutuhan itu secara
mandiri, kecuali bila tidak mampu. Keperawatan mandiri (self care) menurut
Orem (2001) adalah kegiatan memenuhi kebutuhan dalam mempertahankan
kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan individu baik dalam keadaan sehat
maupun sakit yang dilakukan dan diprakarsai oleh individu itu sendiri.
Teori Defisit Perawatan Diri (Self Care Deficit) Orem dibentuk dari 3 (tiga
)
teori yang saling berhubungan yaitu :
1. Teori perawatan diri; menggambarkan dan menjelaskan tujuan dan cara
individu melakukan perawatan dirinya.
2. Teori defisit perawatan diri; menggambarkan dan menjelaskan keadaan
individu yang membutuhkan bantuan dalam melakukan perawatan diri,
salah satunya adalah dari tenaga keperawatan.
3. Teori sistem keperawatan (nursing system); menggambarkan dan
menjelaskan
hubungan interpersonal yang harus dilakukan dan
dipertahankan oleh seorang perawat agar dapat melakukan sesuatu
secara produktif.

14

Universitas I

ndonesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
15

Adapun penjelasan mengenai ketiga teori perawatan diri diatas adalah sebagai
berikut:
2.1.1.
Teori perawatan diri dari Orem terdiri dari:
1. Perawatan diri adalah tindakan yang diprakarsai oleh individu dan
diselenggarakan
berdasarkan
adanya
kepentingan

untuk
2.

mempertahankan hidup, fungsi tubuh yang sehat, perkembangan dan


kesejahteraan.
Agen perawatan diri (self care agency) adalah kemampuan yang
kompleks dari individu atau orang-orang yang telah dewasa (matur

3.

untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhannya yang ditujukan untuk


melakukan fungsi dan perkembangan tubuh. Dipengaruhi tingkat
perkembangan usia, pengalaman hidup, orientasi sosial kultural
tentang kesehatan dan sumber-sumber lain yang ada pada dirinya.
Kebutuhan perawatan diri terapeutik (therapeutic self care dema

nds)
adalah tindakan perawatan diri secara total yang dilakukan dalam
jangka waktu tertentu untuk memenuhi seluruh kebutuhan perawatan
diri individu melalui cara-cara tertentu seperti, pengaturan nil
ai-nilai
yang terkait dengan keadekuatan pemenuhan udara, cairan serta
pemenuhan elemen-elemen aktifitas yang dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut (upaya promosi, pencegahan, pemeliharan dan
penyediaan kebutuhan).
Model Perawatan diri Orem, menyebutkan ada beberapa kebutuhan
perawatan diri (self care requisite), yaitu:
a. Kebutuhan perawatan diri universal (Universal self care requisite)
Kebutuhan perawatan diri universal yang ada pada setiap manusia
dan
dihubungkan dengan proses kehidupan serta integritas struktur da
n
fungsi manusia. Kebutuhan perawatan diri universal yang dimaksud
adalah: 1) pemeliharaan pemasukkan udara yang adekuat, 2)
pemeliharaan pemasukkan cairan yang adekuat, 3) pemeliharaan
pemasukkan makanan yang adekuat, 4) pemeliharaan keseimbangan
antara aktivitas dan istirahat, 5) pemeliharaan proses eliminasi
, 6)
Universitas
Indonesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
16

pemeliharaan keseimbangan antara menyendiri dan interaksi sosial, 7)


pencegahan resiko bahaya pada kehidupan manusia, fungsi dan
kesejahteraan
manusia, 8) peningkatan perkembangan dalam
kelompok sosial sesuai dengan potensi, keterbatasan dan keinginan
manusia pada umumnya.
Kebutuhan universal merupakan kebutuhan dasar yang dijadikan
landasan untuk melakukan pengkajian dan menentukan masalah atau
diagnosis keperawatan.
b. Kebutuhan perawatan diri perkembangan (Developmental self

care requisite)
Kebutuhan yang dihubungkan dengan proses perkembangan, dapat
dipengaruhi oleh kondisi dan kejadian tertentu sehingga dapat berupa
tahapan-tahapan yang berbeda pada setiap individu, seperti perubahan
kondisi tubuh dan status sosial.
Kebutuhan perawatan diri sesuai tahap perkembangan yang dapat
terjadi pada manusia atau klien adalah: 1) penyedian kondisi-kondisi
yang mendukung proses perkembangan, 2) keterlibatan dalam
pengembangan
diri, 3) pencegahan terhadap
gangguan
yang
mengancam perkembangan.
c. Kebutuhan perawatan diri pada kondisi adanya penyimpangan
kesehatan (Health deviation self care requisite)
Kebutuhan ini dikaitkan dengan penyimpangan dalam aspek struktur
dan fungsi manusia. Seseorang yang sakit, terluka, mengalami kondisi
patologis tertentu, kecacatan dan ketidakmampuan atauseseorang yang
sedang menjalani pengobatan tetap membutuhkan perawatan diri.
Adapun kebutuhan perawatan diri pada kondisi penyimpangan
kesehatan, antara lain: 1) pencarian bantuan kesehatan; 2) kesadaran
akan resiko munculnya masalah akibat pengobatan atau perawatan
Universitas Indonesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
17

yang dijalani; 3) adanya modifikasi gambaran atau konsep diri; dan 4)


penyesuaian gaya hidup yang dapat mendukung perubahan status
kesehatan.
2.1.2.

Teori Defisit Perawatan Diri


Defisit perawatan diri merupakan hubungan antara kebutuhan perawatan
diri terapeutik dengan kekuatan agen perawatan diri yang tidak adekuat.
Kemampuan agen perawatan diri lebih kecil dibandingkan dengan
kebutuhan perawatan diri terapeutik sehingga kebutuhan akan perawatan
diri tidak terpenuhi. Kondisi ini menentukan adanya kebutuhan perawat
(nursing agency) melalui sistem keperawatan. Adapun kerangka
konseptual dari teori ini secara umum dapat digambarkan sebagai berikut

Perawatan
diri
Faktor kondisi

Faktor kondisi
H

H
H

Agen
perawatan

Kebutuhan
perawatan
<

diri

diri
Gangguan

Faktor kondisi

H
Agen
keperawatan

Skema 2.1. Kerangka kerja konseptual Orems Self-Care untuk keperawatan


. H=
Hubungan; < = hubungan dengan gangguan, saat ini atau yang akan da
tang.

Universitas I
ndonesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
18

Gambar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:


Perawatan diri adalah kemampuan individu untuk melakukan perawatan
diri. Perawatan diri dapat mengalami gangguan atau hambatan
seseorang jatuh pada kondisi sakit atau kondisi yang melelahkan seperti
stress fisik dan psikologik. Defisit perawatan diri terjadi bila agen
perawatan diri atau orang yang memberikan perawatan diri baik pada
diri sendiri maupun pada orang lain tidak dapat memenuhi kebutuhan
perawatan diri individu dan membutuhkan peran perawat dalam
memenuhi kebutuhan perawatan dirinya. Seorang perawat
melakukan kegiatan ini harus mempunyai pengetahuan tentang asuhan
keperawatan yang diberikan sehingga dapat mengambil suatu keputusan
yang tepat bagi klien.

bila

yang

1. Agen keperawatan
Agen keperawatan adalah
karakteristik seseorang yang mampu
memenuhi status perawat dalam kelompok-kelompok
sosial.
Tersedianya tenaga perawatan bagi individu laki-laki, wanita, dan
anak atau kumpulan manusia seperti keluarga atau komunitas.
Kelompok-kelompok sosial ini memerlukan perawat yang memiliki

kemampuan khusus sehingga dapat membantu mereka memberikan


perawatan yang akan menggantikan keterbatasan atau memberikan
bantuan
dalam mengatasi gangguan kesehatan dengan membina
hubungan antara perawat dan klien. Agen keperawatan ini juga
diharapkan dapat melatih dan mengembangkan kemandirian pada
klien.
2. Agen perawatan diri
Agen perawatan diri adalah kekuatan individu yang berhubungan
dengan kemampuan untuk melakukan perawatan diri. Keterbatasan
dalam melakukan perawatan diri (self care limitation) dapat terjadi
karena adanya gangguan atau masalah dalam sistem tubuh yang dapat
bersifat sementara atau menetap pada seseorang serta mempengaruhi

Universitas Indonesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
19

kemampuan individu dalam melakukan perawatan diri (McLaughlinRenpenning & Taylor, 2002).
3. Kebutuhan perawatan diri terapeutik
Kebutuhan akan perawatan diri

adalah keseluruhan upaya

-upaya
perawatan diri yang ditampilkan untuk menemukan syarat-syarat
perawatan mandiri dengan cara menggunakan metode-metode yang
tepat dan berhubungan dengan seperangkat teknologi terkini.
2.1.3.

Teori Sistem Keperawatan (Theory of Nursing System)


Menggambarkan kebutuhan klien/individu yang akan dipenuhi oleh
perawat,
klien/individu
itu sendiri
atau
kedua-duanya.
Sistem
keperawatan dirancang berupa sistem tindakan yang dilakukan oleh
perawat untuk melatih/meningkatkan kemampuan seseorang yang
mengalami keterbatasan dalam pemenuhan perawatan diri. Terdapat 3
(tiga) tingkatan/ kategori sistem keperawatan yang dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan perawatan diri klien/individu sebagai berikut:
1. Sistem perawatan diri dengan bantuan penuh (Wholly Compensatory
System): Dibutuhkan tindakan perawat secara total untuk pemenuhan
perawatan diri, menyediakan kebutuhan perawatan diri akibat
ketidakmampuan klien, mendukung dan melindungi klien. Pada
umumnya dibutuhkan untuk klien yang tidak mampu mengontrol dan
memantau
lingkungannya
serta
tidak
berespon
terhadap
rangsangan/stimulus eksternal.
2. Sistem
perawatan
diri dengan
bantuan
sebagian
(Partially
Compensatory
System): Sebagian tindakan pemenuhan dilakukan
oleh perawat dan sebagian lagi oleh klien sendiri. Tindakan yang
dilakukan perawat berupa pengkajian penentuan kebutuhan perawatan
diri klien, menyediakan kebutuhan perawatan diri akibat keterbatas
an

klien dan membantu klien sesuai yang dibutuhkan. Dan tindakan


klien dalam pemenuhan kebutuhannya adalah menggunakan agen
perawatan diri,
menerima perawatan dan berpartisipasi minimal

Universitas
Indonesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
20

dalam perawatan diri. Hal ini dapat dilakukan pada klien dengan
keterbatasan gerak atau kelemahan motorik.
3. Sistem
dukungan-pendidikan
(Supportive
Educative
Tindakan perawat hanya merencanakan pelatihan dan mendukung
perkembangan sesuai dengan kondisi individu, sedangkan kebutuhan
perawatan diri mampu dilakukan oleh klien secara mandiri.

Melakukan beberapa tindakan


perawatan diri
Tindakan

System):

Tindakan
klien

Mengatur agen perawatan diri


Perawat
Menerima asuhan dan bantuan
dari perawat
Tindakan

Menyelesaikan perawatan diri


terapeutik untuk klien
Kompensasi terhadap

Perawat
ketidakmampuan klien terlibat
dalam perawatan diri
Dukung dan lindungi klien
Melakukan beberapa tindakan
perawatan diri

Tinda

kan
Mengatur agen perawatan diri
klien
Menerima asuhan dan batuan
dari perawat

SISTEM DUKUNGAN-PENDIDIKAN
Menyelesaikan masalah
perawatan diri

Tinda

kan
klien
Mengatur

latihan

dan

Tindakan
Perawat

perkembangan
perawatan diri

kemampuan

Skema 2.2 Sistem Keperawatan Dasar (Orem D.E, 2001)

Universitas Indonesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
21

Manusia menurut Orem adalah individu yang merupakan integrasi


keseluruhan fisik baik fisik
internal, psikologis dan sosial dengan
berbagai variasi tingkat kemampuan perawatan mandiri. Kemampuan
perawatan diri merupakan refleksi untuk mengkaji kebutuhan dan pilihan
yang teliti untuk memenuhi kebutuhan. Orem mendefinisikan sehat
sebagai suatu kondisi ketika keseluruhan struktur dan fungsi saling
terintegrasi dengan baik. Hal ini memungkinkan manusia mampu
menghubungkan berbagai macam mekanisme secara psikologis,
fisiologis, serta melakukan interaksi dengan orang lain. Dan lingkungan
yang meliputi unsur-unsur di dalam lingkungan, kondisi eksternal
lingkungan serta perkembangan lingkungan.
Menurut Orem, keperawatan adalah suatu seni, pelayanan, bantuan dan
teknologi. Tujuan keperawatan adalah membuat klien dan keluarga
mampu melakukan perawatan sendiri yang diantaranya dengan
mempertahankan kesehatan, mencapai kondisi normal ketika terjadi
kecelakaan
atau
bahaya,
serta mengontrol,
menstabilisasi
meminimalisasi efek dari penyakit/kondisi yang kronis atau kondisi
ketidakmampuan. Tindakan perawatan yang sengaja dipilih adalah
kegiatan atau tindakan perawatan yang dapat dilakukan untuk membantu
individu, keluarga dan kelompok masyarakat dalam mempertahankan
kemampuan perawatan diri yang mencakup integritas struktural, fungsi
dan perkembangan.

dan

Berdasarkan keyakinan atas empat konsep yaitu manusia, sehat,


lingkungan dan keperawatan, Orem mengembangkan konsep modelnya
sehingga dapat diaplikasikan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
Tindakan keperawatan menurut Orem dapat dilakukan melalui metode
bantuan, antara lain berupa: 1) bertindak atau melakukan untuk orang
lain; 2) mengarahkan orang lain; 3) mendukung secara fisik dan
psikologis; 4)
memelihara
lingkungan
yang
dapat mendukung
perkembangan individu, dan 5) mengajarkan orang lain.
Universitas Indonesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011

22

2.2. Anak Tuna Grahita


2.2.1. Definisi Tuna Grahita
Tuna grahita merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut anak atau
orang yang memiliki kemampuan intelektual di bawah rata-rata atau dapat
juga disebut dengan retardasi mental. Tuna grahita ditandai dengan adanya
keterbatasan intelektual dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial
(Sandra, 2010). Menurut American Association on Mental Deficiency
(AAMD) dalam BP3PTKSM mendefinisikan tuna grahita sebagai kelainan
yang meliputi fungsi intelektual umum yang berada di bawah rata-rata
(sub-average) yaitu IQ 84 ke bawah berdasarkan tes, muncul sebelum usia
18 tahun, dan menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif.
Dapat disimpulkan bahwa anak tuna grahita adalah anak yang memiliki
kemampuan intelektual di bawah rata-rata (IQ 84 ke bawah) berdasarkan
tes dan mengalami hambatan dalam interaksi sosial dan perilaku adaptif
yang muncul sebelum anak berusia 18 tahun.
2.2.2. Penyebab retardasi mental atau tuna grahita menurut Sandra (2010), antara
lain adalah:
1. Infeksi dan/atau Intoksikasi
Adalah keadaan retardasi mental karena adanya kerusakan jaringan
otak akibat adanya infeksi intracranial, penggunaan obat-obatan, atau
zat toksik lainnya.
2. Masalah Pre-natal
Keadaan retardasi mental yang timbul akibat adanya masalah
kesehatan sebelum bayi dilahirkan. Termasuk didalamnya adalah
anomali kranial primer (misalnya: hidrosefalus, mikrosefali) atau defe
k
kongenital yang tidak diketahui penyebabnya. Dapat juga akibat
terpapar sinar X atau radiasi, penggunaan alat kontrasepsi, atau usaha
melakukan aborsi saat ibu mengandung/hamil.

Universitas Indon
esia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
23

3. Masalah Post-natal
Retardasi mental yang disebabkan oleh adanya neoplasma dan
beberapa reaksi sel-sel otak yang nyata, tapi belum diketahui
penyebabnya (diduga bersifat herediter). Reaksi sel-sel otak ini dapat
bersifat degeneratif, infiltratif, peradangan, proliferatif, sklerotik atau
reparatif. Salah satu penyebab retardasi mental saat post-natal adalah
kelahiran bayi sebelum waktunya atau prematuritas.
4. Gangguan metabolisme

Semua keadaan retardasi mental yang disebabkan oleh gangguan


metabolism, baik metabolism lemak, karbohidrat, dan protein yang
dapat mengganggu proses penyerapan zat-zat gizi di dalam tubuh.
Termasuk diantaranya adalah kurang gizi dan nutrisi pertumbuhan.
Gangguan gizi berat dan berlangsung sebelum anak berusia 4 tahun
sangat mempengaruhi perkembangan otak dan dapat mengakibatkan
retardasi mental. Keadaan ini dapat diperbaiki dengan memperbaiki
asupan gizi sebelum anak berusia 6 tahun. Sesudah usia 6 tahun,
biarpun anak diberikan makanan yang kaya akan gizi, tetap akan sulit
meningkatkan tingkat intelegensi yang rendah akibat kekurangan gizi
sebelumnya.
5. Kelainan kromosom
Retardasi mental yang diakibatkan kelainan kromosom, baik dalam
jumlah atau bentuk kromosom, misalnya Down Syndrome (DS),
Sindrom Klinefelter dan Turner.
6. Gangguan jiwa berat
Untuk membuat diagnosis ini, harus jelas telah terjadi gangguan jiwa
yang berat dan tidak terdapat tanda-tanda patologi otak.
7. Deprivasi psikososial
Retardasi mental yang disebabkan oleh faktor-faktor biomedis atau
sosial budaya.

Universitas Indonesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
24

2.2.3.

Karakteristik anak tuna grahita (Sandra, 2010), yaitu:


1. Keterbatasan intelektualitas/ inteligensi
Adalah kemampuan belajar anak sangat kurang, khususnya yang
bersifat abstrak, seperti membaca, menulis, dan berhitung. Anak
grahita sering tidak mengerti apa yang sedang dipelajari atau
cenderung belajar dengan meniru/membeo.
2. Keterbatasan sosial
Anak tuna grahita mengalami kesulitan dalam melakukan perawatan
diri dan dalam hidup bermasyarakat. Anak tuna grahita cenderung
berteman dengan anak yang lebih muda usianya, memiliki
ketergantungan terhadap orang tua yang sangat besar, dan tidak
mampu memikul tanggung jawab sosial dengan bijaksana, sehingga
memerlukan bimbingan dan dibantu. Mereka juga cenderung mudah
dipengaruhi dan melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibat dari
perbuatan tersebut.
3. Keterbatasan fungsi sosial lainnya
Anak tuna grahita memerlukan waktu yang lebih lama dalam bereaksi
pada situasi baru dikenalnya. Namun, mereka memperlihatkan reaksi
terbaiknya bila mengerjakan hal-hal yang rutin dan secara konsisten.
Anak tuna grahita tidak dapat menghadapi suatu kegiatan atau tugas
dalam jangka waktu yang lama. Anak tuna grahita juga memiliki
keterbatasan dalam penguasaan bahasa, namun bukan kerusakan
artikulasi. Hal ini disebabkan oleh kurang berfungsinya pusat
pengolahan pengindraan kata pada anak tuna grahita. Mereka
membutuhkan kata-kata konkret yang sering didengarnya. Latihan

sederhana seperti mengejakan kata atau konsep-konsep memerlukan


pendekatan yang lebih intensif dan konkret dengan menggunakan
kata-kata yang lebih sederhana dan mudah dipahami, misalnya
panjang dan pendek.

Universitas Indo
nesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
25

2.2.4.

Tuna grahita dikelompokkan berdasarkan pada beratnya gangguan atau


disabilitas pada anak tuna grahita (Semiun, 2006), yaitu:
1. Tuna Grahita Ringan (Debil)
Anak tunagrahita ringan pada memiliki wajah atau kondisi fisik yang
tidak berbeda dengan anak normal lainnya,
namun merek

a
mempunyai IQ pada kisaran 50-70. Mereka juga termasuk kelompok
mampu didik, mereka masih bisa dididik (diajarkan) membaca,
menulis dan berhitung, anak tunagrahita ringan biasanya bisa
menyelesaikan pendidikan setingkat kelas IV SD Umum.
Diagnosis retardasi mental biasanya ditetapkan sebagai klasifikasi
Moron. Anak-anak Moron memiliki IQ 51-69 dan usia mental
berkisar antara 6 atau 7 sampai 11 tahun dan menunjukkan sedikit
kelainan fisik. Melalui latihan oleh orang-orang yang cakap dan
penuh kasih sayang, mereka dapat mencapai kelas V atau VI Sekolah
Dasar.
Tanda-tanda kelemahan mental telah dapat terlihat pada usia anak
mencapai periode prasekolah. Kriteria sosial dan emosional
merupakan faktor-faktor yang menentukan dalam klasifikasi ini. Anak
tuna grahita tipe ini tidak memiliki kemampuan untuk mengontrol
diri, melakukan koordinasi, dan adaptasi yang wajar. Mereka dapat
diajarkan beberapa ketrampilan tangan dan perawatan diri sendiri.
Tetapi, mereka tidak dapat bersaing dengan orang-orang normal
terutama dalam mendapatkan mata pencaharian. Walaupun demikian,
mereka dapat mandiri di bidang ekonomi, menikah, dan menunjang
keluarga mereka kelak ketika mereka dewasa. Anak tuna grahita tipe
Moron memerlukan perlindungan khusus dalam masyarakat karena
terbatas dalam penalaran dan kemampuan berpikir untuk mengatur
atau mengurus masalah mereka. Menurut pembagian secara klinis,
Moron dibagi atas dua tipe, yaitu:

Universitas Indo
nesia

Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011


26

a.Tipe Stabil
Anak tuna grahita tipe stabil mempunyai minat dan perhatian
terhadap lingkungannya. Pada umumnya anak tuna grahita dengan
tipe stabil adalah anak yang rajin, bertingkah laku baik, dan tidak
banyak menimbulkan kesulitan. Mereka mempunyai mental yang
seimbang dan mengalami kemajuan prestasi di sekolah. Mereka
juga dapat dilatih untuk melakukan beberapa tugas tertentu, seperti
mencuci piring, berkebun, atau kegiatan rumah tangga lainnya.
b. Tipe tidak stabil
Anak tuna grahita tipe tidak stabil cenderung sangat ribut, kurang
mampu mengontrol diri sendiri, selalu gelisah, dan sangat aktif
bergerak. Mereka selalu berbicara dan melakukan kebiasaan
tertentu yang tidak terkoordinasi, seperti menggerakkan kepala,
tangan, atau badannya secara berulang-ulang. Anak tuna grahita
tipe ini sangat emosional dan selalu ketakutan, khususnya pada
malam hari, sehingga sering menjerit-jerit atau menangis. Secara
emosi, anak tuna grahita tipe ini mudah sekali marah dan sangat
keras kepala, tetapi kadang-kadang juga sangat pendiam. Mereka
sering dihinggapi fantasi-fantasi, selalu dibayangi oleh kesedihan,
selalu mengeluh, dan selalu merasa tidak puas. Mereka memiliki
egosentrisme yang kuat dan sering mengalami frustasi bila
keinginannya dihalangi. Secara insting, tipe ini lebih kuat daripada
kelompok imbisil, tetapi juga sangat membutuhkan hubungan
pribadi dengan seseorang. Bila mereka tidak mengerti suatu hal,
maka mereka menjadi apatis dan frustasi serta ketakutan dan
mudah putus asa. Mereka juga memiliki seksualitas yang kuat dan
cenderung bersikap agresif, sehingga memerlukan pengawasan dan
pengarahan dalam pergaulan sehari-hari.

Universitas Indonesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
27

2. Tuna Grahita Sedang (Imbisil)


Anak tunagrahita sedang termasuk kelompok latih. Wajah atau
kondisi fisiknya sudah dapat terlihat, tetapi ada sebagian anak tuna
grahita sedang yang mempunyai fisik normal. Kelompok ini
mempunyai IQ antara 30 50.
Mereka biasanya menyelesaikan
pendidikan setingkat kelas II SD Umum.
Anak imbisil dapat belajar bicara dan menyampaikan kebutuhankebutuhan dasarnya, tetapi tidak dapat belajar membaca dan menulis.
Mereka dapat melindungi dirinya sendiri dan dapat dilatih untuk
melakukan pekerjaaan sederhana yang konkret, misalnya makan dan

minum sendiri, berpakaian, mencuci piring atau baju. Anak tuna


grahita tipe imbesil mempunyai gerakan yang lamban dan tidak stabil,
ekspresi wajah tampak kosong, dan mempunyai daya tahan tubuh
yang lemah terhadap penyakit. Banyak anak tipe ini menderita
penyakit epilepsy, demikian juga dengan pertumbuhan fisik yang
lebih lambat sehingga ukuran tinggi dan berat badan yang selalu di
bawah normal untuk anak seusianya. Pertumbuhan mental jarang
sekali melewati usia kronologis 12 tahun. Mereka tidak bisa belajar di
sekolah konvensional dan sangat tergantung pada orang tua atau
keluarga.
3. Tuna Grahita Berat (Idiot)
Kelompok ini termasuk yang sangat rendah intelegensinya sehingga
tidak mampu menerima pendidikan secara akademis. Anak tuna
grahita berat termasuk kelompok mampu rawat, IQ mereka rata-rata
30 ke bawah dan berusia mental 0-3 tahun. Dalam kegiatan seharihari mereka membutuhkan bantuan orang lain.
Anak tuna grahita tipe Idiot biasanya tidak dapat melampaui usia
kronologis 8 atau 9 tahun dalam pertumbuhan mentalnya. Karena
tingkat intelektualnya yang sangat rendah, maka mereka harus dijaga
Universitas Indonesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
28

meskipun telah berusia dewasa dan pada umumnya tidak mampu


menjaga dirinya sendiri terhadap bahaya yang datang dari luar
dirinya. Mereka sama sekali tidak dapat belajar membaca atau
menulis, dan sering berbicara seperti bayi. Tetapi, inteligensi
sosialnya sedikit lebih tinggi dibandingkan inteligensi abstraknya,
sehingga memungkinkan untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegitan
yang telah direncanakan. Namun, mereka tetap membutuhkan
pengawasan dalam segala bidang kehidupan. Idiot dibagi menjadi dua
macam, yaitu:
a. Idiot Partial
Ada beberapa karakteristik yang khas pada kelompok ini. Mereka
biasanya masih memiliki perasaan primitif, seperti rasa lapar dan
haus. Namun, ada diantara kelompok ini yang sangat rakus dan
tidak dapat membedakan rasa, sehingga memakan barang-barang
yang kotor, seperti rambut, kain, kayu, tanah, atau air kencingnya
sendiri. Mereka mengalami kerusakan mental yang ekstrem, tidak
mampu menangani stimulus, dan tidak memiliki ingatan yang baik.
Seringkali mereka harus dimandikan, diberi pakaian, dan disuapi
makanan layaknya seorang bayi. Mereka sulit dilatih untuk
menjaga
kebersihan
dirinya dan
seringkali tidak
mampu
menyampaikan keinginan untuk melakukan buang air besar atau
mengompol. Kadang-kadang mengeluarkan suara seperti binatang
(ringkikan, dengusan), berteriak-teriak, atau melengking.
Anak tipe ini ada yang bersikap lembut dan tenang serta tidak mau

menyerang, tetapi ada juga yang emosinya kuat, bernafsu, dan suka
menyerang. Bahkan bersifat desktruktif atau kejam terhadap
binatang. Gerakan-gerakan tubuh anak tipe ini bervariasi, ada yang
apatis dan diam saja, tetapi ada juga yang sangat aktif serta suka
berlari-lari. Semua gerakan tersebut adalah gerakan yang tidak
terkontrol dan tidak terkoordinasi. Idiot partial ini disebabkan oleh
penyakit-penyakit
hidrosefalus,
mikrogria,
atrofi
lokal
Universitas Indonesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
29

(kemunduran fungsi secara lokal), kelainan saraf pusat, dan hampir


50% disebabkan oleh epilepsi, tremor, dan athetosis.
b. Idiot Absolut (Komplet)
Anak dari tipe ini tidak mempunyai kemampuan belajar sama
sekali dan mengalami degenerasi secara total. Usia mentalnya
seperti anak usia 2,5 tahun. Hidupnya sangat tergantung pada
orang lain, tidak dapat berbicara dan tidak dapat membedakan
instingnya. Ada gerakan-gerakan otot tapi tidak terkoordinasi.
Mempunyai mata dan telinga tetapi tidak melihat dan tidak dapat
mendengar.
Tingkat
kesadaran
terhadap
lingkungan
dan
intelektualitas yang rendah, serta tidak memiliki perasaaan suka
atau duka. Anak tipe ini tidak dapat dilatih untuk melalukan
sesuatu pun dan tidak dapat menolong dirinya sendiri. Kebanyakan
dari mereka hanya tertelentang saja di tempat tidur, tidur melingkar
di pojok seperti hidup di dalam kandungan ibunya. Banyak anak
dari tipe idiot komplet meninggal dalam usia muda.
Berdasarkan tipe klinis retardasi mental (RM), para ahli klinis
menggunakan empat kategori retardasi mental berdasarkan nilai tes
inteligensinya, yaitu: ringan, sedang, berat, dan sangat berat.
Tabel 2.1
Tingkat Retardasi Mental Berdasarkan Tes Inteligensi
Tingkat
Deskripsi
Perkiraan
Persentase
Retardasi
Pendidikan Rentang IQ
dari
Mental
yang Setara
Populasi
Retardasi
Mampu
50-70
2,7
mental ringan
didik
Retardasi
Mampu
35-54
0,2
mental sedang
latih
Retardasi
Mampu latih
20-39
0,1
mental berat
(tergantung)
Retardasi
Sangat
< 20
0,05
mental sangat
tergantung
berat
Sumber: Disadur dari DSM-IV TR, dalam Gunarsa (2004).

Persentase
dari Individu
Retardasi
89
6
3-4
1-2

Universitas Indonesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
30

Tabel. 2.2
Tingkat Retardasi Mental dan Tingkah Laku Adaptif
Tingkat
Retardasi
Mental
Ringan

Sedang

Berat

Sangat

Sumber:

Usia Sekolah (6-21 tahun)

Anak RM usia sekolah dapat mempelajari ketrampilanketrampilan akademis sampai kira-kira kelas VI SD pada
usia mereka yang sudah belasan tahun. Tetapi, mereka
tidak dapat mempelajari bahan belajar Sekolah
Menengah Umum (SMU) dan membutuhkan pendidikan
khusus, terutama pada tingkat usia sekolah menengah.
Anak RM pada tingkat ini dapat mempelajari
ketrampilan-ketrampilan akademis fungsional sampai
kira-kira Kelas VI SD pada usia akhir belasan tahun,
pendidikan khusus dibutuhkan.
Pada tingkat RM berat, anak dapat berbicara atau belajar
berkomunikasi, dan dapat dilatih kebiasaan-kebiasaan
pemeliharaan kesehatan yang dasar. Mereka tidak dapat
mempelajari
ketrampilan-ketrampilan
akademis
fungsional, tetapi mereka dapat dilatih kebiasaankebiasaan yang bersifat sistematis.
berat
Kemampuan motorik berkembang dengan baik pada
anak RM tingkat ini, tetapi sangat sulit untuk dilatih
ketrampilan-ketrampilan dasar untuk membantu dirinya
sendiri. Mereka membutuhkan bantuan penuh dalam
perawatan diri.
Kendall & Hammen, 1998, pp. 502, dalam Semiun (2006).

Kriteria diagnosis retardasi mental menurut DSM-IV-TR adalah


sebagai berikut:
a. Fungsi intelektual yang secara signifikan di bawah rata-rata atau
IQ kira-kira 70 atau di bawahnya pada anak yang dilakukan tes
IQ.
Tingkat kecerdasan atau intelegensia bukanlah satu-satunya
karakteristik, melainkan harus dinilai berdasarkan sejumlah besar
ketrampilan spesifik yang berbeda. Penilaian tingkat kecerdasan
harus berdasarkan semua informasi yang tersedia, termasuk
temuan klinis, perilaku adaptif, dan hasil tes psikometrik. Untuk
diagnosis pasti, harus ada penurunan tingkat kecerdasan yang
mengakibatkan berkurangnya kemampuan adaptasi terhadap
tuntutan dari lingkungan sosial sehari-hari.

Universitas Indonesia

Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011


31

b. Gangguan terhadap fungsi adaptif paling sedikit berjumlah dua,


misalnya komunikasi,kemampuan menolong diri sendiri atau
perawatan diri, berumah tangga, sosial, pendidikan, pekerjaan,
kesehatan dan keamanan.
Pada pemeriksaan fisik anak dengan retardasi mental dapat
dengan mudah dikenali, misalnya mikrosefali, hidrosefali,
mongoloid, hipertelorisme, lidah menjulur keluar, gangguan
pertumbuhan gigi, dan ekspresi wajah tampak tumpul.
c. Muncul sebelum usia 18 tahun.
2.1.4. Pendidikan untuk anak tuna grahita
Berdasarkan program pendidikan Sekolah Luar Biasa (SLB) untuk anak
berkebutuhan khusus, klasifikasi tuna grahita yang berada di sekolah
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Sekolah luar biasa untuk anak tuna grahita mampu didik (educable)
disebut SLB bagian C yang meliputi:
a. Pendidikan tingkat persiapan yang berlangsung selama 2 tahun,
yaitu kelas P1 sampai dengan kelas P2.
b. Pendidikan tingkat dasar yang berlangsung selama 6 tahun, yaitu
kelas D1 sampai dengan kelas D6.
c. Pendidikan tingkat lanjutan yang berlangsung selama 4 tahun,
yaitu kelas L1 sampai dengan L4.
2. Sekolah luar biasa untuk anak tuna grahita mampu latih (trainable)
disebut SLB bagian C1 yang meliputi:
a. Pendidikan kelompok I, II, III sebagai tingkat persiapan dan untuk
tingkat dasar yang berlangsung selama 6 tahun.
b. Pendidikan kelompok IV, V, VI sebagai tingkat dasar dan lanjutan
yang berlangsung selama 6 tahun.

Universitas Indon
esia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
32

2.3. Tumbuh Kembang Anak Tuna Grahita Usia Sekolah


Periode masa kanak-kanak pertengahan sering disebut dengan periode usia
sekolah, yang dimulai dengan masuknya anak ke lingkungan sekolah yang
memiliki dampak signifikan dalam perkembangan dan hubungan anak
dengan
orang
lain.
Anak
mulai
bergabung
dengan
eman
seusianya,mempelajari budaya masa kanak-kanak, dan bergabung ke dalam
kelompok sebaya, yang menjadi hubungan dekat pertama di luar kelompok
keluarga. Secara normal tumbuh kembang anak usia sekolah dalam Wong et

al. (2009) adalah sebagai berikut:


1. Perkembangan biologis
Pertambahan berat badan dan tinggi badan berjalan lambat. Penambahan
berat badan 2-4 kg per tahun dengan berat badan rata-rata 21-40 kg.
Terjadi
kematangan
system
organ
tubuh,
seperti
lam
bung,
kardiovaskuler, imunitas, dan musculoskeletal. Mampu berdiri tegak
dengan gerakan yang lebih sempurna. Perkembangan motorik kasar
terjadi pada usia 7-10 tahun, aktifitas motorik kasar berada di bawah
kendali ketrampilan kognitif dan kesadaran secara bertahap terjadi
peningkatan irama, kehalusan, dan keanggunan gerakan otot. Mengalami
minat dalam penyempurnaan fisik, daya ingat meningkat. Pada usia 1012 tahun terjadi peningkatan energi, peningkatan kendali arah dan
kemampuan fisik. Sedangkan perkembangan motorik halus, terjadi
peningkatan
ketrampilan
motorik halus karena
meningkatn
ya
meilinisasi system saraf. Mulai menunjukkan perbaikan keseimbangan
dan koordinasi mata dan tangan, dapat menulis dan mengucapkan katakata pada usia 8 tahun, kemampuan motorik halus seperti orang dewasa
pada usia 12 tahun, dan mampu mengungkapkan ketrampilan individu
seperti menjahit atau bermainalat musik.
2. Perkembangan psikososial (Eriksson)
Masa pertengahan kanak-kanak merupakan periode laten antara fase
oedipal dengan fase erotism pada remaja. Sense of industry dapat
berkembang bila didukung motivasi dari dalam dan luar. Hal tersebut
berhubungan dengan peningkatan kemampuan anak dalam menguasai
Universitas Indon
esia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
33

ketrampilan-ketrampilan baru dan menerima tanggung jawab baru. Anak


akan merasa puas bila mengeksplorasi dan memanipulasi lingkungan
dan teman-temannya. Anak dapat mulai bekerja sama dengan orang lain,
mulai menyukai pencapaian yang nyata, mengetahui tugasnya dan
merasa puas bila mampu menyelesaikannya.
3. Perkembangan kognitif (Piaget)
Mulai terjadi periode concrete-operational pada anak berusia 7-11
tahun. Anak mulai memiliki kemampuan untuk menghubung-hubungkan
kejadian dan mengungkapkan secara verbal simbol-simbol dalam
kepercayaan. Anak memiliki kemampuan berfikir terhadap kejadian dan
tindakan, menguasai ketrampilan kognitif dengan cepat dan mengalami
kemajuan dalam membuat penilaian berdasarkan apa yang mereka lihat.
Kemampuan kognitif utama anak usia sekolah adalah menguasai konsep
konservasi, mengklasifikasi, dan mampu membaca.
4. Perkembangan bahasa
Anak usia sekolah mulai menguasi kemampuan linguistik. Anak mulai
belajar tentang tata bahasa yang benar dan lebih kompleks sehingga
mereka bisa membenarkan jika ada hal-hal yang salah. Kemampuan
kata-kata juga dimiliki pada anak usia sekolah termasuk kata sifat, kata
keterangan, kata penghubung, kata depan, dan kata abstrak. Mereka telah
mampu memakai kalimat majemuk dan gabungan, mulai mengerti
tentang perubahan makna dan bahasa.

5. Perkembangan psikoseksual (Freud)


Pada usia 7 tahun minat terhadap seksualitas berkurang, namun mulai
berkembang perhatian terhadap lawan jenis. Pada usia 8 tahun, anak
mulai kembali perhatian terhadap seksualitas, suka mengintip,
mendengar dan menceritakan cerita terkait seksualitas, ingin mengetahui
informasi tentang kelahiran dan hubungan seksual. Anak perempuan
mengalami peningkatan perhatian terhadap menstruasi. Pada usia 9
tahun, anak mulai senang berdiskusi dengan teman sebaya, memisahkan
jenis kelamin dalam permainan dan aktifitas.

Universitas Indonesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
34

6. Perkembangan moral (Kohlberg)


Anak mengalami perubahan egosentries ke pola berfikir logis dan mulai
mengalami perkembangan nurani serta standar moral. Pengertian
moralitas anak ditentukan oleh aturan-aturan dan tata tertib dari luar,
seperti keluarga. sekolah dan lingkungan masyarakat. Hubungan dan
kontak sosial anak dengan figur orang deawasa yang memegang otoritas
mempengaruhi pengertian benar-salah pada anak. Sumber stress pada
anak usia sekolah adalah harapan orang tua dan guru yang terlalu tinggi,
persaingan dengan teman sebaya, rasa malu, agresi, idola, persahabatan,
kritikan terhadap diri sendiri, kekuasaan orang tua, kesepian,
pemberontakan, kematangan organ seks dan masalah seks yang
menekan. Tanda-tanda stress pada anak, antara lain: nyeri lambung, sakit
kepala, insomnia, mengompol, perubahan pola makan, agresif, dan
malas berpartisipasi.
7. Perkembangan sosial
Anak merasa nyaman bila bersama orang tua dan keluarga, merasa lebih
percaya diri, emosi berkurang dan lebih dapat menilai segala sesuatunya
secara realistik. Banyak menggunakan energi untuk mengeksplorasi
lingkungan, meningkatkan hubungan interpersonal, meningkatkan
pemahaman dan memuaskan keingintahuan tentang dunia. Pengaruh
teman sebaya dapat mendorong mereka untuk lebih mandiri. Dorongan
dari peer-group memberikan rasa aman pada mereka untuk mendukung
perkembangan kemandiriannya.
Berdasarkan penelitian Emck et al. (2009), anak dengan gangguan
perkembangan baik mental, emosional, dan perilaku akan mengalami atau
memperlihatkan kemampuan motorik kasar yang buruk dan mengalami
masalah dalam persepsi diri terkait dengan kemampuan motoriknya sesuai
dengan indikasi dan spesifik karakteristik gangguan perkembangan yang
dialami anak. Pada anak dengan gangguan perkembangan emosional, tidak
mampu dan bermasalah dalam keseimbangan dan persepsi diri terhadap
kemampuan motoriknya, anak dengan gangguan perilaku memperlihatkan
Universitas Indonesia

Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011


35

kemampuan dengan bola yang kurang dan cenderung berlebihan dalam


menilai kemampuan motoriknya. Sedangkan anak dengan gangguan
perkembangan pervasif (contoh: autisme) memperlihatkan kemampuan
motorik yang buruk dan tidak mampu menilai kemampuan motorik yang
dimiliki.
Anak tuna grahita usia sekolah adalah anak dengan kemampuan intelektual
di bawah rata-rata yang ditandai dengan keterbatasan kemampuan
intelegensia dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial yang berada di
sekolah baik sekolah umum (inklusi) maupun sekolah khusus. Ciri-ciri anak
tuna grahita secara fisik dalam Sandra (2010), antara lain 1) penampilan
fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/besar; 2) pada masa
pertumbuhannya tidak mampu mengurus dirinya sendiri; 3) terlambat dalam
perkembangan bicara dan bahasa; 4) tidak perhatian terhadap lingkungan; 5)
koordinasi gerakan kurang; 6) hipersalivasi.
Sama seperti anak-anak usia sekolah lainnya, anak tuna grahita yang telah
memasuki usia sekolah juga mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan
yang layak. Ada beberapa prinsip dalam memberikan pendidikan bagi anak
tuna grahita, diantaranya adalah:
a. Prinsip kasih sayang
Tuna grahita merupakan kekurangan anak untuk dapat belajar dengan
baik dan sulit untuk menangkap apa saja yang telah diajarkan. Untuk
mengajarkan sesuatu pada anak tuna grahita diperlukan kasih sayang
yang mendalam dan kesabaran yang besar dari orang tua, guru, ataupun
orang-orang di sekitarnya. Orang tua dan guru sebaiknya menggunakan
bahasa yang lembut, sabar,murah senyum dan memberikan contoh
perilaku yang baik agar anak tertarik mencoba dan berusaha
mempelajarinya meski dengan keterbatasan pemahamannya.
b. Prinsip keperagaan
Kelemahan yang menjadi halangan bagi anak tuna grahita adalah
kemampuan berfikir abstrak. Mereka mengalami kesulitan dalam
Universitas Indonesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
36

membayangkan sesuatu. Anak tuna grahita lebih tertarik perhatiannya


pada pembelajaran yang menggunakan benda-benda konkret yang terlihat
nyata dan jelas.

Salah satu bidang pembelajaran yang penting untuk anak tuna grahita
untuk dikaji adalah psikomotorik. Tujuan proses pembelajaran ini adalah
untuk meningkatkan kompetensi dan koordinasi, kekuatan, kecepatan,

ketangkasan, keseimbangan, masalah gerak, dan sikap anak tuna grahita.


Kekuatan berhubungan dengan kemampuan untuk memegang suatu benda
dan kapasitas mengeluarkan tenaga, ketangkasan berhubungan dengan
koordinasi atau menangkap suatu objek. Kesadaran terkait dengan adanya
gerak dan koordinasi merupakan unsur yang menjadi perhatian dalam
pengembangan psikomotorik bagi anak dengan kebutuhan khusus,
terutama anak tuna grahita. Ketrampilan bagi anak tuna grahita atau anak
dengan kebutuhan khusus lainnya adalah bekal yang cukup penting bagi
mereka. Adanya bekal ketrampilan tersebut, mereka dapat bersaing dengan
anak-anak normal lainnya dan membuat keberadaan mereka diakui oleh
lingkungan sekitar dan keluarganya. Namun, untuk memandirikan anak
tuna grahita bukanlah hal yang sederhana. Hal yang perlu diperhatikan
adalah dengan memberi kesempatan anak tersebut melakukan segala
sesuatu (yang tidak berbahaya) sendiri. Salah satu caranya adalah dengan
mengajarkan kemampuan merawat diri.
Perilaku perawatan diri pada seorang anak dapat dipelajari dan
dipengaruhi oleh lingkungan, budaya, dan nilai-nilai yang berada di sekitar
anak. Oleh sebab itu, peran orang tua dan guru di sekolah menjadi sangat
penting karena rumah dan sekolah adalah tempat yang tepat bagi anak
untuk belajar ketrampilan merawat diri sejak usia dini (Jaimovich et al.,
2009). Dengan
demikian,
anak
belajar cara
melindungi
dan
mengembangkan potensi dalam dirinya, yang pada akhirnya akan

Universitas Indonesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
37

bermanfaat dalam mempertahankan dirinya dari segala kemungkinankemungkinan yang akan datang (Sandra, 2010).
2.4. Kemampuan Perawatan Diri Pada Anak Tuna Grahita
Kemampuan bina diri (bantu diri) atau dikenal dengan kemampuan
perawatan diri pada anak normal biasanya muncul bersamaan dengan
bertambahnya usia dan kemajuan tahapan perkembangan anak. Orang tua
dengan anak normal biasanya tidak perlu mengajarkan secara khusus pada
anak tentang perawatan diri. Anak-anak normal akan langsung meniru
kegiatan-kegiatan yang dikerjakan oleh orang dewasa disekitarnya termasuk
diantaranya adalah kegiatan perawatan diri. Pada anak normal kemampuan
perawatan diri / bina diri sudah bisa ditunjukkan pada usia 5 tahun. Pada
usia tersebut, anak-anak sudah mampu untuk makan menggunakan sendok
dan garpu sendiri, dapat memakai dan melepas pakaiannya sendiri, berhenti
mengompol dan mampu mencuci muka dan mengeringkannya secara
mandiri (Meadow & Simon, 2005).
Menurut Hayati (2003), kemampuan bina diri adalah kecakapan atau
ketrampilan diri untuk mengurus atau menolong diri sendiri dalam
kehidupan sehari-hari sehingga tidak tergantung dengan orang lain.

Beberapa istilah yang sering digunakan yaitu self care, self help dan activi
ty
daily living (ADL). Anak-anak berkebutuhan khusus biasanya kurang
mampu
dalam
melakukan
perawatan
dirinya
karena

adan

ya
ketidakmampuan dalam berinteraksi, komunikasi, dan perilaku. Bagi anak
berkebutuhan khusus tujuan latihan membina diri adalah agar dapat
melakukan sendiri kebutuhannya sehari-hari, menumbuhkan rasa percaya
diri dan meminimalkan bantuan yang diberikan, memiliki kebiasaan tertib
dan teratur, dapat menjaga kebersihan dan kesehatan badan, mampu
beradaptasi dengan lingkungannya pada kondisi atau situasi tertentu, serta
mampu menjaga diri dan menghindar dari hal-hal yang membahayakan
(Meadow & Simon, 2005).

Universitas Indone
sia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
38

2.4.1. Ruang lingkup perawatan diri pada anak tuna grahita


Sedangkan ruang lingkup ketrampilan perawatan diri untuk anak
berkebutuhan khusus menurut Hayati (2003) dan Dalton, Abdallah, Cestari
dan Fawcett (2010) meliputi:
1. Kebersihan badan, terdiri dari mencuci tangan, cuci muka, cuci kaki,
sikat gigi, dan buang air kecil;
2. Makan dan minum, terdiri dari makan menggunakan tangan, makan
menggunakan sendok, minum menggunakan cangkir, gelas, atau
sedotan;
3. Berpakaian, terdiri dari memakai pakaian dalam, memakai baju kaos,
memakai celana/rok, memakai kemeja dan memakai kaos kaki serta
sepatu, berhias;
4. Menolong diri, terdiri dari menghindari dan mengendalikan bahaya;
5. Komunikasi, terdiri dari aktivitas verbal dan non verbal;
6. Adaptasi lingkungan, terdiri dari kegiatan sosialisasi dan modifikasi
lingkungan;
7. Penggunaan waktu luang, terdiri dari kegiatan rekreasi, bermain, dan
kebiasaan istirahat
8. Keterampilan
sederhana, terdiri dari keterampilan di r
umah,
menyediakan kebutuhan sendiri dan orang lain.
Seseorang dikatakan berfungsi dengan baik bila dapat menyesuaikan diri
dengan pemenuhan atau tuntutan kehidupan sehari-hari, misalnya dapat
mengurus diri sendiri mulai dari mandi, berpakaian, makan, minum,
bepergian, berbelanja, mengerjakan beberapa kegiatan rumah tangga,
bahkan berhubungan dengan orang lain (Gunarsa, 2004). Tentu saja hal ini
harus memperhatikan kebutuhan dan kemampuan orang tersebut atau
khususnya anak dengan retardasi mental atau tuna grahita.

Universitas Indo
nesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
39

2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Perawatan Diri Anak


Tuna Grahita
Pada anak dengan retardasi mental atau tuna grahita beberapa faktor yang
mempengaruhi kemampuan anak dalam memenuhi kebutuhan perawatan
dirinya, antara lain adalah usia, fungsi kognitif, dan fungsi muskuloskeleta
l
(Votroubek & Tabacco, 2010). Perlu diperhatikan bahwa usia yang berbeda
memiliki kemampuan pemenuhan kebutuhan yang berbeda pula. Faktor usia
pada anak tuna grahita dihitung bukan hanya berdasarkan usia kronologis
atau usia sejak anak dilahirkan, tetapi ditetapkan berdasarkan usia mental
yang mengalami perkembangan selama 8 bulan setiap tahun kalender
(Semiun, 2006). Oleh karena itu, jika seorang anak tuna grahita masuk
sekolah pada usia 6 tahun, maka usia, mentalnya baru mencapai 4 tahun.
Sehingga, bila anak tersebut diharapkan dapat belajar membaca, maka ia
belum dapat melakukannya. Anak tersebut mungkin baru dapat mengerjakan
tugas-tugas sekolah pada saat usianya 12 tahun, yang berarti usia mentalnya
mencapai 8 tahun. Faktor kedua yang perlu diperhatikan adalah fungsi
kognitif. Fungsi kognitif memegang peranan penting dalam mempengaruhi
kemampuan anak tuna grahita untuk mempelajari ketrampilan perawatan diri
atau aktivitas harian dan mencapai kemandirian. Sedangkan faktor fungsi
musculoskeletal mempengaruhi kemampuan fisik anak tuna grahita untuk
melakukan ambulasi dan merawat diri secara mandiri (Votroubek &
Tabacco, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Tork et al., (2007), mendapatkan faktorfaktor yang dapat mempengaruhi kemampuan perawatan diri pada anak usia
sekolah adalah: faktor demografi (usia, jenis kelamin, status sosial
ekonomi); faktor sosial kultural (budaya dan dukungan sosial); faktor
psikososial (konsep diri, rasa percaya diri, dan tipe kepribadian); faktor f
isik
(kondisi kesehatan, kemampuan beraktivitas, disabilitas yang dialami). Anak
yang berusia lebih tua memiliki kemampuan perawatan diri lebih baik dari
anak dengan usia yang lebih muda (Wong et al., 2002). Penelitian lainnya
dilakukan oleh Zhimin (2003) yang mengukur kemampuan perawatan diri
Universitas Indone
sia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
40

pada anak usia sekolah dengan sindrom nefrotik mendapatkan bahwa pada

anak berusia 6-8 tahun mampu melakukan perawatan mandiri sebesar 83%,
pada anak usia 9-10 tahun sebesar 95%, dan semua anak usia 11-12 tahun
yang menjadi respoden dapat melakukan perawatan mandiri. Schmidts
(2003) mendapatkan hasil penelitian bahwa pada ibu dengan anak laki-laki
lebih banyak terlibat dalam kegiatan perawatan diri dibandingkan ibu yang
memiliki anak perempuan.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka peneliti membuat kesimpulan
berdasarkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan anak
tuna grahita dalam melakukan perawatan diri, antara lain:
1. Faktor Internal (karakteristik anak tuna grahita)
a. Faktor usia
Usia pada anak tuna grahita tidak dapat disamakan dengan usia
perkembangan pada anak normal. Usia anak tuna grahita lebih
ditekankan pada perkembangan mentalnya yang setara dengan 8
bulan per tahun kalender. Ketika anak tuna grahita yang berusia 6
tahun maka usia mentalnya baru setara dengan perkembangan anak
usia 4 tahun, sehingga anak tidak dapat dipaksakan untuk belajar
seperti anak lain sesusianya. Anak tuna grahita baru akan mencapai
usia mental atau setara dengan perkembangan anak usia 6 tahun
ketika ia berusia 9 tahun secara kronologis. Dan akan berusia 12
tahun secara mental ketika ia berusia 18 tahun secara kronologis
(Semiun, 2006; Sandra, 2010). Insiden tertinggi pada masa sekolah
dengan puncak usia 10-14 tahun (Sandra, 2010).
b. Faktor kemampuan kognitif
Kemampuan kognitif pada anak tuna grahita berdasarkan tes IQ
berada di bawah rata-rata, yaitu 50-70 (ringan), 35-54 (sedang), 2039 (berat), dan < 20 (sangat berat) (DSM-IV-TR dalam Gunarsa,
2004). Sedangkan anak tunagrahita yang berada di sekolah berkisar
pada usia 9-21 tahun (Semiun, 2006; Bakor PLB Kab. Banyumas,
2008).
Universitas Indonesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
41

c. Faktor kondisi fisik


Banyak anak tuna grahita tidak hanya mengalami gangguan atau
retardasi mental. Terkadang tuna grahita diiringi dengan kelemahan
motorik atau bahkan cacat tubuh. Anak tuna grahita juga rentan
terhadap infeksi dikarenakan imunitas yang kurang dan kemampuan
perawatan diri yang masih lemah (Sandra, 2010).
d. Faktor gender (jenis kelamin)
Anak tuna grahita lebih banyak terjadi pada anak laki-laki
dibandingkan pada anak perempuan,sebanyak 1,5 kali lebih besar
(Sandra.2010).
e. Faktor pertumbuhan
Pertumbuhan anak tuna grahita tidak jauh berbeda dengan anak
normal. Kenaikan berat badan berkisar 2 kg per tahun, dengan ratarata berat badan 15-20 Kg (Wong et al., 2009).
f. Faktor perkembangan
Perkembangan anak tuna grahita sangat terlambat dibandingkan anak
normal. Terutama dalam perkembangan motorik, bahasa, sosial, dan

kognitif (Sandra, 2010; Emck, 2009)


2. Faktor Eksternal (karakteristik orangtua dan lingkungan)
a. Faktor
lingkungan
(peran
pemberi
asuhan/orang
tua/guru,
ketersediaan alat dan fasilitas penunjang aktivitas, keamanan dan
dukungan lingkungan atau orang lain/tenaga kesehatan atau guru).
Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap orang tua, kakeknenek, dan kerabat dengan kemampuan adaptasi, penggunaan alat
bantu, dan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari pada
anak dengan disabilitas (Zakirova-Engstrand & Granlund, 2009).
Orang tua dan kerabat dekat dalam keluarga akan berusaha
semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan anak, salah satu
caranya adalah dengan membeli alat yang dapat membantu anak
melakukan aktivitas sehari-hari dan membuat anak merasa lebih
bahagia. Penelitian di Kyrgyzstan tersebut memperlihatkan bahwa

Universitas Indonesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
42

penurunan kualitas pelayanan kesehatan atau sistem pendidikan


menyebabkan berkurangnya keinginan keluarga untuk membawa
anaknya ke fasilitas kesehatan, orang tua juga mengeluhkan sikap
guru yang sering mengabaikan kondisi anaknya. Hal lain yang
ditemukan dalam penelitian tersebut adalah adanya perbedaan sikap
pada nenek dari pihak ibu dengan nenek dari pihak bapak. Terlihat
adanya perbedaan kasih sayang yang diberikan oleh nenek dari pihak
ibu yang cenderung mendukung baik secara emosi dan fisik.
b. Faktor keluarga/orang tua (karakteristik orang tua), terdiri dari faktor
pendidikan orang tua, pengetahuan orang tua tentang tuna grahita,
usia orang tua, pekerjaan orang tua dan pola asuh dalam keluarga.
Berdasarkan survey rumah tangga, prevalensi anak dengan disabilitas
dipengaruhi oleh faktor demografi dan status sosial ekonomi
keluarga.
Anak-anak
dari keluarga miskin
memperlihatkan
prevalensi disabilitas yang lebih tinggi (Ehrenkranzt et al., 2001).
Survey ini juga memperlihatkan bahwa semakin baik tingkat
pendidikan orang tua, maka semakin sedikit jumlah anak yang
mengalami keterlambatan baik secara fisik atau kemampuan
komunikasi, serta memperlihatkan kemampuan untuk melakukan
aktivitas dengan normal.
Penelitian yang dilakukan oleh Hauser-Cram et al. (2001)
mendapatkan bahwa anak dengan retardasi mental yang dibesarkan
dalam keluarga yang hangat dan harmonis, memperlihatkan
kemampuan adaptasi yang baik, mengalami lebih sedikit masalah
kesehatan, dan tidak mengalami isolasi dari teman sebaya
dibandingkan dengan anak yang dibesarkan dalam keluarga yang
kurang harmonis. Ulfatulsholihat (2010) mendapatkan bahwa
pengasuhan yang diterapkan pada anak tuna grahita yang meliputi
perhatian dan kehangatan hubungan antara orang tua dan anak serta
tidak membedakan anak tuna grahita dengan anak lainnya
mempunyai pengaruh yang besar dalam penyesuaian diri anak tuna

Universitas Indonesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
43

grahita baik dalam keluarga dan di lingkungan masyarakat.


Penelitian tersebut juga mendapatkan bahwa anak tuna grahita
memiliki keinginan untuk hidup mandiri, memenuhi kebutuhannya
sendiri agar meringankan beban orang tua, memposisikan diri seperti
orang normal seperti bersekolah, memiliki kemampuan berinteraksi
dengan lingkungan sekitar, membagi perasaannya dengan orang tua,
dan dapat mengontrol ungkapan kemarahan secara baik dengan
bantuan orang tua, serta tidak merasa malu bergabung dengan
lingkungan sekitar.
2.6. Pengukuran Kemampuan Perawatan Diri pada Anak Tuna Grahita
Pengkajian tentang kemampuan perawatan diri pada anak tuna grahita
tergantung pada konsep fungsional dan ketidakmampuan anak dalam
melakukan perawatan diri. Pengetahuan tentang kemampuan anak dengan
disabilitas dalam melakukan perawatan diri harus dipisahkan antara
kemampuan melakukan dan penampilan anak ketika melakukan perawatan
diri. Kemampuan atau kapabilitas menunjukkan kemampuan seseorang
dalam melakukan aktivitas pada situasi yang seharusnya, sedangkan
penampilan saat melakukan aktivitas menjelaskan situasi seseorang dalam
melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan natural dari dalam dirinya
(stensj et al., 2006).
1. The Pediatric Evaluation of Disability Inventory (PEDI) menggunakan
beberapa skala untuk mengukur kemampuan anak dengan disabilitas
dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Beberapa skala tersebut antara lain:
skala ketrampilan fungsional (the functional skills scale) yang digunakan
untuk mengukur kemampuan/kapabilitas anak, skala bantuan dari
pengasuh (the caregiver assistance scale) yang digunakan untuk
mengukur penampilan anak, dan skala ketiga adalah skala modifikasi (the
modification scale) yang digunakan untuk menghitung peralatan atau alat
bantu serta modifikasi lingkungan yang dibutuhkan oleh anak dalam
melakukan kegiatan sehari-hari. Kerangka kerja dari PEDI didasarkan
Universitas Indone
sia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
44

pada ketidakmampuan (disablement), kontekstual dan perkembangan

seperti yang tergambar di bawah ini.


Konsep
Kecacatan

Kelemahan

Keterbatasan
Disabilitas
fungsional

(Penampilan peran
Disabilitas
sosial)
Tahap
Konsep
perkembangan
Perkembangan
Kondisi lingkungan,
Konsep
Tugas perkembangan,
Dukungan sosial

Kontekstual

Kemampuan

Kemampuan melakukan

Peran personal dan


melakukan
Konstruk
peran sosial dalam

aktivitas fungsional
keterampilan

sebagai respon terhadap

fungsional

lingkungan

Pengukuran
keluarga

Skala PEDI

Keterampilan
fungsional

Modifikasi dan bantuan


dari pengasuh/orangtua

Skema 2.3 Model Konseptual Instrumen PEDI


Telah diolah kembali dari Haley SM, Coster WJ, Ludlow LH, Haltiwanger J, A
ndrellos P.
Pediatric Evaluation of Disability Inventory (PEDI). Development, Stand
arization, and
Administration Manual. Boston, MA: Boston University 1992, p.
7.

Gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:


Keterampilan atau kemampuan fungsional diukur dengan skala yang
meliputi 197 item yang terbagi dalam 15 area terkait perawatan diri, 13
area pada kemampuan mobilisasi/mobilitas, dan 13 area pada fungsi sosia
l.
Kapabilitas diukur berdasarkan identifikasi kemampuan fungsional, yaitu
penguasaan ketrampilan dan kompetensi yang diperlihatkan oleh anak.
Penampilan diukur melalui bantuan yang diberikan oleh pengasuh/tenaga
kesehatan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Skala bantuan dari

pengasuh diukur dalam 20 situasi harian dengan menggunakan skala 1-6


Unive
rsitas Indonesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
45

mulai dari mandiri sampai dengan sangat tergantung. Skala modifikasi


diukur melalui alat dan modifikasi lingkungan yang dibutuhkan anak saat
melakukan kegiatan sehari-hari (stensj et al., 2006).
Instrumen PEDI awalnya dikembangkan untuk mengukur kemampuan
fungsional pada anak usia 6 bulan-7,5 tahun yang mempunyai keterbatasan
fisik dan kognitif. Namun, dalam aplikasi di berbagai penelitian
berikutnya PEDI terbukti dapat menjelaskan peningkatan atau kapabilitas
anak dalam melakukan perawatan diri. PEDI juga dapat menjelaskan
perubahan fungsional pada anak, keluarga, pemberi asuhan utama, dan
pihak lain yang terlibat dalam perawatan diri anak dan remaja. Sehingga,
PEDI disarankan dapat digunakan untuk anak yang berusia lebih tua
dengan kemampuan fungsional yang lebih rendah dibandingkan dengan
anak normal lain yang seusia (Ziviani et al., 2001).
Klasifikasi kemampuan yang terdapat dalam PEDI berpotensi untuk
dikembangkan menjadi program untuk mengukur indikator kualitas hidup
dan digunakan untuk mendapatkan faktor determinan dalam mengukur
lama hari rawat berdasarkan tujuan pencapaian fungsi tubuh pada anak
yang mengalami perawatan di rumah sakit (Dumas et al., 2001). Instrumen
PEDI telah banyak digunakan untuk mengukur kemampuan perawatan diri
dan aktivitas harian anak dengan atau tanpa disabilitas dengan kategori
usia mulai usia 6 bulan 21 tahun baik yang berada di rumah sakit,
komunitas, sekolah dan klinik rehabilitasi untuk anak. PEDI juga telah
diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dalam penggunaannya sesuai
dengan kebutuhan dan tempat penelitian, antara lain ke dalam bahasa
Turki, Norwegia, Italia, dan Belanda disebabkan karena kemudahan dalam
proses transliterasi dan pemahaman item pengukuran (Dumas et al, 2001;
Ziviani et al., 2001; Berg et al., 2004).
Hasil uji validitas Instrumen PEDI menunjukkan validitas konstruk yang
tinggi pada pengukuran yang berbeda seting. Ziviani et al (2001)
Universitas Indonesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
46

melaporkan hasil uji validitas PEDI untuk mengukur kemampuan

perawatan diri pada anak usia 6 bulan 7,5 tahun dengan keterbatasan
fisik dan kognitif adalah 0,80-0,97 dan reliabilitas menggunakan Alphas
Cronbach sebesar 0,95-0,99. Pada penelitian yang dilakukan oleh Dumas
et al. (2001), hasil uji reliabilitas inter-reter untuk standarisasi klinik
menggunakan PEDI untuk mengukur perubahan kemampuan perawatan
diri pada anak dan remaja dengan cedera otak berusia 11 bulan 21 tahun
didapatkan sebesar 0,84-0,99. Dan penelitian oleh Berg et al. (2004)
mendapatkan hasil uji validitas kriteria 0,88 dan reliabilitas Cronbach
sebesar 0,95-0,99 untuk mengukur kemampuan anak usia 6 bulan 7,5
bulan dengan disabilitas.
2. The International Classification of Functioning, Disability and Health
(ICF)
Adalah klasifikasi universal terkait fungsi tubuh manusia yang dapat
digunakan untuk mendokumentasikan status fungsional tubuh yang
berhubungan dengan kondisi kesehatan. ICF menjelaskan kerangka kerja
yang cukup luas bagi ketidakmampuan yang didasarkan pada fungsi tubuh
dan disabilitas, termasuk adanya penilaian kapasitas/kemampuan dan
penampilan. Status fungsional tubuh dijelaskan melalui 3 perspektif, yaitu:
sistem tubuh (struktur dan fungsi), penyelesaian tugas dan tindakan
(aktivitas), dan keterlibatan dalam kehidupan sosial (partisipasi). Faktor
kontekstual ditambahkan untuk menjelaskan riwayat hidup individu,
termasuk diantaranya adalah faktor lingkungan dan personal. Faktor
lingkungan
adalah
lingkungan
fisik, sosial, dan perilaku yang
menghubungkan interaksi
antara lingkungan dan manusia. Faktor
personal adalah penampilan fisik individu yang tidak diturunkan secara
genetik.
Instrumen pengkajian ICF selalu dikembangkan berdasarkan uji validitas
pada teori terbaru dan target pengukuran. ICF saat ini mempresentasikan
kerangka kerja baru tentang fungsi tubuh dan disabilitas. Penggunaan ICF
Universitas Indonesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
47

tergantung pada ketersediaan alat pengukuran yang dapat memberikan


informasi tentang fungsi tubuh. Setiap klasifikasi yang diamati dijelaskan
secara spesifik dengan kode alfanumerik yang mewakili komponen dan
fungsi tubuh, contoh: b untuk fungsi tubuh; s untuk struktur tubuh; d untuk
aktivitas dan partisipasi dan e untuk faktor lingkungan. Huruf pertama
menunjukkan domain dan angka berikutnya menjelaskan fungsi spesifik,
misalnya d4 untuk mobilitas/mobilisasi, d450 untuk berjalan, d4500 untuk
berjalan dalam jarak yang pendek. The ICF juga memberikan definisi
operasional untuk setiap kategori fungsi dan lingkungan (stensj et al.,
2006).
3. World Health Organization
Disability Assessment
Schedule
(WHODAS 2.0)
Kuesioner yang digunakan untuk menanyakan kesulitan yang disebabkan
oleh kondisi kesehatan yang dialami oleh individu, termasuk penyakit,

2.0

masalah kesehatan lain baik yang bersifat sementara atau permanen seperti
cedera, masalah mental atau emosional, dan masalah ketergantungan obat
atau alcohol. Terdapat 4 area dalam kuesioner yaitu area fisik, sensori,
kognitif atau psikososial. Kuesioner ini menanyakan kondisi yang dialami
individu selama 30 hari terakhir dan terkait dengan kesulitan yang
dihadapi saat melakukan aktivitas yang terdiri dari kategori pemahaman
dan komunikasi, mobilisasi, perawatan diri, sosialisasi, aktivitas harian,
dan partisipasi di masyarakat. Total pertanyaan berjumlah 36 pertanyaan
dengan menggunakan skala Likert yang terdiri dari tidak ada kesulitan,
sulit ringan, sulit sedang, sulit berat, dan sangat sulit dilakukan. Individu
dikatakan mengalami disabilitas bila ia mengalami kesulitan melakukan
kegiatan pada setiap area yang ditanyakan (Mont, 2007; WHODAS 2.0).
4. The Child and Adolescent Self-Care Performance Questionnaire (SPQ)
Instrumen ini adalah Instrumen yang dikembangkan oleh Moore (1995)
dengan berdasarkan teori perawatan diri dari Orem. Moore melakukan
penelitian terkait aktivitas perawatan diri pada anak yang meliputi 3 area,
Universitas Indonesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
48

yaitu kebutuhan akan perawatan diri termasuk kebutuhan universal,


perkembangan, dan kondisi penyimpangan kesehatan. Instrumen ini terdiri
atas 35 pertanyaan dan menggunakan skala Likert dengan poin 1-5.
Jawaban yang disediakan adalah tidak pernah, jarang, kadang-kadang,
sering, dan selalu. Hasil skor yang mungkin didapat berkisar antara 35175, skor yang rendah dikategorikan sebagai level terendah aktifitas
perawatan diri yang dapat dilakukan dan skor yang tinggi dikategorikan
sebagai aktivitas perawatan diri dapat dilakuka dengan lebih baik.
Instrumen atau kuesioner ini dianggap mampu memberikan informasi
yang relevan terkait perilaku perawatan diri yang sesuai dengan kurikulum
di sekolah anak (Jaimovich et al., 2009).
Mont (2007) menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat disabilitas
secara pasti di seluruh dunia sangatlah sulit karena banyaknya variasi atau
perbedaan yang disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain perbedaan
definisi disabilitas, perbedaan metodologi dan kualitas penelitian yang
dilakukan. Belum adanya satu pun definisi yang sesuai terkait disabilitas,
penyebab dan tingkat keparahan pada disabilitas dan metode pengukuran
yang berbeda sesuai dengan tujuan dari penelitian yang dilakukan
merupakan alasan sulitnya mengeneralisir prevalensi disabilitas di seluruh
dunia. Disabilitas selalu dikaitkan dengan keterbatasan kondisi fisik yang
diinterpretasikan berdasarkan terminologi medis, namun tren terkini untuk
menjelaskan
disabilitas justru menggunakan
model sosial yang
menjelaskan interaksi antara status fungsional individu dengan lingkungan
fisik, budaya, dan kebijakan sosial. Untuk mendapatkan prevalensi
disabilitas secara luas, seorang peneliti harus dapat memilih komponen
Instrumen yang tepat dan sesuai dengan tujuan akhir yang ingin dicapai.

Universitas Indonesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
49

2.7. Kerangka Teori Penelitian


Teori sistem keperawatan:
or-faktor yang

Anak Tuna Grahita

Fakt
berh

ubungan dengan
1. Sistem
perawatan
watan diri pada anak
dengan bantuan penuh
grahita:

diri

adalah anak berusia


sebelum 16 tahun

pera
tuna

yang
kemampuan

memiliki
1. K

arakteristik anak tuna


2. Sistem
perawatan

diri

intelektual di bawah
g

rahita meliputi usia,


dengan bantuan sebagian

rata-rata (IQ 84 ke
j

enis kelamin,
bawah) berdasarkan
k
emampuan kognitif,
3. Sistem

dukungantes dan mengalami


k

ondisi fisik,
pendidikan
hambatan

dalam
p

ertumbuhan dan
interaksi sosial dan
p
erkembangan.
perilaku adaptif
2. K
arakteristik orang tua
m
eliputi usia,
Kebutuhan perawatan diri:
p
endidikan, pekerjaan,
1. Kebutuhan
perawatan
tatus sosial ekonomi,

s
p

engetahuan tentang
diri universal
Defisit

t
una grahita, dan pola
2. Kebutuhan
perawatan
suh orang tua anak tuna

a
Perawatan Diri

diri sesuai
rahita
perkembangan
arakterristik

dengan

g
3. K
l

ingkungan
3. Kebutuhan
perawatan
diri pada kondisi adanya
penyimpangan kesehatan
rahita:

Kemampuan perawatan diri pada anak tuna g


1) kebersihan badan, terdiri dari mencuci

tangan, cuci muka, cuci


kaki, sikat gigi, dan buang air kecil;
2) makan dan minum, terdiri dari makan me
nggunakan tangan,
PEDI Instrumen:
makan menggunakan sendok, minum menggu
nakan cangkir,
gelas, atau sedotan;
1. Kemampuan
3) berpakaian, terdiri dari memakai pakai
an dalam, memakai baju
melakukan
kaos, memakai celana/rok, memakai keme
ja dan memakai kaos
ketrampilan secara
kaki serta sepatu, berhias;
mandiri
4) menolong diri, terdiri dari menghindar
i dan mengendalikan
2. Kemampuan
melakukan aktivitas
al dan non verbal;
sebagai
respon
atan sosialisasi dan
terhadap
lingkungan
egiatan rekreasi, bermain,
3. Partisipasi dalam
trampilan di rumah,
keluarga dan sosial
g lain.

bahaya;
5) komunikasi, terdiri dari aktivitasverb
6) adaptasi lingkungan, terdiri dari kegi
modifikasi lingkungan;
7) penggunaan waktu luang, terdiri dari k
dan kebiasaan istirahat
8) ketrampilan sederhana, terdiri dari ke
menyediakan kebutuhan sendiri dan oran

Skema 2.4 Kerangka Teori Penelitian


Modifikasi dari teori Orem (2001), Haley SM, Coster WJ, Ludlow LH, Halt
iwanger J,
Andrellos P (1992), stensj, Bjorkbkmo, Carlberg, & Vllestad (2006), Votroube
k &
Tabacco (2010), Gunarsa (2004), Hayati (2003).

Univer
sitas Indonesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
BAB 3
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

Bab 3 berisi tentang kerangka konsep, hipotesis dan definisi operasional.


Kerangka konsep adalah gambaran kerangka atau batasan dalam penelitian ini.
Hipotesis adalah dugaan atau hipotesa yang dibuat oleh peneliti. Sedangkan
definisi operasional adalah keterangan, definisi dari semua variabel yang terlib
at
dalam penelitian baik variabel bebas maupun variabel terikat.
3.1.

Kerangka Konsep
Kerangka konsep pada penelitian ini didasarkan pada teori Orem (2001),
Gunarsa (2004), Hayati (2003), Haley SM, Coster WJ, Ludlow LH,
Haltiwanger J, Andrellos P (1992) dalam stensj et al. (2006),
Votroubek & Tabacco (2010).
Salah satu tugas perkembangan pada anak usia sekolah adalah mampu
melakukan beberapa kegiatan secara mandiri. Salah satu kegiatan tersebut
adalah melakukan perawatan pada diri sendiri. Pada anak tuna grahita usia
sekolah kemampuan melakukan perawatan diri secara mandiri dipengaruhi
oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut
dapat mempengar

uhi
kemampuan anak tuna grahita melakukan perawatan diri baik secara
langsung atau tidak langsung.
Dibawah ini digambarkan hubungan antara variabel dependen dan variabel
independen dalam penelitian ini.

50
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
51

Variabel Bebas
Variabel independen
Karakteristik anak:
Usia
Kemampuan kogintif
Kondisi fisik
Jenis kelamin
Status gizi
Perkembangan (tanda
pre pubertas)

Variabel Terikat

Karakteristik orang tua:


Kemampuan
Usia
perawatan diri
Pendidikan
pada anak tuna
Pekerjaan
grahita
Pengeluaran keluarga
Pengetahuan terkait
tuna grahita
Pola asuh
Karakteristik lingkungan
Dukungan guru
Dukungan tenaga
kesehatan
Penggunaan alat bantu

Skema 3.1 Kerangka konsep penelitian

Berdasarkan gambaran kerangka penelitian diatas, variabel penelitian ini


terdiri dari variabel bebas yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan
kemampuan anak tuna grahita melakukan perawatan diri dengan
karakteristik anak, orang tua dan lingkungan, sedangkan variabel terikat
yaitu kemampuan perawatan diri anak tuna grahita.

Universitas Indonesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
52

3.2.
3.2.1.

3.2.2.

Hipotesis
Berdasarkan rumusan tujuan dan pertanyaan penelitian, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
Hipotesis Mayor (Ha):
1. Ada hubungan antara karakteristik anak dengan kemampuan
perawatan diri pada anak tuna grahita.
2. Ada hubungan antara karakteristik orang tua dengan kemampuan
perawatan diri pada anak tuna grahita.
3. Ada hubungan antara karakteristik lingkungan dengan kemampuan
perawatan diri pada anak tuna grahita.
Hipotesis Minor (Ho):
1. Ada hubungan antara faktor usia anak dengan kemampuan melakukan
perawatan diri pada anak tuna grahita

2. Ada hubungan antara faktor kemampuan kognitif dengan kemampuan


melakukan perawatan diri pada anak tuna grahita
3. Ada hubungan antara faktor kondisi fisik dengan kemampuan
melakukan perawatan diri pada anak tuna grahita
4. Ada hubungan antara faktor jenis kelamin dengan kemampuan
melakukan perawatan diri pada anak tuna grahita
5. Ada hubungan antara faktor status gizi anak dengan kemampuan
melakukan perawatan diri pada anak tuna grahita
6. Ada hubungan antara faktor
usia orangtua dengan kemampuan
melakukan perawatan diri pada anak tuna grahita
7. Ada hubungan antara faktor pendidikan orangtua dengan kemampuan
melakukan perawatan diri pada anak tuna grahita
8. Ada
hubungan antara
faktor pekerjaan
dengan kema
mpuan
melakukan perawatan diri pada anak tuna grahita
9. Ada
hubungan
antara faktor pengeluaran

keluarga

dengan
kemampuan melakukan perawatan diri pada anak tuna grahita

Universitas I
ndonesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
53

10. Ada hubungan antara faktor

pengetahuan orangtua tentang

tuna
grahita dengan kemampuan melakukan perawatan diri pada anak tuna
grahita
11. Ada hubungan antara faktor pola asuh orangtua dengan kemampuan
melakukan perawatan diri pada anak tuna grahita
12. Ada hubungan antara faktor
dukungan guru di sekolah den
gan
kemampuan melakukan perawatan diri pada anak tuna grahita
13. Ada hubungan antara faktor
penggunaan alat bantu den
gan
kemampuan melakukan perawatan diri pada anak tuna grahita
14. Ada hubungan antara faktor adanya dukungan dari tenaga kesehatan
dengan kemampuan melakukan perawatan diri pada anak tuna grahita
3.3. Definisi Operasional

No
ur

Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel/Sub
Definisi
Cara dan Alat
Skala
Variabel
Operasional
Ukur
Variabel Bebas

Karakteristik
orang tua
a. Usia
a anak Rasio

Hasil Uk

1.

Usia orang tua

Cara:

Usia orang tu

anak tuna grahita

menanyakan

tuna grahita

berdasarkan ulang
tahun terakhir saat
dilakukan
pengukuran

usia orang tua


Alat: kuesioner

tahun

Pendidikan formal

Cara:

0=Tidak s

terakhir orang tua

menanyakan

1=SD

anak tuna grahita

pendidikan

2=SMP

terakhir orang

3=SMA

tua

4=Akademi

dalam

ekolah

b. Pendidikan
Ordinal

/PT
Alat: kuesioner
c. Pekerjaan
Ordinal

Pekerjaan

Cara:
0=Tidak bek

erja
ayah

berdasarkan

menanyakan apa

1=Petani

sumber

pekerjaan orang

2=Pedagang

pendapatan yang
diperoleh

tua
Alat: kuesioner

3=Pegawai
swasta
4=Pegawai

ayah/bapak
sebagai kepala
rumah tangga

negeri
0=Ibu rumah

d. Pekerjaan ibu
Ordinal

Pekerjaan

Cara:

berdasarkan

menanyakan

sumber

pekerjaan yang

tangga
1=Petani

Universit
as Indonesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
54

No
r

Variabel/Sub
Skala
Variabel

Definisi

Cara dan Alat

Operasional

Ukur

pendapatan yang

dilakukan oleh

diterima ibu untuk

ibu

Hasil Uku
2=Pedagang
3=Pegawai

membantu

Alat: kuesioner

membiayai
keperluan rumah
tangga

swasta
4=Pegawai
negeri
0=< Rp

e.

Pengeluaran
Interval
keluarga

Pengeluaran yang

Cara: meminta

dikeluarkan oleh

orang tua

dalam
bulan

orang tua dalam


sebulan

menjawab
pertanyaan
tentang

500.000/bul

an
1=Rp 550.000
1

Rp
1.500.000/b

ulan
2=Rp 1.600.00
0penghasilan
orang tua per
bulan

Rp
2.500.000/b

ulan
3=> Rp
Alat: kuesioner
2.500.000/b
ulan
Menggunakan
f. Pengetahuan
Nominal
tentang tuna

Pengetahuan

Cara:

orang tua tentang

menanyakan

skor total

tuna grahita,

apakah orang

bila skor <

meliputi definisi,
jenis, ciri-ciri

tua tahu definisi,


jenis, ciri-ciri,

untuk
pengetahuan
rendah dan 8

anak tuna grahita,


perkembangan
anak tuna grahita,
dan kebutuhan
anak tuna grahita

perkembangan,
dan kebutuhan
anak tuna
grahita
Alat: kuesioner

= 1 untuk
pengetahuan
tinggi

Cara mengasuh

Cara:

anak tuna grahita

mengetahui pola

pilihan jawa

yang diterapkan

asuh orang tua

1=tidak pern

dalam

melalui

2=jarang, da

keluarga/orang

pertanyaan

3=sering/sel

10,
grahita
8 = 0

Menggunakan
g. Pola asuh
Ordinal
ban
ah ,
n
alu
Skor 8-13 = po
la
tua

tentang interaksi
orang tua-anak

asuh otorite

tuna grahita

14-19 = pola

Alat: kuesioner

demokratis,

r, skor
asuh
dan

skor 20-24 =
pola
asuh permisi
f
2.

Karakteristik
lingkungan
Menggunakan
a. Dukungan
Ordinal
guru

Adanya perhatian

Cara:

dan bimbingan

menanyakan

pilihan jawa

yang diberikan

kepada orang

1=tidak pern

oleh guru di

tua tentang

2=jarang, da

sekolah terkait

perhatian dan

3=sering/sel

perawatan diri
terhadap anak
tuna grahita

bimbingan guru
di sekolah
Alat: kuesioner

Adanya

Cara:

penyuluhan

menanyakan

pilihan jawa

kesehatan dari

kepada orang

1=tidak pern

tenaga kesehatan

tua apakah

2=jarang, da

baik di

pernah

3=sering/sel

lingkungan rumah
atau sekolah
untuk orang tua

menerima
penyuluhan dari
tenaga

ban
ah,
n
alu

Menggunakan
b. Dukungan
Ordinal
tenaga
ban
kesehatan
ah,
n
alu

Universitas
Indonesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
55

No

na

Variabel/Sub
Skala
Variabel

c. Alat bantu
Rasio

Definisi
Operasional
dengan anak tuna
grahita

Cara dan Alat

Hasil Ukur

Alat bantu

Ukur
kesehatan baik
di rumah atau di
sekolah
Cara:

Jumlah anak tu

kesehatan yang
digunakan anak

menanyakan
kepada orang

grahita yang
menggunakan al

untuk beraktivitas
sehari-hari

tua apakah anak


menggunakan
alat bantu untuk

bantu dalam
prosentase

at

melakukan
aktivitas seharihari
Alat: kuesioner
1.

Karakteristik
anak tuna
grahita
a. Usia
anak Rasio

Usia kronologis

Cara: meminta

pada anak tuna


grahita
berdasarkan
tanggal lahir anak

orang tua
menjawab
pertanyaan
tentang tanggal
lahir anak tuna
grahita
Alat: kuesioner
(1 pertanyaan)

tuna grahita
b. Kemampuan
Nominal

Tanggal lahir

1=C
Cara: melihat
0=C1

kognitif

data sekolah
ringan (C)
tuna grahita

untuk klasifikasi
anak tuna

sedang (C1)
grahita
Alat: Dokumen
sekolah
Kelainan
c. Kondisi fisik
Nominal

0=Mongoloid,
Cara:
melakukan

struktur wajah

1=Normal
0=Ada
observasi terkait

Nominal
(mikrosefali,
adanya kelainan
hidrosefalus,

hipersalivas

i,
struktur wajah,
dan mongoloid)
Hipersalivasi

1=tidak ada
hipersalivasi

Nominal
hipersalivas
i
Kelemahan

0=Ada
dan kelemahan
motorik pada

motorik pada

kelemahan
tubuh anak

tubuh anak

motorik tubu

h,
Alat: kuesioner

1=Tidak ada
kelemahan
motorik tubu

h
Jenis kelamin
d. Jenis

0=Laki-laki
Cara: meminta

Nominal
1=Perempuan
kelamin

anak tuna

orang tua
menjwab

grahita di SLB
pertanyaan
terkait jenis
kelamin anak
Alat: kuesioner
Perbandingan

Menggunakan

e. Status gizi
Rasio

Cara: mengukur
berat dan tinggi
BB/TB2

kurva index

BMI
(BB/TB 2) an
ak
(Indeks Massa

badan anak

Universitas
Indonesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
56

No

Variabel/Sub
Skala
Variabel

Definisi

Cara dan Alat

Operasional
Tubuh/IMT)
anak

Ukur
Alat: Kurva
index BMI
(BB/TB2) dari
CDC

Hasil Ukur
dari CDC

0=Belum
f. Perkembang
Nominal
an

Tanda pre

Cara: meminta

pubertas pada

orang tua

menstruasi
1=Menstruasi

anak: menstruasi
untuk anak
perempuan

menjwab
pertanyaan
terkait tanda
pubertas anak
Alat: kuesioner
Variabel Terikat

Kemampuan
dengan
Rasio
melakukan
cut
perawatan diri
yang
anak tuna grahita
dian
gan

Kemampuan

Cara: meminta

Skor

anak tuna grahita

orang tua untuk

menggunakan

dalam

menjawab

off point skor

melakukan

kemampuan anak

didapatkan (me

perawatan diri

melakukan

atau mean) den

pada 9 area

kegiatan baik di

perawatan diri

rumah dan di
sekolah
Alat: Kuesioner

skor total 63-

189

Mencuci muka
1
an

Kebersihan diri:
Rasio

Cara: meminta

Skor 7-21 deng

orang tua untuk

pilihan jawaba

menjawab

selalu dibantu

kemampuan anka
melakukan

sampai dengan
tanpa bantuan

kegiatan baik di

1= selalu diba

rumah dan di

2= kadang diba

sekolah

3= tidak perna

Alat: Kuesioner

dibantu

Cara: meminta

Skor 2-6 denga

orang tua untuk

pilihan jawaba

menjawab
kemampuan anak
melakukan
kegiatan baik di

selalu dibantu
sampai dengan
tanpa bantuan
1= selalu diba

rumah dan di

2= kadang diba

sekolah

3= tidak perna

Alat: Kuesioner

dibantu

Cara: meminta

Skor 5-15 deng

orang tua

pilihan jawaba

menjawab
pertanyaan

selalu dibantu
sampai dengan

tentang
kemampuan

tanpa bantuan
1= selalu diba

anak tuna grahita

2= kadang diba

Mencuci
.
n dari
tangan
Mencuci kaki
Menyikat gigi
ntu
Membersihkan
ntu
rambut
h
(keramas)
Menyisir
rambut
Mandi
2
Eliminasi
n
Rasio
.
a. Buang air kecil
n dari
(BAK)
b. Buang
air
besar (BAB)
ntu
ntu
h
Memegang
3
Makan:
an
Rasio
.
Kemampuan anak
n dari
piring
Memegang
tuna grahita
terkait alat makan
sendok
Menyendok
yang digunakan
setiap hari
ntu
makanan dari
ntu

piring
dalam

3= tidak perna

menggunakan

dibantu

h
Menggerakkan
sendok ke
alat makan
mulut
sehari-hari
Memasukkan
Alat: Kuesioner
sendok ke

Universitas
Indonesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
57

No

Variabel/Sub
Skala
Variabel

Definisi
Operasional
dalam mulut
Mengunyah

Kemampuan anak
Rasio
tuna grahita dalam

Cara dan Alat

Hasil Ukur

Ukur
Cara: meminta

Skor 3-9 dengan

orang tua untuk

pilihan jawaban

menjawab
pertanyaan

selalu dibantu
sampai dengan

tentang
kemampuan

tanpa bantuan
1= selalu diban

mencerna

2= kadang diban

makanan
pada
anak tuna grahita
Alat: kuesioner

3= tidak pernah
dibantu

Cara: meminta

Skor 3-9 dengan

orang tua

pilihan jawaban

menjawab
pertanyaan

selalu dibantu
sampai dengan

tentang

tanpa bantuan

dari
makanan
Merasakan
mencerna
makanan seharirasa makanan
Membedakan
hari
tu
tekstur
tu
makanan

Memegang
4.

Minum:
Rasio
a. Kemampuan

gelas

dari
Menuang air
anak tuna
grahita terkait
ke dalam gelas
Menggerakkan
alat minum

yang

kemampuan

1= selalu diban

digunakan

anak tuna grahita

2= kadang diban

setiap hari

dalam
menggunakan
alat minum
sehari-hari
Alat: Kuesioner

3= tidak pernah
dibantu

tu
gelas ke mulut
tu

Minum dengan

Skor 1-3 dengan

Rasio
pilihan jawaban
dari
menggunakan
sedotan

b. Kemampuan
Rasio
anak

tuna

Menelan cairan

Cara: meminta

selalu dibantu
sampai dengan
tanpa bantuan
1= tidak pernah
mampu
2= kadang mampu
3= selalu mampu
Skor 1-3 dengan

yang berada di

orang tua untuk

pilihan jawaban

mulut

menjawab
pertanyaan
tentang
kemampuan
menelan
minuman pada
anak tuna grahita
Alat: kuesioner

selalu dibantu
sampai dengan
tanpa bantuan
1= tidak pernah
mampu
2= kadang mampu
3= selalu mampu

Cara: Meminta

Skor 11-33 deng

orang tua untuk

pilihan jawaban

menjawab

selalu dibantu

pertanyaan
tentang

sampai dengan
tanpa bantuan

kemampuan

1= selalu diban

berpakaian anak

2= kadang diban

tuna grahita

3= tidak pernah

sehari-hari

dibantu

dari
grahita dalam
menelan
minuman
sehari-hari

Memakai kaos
5.
an

Berpakaian:
Rasio
Memakai
Kemampuan anak

dari
tuna grahita
kemeja
Memakai
berpakaian seharihari
rok/celana
tu
pendek
tu
Memakai
rok/celana
panjang
Alat: Kuesioner
Memakai
pakaian dalam
Memakai kaos

kaki

Universitas
Indonesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
58

No

6.

Variabel/Sub
Skala
Variabel

Definisi
Operasional
Memakai
sepatu
Mengikat tali
sepatu
Melepaskan
kaos
Melepaskan
kemeja
Melepaskan
celana
Berjalan pada

Mobilisasi:
Rasio
Kemampuan anak

Cara dan Alat

Hasil Ukur

Ukur

Cara: Meminta

Skor 15-45 dengan

orang tua untuk

pilihan jawaban d

menjawab
pertanyaan

selalu dibantu
sampai dengan

tentang

tanpa bantuan

kemampuan
mobilisasi anak

1= selalu dibantu
2= kadang dibantu

tuna grahita

3= tidak pernah

sehari-hari

dibantu

ari
bidang datar
tuna grahita dalam Berjalan pada
mobilisasi seharibidang yang
hari
miring
Berjalan jarak
dekat (berjalan
di dalam
rumah)
Alat: Kuesioner
Berjalan jauh
(berjalan
mengelilingi
sekolah)
Berlari
Memindahkan
kursi atau meja
Turun dari
tempat tidur
Mengangkat
benda ringan
(< 1 Kg)
Mengangkat
benda berat (>
3 Kg)

Masuk/keluar
dari kamar
mandi
Duduk
Berdiri
Melompat
Memanjat
Kerabat dalam
7.

Sosialisasi:
Rasio
Kemampuan anak

keluarga besar

Cara: meminta

Skor 3-9 dengan

orang tua untuk

pilihan jawaban d

menjawab
pertanyaan

selalu dibantu
sampai dengan

tentang kegiatan
anak tuna grahita

tanpa bantuan
1= selalu dibantu

dengan teman
sebaya
Alat: kuesioner

2= kadang dibantu
3= tidak pernah
dibantu

Cara: meminta

Skor 1-3 dengan

orang tua untuk

pilihan jawaban d

menjawab
pertanyaan

selalu dibantu
sampai dengan

ari
tuna grahita dalam Tetangga di
bergaul dengan
rumah
Teman di
teman sebaya di
rumah dan
sekolah
sekolah
Menampakkan
8.

Komunikasi:
Rasio
Kemampuan anak

kesukaan

ari
tuna grahita dalam
melakukan

Universitas In
donesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
59

No

Variabel/Sub
Skala
Variabel
komunikasi
dengan orang lain
di rumah dan
sekolah

Definisi

Cara dan Alat

Operasional

Ukur
tentang
kemampuan
komunikasi anak
tuna grahita
dengan orang
lain di rumah
dan sekolah
Alat: kuesioner

Hasil Ukur
tanpa bantuan
1= tidak pernah
mampu
2= jarang mampu
3= selalu mampu

Mencuci
9.

Pekerjaan rumah
Rasio
tangga:

Cara: meminta

Skor 8-24 dengan

orang tua

pilihan jawaban da

menjawab

selalu dibantu

ri
piring/gelas
Menyapu
Kemampuan anak

tuna grahita

pertanyaan

sampai dengan

tentang
kemampuan

tanpa bantuan
1= selalu dibantu

anak tuna grahita

2= kadang dibantu

membantu

3= tidak pernah

pekerjaan rumah

dibantu

lantai
Mengepel
membantu
pekerjaan rumah
lantai
tangga
Membersihkan
jendela
Mencuci
tangga
pakaian
Alat: kuesioner
Menyetrika
pakaian
Menyediakan
makanan bagi
anggota
keluarga yang
lain
Membereskan
ruangan/kamar
Kebiasaan
10. Perlindungan diri:
lu Rasio
Kemampuan anak

merokok
Memakai helm

tuna grahita dalam

Cara: meminta

Skor 1-3 dari sela

orang tua

dibantu sampai

menjawab

dengan tanpa

pertanyaan
tentang

bantuan
1= tidak pernah

kemampuan

2= jarang

anak tuna grahita


menghindari
bahaya
Alat: kuesioner

3= selalu/sering

Menghindari
menghindari diri
dari bahaya di
bermain
rumah dan
dengan api
sekolah

Universitas Ind
onesia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
BAB 4
METODE PENELITIAN
Bab 4 menguraikan tentang metodologi penelitian meliputi desain penelitian yang
digunakan, populasi dan sampel penelitian, tempat dan waktu penelitian, etika
penelitian, alat pengumpulan data, prosedur pengumpulan data dan rencana
analisa data.
4.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif
observasional. Penelitian ini
ingin mengetahui
faktor-faktor

yang
berhubungan dengan kemampuan perawatan diri pada anak tuna grahita di
Kabupaten Banyumas.
Pendekatan yang dilakukan adalah cross sectional karena pengukuran faktorfaktor yang mempengaruhi kemampuan perawatan diri (independen) dan
kemampuan perawatan diri pada anak tuna grahita (dependen) dilakukan
secara simultan pada saat bersamaan untuk melihat adanya pengaruh atau
tidak diantara keduanya (Pollit & Beck, 2006), yaitu dalam penelitian ini
dengan menggunakan kuesioner. Studi cross-sectional hanya merupakan
salah satu studi observasional untuk menentukan hubungan antara faktor
risiko dengan masalah kesehatan yang terjadi. Studi cross-sectional untuk
mempelajari etiologi suatu penyakit/masalah kesehatan yang terjadi dengan
menggunakan faktor risiko atau faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan dengan onset yang lama dan durasi yang panjang (Sastroasmoro &
Ismael, 2008).
Penelitian ini menilai hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
dengan melakukan pengukuran sesaat (Sastroasmoro & Ismael, 2008). Jadi
penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengidentifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi kemampuan perawatan diri pada anak tuna
grahita dan seberapa besar hubungan faktor-faktor
tersebut deng
an
60

Universitas Indon

esia
Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011
61
kemampuan perawatan diri anak tuna grahita. Selain itu, peneliti juga akan
mengidentifikasi faktor yang paling berhubungan (mempunyai hubungan
dominan) terhadap kemampuan perawatan diri anak tuna grahita.
4.2. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari subyek/obyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2008).
Populasi penelitian ini adalah semua siswa tuna grahita yang bersekolah
dan bertempat tinggal di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2008), sampel merupakan bagian dari jumlah
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sedangkan menurut Arikunto
(2006) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti.
Sampel yang dimaksud pada penelitian ini adalah orang tua dari anak tuna
grahita yang bersekolah di SLB YAKUT Kecamatan Purwokerto Selatan
dan SLB KUNCUP MAS Kecamatan Banyumas, usia anak tuna grahita 917 tahun, kategori tuna grahita ringan atau sedang, dan bertempat tinggal
di wilayah Kabupaten Banyumas, yaitu berjumlah 65 orang tua siswa

dengan 45 orang tua siswa SLB YAKUT dan 20 orang tua siswa SLB
KUNCUP MAS.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
total sampling, yaitu cara pengambilan sampel yang paling mudah dan
murah dengan memasukkan setiap subyek yang memenuhi kriteria
pemilihan sampel ke dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu,
sehingga jumlah sampel yang dibutuhkan terpenuhi (Sastroasmoro &
Ismael, 2008). Jumlah sampel minimal untuk penelitian ini dihitung

Universitas Indo
nesia

Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011


62
dengan menggunakan rumus perhitungan besar sampel untuk regresi
logistik (Dahlan, 2008) adalah:

2
N=

Keterangan:
N = besar sampel
Z simp ng n b ku d ri kes l h n tipe I
=
Z simpangan aku dari kesalahan tipe II
=
OR = Odds Ratio minimal yang dianggap ermakna
Px = proporsi pajanan atau proporsi faktor risiko
Py = proporsi efek atau proporsi variael terikat
Apaila kesalahan tipe I ( d l h 5%, kes l h n tipe II ( adalah 20%,
)
)
Px = 23,1% didapatkan erdasarkan penelitian seelumnya yang
mengukur faktor risiko perilaku perawatan diri pada anak dengan
thalasemia (Indanah, 2010) dan Py = 22,50% didapatkan erdasarkan
penelitian Novianenci (2009) tentang kemampuan ina diri anak
erkeutuhan khusus dengan iu yang ekerja, dan OR yang ermakna =
2,25. Maka rumus di atas dapat disederhanakan menjadi:

2
N=

x
,

,
(

),

2
=

x
,

= 1,55 x
= 50
Sehingga, esar sampel minimal yang diutuhkan dalam penelitian ini
adalah 50 responden dengan melakukan pemulatan hasil perhitungan.
Sampel yang terliat dalam penelitian ini adalah sampel yang memenuhi
kriteria inklusi penelitian. Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini:
a. Orang tua/pengasuh dari anak tuna grahita
. Dapat memaca dan menulis

Uni

versitas Indonesia

Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011


63
c. Tinggal ersama anak tuna grahita dalam satu rumah
d. Bersedia menjadi responden
Sampel yang terpilih adalah seluruh orang tua siswa tuna grahita yang
hadir di sekolah saat penelitian dilakukan dan mempunyai anak tuna
grahita erusia 9 -17 tahun. Sedangkan orang tua siswa dengan anak tuna
grahita erusia kurang dari 9 tahun dan leih dari 17 tahun yang juga ikut
hadir tidak akan diliatkan dalam penelitian, yaitu dengan melakukan
seleksi kuesioner yang telah diisi oleh orang tua. Peneliti akan tetap
mendokumentasikan data dalam kuesioner tetapi tidak akan dianalisis
leih lanjut.
3. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SLB YAKUT dan KUNCUP MAS di
Kaupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah.
4. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada ulan April sampai dengan Mei 2011.
5. Etika Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, sehingga tidak
dilakukan intervensi terhadap suyek penelitian. Penelitian ini tetap
mempertimangkan etika penelitian dan menjunjung tinggi hak-hak
responden. Adapun yang peneliti akan lakukan adalah pertama-tama
peneliti akan mengurus ijin atau persetujuan melakukan penelitian dari
Dinas Pendidikan Kaupaten Banyumas dan pihak SLB YAKUT serta
SLB Kuncup Mas.
Peneliti juga akan memerikan informasi terkait
penelitian kepada pihak-pihak yang erwenang yaitu Bupati Kaupatern
Banyumas melalui Dinas Kesangpolinmas Ka. Banyumas, pengurus
yayasan yang menaungi SLB, dan guru-guru SLB yang dijadikan tempat
penelitian.

Universitas Indonesia

Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011


64
Pertimangan etik menurut Pollit & Beck (2006) adalah:
a. Prinsip eneficence
Prinsip eneficence menjadi salah satu prinsip etik yang penting dalam
penelitian. Prinsip ini mengutamakan prinsip kemanfaatan agi
penelitian agi responden. Dimensi etik pada prinsip ini meliputi
keeasan dari rasa sakit atau tidak menyakiti dan prinsip keeasan
dari eksploitasi. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menstimulasi
perkemangan kemampuan melakukan perawatan diri pada anak tuna
grahita melalui mengetahui faktor-faktor yang mungkin erhuungan
dengan kemampuan terseut serta mengidentifikasi faktor dominan atau
faktor yang mempunyai pengaruh ermakna pada kemampuan
perawatan diri anak tuna grahita.

. Prinsip respect for human dignity


Prinsip etik yang kedua adalah respect for human dignity, prinsip ini
meliputi right to self determination dan right to full disclosure.
Responden akan dieri kesempatan dan keeasan menentukan pilihan
apakah menyetujui atau ersedia erpartisipasi dalam penelitian dengan
sukarela tanpa unsur paksaan. Semua data yang dierikan responden
akan dipergunakan semata-mata hanya untuk kepentingan penelitian
dan semua identitas responden dirahasiakan dan diganti dalam entuk
kode di dalam kuesioner.
c. Prinsip keadilan (justice)
Prinsip keadilan yang dimaksud adalah teruka dan adil, responden
harus mendapatkan penjelasan tentang prosedur penelitian yang
dilakukan dan keuntungan yang didapatkan. Peneliti memerikan
penjelasan dan meminta kesediaan responden serta memenuhi rasa
keadilan dengan ersikap jujur, teruka, dan profesional.

Universitas Indonesia

Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011


65
d. Manfaat dan kerugian (Balancing harms and enefits)
Peneliti harus menjalankan penelitian sesuai dengan prosedur yang
sudah ditetapkan dan mengurangi dampak yang merugikan agi
responden. Peneliti juga memerikan keleluasaan dan kenyamanan
kepada responden selama mengisi kuesioner sehingga tidak akan
menimulkan tekanan psikologis dan kecemasan pada responden.

4.3. Alat Pengumpul Data


Instrumen/alat yang digunakan dalam penelitian ini erupa kuesioner yang
mengacu pada kerangka konsep penelitian. Kuesioner terdiri dari daftar
pertanyaan terkait data demografi dan data-data lainnya yang erhuungan
dengan perkemangan kemampuan melakukan perawatan diri pada anak
tuna grahita dan faktor-faktor yang erhuungan kemampuan terseut.
Pertanyaan yang terdapat pada kuesioner ditampilkan dalam entuk isian
singkat dan tael skala Likert yang dimodifikasi dengan items yang sesuai
dengan data yang diinginkan peneliti untuk diidentifikasi. Kuesioner adalah
erdasarkan instrumen PEDI dan teori self-care dari Orem.
modifikasi
Kuesioner yang digunakan erisi pertanyaan tentang:
1. Kuesioner A.1 erisi pertanyaan terkait data demografi meliputi usia,
jenis kelamin, dan klasifikasi tuna grahita erdasarkan kemampuan
kognitif anak. Terdiri dari 3 pertanyaan isian singkat yang akan
dilengkapi oleh orang tua.
2. Kuesioner A.2 erisi tentang data demografi orang tua meliputi usia,
pendidikan, pekerjaan, dan pengeluaran iaya keluarga per ulan. Terdiri
dari 4 pertanyaan singkat dan pertanyaan dengan pilihan jawaan
teratas.
3. Tahap pertumuhan dan perkemangan anak tuna grahita terdapat pada
kuesioner A.1., meliputi erat adan, tinggi adan, tanda pre puertal
(masing-masing 1 pertanyaan), kelainan struktur wajah (1 pertanyaan),
hipersalivasi (1 pertanyaan), dan kelemahan motorik (1 pertanyaan).
Total pertanyaan terkait
pertumuhan dan perkemangan anak tuna

Universitas Ind
onesia

Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011


66
grahita seanyak 6 pertanyaan dan dicantumkan dalam lemar oservasi
yang dilakukan oleh peneliti.
4. Kuesioner B terkait pengetahuan orang tua tentang tuna grahita terdiri
dari pertanyaan tentang definisi, jenis/klasifikasi tuna grahita, tandatanda fisik, perkemangan, dan keutuhan anak tuna grahita erjumlah
10 pertanyaan yang dikemangkan oleh peneliti. Hasil ukur adalah
tingkat pengetahuan tinggi dan pengetahuan rendah dengan skala ukur
yang digunakan nominal. Hasil ukur dengan skor total 10 dengan skor
jawaan salah = 0 dan skor jawaan enar = 1. Skala ukur yang
digunakan nominal, dengan kategori yaitu 0 = tingkat pengetahuan
rendah ila skor total < 8 dan 1= tingkat pengetahuan tinggi ila
skortotal 8.
5. Kuesioner C tentang pola asuh orang tua yang terdiri dari pertanyaanpertanyaan yang mewakili pola asuh yang diterapkan orang tua pada
anak tuna grahita yaitu otoriter, demokratis, dan permisif dengan jumlah
pertanyaan 8 uah erdasarkan kuesioner yang dikemangkan oleh
Hiryadi (2007). Kuesioner ini dimodifikasi oleh peneliti sesuai dengan
keutuhan penelitian. Kuesioner menggunakan skala Likert dengan
pilihan jawaan tidak pernah = skor 1, jarang = skor 2, dan sering/selalu
= 3. Hasil ukur dengan skor total 8-24, dengan kategori pola asuh
otoriter ila skor antara 8 - 13, demokratis ila skor antara 14 - 19, dan
permisif ila skor antara 20 - 24.

6. Karakteristik lingkungan
Kuesioner D tentang karakteristik lingkungan merupakan pertanyaan
tentang dukungan guru dan tenaga kesehatan dan penggunaan alat antu
pada anak tuna grahita yang dierikan kepada responden terkait
kemampuan perawatan diri. Terdapat 5 pertanyaan yang menilai
dukungan guru dan tenaga kesehatan dengan skor total 15 dan 4
pertanyaan terkait alat antu yang digunakan anak tuna grahita. Pilihan
yang dapat dipilih oleh responden terdiri dari tidak pernah = 1, jarang =
2, dan sering/selalu = 3 untuk pertanyaan dukungan guru dan tenaga
kesehatan dan tidak pernah = 3, jarang = 2, dan selalu = 1 untuk
Universitas Indonesia

Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011


67
pertanyaan alat antu yang digunakan oleh anak tuna grahita. Hasil ukur
skor dukungan guru adalah 3-9, skor dukungan tenaga kesehatan 3-6
dengan skala ukur nominal, selanjutnya diuat dalam entuk kategori
yaitu 0= dukungan rendah ila skor < 12 dan 1= dukungan tinggi ila
skor 12. Hasil ukur penggunaan alat antu menggunakan prosentase
jumlah anak tuna grahita yang menggunakan atau tidak menggunakan
alat antu.
7. Kemampuan melakukan perawatan diri anak tuna grahita yang terdiri
dari pertanyaan yang mengukur kemampuan anak tuna grahita dalam
melakukan perawatan diri. Kuesioner E disusun erdasarkan modifikasi
dari PEDI Instruments yang dikemangkan oleh stensjo et al. (2006)
dan Child and Adolescent Self-Care Performance Questionnaire (SPQ)
yang dikemangkan oleh Moore (1995), dimana pertanyaan-pertanyaan
tentang kemampuan perawatan diri anak tuna grahita disusun
erdasarkan identifikasi kemampuan fungsional melalui penguasaan
ketrampilan dan penampilan/kompetensi yang diperlihatkan oleh anak
(PEDI Instrumen) mencakup kegiatan perawatan diri sehari-hari pada
anak dengan disailitas meliputi 32 item terkait perawatan diri, 15 item
pada kemampuan moilisasi, 14 item pada fungsi sosial. Pertanyaan
diuat dengan menggunakan skala Likert dengan poin 1-3. Jawaan
yang disediakan adalah tidak pernah, jarang, dan sering/selalu.
Peneliti menggunakan kuesioner erdasarkan modifikasi dari PEDI
Instrumen karena untuk mengukur kemampuan anak dengan disailitas,
termasuk anak tuna grahita dalam melakukan kegiatan sehari-hari
(stenjo et al., 2006). Sedangkan SPQ adalah instrumen yang
dikemangkan erdasarkan teori perawatan diri Orem yang meliputi
keutuhan perawatan diri akan keutuhan universal, perkemangan, dan
penyimpangan kesehatan. Instrumen ini juga dianggap mampu
memerikan informasi yang relevan terkait perilaku perawatan diri yang
sesuai dengan kurikulum di sekolah anak (Jaimovich et al., 2009).
Kemampuan melakukan perawatan diri anak tuna grahita meliputi aspek
Universitas Indonesia

Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011

68
keutuhan perawatan diri universal, keutuhan perawatan diri sesuai
perkemangan anak dan keutuhan perawatan diri pada kondisi adanya
penyimpangan
kesehatan. Hasil
ukur
menggunakan
total
nilai
pengukuran dengan skor 63-189.
4.4.

Prosedur Pengumpulan Data


Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner akan dilakukan pada
responden dengan mengundang orang tua siswa/anak tuna grahita datang ke
sekolah untuk dierikan penjelasan mengenai penelitian yang dilakukan.
Bila tidak memungkinkan karena keteratasan waktu responden atau pihak
sekolah maka peneliti akan melakukan kontrak untuk melakukan kunjungan
rumah.

an

nta

Langkah awal yang dilakukan adalah menetapkan responden dan


mengundang responden datang ke sekolah, kemudian responden akan
dierikan penjelasan tentang penelitian meliputi tujuan, manfaat, kewaji
dan hak responden serta dieri penjelasan tentang cara mengisi kuesioner.
Kemudian peneliti memeri kesempatan kepada responden untuk erpikir
sejenak, apaila responden telah mengerti maka peneliti
memi
responden untuk menandatangani surat persetujuan menjadi responden
(informed consent). Selama respoden mengisi kuesioner, peneliti atau
asisten peneliti selalu mendampingi responden.

4.5.

ur

Validitas dan Reliailitas


Seelum Instrumen digunakan, peneliti melakukan uji validitas dan
reailitas terhadap kuesioner. Validitas adalah Instrumen seagai alat uk

enar-enar mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Pollit & Beck,
2006). Validitas isi menggamarkan atau menilai ahwa instrumen yang
digunakan enar-enar mengukur konsep yang harus diukur. Validitas
kriteria menilai apakah ada huungan antara nilai dalam instrumen yang
digunakan untuk mengukur suyek dengan perilaku suyek yang nyata.
Universitas Indo

nesia

Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011


69
Terdapat dua jenis validitas kriteria yaitu predictive dan concurrent.
Predictive validity adalah kemampuan instrumen untuk mengukur perilaku
seseorang erdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, sedangkan concurrent
validity menggamarkan tingkat huungan antara dua pengukuran dari
konsep yang sama dan pada waktu yang sama, apaila menunjukkan

adanya huungan antara dua pengukuran terseut, maka angka korelasi


akan tinggi (Pollit & Beck, 2006). Berikutnya adalah validitas konstruk,
yaitu apaila pertanyaan terseut mempunyai korelasi yang ermakna atau
erarti semua tem pertanyaan yang ada dalam kuesioner mampu mengukur
konsep yang akan diukur. Kemudian dilanjutkan dengan menghitung
korelasi dengan menggunakan korelasi Pearsons Product Moment (Pollit
& Beck, 2006).
Uji validitas yang peneliti lakukan adalah uji validitas terkait isi atau
kontent pada ahli yang mempunyai kompetensi terkait anak dengan
keutuhan khusus atau tuna grahita, hal ini dilakukan dengan erkonsultasi
melalui pemiming.
Kemudian uji
validitas konstruk yang
menggamarkan tingkat huungan antara dua pengukuran dari konsep
yang sama dan pada waktu yang sama. Uji korelasi yang digunakan adalah
dengan korelasi Pearson Product Moment. Uji coa instrumen dilakukan
pada 32 responden atau orang tua siswa tuna grahita yang ersekolah di
program inklusi, yaitu siswa program inklusi di SDN 5 Arcawinangun
Purwokerto. Korelasi ini dihitung dengan rumus Product Moment
(Pearson) (Arikunto, 2006) seagai erikut :
n

y
xy

rxy
x
n
x

2
y

y
2

2
n
Keterangan :
rxy = Koefisien Korelasi Product Moment antara x dan y
x
= Skor pertanyaan setiap nomor
y
= Skor total
Universitas Indonesia

Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011


70
n
= Jumlah responden
dengan degree of freedom (df) = (n-2) dan 0,05 m k :
=
1. Jik r hitung > r t bel m k pert ny n v lid
2. Jik r hitung < r t bel m k pert ny n tersebut diny t k n tid k v lid

Reli bilit s d l h indeks y ng menunjukk n sej uh m n l t ukur d p t


diperc y t u d p t di nd lk n. H l ini ber rti menunjukk n sej uh m n
h sil pengukur n itu tet p konsisten t u tet p s s bil dil kuk n
pengukur n du k li t u lebih terh d p fenomen y ng s m deng n

menggun k n l t ukur y ng s m . Untuk menguji tingk t re bilit s d p t


dil kuk n y itu pert m deng n st bility y itu deng n c r test-retest
re bility d n p r llel, kedu deng n homogenity mel lui c r korel si,
Split-h lf re bility, Kuder-Rich rdson coefisient d n Cronb chs lph .
Ketig deng n c r equiv lence y itu p r llel d n interr ter re bility.
Instrumen y ng reli bel d l h instrumen y ng bil digun k n beber p
k li untuk mengukur obyek y ng s m , k n mengh silk n d t y ng
s m (Sugiyono, 2008). Untuk itul h perlu dil kuk n uji reli bilit s untuk
mengukur kuesioner y ng diseb rk n kep d responden h nd l t u tid k.
J di uji reli bilit s bertuju n untuk mengukur st bilit s d n konsistensi
v ri bel-v ri bel y ng diukur mel lui kuesioner. H sil uji reli bilit s k n
menunjukk n sej uh m n pengukur n ini d p t memberi h sil y ng
rel tif tid k berub h bil dil kuk n kemb li terh d p obyek y ng s m .
D l m peneliti n ini uji reli bilit s dil kuk n deng n teknik Cronb chs
Alph ( Rumus umumny d l h seb g i berikut (Arikunto, 2006):
).
b2
k
r

1
2
1
k

Keter ng n :
r
= Koefisien Cronb chs Alph
k
= B ny kny butir pert ny n
2
b
= Jumlah varian butir
Univerita Indoneia

Faktor yang..., Dian Ramawati, FIK UI, 2011


71

2
= varian total
t
Dengan degree of freedom (n-2) dan 0,05 m k :
=
1. r hitung > r t bel m k pert ny n diny t k n reli bel
2. r hitung t bel m k pert ny n diny t k n tid k reli bel
r
P d peneliti n ini uji v lidit s d n reli bilit s dil kuk n p d 32
responden untuk semu kuesioner y ng digun k n. Pert ny n t u
perny t n y ng memiliki nil i v lidit s di b w h r t bel tid k diikutk n
d l m proses n lisis (nil i r t bel deng n n = 32 d l h 0,349) kecu li
untuk perny t n y ng di ngg p penting. H sil uji v lidit s d n reli bili
t s
sec r

lengk p dit mpilk n d l m t bel berikut:


T bel 4.1

H sil Uji V lidit s d n Reli bilit s Kuesioner Peneliti n


Kuesioner

Juml h item

Juml h item

Nil i V lidit s

sebelum

setel h

perb ik n
15

perb ik n
10

0,204 0,656

0,

15

0,324 0,569

0,

Nil i
Re

li bilit s
Penget hu n Or ng tu
663
Pol Asuh Or ng tu
598
Dukung n Guru d n
5

0,393 0,782

0,

0,477 0,829

0,

73

63

0,133 0,807

0,

662
Ten g Keseh t n
Ke m n n Lingkung n
784
d n Al t B ntu
Kem mpu n Per w t n
965
Diri An k Tun

4.6.

Gr hit

Pengol h n D t
Setel h d t terkumpul, peneliti mel kuk n pengol h n d t deng n
l ngk h-l ngk h seb g i berikut:
1. Editing, bertuju n untuk mengecek kelengk p n d t y ng tel h diisi
oleh responden. Instrumen y ng tel h diisi oleh responden diperiks
terh d p kelengk p n isiny , keben r n, d p t terb c d n ketep t n
d l m penulis nny .
2. Coding, merup k n proses pemberi n kode p d seti p v ri bel. H l ini
bertuju n untuk memud hk n n lisis d t d n proses t bul si. D t
y ng diberi kode d l h jenis kel min, pendidik n or ng tu ,
pend p t n d n pendidik n or ng tu , penget hu n or ng tu ,
Universit s Ind

onesi

F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011


72
kelem h n motorik p d tubuh n k tun gr hit , dukung n d ri guru
d n ten g keseh t n d n kem mpu n mel kuk n per w t n diri.
3. Entry d t merup k n proses pem sukk n d t -d t ke d l m komputer
deng n menggun k n progr m/softw re n lisis d t . D t y ng
dim sukk n meliputi kode responden, usi n k d n or ng tu , jenis
kel min n k, pendidik n or ng tu , pend p t n or ng tu , pekerj n
or ng tu , nil i tot l skor penget hu n or ng tu , dukung n guru d n
ten g keseh t n d n kem mpu n mel kuk n per w t n diri.
4. Processing, merup k n pemroses n d t y ng sud h di dim sukk n
untuk di n lisis. Meliputi uji univ ri t, biv ri t, d n multiv ri t d

eng n
menggun k n softw re komputer y ng tersedi .
5. Cle ning, h l ini bertuju n untuk membersihk n t u menghil ngk n
d n membeb sk n d t d ri kes l h n sebelum dil kuk n n lisis d t .
4.7.

An lisis D t
An lisis d t dil kuk n untuk memperoleh risiko rel tif. Istil h risiko
rel tif d l h perb nding n nt r peng ruh (efek) p d kelompok deng n
risiko. P d studi cross section l, risiko rel tif y ng diperoleh buk n r

isiko
rel tif murni, mel ink n estim si risiko rel tif y ng diperoleh mel lui
menghitung r sio prev lens. R sio prev lens d l h perb nding n nt r
juml h subyek deng n peny kit (S stro smoro & Ism el, 2008). An lisis
d t terdiri d ri n lisis univ ri t, biv ri t, d n multiv ri t.
1. An lisis univ ri t untuk m sing-m sing v ri bel, dim n d t y ng
bersif t k tegorik y itu jenis kel min, pendidik n d n pekerj n or n
g
tu

dis jik n d l m bentuk frekuensi d n present se. Khusus untuk d t

numerik y itu usi n k,


dukung n guru d n ten g
kem mpu n per w t n diri
rer t (me n), d n nil i

usi y h-ibu, penget hu n, pol suh,


keseh t n, ke m n n lingkung n d n
n k tun gr hit dit mpilk n deng n nil i
teng h (medi n). Semu d t di n lisis deng

n
b ntu n softw re st tistik d n disimpulk n sec r

deskriptif.

Universit s In
donesi

F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011


73
2. An lisi biv ri t untuk menil i hubung n nt r v ri bel beb s deng n
v ri bel terik t d n v ri bel per ncu deng n v ri bel terik t, uji y ng
k n digun k n uji d l h uji Chi- Squ re.
T bel 4.2.
An lisis Biv ri t V ri bel Peneliti n
V ri bel Beb s
V ri bel Terik t
Uji y ng
digun k n
1. K r
.
b.
c.
d.
e.
2. K r
.
b.

kteristik or ng tu
Usi
Pendidik n
St tus ekonomi
Penget hu n
Pol suh
kteristik lingkung n
Dukung n guru
Dukung n ten g
keseh t n
c. Penggun n l t b ntu
d. Ke m n n lingkung n

Kem mpu n per w t n


diri n k tun gr hit

Chi-Squ re

Kem mpu n per w t n


diri n k tun gr hit

Chi-Squ re

3. K r
.
b.
c.
d.
e.
f.

kteristik n k
Usi
Jenis kel min
Kondisi fisik
Kem mpu n kognitif
Pertumbuh n
Perkemb ng n

Kem mpu n per w t n


diri n k tun gr hit

Chi-Squ re

3. An lisis multiv ri t untuk menil i v ri bel m n y ng mempuny i


hubung n y ng signifik n deng n kem mpu n per w t n diri n k tun
gr hit k n di n lisis deng n uji regresi logistik.
. Di w li deng n t h p uji seleksi k ndid t deng n n lisi biv ri t. P d
t h p ini y ng m suk d l m t h p sel njutny d l h v ri bel y ng
mempuny i nil i p < 0,25.
b. Pemodel n multiv ri t p d t h p ini, v ri bel y ng mempuny i nil i
p > 0,05 dikelu rk n d ri pemodel n sec r bert h p. Di w li d ri
v ri bel y ng mempuny i nil i p terbes r s tu per s tu.
c. Uji
inter ksi, meng n lisis
d ny
inter ksi
nt r
ri bel
k r kteristik or ng tu deng n kem mpu n per w t n diri n k tun
gr hit .

Universit s Ind
onesi

F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011


BAB 5
HASIL PENELITIAN
P d B b V ini diur ik n h sil peneliti n tent ng n lisis f ktor determin n y n
g
berhubung n deng n kem mpu n per w t n diri n k tun gr hit di K bup ten
B nyum s J w Teng h.
5.1. K r kteristik Responden
Responden d l m peneliti n ini d l h or ng tu d ri n k tun gr hit y ng
terd ft r di SLB YAKUT Purwokerto d n SLB KUNCUP MAS B nyum s.
Juml h responden y ng terlib t d l m peneliti n seb ny k 65 responden.
5.1.1. G mb r n K r kteristik Or ng Tu

deng n An k Tun

Gr hit

H sil t bel 5.1 memperlih tk n b hw d ri 65 responden (or ng tu d ri


n k tun gr hit ), m yorit s or ng tu mempuny i pendidik n ter khir
SMA
(52,3%).
Sed ngk n,
or ng
tu
deng n
pendidi
k n
Ak demi/Perguru n Tinggi h ny d seb ny k 13,8%. Untuk pekerj n
y h, m yorit s y h deng n n k tun gr hit bekerj seb g i k ry w n
sw st y itu seb ny k 27,7% d n y h y ng bekerj seb g i pet ni menj di
juml h terkecil y itu 4 or ng (6,2%). H sil n lisis jug memperlih tk n
m yorit s pekerj n ibu deng n n k tun gr hit
d l h ibu rum h t ngg

y itu seb ny k
terkecil y itu
m yorit s kelu
kur ng d ri Rp

49 or ng (75,4%) d n seb g i pet ni menj di juml h


seb ny k 2 or ng (3,1%). T bel tersebut jug memperlih tk n
rg deng n n k tun gr hit mempuny i pengelu r n
1.500.000,00 y itu seb ny k 69%.

H sil n lisis jug mend p tk n rer t usi y h deng n n k tun gr hit


d l h 46,6 t hun  7,308 d n usi minimum 33 t hun sert usi
m ksimum 67 t hun, sed ngk n untuk usi ibu mempuny i rer t 42,2
t hun  6,443 d n usi termud 28 t hun sert usi tertu 59 t hun. H sil
n lisis setel h usi
y h deng n n k tun gr hit dikelompokk n menj di
74

Universit s Indon

esi

F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011


75

< 45 t hun d n 45 t hun berd s rk n medi n usi y h, did p tk n


seb ny k 34 or ng (52,3%) berusi < 45 t hun d n 31 or ng (47,7%)
berusi 45 t hun. H sil n lisis jug menunjukk n usi ibu deng n n k
tun gr hit setel h dikelompokk n menj di < 42 t hun d n 42 t hun
berd s rk n rer t usi ibu, did p tk n seb ny k 31 or ng (47,7) berusi <
42 t hun d n seb ny k 34 or ng (52,3%) berusi 42 t hun.
T bel 5.1.
Distribusi K r kteristik Or ng Tu An k Tun Gr hit
di K bup ten B nyum s J w Teng h, April Mei 2011 (n=65)
No.
1.
2.
3.

4.

5.

K r kteristik Demogr fi
Usi Ay h
. < 45 t hun
b. > 45 t hun
Usi Ibu
. < 42 t hun
b. > 42 t hun
Pendidik n
. SD
b. SMP
c. SMA
d. Ak demi/PT
Pekerj n Ay h
. Kerj lep s/tid k bekerj
b. Pet ni
c. Ped g ng
d. K ry w n sw st
e. PNS
Pekerj n Ibu
. Ibu rum h t ngg
b. Pet ni
c. Ped g ng
d. PNS

Frekuensi

Persent se (%)

34
31

52,3
47,7

31
34

47,7
52,3

10
12
34
9

15,4
18,5
52,3
13,8

16
4
14
18
13

24,6
6,2
21,5
27,7
20,0

49
2
9
5

75,4
3,1
13,8
7,7

Pengelu r n Kelu rg Per


6.

7.
8.

Bul n
. < 500.000
b. 500.000 1.500.000
c. 1.600.000 2.500.000
d. > 2.500.000
Pol Asuh Or ng tu
. Demokr tis
b. Permisif
Penget hu n Or ng tu
. Penget hu n rend h
b. Penget hu n tinggi

11
34
10
10

16,9
52,3
15,4
15,4

39
26

60
40

24
41

36,9
63,1

Universit s Indones
i
F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011
76

H sil n lisis jug memperlih tk n rer t tot l nil i penget hu n or ng tu


tent ng tun gr hit d l h 6,82  1,85, nil i terend h 3 d n nil i tertinggi
10. H sil estim si interv l 95% menunjukk n b hw penget hu n or ng tu
tent ng tun gr hit diy kini ber d p d rent ng nil i 6,36 s mp i deng n
7,27. H sil n lisis penget hu n or ng tu kemudi n dil njutk n deng n
memb gi nil i penget hu n menj di < 8 untuk penget hu n rend h d n 8
untuk penget hu n tinggi tent ng tun gr hit .
T bel 5.2
Distribusi Penget hu n Or ng Tu Tent ng Tun Gr hit
di K bup ten B nyum s, April Mei 2011(n = 65)
JAWABAN
PENGETAHUAN ORANG TUA
Ben r (%)
Tun gr hit d p t dikelompokk n menj di tun
96,9
gr hit ring n, sed ng, d n ber t
Tun gr hit d l h n k y ng mempuny i kecerd s n
95,4
di b w h r t -r t
An k tun gr hit meng l mi kesulit n bel j r di
89,2
sekol h
An k tun gr hit mud h mend p tk n tem n berm in
73,8
y ng seb y
K t -k t y ng diuc pk n n k tun

gr hit

sulit
72,3

dimengerti
An k tun gr hit mud h mengikuti perint h
An k tun gr hit membutuhk n b ntu n penuh d l m

66,2
49,2

mel kuk n ktivit s seh ri-h ri


Tun gr hit tid k d p t disembuhk n

47,7

Ciri-ciri n k tun

gr hit

nt r lem h d l m
46,2

mengger kk n t ng n d n k ki
Tu n gr hit d p t diseb bk n oleh kekur ng n gizi

44,6

H sil n lisis menunjukk n seb ny k 24 responden (36,9%) mempuny i


penget hu n y ng rend h d n 41 responden (63,1%) mempuny i
penget hu n y ng tinggi tent ng tun gr hit . H sil n lisis penget hu n
or ng tu tent ng or ng tu n k tun gr hit jug memperlih tk n b hw
m yorit s (96,6%) or ng tu menget hui tent ng kl sifik si tun gr hit
y ng meliputi tun gr hit ring n, sed ng, d n ber t. Sed ngk n,
penget hu n terk it penyeb b tun gr hit h ny seb gi n kecil (44,6%)
or ng tu y ng menget hui h l tersebut.
H sil n lisis v ri bel pol suh or ng tu menunjukk n b hw pol suh
or ng tu mempuny i rer t 18,88  1,941 d n skor untuk pol suh
Universit s Indonesi
F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011
77

terend h 13 d n tertinggi 23. Berd s rk n h sil skor, m k pol suh or ng


tu n k tun gr hit dib gi menj di 3 y itu pol suh otoriter bil skor 813, demokr tis bil skor 14-19, d n permisif bil skor 20-24. H sil n lisis
p d t bel 5.3 menunjukk n pol suh m yorit s or ng tu deng n n k
tun gr hit d l h terd p t p d k tegori
pol suh demokr tis y itu
seb ny k 39 responden (60%).
T bel 5.3
Distribusi Pol Asuh Or ng Tu Terh d p An k Tun Gr hit
Di K bup ten B nyum s, April Mei 2011 (n = 65)
Tid k

JAWABAN
K d ng-

POLA ASUH ORANG TUA


Or ng tu d p t menerim

Sel lu
bil

Pern h
%

k d ng
%

7,7

44,6

47,7

3,1

35,4

61,5

10,8

76,9

12,3

7,7

38,5

53,8

18,5

64,6

16,9

23,1

76,9

n k

meng l mi keg g l n
An k diberi kebeb s n untuk memilih
tem n sesuk h ti
An k dim r hi bil mel kuk n kes l h n
Or ng tu menyi pk n sendiri p k i n
ser g m y ng k n dip k i ke sekol h
An k tid k boleh menol k perint h d ri
or ng tu
Or ng tu memberik n puji n t s h sil
kerj n k
Or ng tu memenuhi seg l keingin n

6,2

76,9

16,9

3,1

38,5

58,5

n k
Or ng tu memberik n kebeb s n untuk
berm in deng n tem n
H sil n lisis komponen pol suh did p tk n b hw m yorit s or ng tu
n k tun gr hit tel h memberi kebeb s n kep d
n k untuk memilih d n
berm in deng n tem n y ng disuk i (61,5%), memberi puji n t s h sil
kerj n k (76,9), d n memenuhi seg l kebutuh n n k (76,9%). N mun,
m sih b ny k or ng tu y ng menyi pk n p k i n ser g m y ng k n
dip k i ke sekol h (53,8%) d n m sih d or ng tu y ng tid k pern h m u
menerim keg g l n y ng dil kuk n n k (7,7%).

Universit s Indonesi
F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011
78

5.1.2.
K
d
b

G mb r n K r kteristik Lingkung n An k Tun Gr hit


r kteristik lingkung n y ng diteliti d l m peneliti n ini d l h dukung n
ri guru di sekol h, dukung n d ri ten g keseh t n, d n penggun n l t
ntu oleh n k tun gr hit .

5.1.2.1. Dukung n Guru d n Ten g


An k Tun Gr hit

Keseh t n sert Ke m n n Lingkung n

T bel 5.4
Distribusi Dukung n Guru d n Ten g Keseh t n
An k Tun Gr hit di k bup ten B nyum s,
April Mei 2011 (n = 65)
DUKUNGAN GURU DAN

Tid k

TENAGA KESEHATAN

Pern h

JAWABAN
K d ng- Sel l

u/
k d ng Serin

g
%

3,1

15,4

13,8

52,3

16,9

41,5

. An k di j rk n kebersih n diri di
81,5
sekol h
b. An k pern h dib ntu guru mel kuk n
33,8
kebersih n diri di sekol h
c. Guru pern h mel pork n
perkemb ng n kem mpu n per w t n
41,5
diri n k tun gr hit
d. Or ng tu pern h mend p tk n

penyuluh n d n bimbing n d ri ten g


35,4

49,2

35,4

46,2

15,4
keseh t n terk it per w t n diri n k
tun gr hit
e. Penyuluh n y ng pern h dil kuk n
18,5
sesu i deng n kebutuh n or ng tu
H sil n lisis berd s rk n distribusi k r kteristik lingkung n n k tun
gr hit m yorit s responden memilih j w b n K d ng-k d ng d n
Sering/Sel lu (15 -80%) untuk meny t k n d t u tid k dukung n d ri
lingkung n terh d p n k tun gr hit terk it kem mpu n per w t n diri.

Universit s In
donesi
F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011
79

T bel 5.5
Distribusi Responden Berd s rk n K r kteristik Lingkung n
di K bup ten B nyum s J w Teng h, April Mei 2011 (n=65)

1.

Dukung n Lingkung n d n
Al t B ntu
Dukung n guru d n ten g
keseh t n
. Dukung n rend h
b. Dukung n tinggi

Frekuensi

Persent se (%)

40

61,5

25

38,5

2.

Al t b ntu penglih t n

9,2

3.

Al t b ntu pendeng r n

4,6

4.

Al t b ntu perger kk n

7,7

H sil n lisis terk it dukung n guru d n ten g keseh t n y ng did p tk n


rer t skor dukung n 10,86  2,121 d n skor minimum - m ksimum p d
5 - 15. Sel njutny di kelompokk n menj di 2 y itu dukung n rend h d n
dukung n tinggi berd s rk n rer t skor y ng did p tk n. H sil n lisis
memperlih tk n terd p t 40 responden (61,5%) d ri tot l 65 responden
y ng meny t k n dukung n rend h terh d p n k tun gr hit sed ngk n
responden l inny meny t k n dukung n tinggi terh d p n k tun gr hit
y ng diberik n oleh guru d n ten g keseh t n.
H sil n lisis penggun n l t b ntu n k tun

gr hit

did p tk n d ri 65

responden p d penggun n l t b ntu penglih t n terd p t h ny 6


(9,2%) y ng mem k i l t b ntu penglih t n (k c m t ). An k tun
gr hit y ng menggun k n l t b ntu pendeng r n seb ny k 3 n k
(4,6%) d n n k tun gr hit y ng menggun k n l t b ntu perger k
(mis l: kruk, kursi rod , d n l in-l in) h ny 5 n k (7,7%). Tid
n k tun gr hit y ng terlib t d l m peneliti n ini menggun k n
b ntu pern f s n.

n k
n
k d
l t

Universit s Indones
i
F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011
80

5.1.3. G mb r n K r kteristik An k Tun

Gr hit

T bel 5.6
Distribusi K r kteristik An k Tun Gr hit
Di K bup ten B nyum s J w Teng h, April Mei 2011 (n=65)
No.

K r kteristik Demogr fi

Frekuensi

Persent

se
(%)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Usi n k
. Usi sekol h w l (< 12 t hun)
b. Usi sekol h l njut ( 12 t hun)
Jenis kel min
. L ki-l ki
b. Perempu n
Kelompok kel s
. C (tun gr hit ring n)
b. C1 (tun gr hit sed ng)
Struktur w j h
. Mongoloid
b. Norm l
Keku t n motorik
. Ad kelem h n motorik
b. Tid k d kelem h n motorik
Hipers liv si
. Ad hipers liv si
b. Tid k d hipers liv si
T nd pre pubert s ( n k perempu n)
. Menstru si
b. Belum menstru si
St tus gizi (IMT) n k
. Underweight
b. Norm l
c. Overweight

H sil n lisis k r kteristik fisik 65


gr hit deng n jenis kel min l ki-l ki

n k tun

gr hit

30
35

46,2
53,8

40
25

61,5
38,5

32
33

49,2
50,8

11
54

16,9
83,1

29
36

44,6
55,4

18
47

27,7
72,3

18
7

72
28

37
17
11

56,9
26,2
16,9

did p tk n n k tun

d seb ny k 40 n k (61,5%).

Untuk kelompok kel s, terd p t 33 n k (50,8%) y ng ber d di kel s C1


t u k tegori tun gr hit sed ng d n seb ny k 32 n k ber d p d kel s
C t u k tegori tun gr hit ring n (49,2%). P d struktur w j h
Mongoloid t u tid k, terd p t 11 n k (16,9%) deng n struktur w j h
Mongoloid d n sis ny (83,1%) memiliki struktur w j h non Mongoloid
(norm l). An k tun gr hit y ng meng l mi hipers liv si seb ny k 18
n k (27,7%). P d perkemb ng n n k did p tk n 25 n k tun gr hit
deng n jenis kel min perempu n y ng tel h meng l mi menstru si d
seb ny k 18 n k (72%).
Universit s Indon
esi
F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011
81

H sil n lisis usi n k tun gr hit did p tk n rer t usi 12,92 t hun
2,671 d n usi minimum m ksimum p d 9-17 t hun. H sil interv l
estim si 95% diy kini b hw usi n k tun gr hit di sekol h ber d p d
rent ng usi 12,26 s mp i deng n 13,58. St tus gizi n k tun gr hit d p t
dinil i deng n menggun k n indik tor Indeks M ss Tubuh (IMT). IMT
d l h h sil perb nding n nt r ber t b d n (BB) d l m kilogr m (Kg)
deng n ku dr t tinggi b d n (TB) n k d l m meter (m). H sil n lisis
st tus gizi berd s rk n IMT n k tun gr hit did p tk n rer t IMT d l h
20,17  5,46 d n IMT minimum 11,11 d n m ksimum 34,03. H sil interv l
estim si 95% diy kini b hw IMT n k tun gr hit ber d p d rent ng
18,32-21,52.
Berd s rk n rer t usi n k tun gr hit y ng did p tk n, sel njutny
dikelompokk n mej di usi n k < 12 t hun (usi sekol h w l) d n 12
t hun (usi sekol h l njut). H sil n lisis did p tk n n k tun gr hit

us

i
< 12 t hun d seb ny k 30 n k (46,2%). H sil n lisis IMT n k tun
gr hit kemudi n dikl sifik sik n menj di 3 kelompok y itu underweight
(BB kur ng) bil skor IMT < 20 , norm l (BB sesu i) bil skor IMT nt r
20 - 25, d n overweight (BB lebih) bil skor IMT > 25. An k tun gr hit
y ng meng l mi underweight d seb ny k 37 n k (56,9%), norm l
seb ny k 17 n k (26,2%) d n overweight seb ny k 11 n k (16,9%).
5.1.4. G mb r n Kem mpu n Per w t n Diri An k Tun

Gr hit

Kem mpu n per w t n diri n k tun gr hit dinil i mel lui kem mpu n
untuk mel kuk n 9 re per w t n diri y itu kebersih n diri, m k n d n
minum,
berp k i n,
mobilis si/perger kk n,
sosi lis si, memb nt
u
pekerj n rum h t ngg d n perlindung n diri. H sil n lisis kem mpu n
per w t n diri n k tun gr hit d l m peneliti n ini dijel sk n d l m t be
l
dib w h ini:

Universit s Indone
si
F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011
82

T
Distribusi Responden
Ketid km mpu n Per w t
di K bup ten B nyum s J w

bel 5.7
Berd s rk n Juml h Are
n Diri An k Tun Gr hit
Teng h, April Mei 2011 (n=65)

Juml h Are Ketid km mpu n


Per w t n Diri
2
3
4
5
6
7
8
9

(%)

2
7
5
7
4
15
12
13

3,1
10,8
7,7
10,8
6,2
23,1
18,5
20,0

T bel 5.7 memperlih tk n juml h re kem mpu n per w t n diri y ng


belum m mpu dil kuk n oleh n k tun gr hit t np b ntu n d ri or ng
l in. H sil n lisis menunjukk n b hw n k tun gr hit y ng tel h
m mpu mel kuk n ktivit s per w t n diri t np b ntu n di 7 re
seb ny k 3,1%, 6 re seb ny k 10,8%, 5 re seb ny k 7,7%. Sed ngk n
n k tun gr hit y ng h ny m mpu mel kuk n ktivit s per w t n diri
kur ng d ri 3 re seb ny k 61,6%. Tingk t kem mpu n per w t n diri
n k tun gr hit sel njutny dikelompokk n berd s rk n juml h re
kegi t n per w t n diri y ng dil kuk n oleh n k tun gr hit deng n d n
t np b ntu n d ri or ng l in, y itu kem mpu n per w t n diri rend h jik
n k tid k m mpu m ndiri p d 7-9 re (61,6%) d n kem mpu n
per w t n diri tinggi jik n k tid k m mpu m ndiri p d kur ng d ri 7
re (38,4%).
T bel 5.8
Tingk t Kem mpu n Per w t n Diri An k Tun Gr hit
di K bup ten B nyum s J w Teng h, April Mei 2011 (n=65)
Kem mpu n
Per w t n Diri

Frekuensi

Persent se (%)

40

61,6

25

38,4

Rend h
Tinggi

Universit s Indonesi
F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011

83

5.2. Hubung n F ktor Ekstern l (K r kteristik Or ng Tu d n Lingkung n)


d n Intern l (K r kteristik An k) terh d p Kem mpu n Per w t n
Diri An k Tun Gr hit
An lisis biv ri t dil kuk n untuk melih t hubung n nt r v ri bel beb s
y itu: k r kteristik or ng tu , lingkung n, d n n k tun gr hit deng n
v ri bel terik t y itu kem mpu n per w t n diri n k tun gr hit .
5.2.1. Hubung n K r kteristik Or ng Tu
Diri An k Tun Gr hit

deng n Kem mpu n Per w t n

T bel 5.9
Hubung n K r kteristik Or ng tu deng n
Kem mpu n Per w t n Diri An k Tun Gr hit
di K bup ten B nyum s J w Teng h, April Mei 2011 (n = 65)
Kem mpu n Per w t n Diri
An k Tun Gr hit
P
K r kteristik Or ng Tu

OR
Rend h

Tinggi

lue
Usi Ay h
. < 45 t hun

20

58,8

14

41,2

20

64,5

11

35,5

18

58,1

13

41,9

22

64,7

12

35,3

17

77,3

22,7

23

53,5

20

46,5

22

64,7

12

35,3

18

58,1

13

41,9

32

65,3

17

34,7

50

50

28

62,2

17

37,8

12

60

40

15

62,5

37,5

25

61

16

39

23

59

16

41

0,786

0,

1,339

0,

2,957

0,

1,324

0,

1,882

0,

1,098

0,86

1,067

0,

0,761

0,

638
b. 45 t hun
Usi Ibu
. < 42 t hun
559
b. 42 t hun
Pendidik n Or ng tu
. Pendidik n rend h
062*
b. Pendidik n tinggi
Pekerj n Ay h
. Bekerj tid k tet p
583
b. Bekerj tet p
Pekerj n Ibu
. Ibu rum h t ngg
275
b. Bekerj
Pengelu r n Kelu rg
. Rp 1.500.000
5
b. > Rp 1.500.000
Penget hu n Or ng tu
. Penget hu n rend h
903
b. Penget hu n tinggi
Pol Asuh Or ng tu
. Demokr tis
603

b. Permisif
* m suk ke n lisis multiv ri t

17

65,4

34,6

Universit s Ind
onesi
F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011
84

P d t bel 5.9, h sil n lisis uji st tistik Chi-Squ re menunjukk n b hw


tid k terd p t hubung n berm kn nt r k r kteristik or ng tu (usi
y h, usi ibu, pendidik n ter khir or ngtu , pekerj n y h, pekerj n
ibu, pengelu r n kelu rg , penget hu n or ng tu d n pol suh or ng tu )
terh d p kem mpu n per w t n diri n k tun gr hit (p > 0,05).
5.2.2. Hubung n K r kteristik Lingkung n deng n Kem mpu n Per w t n
Diri An k Tun Gr hit
Untuk melih t hubung n nt r k r kteristik lingkung n (dukung n guru
d n ten g keseh t n, ke m n n lingkung n d n penggun n l t b ntu)
deng n kem mpu n per w t n diri n k tun gr hit , uji st tistik y ng
digun k n d l h uji Chi-Squ re, h sil n lis d p t dilih t p d t bel
dib w h ini:
T bel 5.10
Hubung n K r kteristik Lingkung n deng n
Kem mpu n Per w t n Diri An k Tun Gr hit
di K bup ten B nyum s J w Teng h April Mei 2011 (n = 65)
Kem mpu n Per w t n Diri
An k Tun Gr hit
V ri bel beb s

P
OR

Rend h

Tinggi

v l

ue
N
Dukung n guru d n ten g
keseh t n
. Rend h

20

71,4

28,6

20

54,1

17

45,9

32

59,3

22

40,7

72,7

27,3

2,125

0,1

1,883

0,4

54*
b. Tinggi
Penggun n l t b ntu
. Tid k mem k i
03
b. Mem k i
* m suk ke

8
n lisis multiv ri t

P d t bel 5.10 menunjukk n h sil uji st tistik Chi-Squ re nt r


k r kteristik lingkung n deng n kem mpu n per w t n diri n k tun
gr hit tid k terd p t hubung n y ng berm kn (p > 0,05).
5.2.3. Hubung n K r kteristik An k deng n Kem mpu n Per w t n Diri
An k Tun Gr hit

Untuk melih t hubung n nt r k r kteristik n k (usi , jenis kel min,


kelompok kel s, struktur w j h, keku t n motorik, hipers liv si, st tus
Universit s Indo
nesi
F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011
85

gizi/IMT d n perkemb ng n/t nd pre pubert s) deng n kem mpu n


per w t n diri n k tun gr hit , uji st tistik y ng digun k n d l h uji
Chi-Squ re, h sil n lis d p t dilih t p d t bel 5.11.
T bel 5.11
Hubung n K r kteristik An k deng n
Kem mpu n Per w t n Diri An k Tun Gr hit
di K bup ten B nyum s J w Teng h, April Mei 2011 (n = 65)
Kem mpu n Per w t n
Diri An k Tun Gr hit
K r kteristik An k

OR

v lue
Rend h
N
%
Usi n k
. Usi sekol h w l
0,005*
b. Usi sekol h l njut
Jenis kel min
. L ki-l ki
0,177*
b. Perempu n
Kelompok kel s
. C (tun gr hit ring n)
0,060*
b. C1 (tun gr hit sed ng)
Struktur w j h
. Mongoloid
0,005*
b. Norm l
Kelem h n motorik
. Ad
0,008*
b. Tid k d
Hipers liv si
. Ad
0,096*
b. Tid k d
St tus gizi
. Underweight
0,153*
b. Norm l (IMT1)
c. Overweight (IMT2)
0,403
Perkemb ng n (t nd pre
pubert s)
. Belum menstru si

Tinggi
%

24

80,0

20,0

16

45,7

19

54,3

22

55,0

18

45,0

18

72,0

28,0

16

50,0

27,3

24

72,7

16

50,0

11

100

29

53,7

25

46,3

23

79,3

20,7

17

47,2

19

52,8

14

77,8

22,2

26

55,3

21

44,7

32

66,7

16

33,3

2,250

47,1
72,7

9
3

52,9
27,3

0,545

26,7

1,179

8
8

11

73,3

4,750

0,475

2,667

4,284

2,827

1,000
b. Menstru si
7
* m suk ke n lisis multiv ri t

70,0

30,0

P d t bel 5.11, d p t terlih t b hw h sil n lisis uji st tistik Chi-Squ re


menunjukk n tid k terd p t hubung n berm kn nt r k r kteristik n k
(jenis kel min,
kelompok
kel s,
hipers liv si,
st tus
giz
i, d n
perkemb ng n n k deng n kem mpu n per w t n diri n k tun gr hit
(p > 0,05). D n terd p t hubung n berm kn nt r k r kteristik n k
(usi n k, struktur w j h d n keku t n motorik) deng n kem mpu n
per w t n diri n k tun gr hit (p < 0,05).
Universit s Indo
nesi
F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011
86

5.3. F ktor-f ktor y ng Berhubung n deng n Kem mpu n Per w t n Diri


An k Tun Gr hit
An lisis multiv ri t digun k n untuk menget hui f ktor-f ktor y ng
berkontribusi terh d p kem mpu n per w t n diri n k tun gr hit . An lisis
st tistik y ng digun k n d l h n lisis regresi logistik p d tingk t
keperc y n 95%, sebelum dil kuk n n lisis multiv ri t m k terlebih dulu
ditentuk n v ri bel y ng k n m suk d l m model mel lui n lisis biv ri t.
V ri bel beb s y ng k n m suk seb g i k ndid t d l m model d l h
v ri bel y ng mempuny i hubung n deng n v ri bel terik t deng n nil i p
0,25. Jik dilih t d ri t bel 5.9; 5.10 d n 5.11, m k v ri bel beb s y ng
m suk seb g i k ndid t d l m model d l h v ri bel k r kteristik or ng tu ,
y itu pendidik n or ng tu , k r kteristik lingkung n y itu dukung n guru d n
ten g keseh t n sert v ri bel k r kteristik n k, y itu usi n k, jenis
kel min n k,
kelompok kel s, struktur w j h, keku t n motorik,
hipers liv si d n st tus gizi n k (IMT).
T bel 5.12
H sil Seleksi Biv ri t Uji Regresi Logistik V ri bel K r kteristik
Responden terh d p Kem mpu n Per w t n Diri An k Tun
Gr hit di K bup ten B nyum s J w Teng h, April Mei 2011
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

V ri bel
Pendidik n or ng tu
Dukung n guru d n ten g keseh t n
Usi n k
Jenis kel min
Kelompok kel s
Struktur w j h
Keku t n motorik
Hipers liv si
St tus gizi n k (IMT1)

P v lue
0,062
0,211
0,005
0,171
0,060
0,005
0,008
0,096
0,153

Universit s Indon
esi
F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011
87

5.3.1. Pemodel n Multiv ri t


T bel 5.13
Pemodel n Multiv ri t F ktor-f ktor y ng Berhubung n deng n
Kem mpu n Per w t n Diri An k Tun Gr hit
di K bup ten B nyum s, April Mei 2011 (n = 65)
No.
OR

V ri bel
95% CI

1.

463

Pendidik n or ng tu
1,34 - 81,75
2. Dukung n guru d n

209
3.
732
4.
302
5.
973
6.
010
7.
991
8.
645
9.
676
016

0,19 7,47
n kes
Usi n k
2,52 124,89
Jenis kel min
0,05 2,04
Kelompok kel s
0,11 8,34
Struktur w j h
0,000 Keku t n motorik
0,28 14,25
Hipers liv si
0,39 34,08
St tus gizi (IMT)
St tus gizi (IMT1)
0,64 69,54
St tus gizi (IMT2)
1,17 413,77

W ld

2,348

5,010

v lue
0,025

10,

0,190

0,042

0,838

1,

2,875

8,334

0,004

17,

-1,199

1,509

0,219

0,

-0,028

0,001

0,980

0,

23,358

0,000

0,998

1E+

0,689

0,470

0,493

1,

1,293

1,286

0,257

3,

1,899

4,349
2,521

0,114
0,112

0,

3,092

4,267

0,039

22,

Setel h dil kuk n 5 t h p l njut n lisis deng n uji Regresi Logistik


did p tk n model khir seb g i berikut:
T bel 5.14
H sil An lisis Akhir Pemodel n Multiv ri
Berhubung n deng n Kem mpu n Per w
An k Tun Gr hit di K bup ten B
April Mei 2011 (n =
No.

V ri bel
95% CI

W ld

t F ktor-f ktor y ng
t n Diri
nyum s,
65)
P v lue

OR

1.

Pendidik n

0,845 11,522
or ng tu
2. Usi n k
1,400 15,746
3. Keku t n
1,401 16,249
motorik
Const nt

1,138

2,916

0,088

3,121

1,546

6,274

0,12

4,695

1,563

1,563

0,012

4,772

-3,110

13,077

0,000

0,45

H sil n lisis multiv ri t p d T bel 5.14


y ng mempuny i P v lue > 0,25 y itu f ktor
or ng tu . N mun, berd s rk n konsep teori
d l m hubung nny deng n kem mpu n per w t
m k kedu f ktor tersebut tet p ber d di
t bel terlih t b hw kedu f ktor tersebut

memperlih tk n d 2 f ktor
umur n k d n pendidik n
kedu f ktor tersebut penting
n diri n k tun gr hit ,
d l m model multiv ri t. P d
d p t mempeng ruhi kem mpu n

Universit s Indonesi
F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011
88

per w t n diri p d

n k tun gr hit

sebes r 3 k li menj di lebih b ik (O

R
umur n k = 4,69 d n OR prndidik n or ng tu = 3,12). P d t bel tersebut
terlih t f ktor y ng berhubung n p ling domin n deng n kem mpu n
per w t n diri n k tun gr hit d l h f ktor keku t n motorik deng n P
v lue = 0,012 d n OR = 4,77 d n ber rti n k tun gr hit t np kelem h n
motorik mempuny i kem mpu n per w t n diri lebih b ik sebes r 5 k li
bil dib ndingk n n k tun gr hit deng n kelem h n motorik.
5.3.2. Uji Inter ksi
Uji inter ksi dil kuk n untuk menil i p k h d inter ksi nt r v ri bel
pendidik n or ng tu , usi n k, d n keku t n motorik p d n k tun
gr hit . H sil uji inter ksi did p tk n nil i P v lue = 0,10 (l mpir n),
ber rti lebih bes r d ri 0,05. Sehingg d p t disimpulk n tid k d inter
ksi
nt r v ri bel y ng m suk ke d l m pemodel n. Deng n demiki n
pemodel n tel h seles i, model y ng v lid d l h model t np d inter ksi
(H stono, 2007).
H sil n lisis multiv ri t terny t v ri bel y ng berhubung n berm kn
deng n kem mpu n per w t n diri n k tun gr hit d l h pendidik n
or ng tu , usi n k, d n keku t n motorik p d n k tun gr hit . P d
t bel 5.15 terlih t b hw v ri bel kondisi fisik n k tun gr hit
mempuny i hubung n p ling berm kn deng n kem mpu n per w t n diri
n k tun gr hit deng n nil i OR = 4,77 rtiny n k tun gr hit t np
kelem h n motorik k n mempuny i kem mpu n per w t n diri y ng lebih
b ik sebes r 5 k li
lebih b ik dib ndingk n n k tun gr hit deng n
kelem h n motorik setel h dikontrol pendidik n or ng tu d n usi n k
tun gr hit .

Universit s Ind
onesi
F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011
BAB 6
PEMBAHASAN
Sistem tik pemb h s n h sil peneliti n ini dib gi menj di tig h l pokok y itu:
interpret si d n diskusi, keterb t s n peneliti n, d n implik si h sil peneliti
n
terh d p pel y n n, peneliti n sert pendidik n keper w t n.
6.1. Interpret si d n Diskusi
6.1.1. Kem mpu n Per w t n Diri An k Tun

Gr hit

Kem mpu n per w t n diri p d n k tun gr hit usi 9 17 t


peneliti n ini m yorit s ber d p d k tegori kem mpu n per w
y ng rend h. P d peneliti n ini did p tk n n k tun gr hit
m mpu mel kuk n per w t n diri t np b ntu n di lebih d ri 2
seb ny k 38,6% d n sis ny m sih membutuhk n b ntu n.

hun p d
t n diri
y ng tel h
re

K r kteristik n k tun gr hit menurut S ndr (2010) s l h s tuny d l h


meng l mi kesulit n d l m mel kuk n per w t n diri d n hidup
berm sy r k t. D n n k deng n dis bilit s y ng p r h d p t menj di
s ng t terg ntung p d or ng tu t u peng suh (H rvey, 2004).
Seb likny , p d peneliti n Buckley et l. (2006) mel pork n b hw n k
Down Syndrome (DS) y ng bersekol h di sekol h pendidik n khusus
memperlih tk n kem mpu n sosi lis si d n per w t n diri y ng s ng t
b ik, n mun meng l mi keterl mb t n d l m kem mpu n komunik si.
Peneliti n ini meng m ti kem mpu n per w t n diri p d
n k tun gr hit
usi 9-17 t hun y ng bersekol h di Sekol h Lu r Bi s (SLB) d n
mend p tk n b hw n k tun gr hit d l m peneliti n ini terk tegorik n
mempuny i kem mpu n per w t n diri rend h berd s rk n re kegi t n
per w t n diri y ng d p t dil kuk n oleh n k t np b ntu n, kuesioner
tersebut d l h sk l modifik si d ri PEDI. Sk l modifik si PEDI
buk nl h instrumen pengukur n murni p d seti p re kem mpu n
per w t n diri p d n k, mel ink n menggun k n perhitung n juml h

90

Universit s Indon

esi

F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011


91
skor tot l untuk mengg mb rk n kem mpu n per w t n diri (stenj et
l., 2005).

Kem mpu n per w t n diri n k tun gr hit terk tegorik n rend h, m sih
membutuhk n b ntu n di seb gi n bes r re d n memperlih tk n m sih
d ny keterb t s n pemenuh n kebutuh n per w t n diri p d n k tun
gr hit . Americ n Ac demy of Pedi tric (1996) meny t k n dibutuhk n
pembel j r n untuk mel kuk n kegi t n per w t n diri sec r m ndiri d n
buk n ber rti n k h rus d p t mel kuk n semu kegi t n per w t n diri
t np b ntu n s m sek li.
Menurut Orem (2001) p d kebutuh n
per w t n diri seb gi n (p rti lly compens tory system), membutuhk n
b ntu n per w t d l m pengk ji n penentu n kebutuh n per w t n diri
klien, menyedi k n kebutuh n per w t n diri kib t keterb t s n klien d n
memb ntu klien sesu i y ng dibutuhk n. D n p d n k tun gr hit ,
Semiun (2006) meny t k n b hw n k tun gr hit deng n kem mpu n
intelektu l y ng rend h d p t mengu s i keter mpil n-keter mpil n hidup
sederh n seperti per w t n diri d n kegi t n rum h t ngg bil di j rk n
sec r terus-menerus d n konsisten.
D l m peneliti n ini, m sih terlih t kem mpu n per w t n diri y ng rend h
p d n k tun gr hit di lebih d ri 2 re sehingg d p t disimpulk n
b hw n k tun gr hit m sih membutuhk n d ny bimbing n d n
pel tih n y ng berkesin mbung n b ik d ri or ngtu , guru t u ten g
keseh t n khususny per w t seb g i gen per w t n diri y ng d p t
memb ntu n k tun gr hit meningk tk n d n mengemb ngk n
kem mpu n per w t n diriny .
6.1.2. Hubung n Ant r K r kteristik Or ng Tu deng n Kem mpu n
Per w t n Diri An k Tun Gr hit
Rer t usi or ng tu p d peneliti n ini d l h 46,60 untuk usi y h d n
42,22 untuk usi ibu sert tid k did p tk n hubung n y ng berm kn
nt r usi or ng tu deng n kem mpu n per w t n diri n k tun gr hit .

Universit s Indo
nesi

F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011


92
Menurut Si gi n (1995 d l m Widi stuti, 2010), sem kin l njut usi
seseor ng m k sem kin meningk t pul kedew s n tekhnis d n
psikologis, h l ini ber rti seseor ng k n sem kin bij ks n , m mpu
berfikir sec r r sion l, mengend lik n emosi d n bertoler nsi terh d p
or ng l in. H sil peneliti n Widi stuti (2010) tid k mend p tk n d ny
kontribusi t u hubung n l ngsung nt r f ktor usi or ng tu deng n
kem mpu n per w t n diri n k deng n tun netr g nd .
Usi 40 60 t hun d l h f se perkemb ng n dew s
w l d n t h p
penc p i n keberh sil n seor ng dew s mud d l m membimbing diri
sendiri d n pekerj n t u k rir (Potter & Perry, 2005). Usi or ng tu
p d peneliti n ini y ng ber d p d rent ng usi 40-50 t hun
memperlih tk n b hw or ng tu deng n n k tun gr hit sed ng d l m
t h p penc p i n keberh sil n b ik untuk diri sendiri, kelu rg , pekerj n,
d n m sy r k t. N mun, h l ini jug ber rti b hw or ng tu jug teng h
fokus d l m penc p i n keberh sil n diri sendiri. Tid k d ny hubung n
l ngsung nt r usi or ng tu deng n kem mpu n per w t n diri n k

tun gr hit d l m peneliti n ini d p t diseb bk n k ren or ng


teng h berkonsentr si d l m penc p i n prib di d n rent ng usi
cukup j uh nt r usi n k deng n usi or ng tu d p t mempeng
kedek t n hubung n nt r or ng tu deng n n k, sehingg sec r
l ngsung d p t berkontribusi d l m h l inter ksi or ng tu s t
membimbing n k tun gr hit mel kuk n kegi t n per w t n diri.

tu jug
y ng
ruhi
tid k

K r kteristik or ng tu l inny y ng diteliti d l h pendidik n ter khir


or ng tu . M yorit s or ng tu p d peneliti n ini memiliki pendidik n
ter khir SMA d n p d peneliti n ini tid k did p tk n hubung n y ng
berm kn nt r pendidik n or ng tu deng n kem mpu n per w t n diri
n k tun gr hit .
Peneliti
deng n l
mel tih
tu deng

n
t
n
n

y
r
k
l

ng dil kuk n oleh Ling (2008) mend p tk n b hw or ng tu


bel k ng pendidik n d s r d n meneng h pert m tid k d p t
untuk mel kuk n keter mpil n per w t n diri seb ik or ng
t r bel k ng pendidik n y ng lebih tinggi. H sil peneliti n ini
Universit s Indonesi

F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011


93
tid k sesu i deng n h sil peneliti n Ji ng d l m Ling (2008) y ng
meny t k n tingk t pendidik n or ng tu merup k n s l h s tu f ktor
y ng mempeng ruhi kem mpu n per w t n diri p d
n k usi sekol h di
Cin . Peneliti n ini lebih l njut menjel sk n b hw or ng tu deng n
pendidik n y ng tinggi mempuny i penget hu n d n kem mpu n y ng
lebih b ik d l m membimbing n k- n kny mel kuk n tind k n
per w t n diri deng n lebih b ik.
L t r pendidik n or ng tu y ng tinggi d p t mempeng ruhi kem mpu n
d n keingin n or ng tu d l m memberik n l tih n d n bimbing n kep d
n k tun gr hit mel kuk n per w t n diri. Pendidik n y ng tinggi jug
d p t berd mp k p d keingin n or ng tu d l m menc ri t hu d n bel j r
sert pem h m n or ng tu tent ng c r y ng tep t d l m mel tih n k
tun gr hit mel kuk n keter mpil n per w t n diri.
Sel in pendidik n ter khir or ng tu , pekerj n or ng tu jug d p t
mempeng ruhi kem mpu n per w t n diri p d n k tun gr hit .
Pekerj n y h deng n n k tun gr hit di K bup ten B nyum s
m yorit s d l h k ry w n sw st d n m yorit s pekerj n ibu d l h ibu
rum h t ngg .
Berd s rk n h sil survey The Austr li n Trends (2008) did p tk n b hw
peng suh ut m n k deng n dis bilit s seb gi n bes r dil kuk n oleh
ibu. Ibu seb g i peng suh ut m m mpu memberik n perh ti n, k sih
s y ng, memb ntu d n mel tih n k deng n dis bilit s mel kuk n
keter mpil n per w t n diri. St tus pekerj n ibu seb g i ibu rum h
t ngg s ng t memb ntu n k tun gr hit d l m mengu s i keter mpil n
per w t n diri, k ren ibu mempuny i w ktu y ng cukup untuk
memberik n perh ti n d n mengemb ngk n kem mpu n n k tun gr hit
b ik di rum h m upun di sekol h. N mun, peneliti n y ng dil kuk n oleh
L nders (2007) did p tk n b hw dih r pk n kedu or ng tu deng n
n k dis bilit s b ik fisik d n psikologis seb ikny mempuny i pekerj n
sehingg d p t memenuhi kebutuh n kelu rg sek ligus memenuhi

Universit s Indonesi

F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011


94
kebutuh n n k dis bilit s y ng membutuhk n bi y y ng lebih d l m
pel y n n keseh t n, ter pi, sekol h d n l t penunj ng l inny .
Peneliti n ini mend p tk n h sil b hw st tus pekerj n or ng tu b ik
y h d n ibu tid k mempuny i hubung n berm kn deng n kem mpu n
n k tun gr hit d l m mel kuk n per w t n diri. H l ini d p t
diseb bk n k ren
n k tun gr hit deng n ibu rum h t ngg
mend p tk n perh ti n d n b ntu n y ng lebih b ny k d l m mel kuk n
per w t n diri dib ndingk n deng n n k y ng mempuny i ibu bekerj di
lu r rum h. Ibu seb g i peng suh ut m seringk li mer s bert nggung
j w b terh d p keseh t n d n kebersih n diri n k, khususny p d n k
tun gr hit . Sehingg , ibu k n berus h untuk memenuhi seg l
kebutuh n n k tun gr hit d l m per w t n diri. N mun, h l tersebut
justru d p t menyeb bk n n k tun gr hit menj di kur ng mengu s i
keter mpil n per w t n diri.
K r kteristik or ng tu berikutny y ng diteliti d l h pengelu r n
kelu rg . M yorit s kelu rg deng n n k tun gr hit pengelu r n seti p
bul nny d l m peneliti n ini sebes r < Rp 1.500.000,00 d n tid k
did p tk n hubung n y ng berm kn nt r pengelu r n kelu rg deng n
kem mpu n per w t n diri n k tun gr hit .
H l ini sej l n deng n peneliti n y ng dil kuk n oleh Sid ni (2003 d l m
Tork et l., 2007) y ng mend p tk n hubung n neg tif nt r st tus sosi l
ekonomi deng n keter mpil n per w t n diri p d n k usi sekol h. H l
ini diperku t oleh peneliti n oleh V ndivere et l. (2003) y ng meny t k n
tid k terd p t hubung n y ng signifik n nt r st tus sosi l ekonomi y ng
tinggi deng n kem mpu n per w t n diri n k deng n dis bilit s.
N mun, H rvey (2004) mend p tk n b
m s l h sosi l y ng lu s d mp kny
dis bilit s. Pend p t n kelu rg y
meng kib tk n kelu rg tid k m mpu
t u mempersi pk n m s dep n y ng

hw m s l h keu ng n menj di
b gi or ng tu deng n n k
ng rel tif lebih rend h p d khirny
untuk memenuhi kebutuh n n k
b ik b gi n k deng n dis bilit s.
Universit s Indonesi

F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011


95
Tid k terd p t hubung n nt r pengelu r n kelu rg deng n kem mpu n
per w t n diri n k tun gr hit d p t diseb bk n kelu rg mel kuk n
penyesu i n
d l m
memenuhi
kebutuh n
kelu rg
seh ri-h ri.
Pengelu r n kelu rg y ng rel tif rend h d p t mengindik sik n b hw
kelu rg tersebut term suk ke d l m kelu rg y ng sederh n , rtiny
kelu rg lebih b ny k meng lok si d n untuk memenuhi kebutuh n

pokok d n lebih sedikit mengelu rk n d n untuk kebutuh n konsumtif.


P d peneliti n ini h ny d p t meneliti terk it bes rny pengelu r n
kelu rg d l m s tu bul n k ren tid k d p t diket hui p sti pend p t n
kelu rg per bul n y ng diseb bk n pekerj n or ngtu y ng tid k tet p
(kerj lep s, ped g ng, d n pet ni). Sen (2010) meny t k n b hw
kelu rg y ng mempuny i n k deng n dis bilit s h rus mengelu rk n
bi y 45% lebih b ny k dib ndingk n kelu rg y ng tid k mempuny i
n k deng n dis bilit s.
Sel njutny , tingk t penget
peneliti n ini seb gi n bes
d n tid k terd p t hubung n
terk it tun gr hit deng n

hu n or ng tu
r ber d p d
y ng berm kn
kem mpu n per

terk
tingk
nt r
w t n

it tun gr hit p d
t penget hu n y ng rend h
penget hu n or ng tu
diri n k.

H l ini bertent ng n deng n peneliti n Y ng, dkk (2001) y ng


mengungk pk n b hw penget hu n merup k n s l h s tu f ktor y ng
mendukung per w t n diri seh ri-h ri. H l tersebut d p t ber rti b hw
deng n penget hu n y ng b ik m k m mpu menunjukk n peril ku diri
y ng b ik d l m menj l ni progr m ter pi.
Tid k d ny hubung n l ngsung nt r penget hu n or ng tu deng n
kem mpu n diri n k d p t dik ren k n penerim n or ng tu terh d p
kondisi n k belum tentu sej l n deng n meningk tny penget hu n
tent ng tun gr hit . W rren d n Tr chtenberg (1987 d l m Zel lem,
2002) meneg sk n b hw persepsi or ng tu d ri ketun n n kny
mempeng ruhi c r mer w t d n meng suh n k merek . H l ini ber rti
perkemb ng n d n kem ndiri n n k d l m mel kuk n per w t n diri
Universit s Indonesi

F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011


9
6
d p t dipeng ruhi oleh t h p penerim n or ng tu
gr hit .
K r kteristik or ng tu berikutny d l h
or ng tu d l m peneliti n ini mener pk n
n k tun gr hit d n seb gi n bes r n k
memperlih tk n kem mpu n per w t n diri y
tu deng n pol suh demokr tis, w l upun
d l m merub h kem mpu n per w t n diri n

terh d p n k tun

pol suh or ng tu . M yorit s


pol suh demokr tis terh d p
tun gr hit y ng
ng tinggi mempuny i or ng
s ng t kecil peng ruhny
k tun gr hit .

Pol suh or ng tu
d l h pol inter ksi nt r n k deng n or ng tu
y ng meliputi buk n h ny pemenuh n kebutuh n fisik d n kebutuh n
psikologis, tet pi jug norm -norm y ng berl ku di m sy r k t (Gun rs ,
2002). Pol suh demokr tis mempuny i ciri-ciri y itu memberi
kesemp t n kep d
n k- n kny untuk m ndiri d n mengemb ngk n
kontrol
intern lny ,
di kui keber d nny
d n
dilib tk n
peng mbil n keputus n did l m kelu rg (Hurlock, 2000).
H rvey (2004) meny t k n b hw or ng tu deng n n k y ng meng l mi
DS t u dis bilit s k n cenderung bere ksi sec r berbed d l m
menerim keny t n b hw n kny berbed deng n n k p d umumny .

d l m

Seb gi n or ng tu k n menghind ri kont k sosi l deng n n k k ren


mer s m lu, n mun seb gi n l inny bersik p over-protective d n
bersiker s untuk memb ntu seg l kegi t n n k w l upun seben rny
n k d p t mel kuk nny sendiri. H l ini sering terj di k ren di kib tk n
k ren or ng tu tid k ingin n kny terlih t s ng t berbed deng n n k
l inny t u n k meng l mi diskrimin si sosi l k ren kekur ng nny .
Hubung n y ng tid k berm kn nt r pol suh or ng tu deng n
kem mpu n per w t n diri n k tun gr hit d p t diseb bk n k ren
d ny
perbed n
keterlib t n or ng tu
d l m
perkemb ng n
kem mpu n n k d n peng l m n or ng tu d l m meng suh n k tun
gr hit . Pol suh or ng tu jug d p t dipeng ruhi oleh bud y d n
d ny s ud r k ndung did l m kelu rg . Bud y d p t mempeng ruhi
Universit s Indones
i

F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011


97
pol suh or ngtu terut m d l m pemb gi n tug s t u per n di d l m
kelu rg . D n d ny s ud r k ndung sec r tid k l ngsung d p t
mel tih n k tun gr hit mempuny i t nggung j w n b ik kep d diriny
sendiri t u s ud r k ndung y ng lebih mud . N mun, rend hny
kem mpu n kognitif p d n k tun gr hit d p t menyeb bk n pol
suh
demokr tis y ng diter pk n or ng tu menj di tid k efektif. P d pol
suh demokr tis, or ng tu memberik n n k kesemp t n untuk memilih
p y ng ingin dil kuk nny , n mun jug menuntut n k menerim
t nggung j w b t s pilih nny . An k tun gr hit deng n kem mpu n
intelektu l y ng rend h tid k m mpu mengol h inform si d n t nggung
j w b tersebut sec r b ik k ren membutuhk n inform si y ng lebih
sederh n d n terb t s deng n contoh peril ku y ng konkret sert terus
diul ng g r d p t meng r hk n n k p d tind k n y ng diingink n.
6.1.3. Hubung n Ant r
Per w t n Diri

K r kteristik Lingkung n deng n Kem mpu n

M yorit s or ng tu d l m peneliti n ini meny t k n d ny dukung n


y ng rend h d ri guru d n ten g keseh t n kep d
n k tun gr hit
terk it deng n per w t n diri n k tun gr hit . D n tid k did p tk n
hubung n y ng berm kn deng n kem mpu n per w t n diri n k tun
gr hit .
H l ini bertent ng n deng n peneliti n Linbl d et l. (2005) y ng
meny t k n b hw d ny peng ruh y ng signifik n ketik or ng tu
mend p tk n dukung n d ri ten g profession l d l m meng suh n k
deng n kebutuh n khusus. Dijel sk n lebih l njut, inter ksi nt r or ng
tu deng n ten g profession l merup k n hubung n y ng s ling
menguntungk n terut m b gi perkemb ng n n k deng n kebutuh n
khusus. Or ng tu d p t mencerit k n m s l h d n peng l m n unik y ng
di l mi or ng tu d l m meng suh d n ten g profession l d p t memb gi
penget hu n d n metode deng n or ng tu . Kombin si kedu ny d p t
memb ntu or ng tu menget hui lebih b ny k kebutuh n per w t n n k

Universit s Indone
si

F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011


98
kebutuh n khusus d n mend p tk n h r p n y ng lebih b ik terh d p
st tus gizi d n perkemb ng n n k di m s dep n.
Tid k terd p t hubung n y ng berm kn nt r dukung n guru d n ten g
keseh t n deng n kem mpu n per w t n diri n k tun gr hit . H l ini
d p t diseb bk n oleh tingk t pendidik n or ng tu , kemud h n kses
inform si terk it perkemb ng n n k d n peng ruh bud y d l m
kelu rg . Tel h diny t k n sebelumny tingk t pendidik n or ng tu y ng
tinggi k n berd mp k p d keingin n or ng tu untuk menget hui d n
bel j r tent ng c r meng suh d n membimbing n k tun gr hit , up y
y ng dil kuk n di nt r ny d l h menc ri inform si d ri berb g i
sumber y ng mud h did p tk n oleh or ng tu mis lny mel lui diskusi
inter ktif di televisi t u r dio, rtikel di kor n t u m j l h, berdiskusi
deng n ses m or ng tu n k tun gr hit s mp i deng n memb c
rtikel t u berit y ng terd p t di internet. B ny kny sumber inform si
y ng tersedi membu t or ng tu mempuny i penget hu n y ng cukup
d l m meng suh d n membimbing n k tun gr hit d l m mel kuk n
keter mpil n per w t n diri.
P d peneliti n ini did p tk n m yorit s n k tun gr hit tid k
menggun k n l t b ntu b ik l t b ntu penglih t n, pendeng r n, t u
perger kk n d n tid k did p tk n hubung n y ng berm kn nt r
penggun n l t b ntu p d deng n kem mpu n per w t n diri p d n k
tun gr hit .
H l ini bertent ng n deng n peneliti n Ling (2008) y ng meny t k n
b hw terd p t hubung n nt r st tus keseh t n p d
n k usi sekol h
deng n kem mpu n n k d l m mel kuk n per w t n diri. Kondisi
keseh t n n k d p t mempeng ruhi kem mpu n n k d l m mel kuk n
kegi t n seh ri-h ri. An k deng n kondisi keseh t n y ng buruk
memperlih tk n kem mpu n per w t n diri y ng lebih rend h. H l ini
diperku t H rvey (2004) y ng mend p tk n b hw n k deng n DS
mem k i k c m t s t menc p i usi sekol h d n lebih rent n terken
peny kit infeksi.
Universit s Indonesi

F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011


99
Kondisi keseh t n n k tun gr hit tid k mempuny i hubung n y ng
signifik n deng n kem mpu n per w t n diri n k p d peneliti n ini
k ren m yorit s n k tun gr hit tid k menggun k n l t b ntu.
Penggun n l t b ntu p d n k tun gr hit jug tid k d p t
disimpulk n seb g i kondisi keseh t n sec r fisik y ng tid k b ik p d
n k tun gr hit . Sem kin berkemb ngny teknologi keseh t n d n

sem kin b ny kny pel y n n keseh t n di m sy r k t k n s ng t


memb ntu d l m meningk tk n kondisi keseh t n p d n k tun gr hit .
Diperkir k n p d rent ng t hun 1990 2010 ngk or ng dew s deng n
DS t u dis bilit s y ng berusi > 40 t hun meningk t hingg 75% d n
berusi > 50 t hun n ik hingg 200% (Sefel r nd Ev nhuis, 1989, d l m
H rvey, 2004). H l ini d p t ber rti b hw ngk h r p n hidup n k
deng n DS t u dis bilit s seti p t hun sem kin meningk t.
6.1.4. Hubung n K r kteristik An k deng n Kem mpu n Per w t n Diri
An k tun gr hit d l m peneliti n ini m yorit s berusi lebih d ri 12
t hun. P d peneliti n ini did p tk n hubung n y ng berm kn nt r usi
n k deng n kem mpu n per w t n diri n k tun gr hit .
H l ini sesu i deng n peneliti n Ling (2008) y ng meny t k n d
hubung n y ng signifik n nt r usi n k deng n kem mpu n per w t n
diri. Demiki n pul y ng diny t k n oleh Tork et l. (2007), b hw n k
y ng berusi lebih tu mempuny i kem mpu n per w t n diri y ng lebih
b ik dib ndingk n n k y ng berusi lebih mud .
Sem kin bert mb hny usi k n sem kin bert mb h kem mpu n n k
d l m mengu s i keter mpil n tertentu. S ndr (2010) meny t k n
n k tun gr hit deng n usi y ng lebih tu
k n lebih mengu s
keter mpil n per w t n diri dib ndingk n n k tun gr hit y ng
lebih mud . H l ini diseb bk n perkemb ng n ment l n k tun gr
y ng tid k s m deng n n k norm l p d umumny , sehingg pengu
keter mpil n per w t n diri jug k n lebih l mb t dib ndingk n
norm l y ng seusi .

b hw
i
berusi
hit
s n
n k

Universit s Indone
si

F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011


100
Sel njutny , seb gi n bes r n k tun gr hit y ng terlib t p d peneliti n
ini berjenis kel min l ki-l ki. S ndr (2010) meny t k n b hw n k tun
gr hit lebih b ny k berjenis kel min l ki-l ki dib ndingk n w nit . P d
peneliti n ini tid k did p tk n hubung n y ng berm kn nt r jenis
kel min n k deng n kem mpu n per w t n diri n k tun gr hit .
H l ini tid k sesu i deng n peneliti n Schmidts (2003) y ng meny t k n
b hw ibu deng n n k l ki-l ki lebih b ny k terlib t d l m kegi t n
per w t n diri n k dib ndingk n deng n ibu y ng memiliki n k
perempu n. N mun, p d peneliti n McDoug ll et l. (2004) did p tk n
b hw tid k terd p t hubung n y ng signifik n nt r n k l ki-l ki d n
perempu n usi sekol h d l m keterb t s n mel kuk n ktivit s h ri n.
Peneliti n ini menemuk n b hw n k l ki-l ki y ng meng l mi
keterb t s n mel kuk n ktivit s lebih diseb bk n oleh peny kit kronis d n
ketid km mpu n fisik, sed ngk n p d n k perempu n diseb bk n oleh
keterb t s n fisik seperti g nggu n bic r .
Tid k d ny hubung n nt r jenis
per w t n diri n k tun gr hit d
perbed n perl ku n t u pemb gi n
dipeng ruhi oleh kebi s n d n bud

kel min deng n kem mpu n


p t diseb bk n k ren tid k d ny
tug s di d l m kelu rg . H l ini d p t
y d l m m sy r k t B nyum s y ng

memb gi pekerj n rum h t ngg sec r mer t


nt r l ki-l ki d n
perempu n. Mis lny , seor ng l ki-l ki dew s did l m kelu rg
mempuny i tug s mencuci p k i n d n w nit dew s menyi pk n
m k n n b gi seluruh nggot kelu rg . H l ini d p t menj di l s n n k
l ki-l ki d l m kelu rg tel h dibi s k n sej k usi dini untuk mel kuk n
tug s sederh n d l m rum h t ngg y ng p d khirny membu t merek
lebih ter mpil mel kuk n kegi t n per w t n diri.
Juml h
tun gr
C1 (tun
s m . P

n k tun gr hit y ng terlib t d l m peneliti n ini


hit y ng ber d p d kelompok kel s C (tun gr hit
gr hit sed ng) d n juml hny tid k j uh berbed , b
d peneliti n ini did p tk n hubung n y ng berm kn

d l h n k
ring n) d n
hk n h mpir
nt r

Universit s Indonesi

F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011


10
1
kelompok kel s (kem mpu n intelektu l)
per w t n diri n k tun gr hit .

n k deng n kem mpu n

Berd s rk n Semiun (2006), n k tun gr hit ring n d l h n k tun


gr hit y ng mempuny i IQ 50-70 d n m sih bis di j rk n keter mpil nketer mpil n k demis d n fungsion l. Sed ngk n n k tun gr hit
sed ng mempuny i
kis r n
IQ p d 30-50
d n
h ny m mpu
menyeles ik n pendidik n k demis setingk t kel s II SD, n mun d p t
di j rk n keter mpil n fungsion l sec r sederh n . Votroubek &
T bb co (2010) meny t k n b hw kem mpu n koginitif (intelektu lit s)
memeg ng per n n y ng bes r d l m mempeng ruhi kem mpu n n k
deng n dis bilit s d l m mel kuk n ktivit s h ri n, mempel j ri
keter mpil n per w t n diri d n menc p i kem ndiri n.
Ad ny hubung n nt r kelompok kel s (kem mpu n intelektu l) deng n
kem mpu n per w t n diri p d n k tun gr hit d p t diseb bk n k ren
perbed n kem mpu n nt r n k tun gr hit ring n d n sed ng buk n
h ny terlet k p d kem mpu n k demis seperti memb c , menulis, d n
berhitung n mun jug d l m kem mpu n mel kuk n keter mpil n hidup
seh ri-h ri seperti keter mpil n per w t n diri d n pekerj n rum h t ngg .
W l upun demiki n, n k tun gr hit sed ng m sih d p t dil tih
mel kuk n keter mpil n hidup sederh n w l u membutuhk n kes b r n
d n w ktu y ng lebih l m dib ndingk n n k tun gr hit ring n.
Seb gi n bes r n k tun gr hit p d peneliti n ini memiliki struktur
w j h norm l t u non Mongoloid. Struktur w j h Mongoloid d l h ciri
kh s p d n k y ng meng l mi Down Syndrome (DS). P d peneliti n ini
did p tk n
hubung n
y ng
berm kn
nt r
struktur
h
(Mongoloid/Non Mongoloid) deng n kem mpu n per w t n diri n k tun
gr hit .
H l ini sej l n deng n peneliti n y ng dil kuk n oleh Volm n et l. (2007)
y ng mend p tk n b hw n k deng n DS memperlih tk n keterb t s n
d l m keter mpil n fungsion l terut m p d keter mpil n per w t n diri

w j

Universit s Indones
i

F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011


102
d n fungsi sosi l. Peneliti n K tes et l. (2002) mengu tk n peneliti n
Volm n et l. (2007), did p tk n b hw h sil peneliti n y ng dil kuk n
p d 12 n k deng n DS, Fr gile X, d n keterl mb t n d l m
perkemb ng n b h s , n k deng n DS mempuny i volume ot k y ng
lebih kecil bil dib ndingk n deng n n k l inny . Lebih l njut l gi, n k
tun gr hit d n sek ligus menderit Down Syndrome k n meng l mi
g nggu n p d kem mpu n motorik h lus d n k s r (Volm n et l., 2007).
Ad ny hubung n y ng berm kn d l m peneliti n ini d p t disimpulk n
k ren g nggu n t u keterb t s n ini diseb bk n n k deng n DS
mempuny i kelem h n kontrol p d postur tubuh, keseimb ng n, d n
koordin si motorik sehingg menyeb bk n keterl mb t n d l m mengu s i
keter mpil n
fungsion l,
khususny
keter mpil n
per w t n
Kem mpu n kognitif n k tun gr hit deng n DS lebih rend h
dib ndingk n n k tun gr hit t np DS sehingg d p t berd mp k p d
kem mpu n n k mengikuti l tih n d n bimbing n terk it keter mpil n
per w t n diri y ng diberik n b ik di sekol h m upun di rum h.

diri.

K r kteristik berikutny y ng diteliti d l h keku t n motorik p d n k


tun gr hit . Seb gi n bes r n k tun gr hit p d peneliti n ini tid k
memiliki kelem h n motorik d n peng ruh d ny kelem h n motorik
p d n k tun gr hit cukup signifik n terh d p kem mpu n per w t n
diri n k. P d peneliti n ini did p tk n hubung n y ng berm kn nt r
kelem h n motorik deng n kem mpu n per w t n diri n k tun gr hit .
H l ini sej l n deng n peneliti n Emck et l. (2009) y ng mend p tk n
b hw
n k
deng n
g nggu n ment l, kognitif,
d n peril ku
memperlih tk n kem mpu n motorik k s r y ng rend h d n tid k
kompeten d l m menil i kem mpu n motorik diriny sendiri. B ny k
peneliti n y ng mend p tk n b hw n k usi sekol h y ng mempuny i
m s l h ment l t u peril ku memperlih tk n kem mpu n motorik y ng
rend h. Peneliti n ini mend p tk n hubung n y ng signifik n nt r
kelem h n motorik p d n k tun gr hit deng n kem mpu n per w t n
diri rtiny p bil
n k tun gr hit meng l mi kelem h n motorik m k
Universit s Indonesi

F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011


103
kem mpu n per w t n diriny lebih rend h dib ndingk n
t np kelem h n motorik.

n k tun

gr hit

M yorit s n k tun gr hit tid k meng l mi hipers liv si d n p d


peneliti n ini tid k did p tk n hubung n y ng berm kn nt r kondisi
hipers liv si n k deng n kem mpu n per w t n diri n k tun gr hit .

H l ini tid k sej l n deng n y ng dikemuk k n oleh S ndr (2010) b hw


s l h s tu ciri fisik n k tun gr hit d l h hipers liv si. Kelem h n otot
r h ng b w h p d n k tun gr hit menyeb bk n n k tid k m mpu
mengontrol deng n b ik refleks menel n y ng d sehingg n k tun
gr hit sering k li terlih t meng l mi hipers liv si.
Tid k d hubung n signifik n nt r
per w t n diri d p t diseb bk n oleh
y ng tid k meng l mi hipers liv si d
kebersih n diri seperti s pu t ng n
kebersih n pen mpil n p d
n k tun

hipers liv si deng n kem mpu n


kondisi m yorit s n k tun gr hit
n kebi s n n k memb w
l t
t u h nduk kecil y ng memb ntu
gr hit .

Kemudi n, m yorit s n k tun gr hit p d peneliti n ini memilki st tus


gizi (IMT) y ng ber d dib w h norm l (underweight), rtiny ber t d n
tinggi b d n n k tun gr hit ber d p d rent ng kur ng d ri norm l t u
kur ng sesu i deng n usi
n k tun gr hit . P d peneliti n ini tid k
did p tk n hubung n y ng berm kn nt r st tus gizi (IMT) n k deng n
kem mpu n per w t n diri n k tun gr hit .
Semu ke d n ret rd si ment l y ng diseb bk n g nggu n met bolism
b ik met bolism k rbohidr t, protein, d n lem k k n mengg nggu proses
penyer p n z t-z t gizi did l m tubuh, term suk kur ng gizi d n nutrisi
pertumbuh n (S ndr , 2010).
Tid k d ny hubung n y ng berm kn nt r st tus gizi (IMT) deng n
kem mpu n per w t n diri n k tun gr hit d p t diseb bk n oleh
tingginy perh ti n d n kes d r n or ng tu untuk memberik n n k
kecukup n gizi d l m m k n n sert memberik n seg l kebutuh n fisik
Universit s Indonesi

F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011


104
n k tun gr hit dik ren k n n k tun gr hit
lebih rent n terken
infeksi. H l ini d p t ber rti w l upun berd s rk n kurv IMT CDC n k
tun gr hit m sih ber d di k tegori underweight (kurus), n mun IMT
n k diukur y ng berd s rk n ber t b d n/tinggi b d n tid k d p t
disimpulk n seb g i kondisi keseh t n y ng buruk p d n k tun gr hit .
Sehingg w l upun deng n postur tubuh y ng kurus, n k tun gr hit
m sih tet p m mpu mel kuk n kegi t n per w t n diri deng n b ik.
Seb gi n bes r n k perempu n deng n tun gr hit p d peneliti n ini
tel h meng l mi menstru si tet pi tid k did p tk n hubung n y ng
berm kn nt r perkemb ng n (t nd pre pubert s) p d n k perempu n
deng n kem mpu n per w t n diri n k tun gr hit .
H l ini tid k sesu i deng n perny t n S ndr (2010) d n Emck et l.
(2009) y ng meny t k n b hw perkemb ng n p d
n k tun gr hit
sedikit
lebih l mb t dib ndingk n
n k
norm l, terut m
perkemb ng n motorik, b h s , sosi l d n kognitif. N mun, perkemb ng n
y ng di m ti d l m peneliti n ini d l h perkemb ng n sistem hormon l
d l m tubuh y ng terk it deng n t nd pre pubert s p d n k tun gr hit
d n tid k meng m ti sec r khusus perkemb ng n kognitif, b h s , d n
motorik.

p d

Sesu i deng n st tus gizi sistem tubuh p d n k norm l, m k


perkemb ng n sistem hormon l p d n k tun gr hit jug tid k d
perbed n deng n perkemb ng n sistem hormon l p d n k norm l.
Sehingg , t nd pre pubert s t u kem t ng n sistem reproduksi p d
perempu n deng n tun gr hit s m deng n n k perempu n norm l.
F ktor y ng berkontribusi d l m kem mpu n per w t n diri
gr hit nt r l in:

n k

n k tun

. F ktor Pendidik n Or ng tu
F ktor pendidik n or ng tu merup k n s l h s tu f ktor y ng
berkontribusi d l m kem mpu n per w t n diri n k tun gr hit .
Sem kin tinggi l t r bel k ng pendidik n or ng tu m k sem kin b ik
Universit s Indonesi

F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011


105
keter mpil n per w t n diri n k tun gr hit . Or ng tu y ng terdidik
b ik lebih d l m memberik n perh ti n p d pertumbuh n d n
perkemb ng n n k. Or ng tu k n berus h menc ri inform si
seb ny k-b ny kny terk it deng n kebutuh n d n m s l h y ng
mungkin di l mi oleh n k tun gr hit . Peneliti n sebelumny
meny t k n b hw or ng tu deng n pendidik n y ng lebih tinggi lebih
mud h d l m menerim inform si d n memberik n bimbing n sert
l tih n y ng lebih b ik kep d n k tun gr hit .
b. F ktor Usi An k Tun Gr hit
Umur t u usi p d n k tun gr hit memb ntu d l m memprediksi
perkemb ng n ment l n k. P d n k tun gr hit usi l njut d p t
dikemb ngk n keter mpil n per w t n diri y ng lebih kompleks. Usi
jug d p t memb ntu memprediksi w ktu y ng tep t untuk meng j rk n
d n mel tih n k tun gr hit keter mpil n per w t n diri.
c. Kelem h n Motorik P d An k Tun Gr hit
F ktor keku t n t u d ny kelem h n motorik p d n k tun gr hit
merup k n f ktor y ng berhubung n signifik n d n p ling domin n
d l m berkontribusi terh d p kem mpu n per w t n diri n k tun
gr hit . S l h s tu ciri fisik n k tun gr hit
d l h kelem h n motori
k.
D l m h l kem mpu n per w t n diri, n k tun gr hit y ng memiliki
keku t n motorik y ng lebih b ik k n lebih mud h mengu s i
keter mpil n per w t n diri. Keku t n motorik dibutuhk n d l m
koordin si ger k n, kontrol ger k n, d n kesesu i n ger k n deng n h l
y ng ingin dil kuk n.

6.2. Keterb t s n Peneliti n


Peneliti meny d ri keterb t s n d ri peneliti n ini diseb bk n oleh beber p
f ktor y ng merup k n seb g i kelem h n meliputi: keterb t s n instrumen,
keterb t s n s mpel, d n keterb t s n temp t peneliti n.

Universit s Indon
esi

F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011


1
06
6.2.1. Keterb t s n S mpel
Peneliti n ini dil kuk n deng n responden d l h or ng tu
n k tun
gr hit y ng terd ft r di du Sekol h Lu r Bi s (SLB) di K bup ten
B nyum s. Keterb t s n s mpel t u responden diseb bk n seb gi n sisw
SLB tid k m suk sekol h y ng diseb bk n oleh berb g i h l seperti: cu c
y ng tid k mendukung (huj n der s), or ng tu tid k d p t meng nt r n k
ke sekol h kib t kur ngny bi y untuk tr nsport si t u kondisi n k
tun gr hit y ng sed ng tid k seh t. H l ini menyeb bk n tid k semu
sisw n k tun gr hit y ng memenuhi kriteri seb g i s mpel ikut d l m
peneliti n. Responden d l m peneliti n ini h ny or ng tu n k tun
gr hit , sehingg tid k diperoleh inform si d ri guru di sekol h mengen i
kem mpu n per w t n diri n k d n dukung n y ng diberik n oleh pih k
sekol h d l m meningk tk n kem mpu n per w t n diri n k tun gr hit .
6.2.2. Keterb t s n Temp t Peneliti n
Temp t peneliti n d l h SLB t u sebu h institusi pendidik n khusus
untuk n k deng n dis bilit s b ik ment l d n fisik d n buk n di
m sy r k t. Seperti institusi pendidik n l inny , m k SLB jug tel h
mempuny i kurikulum pembel j r n terk it per w t n diri p d n k tun
gr hit . Sed ngk n, kem mpu n per w t n diri n k tun gr hit y ng
tid k bersekol h t u y ng ber d di m sy r k t tid k d p t diukur. H l ini
berd mp k p d gener lis si h sil peneliti n y ng terb t s p d
n k tun
gr hit y ng ber d di sekol h khusus t u SLB.
6.3. Implik si Keper w t n
6.3.1. Implik si terh d p Pel y n n Keper w t n
Implik si h sil peneliti n ini terh d p pel y n n keper w t n d l h
memberik n inform si t u m sukk n kep d pr ktisi keper w t n tent ng
f ktor y ng berhubung n deng n kem mpu n per w t n diri p d n k
tun gr hit . H l ini d p t dij dik n cu n t u p ndu n b gi p r per w t

Universit s Indone
si

F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011


107

n k y ng d di m sy r k t d l m pen t l ks n n suh n keper w t n


n k deng n kebutuh n khusus, terut m d l m h l:
. Meningk tk n penget hu n or ng tu deng n n k tun gr hit mel lui
pemberi n penyuluh n t u pendidik n keseh t n sec r ter tur terk it
kebutuh n n k tun gr hit .
b. Mengemb ngk n progr m l tih n terk it per w t n diri p d n k tun
gr hit sej k usi dini k ren .
c. Bekerj s m deng n pus t reh bilit si medik sehubung n deng n
kebutuh n n k tun gr hit k n l tih n rent ng ger k sendi y ng
sering diseb bk n kelem h n motorik p d n k tun gr hit k ren
d l m peneliti n ini did p tk n m sih b ny k n k tun gr hit y ng
memiliki kelem h n motorik.
6.3.2. Implik si terh d p Peneliti n Keper w t n
Implik si l in y ng d p t diter pk n d l m duni keper w t n d l h
berk it n deng n peneliti n. H sil peneliti n ini d p t menj di d t d s r
y ng d p t digun k n oleh peneliti l in d l m mengungk pk n fenomen
y ng lebih lu s terk it n k tun gr hit t u n k berkebutuh n khusus.
Peneliti n l in y ng d p t dil kuk n berk it n deng n h sil peneliti n ini
d l h peneliti n peng ruh pemberi n dukung n d ri per w t n k
terh d p kem mpu n kelu rg d l m mel tih n k tun gr hit mel kuk n
kegi t n per w t n diri t u peneliti n serup tent ng kem mpu n
per w t n diri p d
n k deng n dis bilit s l inny b ik y ng ber d di
sekol h m upun di m sy r k t.
6.3.3. Implik si terh d p Pendidik n Keper w t n
H sil peneliti n ini dih r pk n d p t memperk y ilmu keper w t n y ng
s t ini sed ng dikemb ngk n mel lui pendidik n d n peneliti n. Konsep
kem ndiri n p d
n k kebutuh n khusus y ng sel m ini terd p t d l m
buku-buku keper w t n n k d p t berkemb ng deng n d ny peneliti n
ini. Kem mpu n per w t n diri p d n k tun gr hit s ng t penting

Universit s Indon
esi

F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011


108
rtiny k ren d p t memb ntu n k tun
m s dep n.

gr hit

menc p i kem ndiri n di

Universit s Indonesi

F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011


BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpul n
Berd s rk n h sil d n pemb h s n d l m peneliti n ini, m k
disimpulk n seb g i berikut:

d p t

1. K r kteristik n k tun gr hit p d peneliti n ini did p tk n m yorit s


berusi 12 t hun, berjenis kel min l ki-l ki, ber d p d kl sifik si tun
gr hit sed ng, mempuny i struktur w j h y ng norm l, tid k d
kelem h n motorik d n hipers liv si, deng n st tus gizi m yorit s n k
ber d p d kelompok underweight berd s rk n gr fik IMT d ri CDC.
M yorit s n k tun gr hit perempu n tel h meng l mi menstru si.
2. K r kteristik or ng tu y ng did p tk n d l h m yorit s berusi dew s
meneng h (usi 40-45 t hun) b ik usi y h m upun usi ibu, pendidik n
ter khir or ng tu d l h SMA, pekerj n y h seb g i k ry w n sw st ,
pekerj n ibu d l h ibu rum h t ngg deng n pengelu r n kelu rg per
bul n > Rp 1.500.000,00. Or ng tu jug mempuny i penget hu n tent ng
tun gr hit y ng cukup tinggi d n menggun k n pol suh demokr tis
d l m meng suh n k tun gr hit .
3. K r kteristik lingkung n terdiri d ri dukung n guru d n ten g keseh t n
terh d p n k tun gr hit . Peneliti n ini mend p tk n dukung n y ng
m sih rend h d ri guru d n ten g keseh t n d n h ny seb gi n kecil n k
tun gr hit y ng menggun k n l t b ntu untuk mel kuk n kegi t n
h ri n.
4. Kem mpu n per w t n diri p d n k tun gr hit usi 9 -17 t hun ber d
p d k tegori kem mpu n per w t n diri y ng rend h berd s rk n juml h
re kegi t n per w t n diri y ng m mpu dil kuk n oleh n k tun gr hit
deng n t np b ntu n. P d peneliti n ini did p tk n m yorit s n k tun
gr hit y ng m sih membutuhk n b ntu n p d lebih d ri 2 re kegi t n
per w t n diri.
5. Terd p t hubung n y ng signifik n nt r k r kteristik n k y itu usi d n
kondisi fisik n k (keku t n motorik d n hipers liv si)
terh d p
110
F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011
111

kem mpu n per w t n diri n k tun gr hit . Usi n k y ng lebih tu (


12 t hun) mempuny i kem mpu n per w t n diri 4,6 k li lebih b ik
dib ndingk n n k deng n usi y ng lebih mud (< 12 t hun) d n n k tun
gr hit y ng tid k memiliki kelem h n motorik 4,77 k li lebih m mpu
mel kuk n per w t n diri dib ndingk n n k tun gr hit deng n
kelem h n motorik.
6. Tid k d hubung n y ng signifik n nt r k r kteristik or ngtu terh d p
kem mpu n per w t n diri n k tun gr hit . Or ng tu deng n pendidik n
ter khir SMA memiliki pelu ng 3,12 k li untuk meningk tk n kem mpu n
per w t n diri p d n k tun gr hit dib ndingk n or ng tu deng n
pendidik n ter khir y ng lebih rend h.
7. Tid k terd p t hubung n y ng signifik n nt r k r kteristik lingkung n
y itu dukung n guru d n ten g keseh t n sert penggun n l t b ntu
terh d p kem mpu n per w t n diri p d n k tun gr hit .
8. Kondisi fisik (keku t n motorik) n k merup k n f ktor p ling domin n
y ng berhubung n deng n kem mpu n per w t n diri n k tun gr hit .
7.2. S r n

1. Untuk Pembu t Kebij k n


Perluny progr m b ru d ri din s keseh t n deng n tuju n peningk t n
der j t keseh t n n k deng n kebutuh n khusus y ng ber d di
m sy r k t d n di sekol h b ik d l m bentuk pemeriks n keseh t n d s r
m upun skrining m s l h keseh t n y ng terj di p d n k berkebutuh n
khusus terut m y ng d p t diseb bk n oleh ketid km mpu n n k
mel kuk n per w t n diri sec r m ndiri.
2. Untuk Institusi Pel y n n Keper
. Per w t n k seb g i pemberi
memperh tik n pentingny
gr hit t u n k deng n

w t n
suh n keper w t n seb ikny mul i
kem mpu n per w t n diri p d n k tun
kebutuh n khusus l inny , sehingg n k tu

n
gr hit t u n k berkebutuh n khusus l inny d p t memperoleh
bimbing n d n l tih n sej k usi dini y ng k n d p t terus
berkemb ng seiring deng n pert mb h n usi ny .
Universit s In
donesi
F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011
112

b. Per w t n k di m sy r k t dih r pk n d p t meningk tk n per nny


d l m mel kuk n pengk ji n d n merenc n k n progr m-progr m
pel tih n t u penyuluh n keseh t n terk it keter mpil n per w t n diri
n k tun gr hit
t u dis bilit s l inny y ng tid k bersekol h
sehingg kem mpu n per w t n diri y ng b ik d p t terc p i p d
n k tun gr hit
t u dis bilit s y ng bersekol h m upun y ng tid k
bersekol h.
3. Untuk Sekol h Lu r Bi s (SLB)
K ren m sih b ny kny n k tun gr hit y ng belum m mpu mel kuk n
kegi t n per w t n dri di beber p re , pih k sekol h dih r pk n d p t
terus mengemb ngk n progr m peng j r n di sekol h mengen i per w t n
diri p d n k tun gr hit deng n bekerj s m deng n or ng tu d n
ten g keseh t n sehingg
n k tun gr hit mend p tk n bimbing n d n
dukung n y ng dibutuhk n terk it pemenuh n kebutuh n per w t n diri.
4. Untuk Or ngtu /Kelu rg deng n An k Tun Gr hit
Or ng tu n k tun gr hit dih r pk n terus meningk tk n penget hu n
terk it kondisi d n kebutuh n n k tun gr hit deng n mengikuti
penyuluh n, diskusi, t u pel tih n tent ng usi y ng tep t untuk mul i
mel tih n k tun gr hit keter mpil n per w t n diri d n l tih n
peningk t n keku t n motorik p d n k tun gr hit sehingg n k
m mpu m ndiri d l m mel kuk n per w t n diri.
5. Untuk Peneliti n Lebih L njut
. H sil peneliti n ini d p t digun k n seb g i d t w l untuk mel kuk n
peneliti n lebih l njut p d n k deng n kebutuh n khusus deng n
memperlu s re peneliti n p d n k dis bilit s l inny .
b. Perluny peneliti n-peneliti n lebih l njut terk it kem mpu n per w t n
diri p d n k berkebutuh n khusus t u tun gr hit , terut m
kem mpu n per w t n diri n k tun gr hit p d seti p re kegi t n

per w t n diri sert peneliti n untuk mend p tk n metode l tih n


motorik y ng tep t untuk n k deng n dis bilit s.
Universit s Indonesi
F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011
DAFTAR REFERENSI
Americ n Ac demy of Pedi trcs Committee on Children with Dis bilities.
(1996). Tr nsition of c re provided for dolescent with speci l he lth
c re needs. Pedi trics, 98, 1203-1206.
Arikunto, S. (2006). Prosedur peneliti n su tu pendek t n pr ktek. Cet k n
XIII. J k rt : PT. Rinek Cipt
Ast ti. (2010, J nu ri). Menuju kem ndiri n n k tun gr hit , p d
http://bint ngb ngs ku.com, diperoleh p d t ngg l 12 J nu ri 2011.
B kor PLB (2008, 31 Desember). L por n pend t n PK d n PLK di
K residen n B nyum s t hun 2008. Febru ri 28, 2011.
Berg, M., J hnsen, R., Frslie, K. F., & Huss in, A. (2004). Reli bility of the
pedi tric ev lu tion of dis bility inventory (PEDI). Physic l &
Occup tion l Ther py in Pedi trics, 24: 3.
Buckley, S., Bird, G., & S cks, B. (2006). Evidence b sed th t we c n ch nge
the profile from study of inclusive educ tion. Down Syndrome: Res
Pr ct, 9, 51-53.
Buy n, K, K. (2004). He lth promotion through self-c re nd community
p rticip tion: Elements of proposed progr mme in the developing
countries. BMC Public He lth, 4:11.
Ciptono & Supriy nto, S. (2010, Agustus). Bin diri n k tun gr hit . K ry
ilmi h dis mp ik n p d Pel tih n Guru Pembimbing Khusus BP
Diksus Prov J w Teng h, Din s Pendidik n Provinsi J w Teng h,
t ngg l 2-6 Agustus 2010.
Counting Costs (2010, Juli). Cont ct f mily-for f milies with dis bled
children struggle for food nd he ting. July 10, 2010.
http://www.c f mily.org.uk/index.php.
D hl n, S. (2008). St tistik untuk kedokter n d n keseh t n. J k rt : Penerbit
S lemb Medik .
D lton, J, Abd ll h, L, Cest ri, L. H., & F wcett, J. (2010). Using existing
he lthc re org niz tion d t from OASIS nd MDS for Orems self-c re
fr mework-b sed rese rch.

F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011


Dum s, H. M., H ley, S. M., Fr g l , M. A., & Stev , B. J. (2001). Self c re
recovery of children with br in injury: Descriptive n lysis using the
pedi tric ev lu tion of dis bility inventory (PEDI) function l
cl ssific tion levels. Physic l & Occup tion l Ther py in Pedi trics,
21:7-12

Effendi, M. (2006). Peng nt r psikoped godik n k berkel in n. J k rt : PT.


Bumi Aks r .
Ehrenkr ntz, D., Miller, C., Vernberg, D. K., & Fox, M. H. (2001). Me suring
prev lence of childhood dis bility: Addressing f mily needs while
ugmenting prevention. Journ l of Reh bilit tion.
Emck, C., Bosscher, R., Beek, P., & Doreleijers, T. (2009). Gross motor
perform nce nd self-perceived motor competence in children with
emotion l, beh vior l, nd perv sive development l disorder: A review.
Development l Medicine & Child Neurology, 51: 501-517.
F tim h, E. (2006). Psikologi perkemb ng n, B ndung: CV. Pust k Seti .
Gr y, D.E. (2006). Coping overtime: The p rents of children with
Journ l of Intellectu l Dis bilities, 50: 970-976.

utism.

Greyd nus, D. E., & Pr tt, H. D. (2005). Syndromes nd disorders ssoci ted
with ment l ret rd tion. Indi n Journ l of Pedi trics, 72, 859-864.
Gun rs , D. S. (2004). D ri n k s mp i usi
n k. J k rt : BPK. Gunung Muli .

l njut: Bung r mp i psikologi

H stono, S. P. (2007). An lisis d t keseh t n. J k rt : F kult s Keseh t n


M sy r k t UI.
H ley, S. M., Coster, W. J., Ludlow, L. H., H ltiw nger, J. T., & Andrellos, P.
J. (1992). Pedi tric ev lu tion of dis bility inventory (PEDI), Version
1.0. Boston: New Engl nd Medic l Center Hospit ls.
H rvey, B. (2004). Downs syndrome: A biopsychosoci l perspective,
Nursing St nd rd, 18, 30, 43-45.
H user-Cr m, P., W rfield, M. E., Shonkoff, J. P. et l. (2001). Children with
dis bilities: A longitudin l study of child development nd p rent wellbeing. Monogr Soc Res Child Dev, 66, 1-131.

F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011


H y ti, T. (2003). Kem mpu n mer w t diri sendiri n k utis d l m
pen t l ks n n holistik utism. Kumpul n m k l h kongres n sion l
utisme Indonesi pert m . Pus t Inform si d n Penerbit n B gi n Ilmu
Peny kit D l m FKUI, J k rt : FKUI.
He d, L, S., & Abbeduto, L. (2007). Recognizing the role of p rents in
development l outcomes: A systems ppro ch to ev lu ting the child
with development l dis bilities. Ment l Ret rd tion nd Development l
Dis bilities Rese rch Review, Vol. 13: 293-301.
Hiry di. (2007). Hubung n k r kteristik or ngtu d n pol suh kelu rg
deng n sik p sertif sisw SMA di kot B nj rm sin. Tesis. K ry
ilmi h tid k dipublik sik n, Depok: FIK UI.
Hockenberry, M. J. & Wilson, D. (2009). Wongs essenti ls of pedi tric
nursing. 8th Ed., St. Louis: Mosby Elsevier.
Hurlock, B. E. (2000). Perkemb ng n n k, Jilid 1, J k rt .
Ind n h. (2010). An lisis f ktor y ng berhubung n deng n self c re beh vior

p d n k usi sekol h deng n t l semi m yor di RSUPN


Ciptom ngunkusumo J k rt . Tesis. K ry ilmi h tid k dipublik sik n,
Depok: FIK UI.
J imovich, S., C mpos, M. C., C mpos, M. S., & Moore, J. B. (2009).
Sp nish version of the child nd dolescent self-c re perform nce
questionn ire: Psychometric testing. Pedi tric Nursing Journ ls, M rchApril 2009.
K tes, W. R., Folley, B. S., L nh m, D. S. et l. (2002). Cerebr l growth in
fr gile X syndrome: A review nd comp rison with down syndrome,
Microscopy Rese rch nd Technique, 57, 159-167.
Kitt y, E., Jennings, B., & W sunn , A. (2005). Dependency, difference nd
the glob l ethic of longterm c re. J. Polit. Philos, 13: 443-469.
L nder, J. (2007). Children in meric : Effect of working p rents on child
development, http://knol.google.com/, diperoleh p d Juli 2011.
Lindbl d, B. M., R smussen, B. H., & S ndm n, P. O. (2007). Being
invigor ted in p renthood: P rents experiences of being supported by
profession ls when h ving
dis bled child, Journ l of Pedi trics,
20,4(8).

F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011


Ling, F. (2008). Self-c re beh viors of school- ged children with he rt
dise se. Pedi tric Nursing Journ ls, 34(2), 131-138.
Pott, N. K & M ndleco, B. L. (2007). Pedi tric nursing: C ring for children
nd their f milies. 2nd Ed., New York: Thompson Corp.
M under, E. Z. (2006). Emotion work in the p lli tive nursing c re of
children nd young people. Intern tion l Journ l of P lli tive Nursing,
12 (1).
McDoug ll, J., King, G., de Wit, D. J., Miller, L. T., Hong, S. et l. (2004).
Chronic physic l he lth conditions nd dis bility mong C n di n
school- ged children: A n tion l profile, Dis bility nd Reh bilit tion
Journ ls, 26(1), 35-45.
Me dow, R., & Simon. (2005). Lecture notes peditric . J k rt : Erl ngg .
Mont, D. (2007). Me suring dis bility prev lence. Discussion P per. Soci l
Protection: The World B nk.
Novi nenci. (2009). Perbed n kem mpu n bin diri n k berkebutuh n
khusus p d ibu bekerj d n tid k bekerj di Eli n Center Purwokerto.
Skripsi, K ry ilmi h tid k dipublik sik n, Purwokerto: Universit s
Jender l Soedirm n.
Orem, D., E. (2001). Nursing: concept of pr ctice. 6th Ed. St. Louis: Mosby
Inc.
stensj, S., Bjorbkmo, W., C rlberg, E. B., & Vllest d, N. K. (2006).
Assessment of everyd y functioning in young children with dis bilities:
An ICF-b sed n lysis of concepts nd content of the Pedi tric
Ev lu tion of Dis bility Inventory (PEDI). Dis bility nd

Reh bilit tion, 28(8): 489-504.


Pollit, D. F,
ppr is
Potter, P. A,
Konsep,

& Beck, C. T. (2006). Essenti l of nursing rese rch: Method,


l nd utiliz tion. 6th Ed. Phil delphi : Lippincott & Wilkins.
& Perry, A. G. (2005). Buku j r fund ment l keper w t n:
proses d n pr ktik. J k rt : EGC Penerbit Buku Kedokter n.

S ndr , M. (2010). An k c c t buk n ki m t: Metode pembel j r n d n


ter pi untuk n k berkebutuh n khusus. Yogy k rt : K t h ti.
S stro smoro, S & Ism el, S. (2008). D s r-d s r metodologi peneliti n
klinis. J k rt : B gi n Ilmu Keseh t n An k FKUI.

F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011


Schmidt, C. (2003). Mothers perception on self-c re in school- ged children
with di betes. Am. J. M tern l Children Nursing, 28: 362-370.
Sen, S. (2010). Counting the cost 2010: F milies with dis bled children
struggle to fford food nd he ting, http://c f mily.org.uk/index.php.,
diperoleh p d Juni 2011.
Semiun, Y. (2006). Keseh t n ment l 2. Yogy k rt : Penerbit K nisius, h l.
266-271.
Sim njunt k, L. (2007). Men n mk n kem ndiri n p d
n k sej k usi dini,
B l i Pengemb ng n Pendidik n Lu r Sekol h d n Pemud .
http://www.bpplsp-reg-1.go.id, 24 Febru ri 2011.
Sugiyono. (2008). Metode peneliti n ku ntit tif ku lit tif d n R&D. Alf bet :
B ndung.
The Austr li n Soci l Trends. (2008). F milies with
dis bility, Juli 2011.

young child with

Tomey, A. M. & Alligood, M. R. (2006). Nursing theorist nd their work. 6th


Ed. St. Louis: Mosby Inc.
Tork, H., Lohrm nn, C., & D ssen, T. (2007). C re dependency mong
school- ged children: Liter ture review. Nursing nd He lth Sciences, 9,
142-149.
Ulf tulsholih t, R. (2010). Per n or ngtu d l m penyesu i n diri
gr hit . Jurn l Universit s Gun d rm , J k rt .

n k tun

UNICEF & University of Winconsin (2008). Monitoring child dis bility in


developing countries: Result from the multiple indic tor cluster surveys
(MICS). Febru ri 20, 2011.
Universit s Indonesi . (2008). Pedom n teknis penulis n tug s khir
m h sisw Universit s Indonesi . Depok: Universit s Indonesi .
V ndivere, S., Tout, K., C pizz no, J., & Z slow, M. (2003). Left
unsupervised: A look t the most vulner ble children, Child Trends
Rese rch Brief, http://eric.ed.gov, Juni 2011.
Volm n, M., Visser, J. W., & Lensvelt-Mulders, G. (2007). Function l st tus
in 5 to 7 ye r-old children with down syndrome in rel tion to motor
bility nd perform nce ment l bility, Dis bility nd Reh bilit tion

Journ ls, 29(1), 25-31.

F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011


Votroubek, W & T bb co, A. (2010). Pedi tric home c re for nurses: A
f mily-centered ppro ch. 3rd Ed. USA: Jones & B rtletts Publishers.
Wibowo, S, M. (2010). Pen ng n n n k tun gr hit . K ry ilmi h
dipersi pk n untuk semilok Pen t l ks n n n k- n k tun gr hit di
RS S ntos B ndung.
Widi stuti, S. H. (2010). Peng ruh ter pi kelompok suportif terh d p
kem mpu n kelu rg d l m mel tih self-c re n k tun netr g nd
diSLB G R win l di J k rt . Tesis, K ry ilmi h tid k dipublik sik n,
Depok: FIK UI.
Wong, D. L et l. (2009). Buku j r keper w t n pedi trik (Agus Sut rn ,
Neti Juni rti, & H.Y. Kunc r , penerjem h). Volume 1. Edisi 6. J k rt :
EGC Penerbit Buku Kedokter n.
World He lth Org niz tion. (2002). Current nd future long-term c re needs:
An n lysis b sed on the 1990 WHO study, Fr nce: Cre tive,
http://www.who.int/entity/chp/knowledge/public tion/ltc_needs.pdf.
Z kirov -Engstr nd, R., Gr nlund, M. (2009). The intern tion l cl ssific tion
of functioning, dis bility nd he lth-children nd youth (ICF-CY):
Testing its utility in cl ssifying inform tion from eco-cultur l f mily
interviews with ethnic lly diverse f milies with children with dis bilities
in Kyrgyzst n. Dis bility nd Reh bilit tion Journ ls, 31(12): 10181030.
Zel lem, F. (2002). The ttitudes of p rents tow rds their blind children: A
c se study on B hir D r Town. Addis Ab b University, School of
Gr du tion Study.
Zhimin, L. et l. (2003). Self-c re in Chinese school- ged children with
nephritic syndrome. Am. J. M tern l Child Nursing, 28: 81-85.
Zivi ni, J., Ottenb cher, K. J., Sheph rd, K., Forem n, S., Astbury, W., &
Irel nd, P. (2001). Concurrent v lidity of the function l independence
me sure for children (WeeFMTM) nd pedi tric ev lu tion of dis bility
inventory (PEDI) in children with development l dis bilities nd
cquired br in injuries. Physic l & Occup tion l Ther py in Pedi trics,
21, 2-3.

F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011


F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011
L mpir n 2
PENJELASAN PENELITIAN
Purwokerto/B nyum s, . 2011
Kep d Yth.: C lon responden peneliti n

Di Purwokerto/B nyum s
Deng n horm t,
S y y ng bert nd t ng n dib w h ini:
N m
NPM

: Di n R m w ti
: 0906504663

Al m t
rr den.

: Perum Adipur , Jl. Adipur 2 No. 69 Rt 06/Rw 06, Purwos ri, B tu

Ad l h m h sisw Progr m M gister Keper w t n Ilmu Keper w t n Kekhusus n An k


F kult s Ilmu Keper w t n Universit s Indonesi mel kuk n peneliti n deng n judu
l
An lisis f ktor determin n y ng berhubung n deng n kem mpu n per w t n diri p d
n k
tun gr hit di K bup ten B nyum s.
Peneliti n ini tid k menimbulk n kib t y ng merugik n b gi n k/B p k/Ibu seb g
i
responden, ker h si n semu inform si y ng diberik n k n dij g d n h ny digu
n k n
untuk kepenting n peneliti n. Prosedur peneliti n y ng k n dil kuk n d l h men
gisi
kuesioner y ng k n dil kuk n oleh B p k/Ibu, y ng berisi pert ny n mengen i bi
od t d n
kem mpu n per w t n diri p d n k B p k/Ibu. H sil peneliti n ini k n dim nf
tk n
untuk meningk tk n mutu pel y n n keper w t n di m s y ng k n d t ng terut m
d l m
pel y n n keper w t n p d n k berkebutuh n khusus.
Peneliti k n mengh rg i d n menjunjung tinggi h k B p k/Ibu seb g i responden d
n
menj min ker h si n identit s d n d t y ng k n diberik n. Responden d p t
mengundurk n diri sew ktu-w ktu p bil menghend kiny . Ap bil B p k/Ibu menyet
ujui,
m k s y mohon kesedi nny untuk men nd t ng ni persetuju n d n menj w b
pert ny n-pert ny n y ng tel h s y bu t.
At s perh ti n d n kesedi n B p k/Ibu menj di responden, s y
sih.

uc pk n terim

Horm t s
y , Mei 2011
Di
n R m w ti

F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011


L mpir n 3
SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

S y y ng bert nd t ng n di b w h ini meny t k n bersedi menj di responden pen


eliti n
y ng k n dil kuk n oleh Di n R m w ti, deng n judul An lisis F ktor Determin n y
ng
Berhubung n Deng n Kem mpu n Per w t n Diri P d An k Tun Gr hit di K bup ten
B nyum s.
S y mem h mi b hw peneliti n ini tid k k n ber kib t neg tif terh d p diri s
y . Oleh
k ren itu s y bersedi menj di responden p d peneliti n ini.

Purwokerto/B nyum s,
2011
Responde
n

(
)

F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011


L mpir
n 4
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER

1. B c l h kuesioner deng n seks m


2. B p k/Ibu k n mend p tk n 5 item kuesioner y ng terdiri d ri:
Kuesioner A y ng berisi pert ny n tent ng D t diri n k d n D t diri
Or ngtu /Responden
Kuesioner B y ng berisi pert ny n tent ng Penget hu n Or ngtu tent ng Tun
Gr hit
Kuesioner C y ng berisi pert ny n tent ng Pol Asuh Or ngtu terh d p An k
Tun Gr hit .
Kuesioner D y ng berisi pert ny n tent ng K r kteristik Lingkung n, meliputi
Dukung n Guru d n Ten g Keseh t n sert Ke m n n Lingkung n d n Al t
B ntu y ng Digun k n Oleh An k Tun Gr hit .
Kuesioner E y ng berisi pert ny n tent ng Kem mpu n Per w t n Diri P d
An k Tun Gr hit .
3. P d kuesioner A.1., butir 1 d n 2 k n diisi oleh responden, sed ngk n butir
3-5
k n diisi oleh peneliti. Kuesioner A.2. k n diisi oleh responden.
4. B p k/Ibu k n mengisi kuesioner B, C, D d n E.
5. Untuk pengisi n kuesioner B, j w bl h:
Ben r: jik menurut B p k/Ibu perny t n tersebut ben r
S l h: jik menurut B p k/Ibu perny t n tersebut s l h
6. Untuk pengisi n kuesioner C d n D, j w bl h:
Tid k pern h (TP): Bil B p k/Ibu/An k s m sek li tid k pern h meng l mi
t u mel kuk nny .

K d ng-k d ng (KD): Bil B p k/Ibu/An k k d ng meng l mi/mel kuk n d n


k d ng tid k meng l mi/ mel kuk n.
Sering/Sel lu (SL/SR): Bil B p k/Ibu/An k meng l mi/mel kuk nny h mpir
seti p h ri.

F ktor y ng..., Di
7. Untuk pengisi n kuesioner E, j w bl h:
Tid k pern h dib ntu (TP): Bil dik
mel kuk nny .
K d ng-k d ng (KD): Bil dik k d ng
meng l mi/ mel kuk n.
Sering/Sel lu (SL): Bil dik meng l
8. B p k/Ibu boleh did mpingi oleh nggot
n k seti p h ri.

n R m w ti, FIK UI, 2011


s m sek li tid k pern h meng l mi

t u

meng l mi/mel kuk n d n k d ng tid k


mi/mel kuk nny h mpir seti p h ri.
kelu rg l in y ng jug ikut meng suh

F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011


L mpir n 5
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS FAKTOR DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK TUNA GRAHITA
DI KABUPATEN BANYUMAS
Kode Responden: (diisi oleh peneliti)

T ngg l: ...

A. KUESIONER DATA PRIBADI


A.1. DATA DIRI ANAK
1. T ngg l l hir n k
)

: .. tgl/... bln/ . thn

(diisi oleh or ngtu

2. Jenis kel min

: Perempu n/L ki-l ki

(diisi oleh o

3. Kelompok kel s

: C/C1

(diisi oleh p

4. Ber t b d n

: .. Kg

5. Tinggi b d n

: . Cm

6. Struktur w j h

: .

r ngtu )
eneliti)

7. Kelem h n motorik : Ad /Tid k d


8. Hipers liv si

: Ad /Tid k d

9. T nd pre pubert s

: Menstru si/Belum menstru si (P)

F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011


A.2. DATA DIRI ORANGTUA
(Diisi oleh or ngtu )

1. Usi

y h/ibu

: . t hun/ t hun

2. Pendidik n y h/ibu

: . Sekol h D s r
b. SLTP

c. SLTA
d.Ak demi/Perguru n

Tinggi
e. Tid k sekol h
3. Pekerj n y h

. Pet ni
b. Ped g ng
e. Kerj lep s

4. Pekerj n Ibu

: . Pet ni
b. Ped g ng
e. Ibu rum h t ngg

c. PNS
d. K ry w n sw st

c. PNS
d. K ry w n sw st

5. Pengelu r n kelu rg d l m 1 bul n:


. < Rp 500.000 / bul n
b. Rp 500.000 Rp 1.500.000 / bul n
c. Rp 1.600.000 Rp 2.500.000 / bul n
d. > Rp 2.500.000 / bul n

F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011


PENGETAHUAN ORANGTUA TENTANG TUNA GRAHITA

B.

NO
PERTANYAAN
AR SALAH
1.
Tun gr hit d l h n k y ng mempuny i kecerd s n dib w h
r t -r t / n k norm l
2.
Tun gr hit d p t dikelompokk n menj di tun gr hit ring n,
sed ng, d n ber t
3.
Tun gr hit tid k d p t disembuhk n
4.
Tun gr hit diseb bk n oleh kekur ng n gizi/m k n n s t
n k m sih d l m k ndung n t u setel h dil hirk n
5.
Ciri-ciri n k tun gr hit nt r l in lem h d l m menger kk n
t ng n d n k kiny
6.
An k tun gr hit mud h mengikuti perint h
7.
K t -k t y ng diuc pk n n k tun gr hit sulit dimengerti
8.
An k tun gr hit meng l mi kesulit n bel j r di sekol h
9.
An k tun gr hit mud h mend p tk n tem n berm in y ng
seb y
10. An k tun gr hit membutuhk n b ntu n penuh d l m
mel kuk n ktifit s seh ri-h ri

BEN

C. POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP ANAK TUNA GRAHITA


NO
D SL
1.

PERTANYAAN

Or ngtu d p t menerim
keg g l n

d ny bil

TP
n k meng l mi

An k diberi kebeb s n untuk memilih tem n sesuk


2.
h tiny
3.

An k dim r hi bil mel kuk n kes l h n

4.

Or ngtu mempersi pk n perlengk p n sekol h n k

5.

An k tid k boleh menol k perint h d ri or ngtu

6.

Or ngtu memberik n puji n t s h sil kerj

7.

Or ngtu memenuhi seg l keingin n n k

8.

Or ngtu memberi kebeb s n p d


deng n tem n

n k

n k untuk berm in

F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011


D. KARAKTERISTIK LINGKUNGAN
D.1. DUKUNGAN GURU DAN TENAGA KESEHATAN
NO
KD

PERNTANYAAN

TP

SR
1.
2.
3.
4.
5.

Ap k h n k di j ri mel kuk n kebersih n diri di sekol h?


Ap k h n k pern h dib ntu oleh guru s t mel kuk n
kebersih n diri di sekol h?
Ap k h
guru
pern h mel pork n
perkemb ng n
kem mpu n per w t n diri n k kep d or ngtu ?
Ap k h B p k/Ibu pern h mend p tk n penyuluh n d n
bimbing n
d ri
dokter/per w t terk it
ketr mpil n
per w t n diri p d n k tun gr hit ?
Ap k h penyuluh n y ng pern h diberik n sesu i deng n
keingin n B p k/Ibu terk it kebutuh n per w t n diri n k
tun gr hit ?

D.2. KEAMANAN LINGKUNGAN DAN ALAT BANTU YANG DIGUNAKAN


NO
KD

PERNYATAAN
SR

1.
2.
3.
4.
5.

Ap k h n k pern h terj tuh di k m r m ndi?


Ap k h n k memerluk n l t b ntu penglih t n, mis lny
k c m t , ketik mel kuk n kegi t n seh ri-h ri?
Ap k h n k memerluk n l t b ntu pendeng r n ketik
mel kuk n kegi t n seh ri-h ri?
Ap k h n k memerluk n l t b ntu untuk berger k,
mis lny kruk/kursi rod , ketik mel kuk n kegi t n
seh ri-h ri?
Ap k h n k memerluk n l t b ntu pern f s n, mis lny
oksigen t mb h n, ketik mel kuk n kegi t n seh ri-h ri?

F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011

TP

E. KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI ANAK TUNA GRAHITA


Keter ng n:
SL

: Sel lu dib ntu/m mpu/di w si

KD

: K d ng-k d ng dib ntu/m mpu/di w si

TP

: Tid k pern h dib ntu/m mpu/di w si

Berik n t nd ceklist ( p d kot k pilih n j w b n y ng sesu i deng n kem mp


u n n k
)
tun gr hit seh ri-h ri.
NO

KEGIATAN
KD

SL

TP
Dib ntu

Dib ntu
1.

Dib ntu
Kebersih n b d n
1.1. Mencuci muk

sendiri

1.2. Mencuci t ng n sendiri


1.3. Mencuci k ki sendiri
1.4. Menyik t gigi
1.5. Mencuci r mbut deng n sh mpo
1.6. Menyisir r mbut
1.7. M ndi sendiri
2.

3.

Elimin si
2.1.Bu ng

ir kecil

2.2.Bu ng

ir bes r

M k n d n minum
3.1.Memeg ng piring
3.2.Memeg ng sendok
3.3.Menyendok m k n n d ri piring
3.4.Mengger kk n sendok ke mulut
3.5.Memeg ng gel s

3.6. Menu ng

F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011


ir ke d l m gel s

3.7. Mengger kk n gel s ke d l m mulut

KEGIATAN

TP

KD

Dib ntu

Dib n

SL
tu
4.

Dib ntu
Berp k i n
4.1.Mem k i k os
4.2.Mem k i kemej
4.3.Mem k i rok/cel n

pendek

4.4.Mem k i rok/cel n

p nj ng

4.5.Mem k i p k i n d l m
4.6.Mem k i k os k ki
4.7.Mem k i sep tu
4.8.Mengik t t li sep tu
4.9.Melep sk n k os
4.10.Melep sk n kemej
4.11.Melep sk n cel n
5.

Mobilis si/perger kk n
5.1.Berj l n p d bid ng d t r
5.2.Berj l n p d bid ng miring
5.3.Berj l n di d l m rum h
5.4.Berj l n mengelilingi sekol h
5.5.Berl ri
5.6.Menggeser kursi t u mej
5.7.Memind hk n kursi t u mej
5.8.Turun d ri temp t tidur
5.9.Meng ngk t bend ring n (< 1 Kg)
5.10.Meng ngk t bend ber t (> 2 Kg)
5.11.M suk/kelu r d ri k m r m ndi

F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011


5.12.Duduk di kursi
5.13.Berdiri teg k

5.14.Melomp t
5.15.Mem nj t
6.

Sosi lis si d n perkemb ng n


SL

TP

si

Di w si
6.1. Berm in deng n tem n di rum h

Di w si

KD
Di w

6.2. Berm in deng n s ud r /ker b t d l m kelu rg


6.3. Berm in deng n tem n di sekol h
KEGIATAN

TP

KD

M mpu

M mpu

TP

KD

M mpu

M mpu

SL
M mpu
6.4. D p t menulisk n huruf/ bj d
6.5. D p t menulisk n 1 k t

t u lebih

6.6. D p t menulisk n ngk


6.7. D p t menyebutk n huruf/ bj d deng n ben r
6.8. D p t memb c

1 k t

6.9. D p t memb c

1 k lim t

6.10. D p t mengikuti perint h


7.

Komunik si
SL
M mpu
7.1.Men mp kk n kesuk n terh d p sesu tu/seseor ng

8.

Pekerj
SL

n rum h t ngg

TP

8.1.Mencuci piring/gel s
8.2.Meny pu l nt i
8.3.Mengepel l nt i
8.4.Membersihk n jendel
8.5.Mencuci p k i n
8.6.Memb ntu menyedi k n m k n b gi nggot
kelu rg y ng l in
8.7.Memberesk n ru ng n/k m r tidur

F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011

KD

9.
L

Perlindung n diri

TP

KD

9.1. An k merokok
9.2. An k mem k i helm bil n ik seped
9.3. Menghind ri

F
F
F
F
F
F
F
F
F

ktor
ktor
ktor
ktor
ktor
ktor
ktor
ktor
ktor

y
y
y
y
y
y
y
y
y

ng...,
ng...,
ng...,
ng...,
ng...,
ng...,
ng...,
ng...,
ng...,

Di
Di
Di
Di
Di
Di
Di
Di
Di

n
n
n
n
n
n
n
n
n

R
R
R
R
R
R
R
R
R

pi

m
m
m
m
m
m
m
m
m

w
w
w
w
w
w
w
w
w

F ktor
ti, FIK
ti, FIK
ti, FIK
ti, FIK
ti, FIK
ti, FIK
ti, FIK
ti, FIK
ti, FIK

y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011


UI, 2011
UI, 2011
UI, 2011
UI, 2011
UI, 2011
UI, 2011
UI, 2011
UI, 2011
UI, 2011
L mpir

n 8

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


N m
Temp t/T ngg l L hir
Jenis Kel min
Pekerj n
kerto
Al m t Rum h
Al m t Institusi
l,

:
:
:
:

Ns. Di n R m w ti, S. Kep.


J k rt , 5 Agustus 1979
Perempu n
St f Peng j r FKIK Univ. Jender l Soedirm n, Purwo

: Jl. Adipur 2 No. 69, Purwos ri, Purwokerto


: Jl. Dr. Soep rno, K mpus Keper w t n, K r ngw ngk
Purwokerto.

Riw y t Pendidik n
1985 1991
1991 - 1994
1994 1997
1998 2003
2009 sek r ng
Riw y t Pekerj n
2003 2004
2004 2005
2006 sek r ng

:
:
:
:
:

SDN 01 P gi R w m ngun, J k rt Timur


SMPN 74 R w m ngun, J k rt Timur
SMUN 21 Pulom s, J k rt Timur
S rj n F kult s Ilmu Keper w t n UI
P sc s rj n F kult s Ilmu Keper w t n UI

: RS MH. Th mrin S lemb , J k rt Pus t


: Prodi Keper w t n Univ. Muh mm diy h Purwokerto
: FKIK Univ. Jender l Soedirm n Purwokerto

F ktor y ng..., Di n R m w ti, FIK UI, 2011

Anda mungkin juga menyukai