Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Program Pasca Sarjana, Universitas Nusa Cendana, Jl.
Adisucipto-Penfui, Kupang.NTT 85361, Indonesia
2,3
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, Jl. Adisucipto-Penfui, Kupang.NTT
85361, Indonesia
Email: jafe64@yahoo.co.id, sri_kurniatia@yahoo.com ,dan sridirman@yahoo.com
ABSTRAK
Kawasan perbatasan antar negara memiliki potensi strategis bagi berkembangnya kegiatan perdagangan
internasional yang saling menguntungkan. Kawasan ini juga berpotensi besar menjadi pusat pertumbuhan wilayah,
terutama dalam hal pengembangan industri, perdagangan dan pariwisata. Hal ini akan memberikan peluang bagi
peningkatan kegiatan produksi yang selanjutnya akan menimbulkan berbagai efek pengganda (multiplier effects)
Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan kajian tentang pengembangan kawasan perbatasan Belu Provinsi
Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan Timor Leste melalui pendekatan empirik dan model teoritis yang telah
digunakan dari beberapa kasus negara yang telah berhasil dan gagal dalam mengembangkan kawasan perbatasan.
Metode desktriptif dan pendekatan empirik digunakan untuk menganalisis pengembangan kawasan perbatasan
melalui proses perbandingan model teoritis dari beberapa kasus di negara yang telah berhasil maupun gagal
dalam mengembangkan kawasan perbatasan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui pendekatan teoritis dan berdasarkan kondisi eksisting kawasan
perbatasan Belu Timor Leste, maka pengembangan kawasan tersebut dapat dilakukan dengan melalui pendekatan
perencanaan dengan mendahulukan membangun infrastruktur (infrastructure led) sebagai investasi sebelum
aktifitas ekonomi dimulai.
Kata Kunci: Kawasan Perbatasan, Infrastruktur, Investasi
1. PENDAHULUAN
Wilayah Kabupaten Belu merupakan salah satu
pintu masuk utama ke wilayah Indonesia yang
mempunyai peranan penting dalam lalu lintas orang
maupun barang. Wilayah Belu pada tahun 2005
dimekarkan menjadi 17 kecamatan dari sebelumnya
hanya 12 kecamatan pada tahun 2004. Jumlah
penduduk kaabupaten Belu tergolong rendah yaitu,
hanya 343.777 jiwa
pada tahun 2004 dengan
kepadatan yang rendah pula, yaitu 140,57 jiwa/km2
(Pemda dan BPPS Belu, 2004). Pada Tahun 2005
jumlah penduduk Belu bertambah menjadi 354.681
jiwa, dengan kepadatan penduduk 145 jiwa/km2
(BPPS, Belu, 2006). Jumlah dan kepadatan penduduk
tertinggi terdapat di Kota Atambua. Hal ini mudah
dipahami karena kecamatan ini adalah ibukota
kabupaten, dimana tersedia peluang kerja/usaha serta
berbagai jenis sarana dan prasarana, ekonomi dan
sosial yang merupakan faktor pendukung untuk
mendapatkan penghidupan yang layak.
Pada saat ini kawasan perbatasan Belu Provinsi
Nusa Tenggara Timur (Republik Indonesia) dengan
Batu Gede (Timor Leste) belum dikelola secara baik
dan belum adanya konsepsi pembangunan yang jelas,
T-75
HASIL PENELITIAN
2. METODE PENELITIAN
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dilakukan selama 1 tahun
dengan mengambil lokasi penelitian kawasan
perbatasan Belu-Atambua Provinsi Nusa Tenggara
Timur dengan mengambil salah satu sampel PLB I
Motaain (RI) - Batu Gede (Timor Leste)
2.2 Rancangan Penelitian
Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan
kuantitatif dan kualitatif yaitu meliputi semua
informasi dan data-data yang berkaitan dengan
potensi kawasan perbatasan yang menjadi tujuan dan
sasaran penelitian. Selanjutnya dari kompilasi data
yang dihasilkan akan dianalisis untuk dapat
memperoleh gambaran tentang perkembangan dan
fakta tertentu dengan kondisi empiris atau variabel
yang diselidiki secara komprehensif.
Tipe
Wilayah
Perbatasan
Wilayah
Border
Wilayah
Crossborder
Hubungan
Ekonomi
Kecil dan
Kontrol
Ketat
Hubungan
terikat
Kerangka
Institusi/
Pemerintah
Kecil
Tipe
Perusahaan
Jaringan
Infrastruktur
Migrasi
Perorangan/
Perusahaan
kecil
Kontrol
ketat
(frontier)
Terjadi
hanya pada
satu sisi
Terjadi
Mekanisme
Konstruktif
Berkembang
dengan spontan/ alamiah
Permasalahan
besar dan
kecil disetiap
sisi hubungan
kontraktual
Bottleneck
akibat ketatnya control
dan inefisien
Idem
Consultatif
Planning
control
perbatasan
masih penting
Migrasi
terkontrol
Joint Ventures
Wilayah
Transborder
Simbiosis
Kerjasama
Institusi
Jaringan perusahaan;
Transfer teknologi; Sharing Network
Perencanaan
Jaringan
Infrastruktur
Bersama
Perbedaan
Upah
Buruh
Sangat
Besar
Contoh
Kasus
Rusia
ChinaKorut
(Tumen)
ThailandCinaBurma-Laos
Besar
PolandiaJerman
Berkurang
HongkongShenzhen
Prosedur
Kecil
sederhana bahkan nol
Uni Eropa
dan
pergerakan
rela-tif
bebas
Sumber : CT. Wu.dalam "Cross-border Development in Changing World" New Regional Development Paradigm
Vol.2 2001:2
T-79
mendahulukan
membangun
infrastruktur
(infrastructure led) sebagai investasi sebelum
aktifitas ekonomi dimulai. Kedua, mendahulukan
investasi sektor swasta (investment led), dan ketiga,
mendahulukan program-program dan kebijakan
(policy led) yang bertujuan untuk memfasilitasi
pembangunan
kawasan
perbatasan. Terdapat
perbedaan-perbedaan yang signifikan dalam kategori
ini, yang menunjukkan karakteristik dominan yang
ada. Sehingga pendekatan ini hanya membatasi
dengan 3 (tiga) pendekatan (Wu, 2001: 28-33).
Mendahulukan
Pembangunan
Infrastruktur
(Infrastructure led)
Kegiatan ini biasanya melibatkan peran
pemerintah atau lembaga multilateral dalam
perencanaan pengembangan kawasan yang belum
atau tidak mempunyai nilai ekonomi secara
signifikan. Hal ini dikarenakan kawasan yang akan
dikembangkan tersebut secara geografis adalah
kawasan terpencil atau karena alasan politik dan
keamanan sehingga tidak berkembang. Dua contoh
kawasan yang mewakili pendekatan ini adalah Tumen
River Development Zone dan Hongkong-Shenzhen
Special Economic Zone (SEZ).
Mendahulukan Investasi Sektor Swasta (Investment
led)
Terdapat beberapa contoh pendekatan ini yang
muncul di zona perbatasan. Sering hal ini menjadi
permulaan dari rencana pengembangan tetapi
pengembangan sektor swasta berskala kecil
cenderung mendominasi pada awalnya. Dominasi
perdagangan di kawasan perbatasan Polandia dan eks
Jerman Timur, perbatasan Thai-China-Burma dan
Laos (TCBL), dan perbatasan China-Vietnam di
Dongxing dan Mong Chai, merupakan tiga contoh
kasus dalam pendekatan ini
DAFTAR PUSTAKA
Gonzalez, Pablo Wong. New Strategies of Transborder
Regional Development. In Edgington, David W.
et.al.(eds). New Regional Development Paradigms,
London : Greenwood press. Vol. 2, 2001. 2001.
pp.57-59.
Heyn Peter Ahab. Perbatasan Negara Sebagai Teras
Depan Bangsa. Badan Arsip Daerah Provinsi NTT.
2011.
Hamid, Rusnawir. Analisis Keterkaitan Antar Wilayah
Perbatasan Kalimantan Barat-Sarawak, Tesis tidak
diterbitkan, Magister Pembangunan Kota dan
Daerah, Program Pascasarjana, Universitas Gadjah
Mada. 2003.
Ikhwanuddin.
Penyusunan
Kebijakan
Nasional
Pengelolaan Kawasan Perbatasan Indonesia.
Bappenas. 2005.
Jayadinata, Johara.T. Tata Guna Tanah dalam Perencanan
Pedesaan, Perkotaan & Wilayah. Penerbit: ITB
Bandung. 1999.
Kuncoro, Mudrajad. Analisis Spasial dan Regional : Studi
Aglomerasi dan Kluster Industri Indonesia.
Yogyakarta. Penerbit : UPP AMP YKPN. 2002.
Mukti, Sri Handoyo. Konsep Pengembangan Kawasan
Perbatasan Kalimantan Indo Malay Techno
Agropolitan Corridor (IMTAC). Bulletin Tata Ruang,
2003. hal. 8-9.
Porter, Michael.E. The Competitive Advantage of Nation.
New York : The Free Press. 1990.
Riyadi, D.S. Dampak Globalisasi Ekonomi dan Kebijakan
Regionalisasi Terhadap Pengembangan Wilayah
Indonesia. Dalam Ambardi, M.U dan Prihawantoro,
S. (eds). Pengembangan Wilayah dan Otonomi
Daerah (pp.3-23). Jakarta : BPPT. 2002a
Riyadi, D.S. 2002b. Pengembangan Wilayah : Teori dan
Konsep Dasar. Dalam Ambardi, M.U dan
Prihawantoro, S. (eds). Pengembangan Wilayah dan
Otonomi Daerah (pp.47-64). Jakarta : BPPT.
Wu, Chung- Tong. Cross-Border Development in a
Changing World : Redefining Regional Development
Policies. In Edgington, David W. et.al.(eds). New
Regional Development Paradigms, Vol. 2, 2001.
p.21-36. London : Greenwood Press.
4. KESIMPULAN
Dengan melalui pendekatan teoritis dan
berdasarkan kondisi eksisting kawasan perbatasan
Belu Timor Leste, maka pengembangan kawasan
tersebut dapat dilakukan dengan melalui pendekatan
perencanaan dengan mendahulukan membangun
infrastruktur (infrastructure led) sebagai investasi
sebelum aktifitas ekonomi dimulai.
5. UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih sebesar-besarnya disampaikan
kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang
telah membiayai penelitian ini. Penelitian ini
merupakan sebagian dari hasil penelitian Strategis
Nasional (STRANAS) yang dilaksanakan pada tahun
2012 dibawa koordinasi Lembaga Penelitian
Universitas Nusa Cendana Kupang
T-81