Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

PENGANTAR TEKNIK LINGKUNGAN

PENCEMARAN UDARA OLEH TRUK


DI KAWASAN JALAN H. MISTAR COKROKUSUMO BANJARBARU

Disusun Oleh:
1. Rima Sari Arisnawati

NIM H1E112034

2. Aulia Gusrina Zuz

NIM H1E112035

3. Hadiyah Ridha

NIM H1E112038

4. Widya Maulida

NIM H1E112039

5. Rheza Widya Pratama

NIM H1E112040

6. Rahmat Pratama Putra

NIM H1E112041

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM S-1 TEKNIK LINGKUNGAN
BANJARBARU

2012

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia, khususnya di kota-kota besar, kendaraan bermotor,
mempunyai andil yang sangat besar dalam memberikan kontribusi pada polusi
udara. Konstribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara
mencapai 60-70%, bandingkan dengan industri yang hanya berkisar antara 1015%. Sedangkan sisanya berasal dari rumah tangga, pembakaran sampah,
kebakaran hutan/ladang dan lain-lain. Polusi udara dapat menimbulkan gangguan
kesehatan pada manusia melalui berbagai cara, antara lain dengan merangsang
timbulnya atau sebagai faktor pencetus sejumlah penyakit.
Masalah pencemaran udara juga terjadi di kota Banjarbaru. Sesuai
PERDA Kalimantan Selatan No.3 tahun 2008 tentang peraturan penggunaan jalan
untuk angkutan tambang dan perkebunan, Jalan H. Mistar Cokrokusumo,
Banjarbaru adalah salah satu jalur yang dilalui oleh truk angkutan barang dan
tambang tujuan Banjarmasin dan serkitar kota Banjarbaru, dengan rute dari daerah
Cempaka, yaitu Jalan H. Mistar Cokrokusumo melewati Jalan Trikora dan keluar
di LIK Liang Anggang dan sebaliknya. Sehingga setiap hari jalan ini dipadati
dengan antrian truk, baik truk yang ingin melintas, maupun truk yang mengantri
BBM.
Disisi lain jalan H. Mistar Cokrokusumo juga merupakan jalan yang
ramai dengan aktifitas perdagangan dan dekat dengan instansi-instansi
pendidikan. Tanpa kita sadari tingginya aktifitas lalu lintas tersebut menyebabkan
pencemaran udara yang membahayakan masyarakat sekitar. Maka dari itu dalam
makalah ini dibahas tentang pencemaran udara oleh kendaraan bermotor
khususnya truk yang melintas dikawasan jalan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, rumusan
masalah dari penulisan makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan pencemaran udara?
2. Bagaimana pencemaran udara oleh truk terjadi?
3. Bagaimana pencemaran udara berdampak pada lingkungan dan manusia?

1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Mengidentifikasi masalah pencemaran di kawasan jalan H. Mistar
Cokrokusumo Banjarbaru, Kalimantan selatan.
2. Mempelajari pencemaran udara oleh truk di kawasan jalan H. Mistar
Cokrokusumo Banjarbaru, Kalimantan selatan.
3. Mengetahui dampak pencemaran udara oleh truk jalan H. Mistar
Cokrokusumo Banjarbaru, Kalimantan selatan.
4. Memberikan alternatif solusi penanggulangan pencemaran udara.

BAB 2
INDENTIFIKASI MASALAH

2.1 Pengertian Pencemaran Udara


Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun
dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas
udara telah mengalami perubahan. Udara yang dulunya segar kini kering dan
kotor. Hal ini bila tidak segera ditanggulangi, perubahan tersebut dapat
membahayakan kesehatan manusia, kehidupan hewan serta tumbuhan
Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat
asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara
dari keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing di dalam udara dalam
jumlah tertentu serta berada di udara dalam waktu yang cukup lama, akan dapat
mengganggu kehidupan manusia. Bila keadaan seperti itu terjadi maka udara
dikatakan telah tercemar.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1999 mengenai
Pengendalian Pencemaran udara, yang dimaksud dengan pencemaran udara
adalah masuknya atau dimaksuknya zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam
udara ambient oleh kegiatan manusia sehingga mutu udara ambient turun sampai
ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambient tidak memenuhi fungsinya.

Sumber Pencemar Udara


Telah disadari bersama, kualitas udara saat ini telah menjadi persoalan
global, karena udara telah tercemar akibat aktivitas manusia dan proses alam.
Masuknya zat pencemar ke dalam udara dapat secara alamiah, misalnya asap
kebakaran hutan, akibat gunung berapi, debu meteorit dan pancaran garam dari
laut ; juga sebagian besar disebabkan oleh kegiatan manusia, misalnya akibat

aktivitas transportasi, industri, pembuangan sampah, baik akibat proses


dekomposisi ataupun pembakaran serta kegiatan rumah tangga
Terdapat 2 jenis pencemar yaitu sebagai berikut :
a. Zat pencemar primer, yaitu zat kimia yang langsung mengkontaminasi udara
dalam konsentrasi yang membahayakan. Zat tersebut bersal dari komponen
udara alamiah seperti karbon dioksida, yang meningkat diatas konsentrasi
normal, atau sesuatu yang tidak biasanya, ditemukan dalam udara, misalnya
timbal.
b. Zat pencemar sekunder, yaitu zat kimia berbahaya yang terbentuk di atmosfer
melalui reaksi kimia antar komponen-komponen udara.
Sumber bahan pencemar primer dapat dibagi lagi menjadi dua golongan besar :
1. Sumber alamiah
Beberapa kegiatan alam yang bisa menyebabkan pencemaran udara adalah
kegiatan gunung berapi, kebakaran hutan, kegiatan mikroorganisme, dan lain-lain.
Bahan pencemar yang dihasilkan umumnya adalah asap, gas-gas, dan debu.
2. Sumber buatan manusia
Kegiatan manusia yang menghasilkan bahan-bahan pencemar bermacammacam antara lain adalah kegiatan-kegiatan berikut :
a. Pembakaran, seperti pembakaran sampah, pembakaran pada kegiatan rumah
tangga, industri, kendaraan bermotor, dan lain-lain. Bahan-bahan pencemar
yang dihasilkan antara lain asap, debu, grit (pasir halus), dan gas (CO dan
NO).
b. Proses peleburan, seperti proses peleburan baja, pembuatan soda,semen,
keramik, aspal. Sedangkan bahan pencemar yang dihasilkannya antara lain
adalah debu, uap dan gas-gas.
c. Pertambangan dan penggalian, seperti tambang mineral and logam. Bahan
pencemar yang dihasilkan terutama adalah debu.

d. Proses pengolahan dan pemanasan seperti pada proses pengolahan makanan,


daging, ikan, dan penyamakan. Bahan pencemar yang dihasilkan terutama
asap, debu, dan bau.
e. Pembuangan limbah, baik limbah industri maupun limbah rumah tangga.
Pencemarannya terutama adalah dari instalasi pengolahan air buangannya.
Sedangkan bahan pencemarnya yang teruatam adalah gas H2S yang
menimbulkan bau busuk.
f. Proses kimia, seperti pada proses fertilisasi, proses pemurnian minyak bumi,
proses pengolahan mineral. Pembuatan keris, dan lain-lain. Bahan-bahan
pencemar yang dihasilkan antara lain adalah debu, uap dan gas-gas
g. Proses pembangunan seperti pembangunan gedung-gedung, jalan dan
kegiatan yang semacamnya. Bahan pencemarnya yang terutama adalah asap
dan debu.
h. Proses percobaan atom atau nuklir. Bahan pencemarnya yang terutama adalah
gas-gas dan debu radioaktif.

Jenis Bahan Pencemar Udara


Ada beberapa bahan pencemar udara yang sering ditemukan di kotakota. Dilihat dari ciri fisik, bahan pencemar dapat berupa :
a. Partikel (debu, aerosol, timah hitam)
b. Gas (karbon monoksida / CO, sulfur oksida / SOx, hidrokarbon, nitrogen
oksida / NOx, H2S dan oksidant ozon dan PAN)
c. Energi (suhu dan kebisingan)
Bahan-bahan pencemar ini dikenakan peraturan khusus untuk pengawasannya
karena bisa membahayakan kesehatan.

2.2 Pencemaran Udara Oleh Truck

Kendaraan bermotor merupakan salah satu sumber pencemaran udara


yang utama di daerah perkotaan. Emisi yang paling signifikan dari kendaraan
bermotor ke atmosfer berdasarkan massa adalah gas karbondioksida (CO2) dan
uap air (H2O) yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar.
Truck merupakan salah satu alat angkutan yang menggunakan mesin
diesel dan solar sebagai bahan bakar. Truck merupakan angkutan yang paling
banyak digunakan oleh masyarakat untuk keperluan angkutan barang dan industri.
Solar selain menghasilkan energi, pembakaran sumber energi fosil khususnya
bahan bakar solar juga melepaskan gas-gas, antara lain karbon dioksida , nitrogen
oksida ,dan sulfur dioksida yang menyebabkan pencemaran udara.
Kondisi emisi kendaraan bermotor sangat dipengaruhi oleh kandungan
bahan bakar dan kondisi pembakaran dalam mesin, sehingga langkah-langkah
untuk mengurangi emisi gas buang harus mengkombinasikan teknologi
pengendalian

dengan

konservasi

energi

dan

teknik-teknik

pencegahan

pencemaran. Pengalaman dari negara-negara maju menunjukkan bahwa emisi zatzat pencemar udara dari sumber transportasi dapat dikurangi secara substansial
dengan penerapan teknologi kendaraan seperti katalis (three-way catalyst) dan
juga pengendalian manajemen lalu lintas setempat.
Namun, untuk kondisi Indonesia, dengan pertumbuhan perkotaan
yang cepat yang meningkatkan kepemilikan dan penggunaan kendaraan bermotor
di daerah perkotaan perlu terus dilakukan upaya mengurangi emisi kendaraan
bermotor. Dalam beberapa tahun terakhir jumlah kendaraan bermotor bertambah
rata-rata 12% per tahun.
Menurut International Agency for Research on Cancer (IARC) di
Prancis, asap buangan dari knalpot mobil bermesin diesel menjadi penyebab
utama penyakit kanker. Berdasarkan badan yang menjadi bagian dari Organisasi
Kesehatan Dunia (Wold Health Organization atau WHO) itu, asap knalpot

kendaraan diesel memiliki zat karsinogen penyebab kanker yang sama


mematikan, seperti asbes, arsenik, alkohol, tembakau, dan gas mustard.
Banyaknya supir-supir memarkir truk di sepanjang jalan di Bundaran
Banjarbaru sehingga jalan pun tertutup hingga menyebabkan kemacetan dan
meningkatkan pencemaran udara. Truck yang lewat di Jl. H.Mistar Cokrokusumo
Banjarbaru menghasilkan asap dan debu yang mencemari kawasan tersebut. Zatzat pencemar tersebut diantaranya karbon monoksida (CO), nitrogen oksida
(Nox), hidrokarbon, dan timbel (Pb). Zat pencemar lain adalah sulfur oksida (Sox)
yang banyak disumbangkan oleh kendaraan bus, truk, dan kendaraan berbahan
bakar solar lainnya.
Bahan bahan pencemar udara yang dihasilkan oleh kendaraan
bermotor khususnya truk adalah:
1. Sulfur Oksida
Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua
komponen sulfur bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan
Sulfur trioksida (SO3), dan keduanya disebut sulfur oksida (SOx). Sulfur dioksida
mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak mudah terbakar diudara,
sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen yang tidak reaktif.
Pembakaran

bahan-bahan

yang

mengandung

Sulfur

akan

menghasilkan kedua bentuk sulfur oksida, tetapi jumlah relatif masing-masing


tidak dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang tersedia. Di udara SO2 selalu
terbentuk dalam jumlah besar. Jumlah SO3 yang terbentuk bervariasi dari 1
sampai 10% dari total SOx. Mekanisme pembentukan SOx dapat dituliskan dalam
dua tahap reaksi sebagai berikut :
S + O2 < --------- > SO2
2 SO2 + O2 < --------- > 2 SO3
SO3 di udara dalam bentuk gas hanya mungkin ada jika konsentrasi
uap air sangat rendah. Jika konsentrasi uap air sangat rendah. Jika uap air terdapat

dalam jumlah cukup, SO3 dan uap air akan segera bergabung membentuk droplet
asam sulfat (H2SO4 ) dengan reaksi sebagai berikut :
SO SO2 + H2O2 ------------ > H2SO4
Komponen yang normal terdapat di udara bukan SO3 melainkan
H2SO4 Tetapi jumlah H2SO4 di atmosfir lebih banyak dari pada yang dihasilkan
dari emisi SO3 hal ini menunjukkan bahwa produksi H2SO4 juga berasal dari
mekanisme lainnya. Setelah berada diatmosfir sebagai SO2 akan diubah menjadi
SO3 (Kemudian menjadi H2SO4) oleh proses-proses fotolitik dan katalitik
Jumlah SO2 yang teroksidasi menjadi SO3 dipengaruhi oleh beberapa faktor
termasuk jumlah air yang tersedia, intensitas, waktu dan distribusi spektrum sinar
matahari, Jumlah bahan katalik, bahan sorptif dan alkalin yang tersedia. Pada
malam hari atau kondisi lembab atau selama hujan SO2 di udara diaborpsi oleh
droplet air alkalin dan bereaksi pada kecepatan tertentu untuk membentuk sulfat di
dalam droplet.

2. Karbon Monoksida
Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senjawa karbon
monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan karbon
dioksida (CO2) sebagai hasil pembakaran sempurna. Karbon monoksida
merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa dan pada suhu udara normal
berbentuk gas yang tidak berwarna. Tidak seperti senyawa CO mempunyai
potensi bersifat racun yang berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang
kuat dengan pigmen darah yaitu haemoglobin.

3. Nitrogen Dioksida
Oksida Nitrogen (NOx) adalah kelompok gas nitrogen yang terdapat
di atmosfir yang terdiri dari nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida
(NO2). Walaupun ada bentuk oksida nitrogen lainnya, tetapi kedua gas tersebut
yang paling banyak diketahui sebagai bahan pencemar udara. Nitrogen monoksida
9

merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau sebaliknya nitrogen
dioksida berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam.
Nitrogen monoksida terdapat diudara dalam jumlah lebih besar
daripada NO2. Pembentukan NO dan NO2 merupakan reaksi antara nitrogen dan
oksigen diudara sehingga membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut dengan lebih
banyak oksigen membentuk NO2.
Udara terdiri dari 80% Volume nitrogen dan 20% Volume oksigen.
Pada suhu kamar, hanya sedikit kecendrungan nitrogen dan oksigen untuk
bereaksi satu sama lainnya. Pada suhu yang lebih tinggi (diatas 1210C) keduanya
dapat bereaksi membentuk NO dalam jumlah banyak sehingga mengakibatkan
pencemaran udara. Dalam proses pembakaran, suhu yang digunakan biasanya
mencapai 1210 1.765 C, oleh karena itu reaksi ini merupakan sumber NO yang
penting. Jadi reaksi pembentukan NO merupakan hasil samping dari proses
pembakaran.
Dari seluruh jumlah oksigen nitrogen ( NOx ) yang dibebaskan ke
udara, jumlah yang terbanyak adalah dalam bentuk NO yang diproduksi oleh
aktivitas bakteri. Akan tetapi pencemaran NO dari sumber alami ini tidak
merupakan masalah karena tersebar secara merata sehingga jumlah nya menjadi
kecil. Yang menjadi masalah adalah pencemaran NO yang diproduksi oleh
kegiatan manusia karena jumlahnya akan meningkat pada tempat-tempat tertentu.
Kadar NOx diudara perkotaan biasanya 10100 kali lebih tinggi dari
pada di udara pedesaan. Kadar NOx diudara daerah perkotaan dapat mencapai 0,5
ppm (500 ppb). Seperti halnya CO, emisi NOx dipengaruhi oleh kepadatan
penduduk karena sumber utama NOx yang diproduksi manusia adalah dari
pembakaran dan kebanyakan pembakaran disebabkan oleh kendaraan bermotor,
produksi energi dan pembuangan sampah. Sebagian besar emisi NOx buatan
manusia berasal dari pembakaran arang, minyak, gas, dan bensin.

10

Kadar NOx di udara dalam suatu kota bervariasi sepanjang hari


tergantung dari intensitas sinar mataharia dan aktivitas kendaraan bermotor.
Perubahan kadar NOx berlangsung sebagai berikut :
a.

Sebelum matahari terbit, kadar NO dan NO2 tetap stabil dengan kadar sedikit
lebih tinggi dari kadar minimum seharihari.

b.

Setelah aktifitas manusia meningkat ( jam 6-8 pagi ) kadar NO meningkat


terutama karena meningkatnya aktivitas lalulintas yaitu kendaraan bermotor.
Kadar NO tetinggi pada saat ini dapat mencapai 1-2 ppm.

c.

Dengan terbitnya sinar matahari yang memancarkan sinar ultra violet kadar
NO2 ( sekunder ) kadar NO2 pada saat ini dapat mencapai 0,5 ppm.

d.

Kadar ozon meningkat dengan menurunnya kadar NO sampai 0,1 ppm.

e.

Jika intensitas sinar matahari menurun pada sore hari ( jam 5-8 malam ) kadar
NO meningkat kembali.

f.

Energi matahari tidak mengubah NO menjadi NO2 (melalui reaksi


hidrokarbon) tetapi O3 yang terkumpul sepanjang hari akan bereaksi dengan
NO. Akibatnya terjadi kenaikan kadar NO2 dan penurunan kadar O3.

g.

Produk akhir dari pencemaran NOx di udara dapat berupa asam nitrat, yang
kemudian diendapkan sebagai garamgaram nitrat didalam air hujan atau debu.
Merkanisme utama pembentukan asam nitrat dari NO2 di udara masih terus
dipelajari Salah satu reaksi dibawah ini diduga juga terjadi diudara tetapi
diudara tetapi peranannya mungkin sangat kecil dalam menentukan jumlah
asam nitrat di udara.

h.

Kemungkinan lain pembentukan HNO3 didalam udara tercemar adalah


adanya reaksi dengan ozon pada kadar NO2 maksimum O3 memegang
peranan penting dan kemungkinan terjadi tahapan reaksi sebagai berikut :
O3 + NO2 ---- NO3 + O2
NO3 + NO2 -----N2O5
N2O5 + 2HNO3 ---- 2HNO3

11

Reaksi tersebut diatas masih terus dibuktikan kebenarannya, tetapi yang penting
adalah bahwa proses-proses diudara mengakibatkan perubahan NOx menjadi
HNO3 yang kemudian bereaksi membentuk partikel-partikel.

4. Oksidan
Oksidan (O3) merupakan senyawa di udara selain oksigen yang
memiliki sifat sebagai pengoksidasi. Oksidan adalah komponen atmosfir yang
diproduksi oleh proses fotokimia, yaitu suatu proses kimia yang membutuhkan
sinar matahari mengoksidasi komponen-komponen yang tak segera dioksidasi
oleh oksigen. Senyawa yang terbentuk merupakan bahan pencemar sekunder yang
diproduksi karena interaksi antara bahan pencemar primer dengan sinar.
Hidrokarbon merupakan komponen yang berperan dalam produksi
oksidan fotokimia. Reaksi ini juga melibatkan siklus fotolitik NO2. Polutan
sekunder yang dihasilkan dari reaksi hidrokarbon dalam siklus ini adalah ozon dan
peroksiasetilnitrat.

Ozon
Ozon merupakan salah satu zat pengoksidasi yang sangat kuat setelah

fluor, oksigen dan oksigen fluorida (OF2). Meskipun di alam terdapat dalam
jumlah kecil tetapi lapisan lain dengan bahan pencemar udara Ozon sangat
berguna untuk melindungi bumi dari radiasi ultraviolet (UV-B). Ozon terbentuk
diudara pada ketinggian 30 km dimana radiasi UV matahari dengan panjang
gelombang 242 nm secara perlahan memecah molekul oksigen (O2) menjadi atom
oksigen tergantung dari jumlah molekul O2 atom-atom oksigen secara cepat
membentuk ozon. Ozon menyerap radiasi sinar matahari dengan kuat didaerah
panjang gelombang 240-320 nm. Absorpsi radiasi elektromagnetik oleh ozon
didaerah ultraviolet dan inframerah digunakan dalam metode-metode analitik.

Peroksiasilinitrat
Proses-proses fotokimia menghasilkan jenis-jenis pengoksidasi lain

selain ozon, termasuk peroksiasilinitrat yang mempunyai struktur sebagai berikut :


12

O
RC
00NO2
R = CH3 : peroksiasetilnitrat ( PAN )
R = C2H5 : peroksipropionilnitrat ( PPN )
R = C6H5 : peroksibenzoilnitrat ( PBzN )
Meskipun untuk setiap jenis peroksiasetilnitrat sudah diberikan
perhatian, data monitoring yang tersedia hanya untuk peroksiasetilnitrat.
Peroksiasrtilnitrat mempunyai 2 ciri yang dapat digunakan untuk mendeteksi
adanya peroksiasetilnitrat kadar rendah. Ciri pertama adalah absorpsi di daerah
inframerah dan kemampuan dalam menangkap elektron. Ciri kedua digunakan
sebagai dasar metoda pengukuran kadar peroksiasetilnitrat di udara secara
khromatografi.

Oksidan lain
Hidrogen peroksida telah diidentifikasi sebagai oksidan fotokimia

yang potensial. Akan tetapi hidrogen peroksida ini merupakan senyawa yang
sangat sulit dideteksi secara spesifik di udara. Oleh arena itu tidak mungkin
memperkirakan dengan pasti bahwa hidrogen peroksida sebagai pencemar
fotokimia udara.

5. Hidrokarbon
Struktur Hidrokarban (HC) terdiri dari elemen hidrogen dan korbon
dan sifat fisik HC dipengaruhi oleh jumlah atom karbon yang menyusun molekul
HC. HC adalah bahan pencemar udara yang dapat berbentuk gas, cairan maupun
padatan. Semakin tinggi jumlah atom karbon, unsur ini akan cenderung berbentuk
padatan.

13

Hidrokarbon dengan kandungan unsur C antara 1-4 atom karbon akan


berbentuk gas pada suhu kamar, sedangkan kandungan karbon diatas 5 akan
berbentuk cairan dan padatan. HC yang berupa gas akan tercampur dengan gasgas hasil buangan lainnya. Sedangkan bila berupa cair maka HC akan membentuk
semacam kabut minyak, bila berbentuk padatan akan membentuk asap yang pekat
dan akhirnya menggumpal menjadi debu.
Berdasarkan struktur molekulnya, hidrokarbon dapat dibedakan dalam
3 kelompok yaitu hidrokarban alifalik, hidrokarbon aromatik dan hidrokarbon
alisiklis. Molekul hidrokarbon alifalik tidak mengandung cincin atom karbon dan
semua atom karbon tersusun dalam bentuk rantai lurus atau bercabang.
Sebagai bahan pencemar udara, Hidrokarbon dapat berasal dari proses
industri yang diemisikan ke udara dan kemudian merupakan sumber fotokimia
dari ozon. HC merupakan polutan primer karena dilepas ke udara ambien secara
langsung, sedangkan oksidan fotokima merupakan polutan sekunder yang
dihasilkan di atmosfir dari hasil reaksi-reaksi yang melibatkan polutan primer.
Kegiatan industri yang berpotensi menimbulkan cemaran dalam bentuk HC adalah
industri plastik, resin, pigmen, zat warna, pestisida dan pemrosesan karet.
Diperkirakan emisi industri sebesar 10 % berupa HC.
Sumber HC dapat pula berasal dari sarana transportasi. Kondisi mesin
yang kurang baik akan menghasilkan HC. Pada umumnya pada pagi hari kadar
HC di udara tinggi, namun pada siang hari menurun. Sore hari kadar HC akan
meningkat dan kemudian menurun lagi pada malam hari.
Adanya hidrokarbon di udara terutama metana, dapat berasal dari
sumber-sumber alami terutama proses biologi aktivitas geothermal seperti
explorasi dan pemanfaatan gas alam dan minyak bumi dan sebagainya Jumlah
yang cukup besar juga berasal dari proses dekomposisi bahan organik pada
permukaan tanah, Demikian juga pembuangan sampah, kebakaran hutan dan
kegiatan manusia lainnya mempunyai peranan yang cukup besar dalam
memproduksi gas hidrakarbon di atmosfir.

14

6. Partikel debu
Partikulat debu melayang (Suspended Particulate Matter/SPM)
merupakan campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan
anorganik yang terbesar di udara dengan diameter yang sangat kecil, mulai dari <
1 mikron sampai dengan maksimal 500 mikron. Partikulat debu tersebut akan
berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang-layang di
udara dan masuk kedalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan. Selain dapat
berpengaruh negatif terhadap kesehatan, partikel debu juga dapat mengganggu
daya tembus pandang mata dan juga mengadakan berbagai reaksi kimia di udara.
Partikel debu SPM pada umumnya mengandung berbagai senyawa
kimia yang berbeda, dengan berbagai ukuran dan bentuk yang berbada pula,
tergantung dari mana sumber emisinya. Karena Komposisi partikulat debu udara
yang rumit, dan pentingnya ukuran partikulat dalam menentukan pajanan, banyak
istilah yang digunakan untuk menyatakan partikulat debu di udara. Beberapa
istilah digunakan dengan mengacu pada metode pengambilan sampel udara seperti
: Suspended Particulate Matter (SPM), Total Suspended Particulate (TSP), balack
smake.
Istilah lainnya lagi lebih mengacu pada tempat di saluran pernafasan
dimana partikulat debu dapat mengedap, seperti inhalable/thoracic particulate
yang terutama mengedap disaluran pernafasan bagian bawah, yaitu dibawah
pangkal tenggorokan (larynx ). Istilah lainnya yang juga digunakan adalah PM-10
(partikulat debu dengan ukuran diameter aerodinamik
<10 mikron), yang mengacu pada unsur fisiologi maupun metode
pengambilan sampel.
Secara alamiah partikulat debu dapat dihasilkan dari debu tanah
kering yang terbawa oleh angin atau berasal dari muntahan letusan gunung berapi.
Pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar yang mengandung senyawa
karbon akan murni atau bercampur dengan gas-gas organik seperti halnya
penggunaan mesin disel yang tidak terpelihara dengan baik.

15

Partikulat debu melayang (SPM) juga dihasilkan dari pembakaran


batu bara yang tidak sempurna sehingga terbentuk aerosol kompleks dari butirbutiran tar. Dibandingkan dengan pembakaraan batu bara, pembakaran minyak
dan gas pada umunya menghasilkan SPM lebih sedikit. Kepadatan kendaraan
bermotor dapat menambah asap hitam pada total emisi partikulat debu.
Demikian juga pembakaran sampah domestik dan sampah komersial
bisa merupakan sumber SPM yang cukup penting. Berbagai proses industri seperti
proses penggilingan dan penyemprotan, dapat menyebabkan abu berterbangan di
udara, seperti yang juga dihasilkan oleh emisi kendaraan bermotor.

7. Timah hitam
Timah hitam ( Pb ) merupakan logam lunak yang berwarna kebirubiruan atau abu-abu keperakan dengan titik leleh pada 327,5C dan titik didih
1.740C pada tekanan atmosfer. Senyawa Pb-organik seperti Pb-tetraetil dan Pbtetrametil merupakan senyawa yang penting karena banyak digunakan sebagai zat
aditif pada bahan bakar bensin dalam upaya meningkatkan angka oktan secara
ekonomi. PB-tetraetil dan Pb tetrametil berbentuk larutan dengan titik didih
masing-masing 110C dan 200C.
Karena daya penguapan kedua senyawa tersebut lebih rendah
dibandingkan dengan daya penguapan unsur-unsur lain dalam bensin, maka
penguapan bensin akan cenderung memekatkan kadar P-tetraetil dan Pbtetrametil. Kedua senyawa ini akan terdekomposisi pada titik didihnya dengan
adanya sinar matahari dan senyawa kimia lain diudara seperti senyawa holegen
asam atau oksidator.
Pembakaran Pb-alkil sebagai zat aditif pada bahan bakar kendaraan
bermotor merupakan bagian terbesar dari seluruh emisi Pb ke atmosfer
berdasarkan estimasi skitar 8090% Pb di udara ambien berasal dari pembakaran
bensin tidak sama antara satu tempat dengan tempat lain karena tergantung pada

16

kepadatan kendaraan bermotor dan efisiensi upaya untuk mereduksi kandungan pb


pada bensin.
Penambangan dan peleburan batuan Pb di beberapa wilayah sering
menimbulkan masalah pencemaran Tingkat kontaminasi Pb di udara dan air
sekitar wilayah tersebut tergantung pada jumlah Pb yang diemisikan tinggi
cerobong pembakaran limbah tpopgrafi dan kondisi lokal lainnya. Peleburan Pb
sekunder, penyulingan dan industri senyawa dan barang-barang yang mengandung
Pb, dan insinerator juga dapat menambah emisi Pb ke lingkungan.
Karena batubara seperti juga mineral lainnya (batuan dan sedimen)
pada umumnya mengandung Pb kadar rendah, maka kegiatan berbagai industri
yang terutama menghasilkan besi dan baja peleburan tembaga dan pembakaran
batubara, harus dipandang sebagai sumber yang dapat menambah emisi Pb ke
udara. Penggunaan pipa air yang mengandung Pb dirumah tangga terutama pada
daerah yang kesadahan airnya rendah (lunak) dapat menjadi sumber pemajanan
Pb pada manusia. Demikian juga di daerah dengan banyak rumah tua yang masih
menggunakan cat yang mengandung Pb dapat menjadi sumber pemajanan Pb.

2.3 Dampak Pencemaran Udara


Pencemaran udara banyak memberikan dampak negatif dalam
kehidupan baik pada kesehatan maupun lingkungan dan tentu saja dampak negatif
tersebut menjadi masalah dalam masyarakat yang kita rasakaan saat ini . Kita
sebagai masyarakat harus mengetahui dan peka terhadap masalah ini. berikut
adalah penjabaran tentang dampak pencemaran udara.

Terhadap kesehatan
WHO Inter Regional Symposium on Criteria for Air Quality and

Method of Measurement telah menentapkan beberapa tingkat konsentrasi polusi


udara dalam hubungan dengan akibatnya terhadap kesehatan maupun lingkungan
sebagai berikut:

17

Tingkat I: Konsetrasi dan waktu expose yang tidak ditemui akibat apa-apa, baik
secara langsung maupun tidak langsung.

Tingkat II: Konsentrasi yang mungkin dapat ditemui iritasi pada pencaindera,
akibat berbahaya pada tumbuh-tumbuhan, pembatasan penglihatan atau akibatakibat lain yang merugikan pada lingkungan (adverse level).

Tingkat III: Konsentari yang mungkin menimbulkan hambatan pada fungsi-fungsi


faali yang fital serta perubahan yang mungkin dapat menimbulkan penyakit
menahun atau pemendekan umur (serious level).

Tingkat IV: Konsentrasi yang mungkin menimbulkan penyakit akut atau kematian
pada golongan populasi yang peka (emergency level).

1). Dampak Pencemaran oleh Karbon Monoksida (CO)

Gas CO tidak berbau dan tidak berwarna. Pada keadaan normal


konsentrasinya di udara 0,1 ppm, dan di kota dengan lalulintas padat 10 15 ppm.

Bagi manusia dampak CO dapat menyebabkan gangguan kesehatan sampai


kematian, karena CO bersifat racun metabolis, ikut bereaksi secara metabolis
dengan hemoglobin dalam darah (Hb) .

Tanda-tanda keracunan gas CO adalah: pusing, sakit kepala dan mual.


Keadaan yang lebih berat lagi adalah: kemampuan gerak tubuh menurun,
gangguan pada sistem kardiovaskular, serangan jantung, sampai dengan
kematian.

18

2). Dampak Pencemaran Oleh Oksida Nitrogen (NOx)

Gas NO2 berbau menyengat, berwarna coklat kemerahan. Sifat racun


(toksisitas) NO2 empat kalinya NO. Organ yang paling peka paru-paru, jika
terkena NO2 akan membengkak sehingga sulit bernapas sampai kematian.
Konsentrasi NO yang tinggi mengakibatkan kejang-kejang, bila keracunan
berlanjut mengakibatkan kelumpuhan.

NO akan lebih berbahaya jika teroksidasi menjadi NO2.

3). Dampak Pencemaran oleh Oksida Belerang (SOx)

Bagi manusia SOx menimbulkan gangguan pernapasan. Jika SOx berubah


menjadi asam akan menyerang selaput lendir pada hidung, tenggorokan dan
saluran napas yang lain sampai ke paru-paru. SO2 dapat menimbulkan iritasi
tenggorokan tergantung daya tahan masing-masing (ada yang 1 - 2 ppm, atau
6 ppm). SO2 berbahaya bagi anak-anak, orang tua, dan orang yang menderita
kardiovaskuler. Otot saluran pernapasan akan mengalami kejang (spasma).
Akan lebih berat lagi jika konsentrasi SO2 tinggi dan suhu udara rendah. Pada
paparan lama akan terjadi peradangan yang hebat pada selaput lendir yang
diikuti paralysis cilia (kelumpuhan sistem pernapasan), kerusakan lapisan
ephitelium, akhirnya kematian.

Pada konsentrasi 6 12 ppm dengan paparan pendek yang berulang-ulang


dapat menyebabkan hiperplasia dan metaplasia sel-sel epitel yang akhirnya
menjadi kangker.

4). Dampak Pencemaran oleh Hidrokarbon (senyawa C-H)


Gas hidrokarbon dapat bercampur dengan gas buangan lainnya. Jika hidrokarbon
bercampur bahan lain toksitasnya akan meningkat.

19

5). Dampak Pencemaran oleh Partikel


Partikel (debu) yang masuk/mengendap dalam paru-paru dapat menimbulkan
berbagai macam penyakit saluran pernapasan (pnevmokoniosis).
Penyakit-penyakit yang dapat disebabkan oleh polusi udara adalah:
1. Bronchitis kronika.
Pengaruh pada wanita maupun pria kurang lebih sama. Hal ini
membuktikan prevalensinya tak dipengaruhi oleh macam pekerjaan sehari-hari.
Dengan membersihkan udara dapat terjadi penurunan 40% dari angka mortalitas.
2. Emphysema pulmonum.
3. Bronchopneumonia.
4. Asthma bronchiale.
5. Cor pulmonale kronikum.
Di daerah industri, Czechoslovakia umpamanya, dapat ditemukan
prevalensi tinggi penyakit ini. Demikian juga di India bagian utara, penduduk
tinggal di rumah-rumah tanah liat tanpa jendela dan menggunakan kayu api untuk
pemanas

rumah.

6. Kanker paru. Stocks & Campbell menemukan mortalitas pada non-smokers di


daerah kota 10 kali lebih besar daripada daerah rural.
7. Penyakit jantung, juga ditemukan dua kali lebih besar morbiditasnya di daerah
dengan polusi udara tinggi. Karbon-monoksida ternyata dapat menyebabkan
bahaya pada jantung, apalagi bila telah ada tanda-tanda penyakit jantung ischemik
sebelumnya. Afinitas CO terhadap hemoglobin adalah 210 kali lebih besar
daripada O2 sehingga bila kadar CO Hb sama atau lebih besar dari 50%, akan
dapat terjadi nekrosis otot jantung. Kadar lebih rendah dari itu pun telah dapat
mengganggu faal jantung.
8. Kanker lambung, ditemukan dua kali lebih banyak pada daerah dengan polusi
tinggi.
9. Penyakit-penyakit lain, umpamanya iritasi mata, kulit dan sebagainya banyak
20

juga dihubungkan dengan polusi udara. Juga gangguan pertumbuhan anak dan
kelainan hematologik pernah diumumkan. Di Rusia pernah ditemukan hambatan
pembentukan antibodi terhadap influenza vaccin di daerah kota dengan tingkat
polusi tinggi, sedangkan di daerah lain pembentukannya normal.

1.

Terhadap Ekosistem
Punahnya Spesies
Bahan pencemar lazimnya berbahaya bagi kehidupan biota air dan

darat. Berbagai jenis hewan mengelami keracunan, kemudian mati. Berbagai


spesies hewan memiliki kekebalan yang tidak sama. Ada yang peka, ada pula
yang tahan. Hewan muda, larva merupakan hewan yang peka terhadap bahan
pencemar. Ada hewan yang dapat beradaptasi sehingga kebal terhadap bahan
pencemar, adapula yang tidak. Meskipun hewan beradaptasi, harus diketahui
bahwa tingkat adaptasi hewan ada batasnya. Bila batas tersebut terlampui, hewan
tersebut akan mati.
2. Gangguan Keseimbangan Lingkungan
Punahnya spasies tertentu dapat mengubah pola interaksi biologis
dalam suatu ekosistem. Rantai makanan, jaring-jaring makanan dan lairan energi
menjadi berubah. Akibatnya, keseimbangan lingukngan terganggu. Daur materi
dan daur biogeokimia menjadi terganggu.
3. Kesuburan Tanah Berkurang
Penggunaan pestisida dan insektisida dapat berdampak kematian
fauna tanah. Hal ini dapat menurunkan kesuburan tanah. Penggunaan pupuk terus
menerus dapat menyebabkan tanah menjadi asam. Hal ini juga dapat menurunkan
kesuburan tanah. Demikian juga dengan terjadinya hujan asam.
4.

Pemekatan Hayati

21

Proses peningkatan kadar bahan pencemar melewati tubuh makluk


dikenal sebagai pemekatan hayati (dalam bahasa Inggrisnya dikenal sebagai
biomagnificition).
5.

Terbentuknya Lubang Ozon dan Efek Rumah Kaca


Terbentuknya Lubang ozon dan terjadinya efek rumah kaca

merupakan permasalahan global yang dirasakan oleh semua umat manusia. Hal ini
disebabkan karena bahan pencemar dapat tersebar dan menimbulkan dampak di
tempat lain.
6. Efek lain
1). Dampak Pencemaran Oleh Oksida Nitrogen (NOx)

Oksida nitrogen bagi tumbuhan menyebabkan bintik-bintik pada permukaan


daun, bila konsentrasinya tinggi mengakibatkan nekrosis (kerusakan jaringan
daun), sehingga fotosintesis terganggu. Konsentrasi NO 10 ppm dapat
menurunkan kemampuan fotosintesis 60 70 %.

Di udara oksida nitrogen dapat menimbulkan PAN (Peroxy Acetyl Nitrates)


yang dapat menyebabkan iritasi mata (pedih dan berair). PAN bersama
senyawa yang lain akan menimbulkan kabut foto kimia (Photo Chemistry
Smog).

2). Dampak Pencemaran oleh Oksida Belerang (SOx)

Jika ikut terkondensasi di udara dan jatuh bersama air hujan menyebabkan
hujan asam.

Bagi tumbuhan kadar SOx 0,5 ppm dapat menyebabkan timbulnya bintikbintik pada daun. Jika paparan lama daun menjadi berguguran.

Pada benda-benda, SO2 bersifat korosif. Cat dan bangunan gedung warnanya
menjadi kusam kehitaman karena PbO pada cat bereaksi dengan SOx
menghasilkan PbS.

Jembatan menjadi rapuh karena mempercepat pengkaratan.

22

3). Dampak Pencemaran oleh Hidrokarbon (senyawa C-H)

Cairan hidrokarbon membentuk kabut minyak (droplet).

Padatan hidrokarbon akan membentuk asap pekat dan menggumpal menjadi


debu/partikel.

Hidrokarbon bereaksi dengan NO2 dan O2 mengahsilkan PAN (Peroxy


Acetyl Nitrates). Campuran PAN dengan gas CO dan O3 disebut kabut foto
kimia (Photo Chemistry Smog) yang dapat merusak tanaman. Daun menjadi
pucat karena selnya mati.

Terhadap Psikologis
Dampak psikologis akibat dari pencemaran lingkungan yang tidak

kalah berbahayanya jika dibandingkan dengan dampak secara fisik. Dampak


psikologis tersebut antara lain :
1. Gangguan emosional
Gangguan

emosional

tersebut

antara

lain

kejengkelan

dan

kebingungan. Suasana crowded menyebabkan orang-orang mudah merasa jengkel


terhadap suasana di sekitarnya yang dapat mengakibatkan terganggunya hubungan
interpersonal dengan orang lain.

2. Gangguan gaya hidup


Gaya hidup orang-orang yang tinggal di sekitar tempat terjadinya
pencemaran dapat terganggu. Contohnya yaitu gangguan tidur atau istirahat,
selain itu orang-orang yang tinggal di tempat yang sekitarnya terdapat
pencemaran juga menjadi mudah kehilangan konsentrasi sehingga orang tersebut
menjadi sulit untuk berkonsentrasi.

23

3. Gangguan kecerdasan
Hal ini biasanya terjadi pada anak-anak di bawah umur yang sedang
dalam usia pertumbuhan. Awal mulanya ketika masih bayi sering menghirup
ataupun mengkonsumsi zat-zat berbahaya lainnya sampai di luar batas kewajaran
karena di sekitar tempat tinggalnya terdapat pencemaran lingkungan. Sewaktu
masih bayi gangguan ini masih sulit untuk di deteksi dan gangguan kecerdasan ini
mulai tampak ketika anak tersebut mulai memasuki kehidupan sekolahnya.

24

BAB 3
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Pencemaran udara di jalan H. Mistar Cokro Kusumo terjadi karena


akrivitas manusia sehari-hari, sehingga pencemaran pasti terjadi dan tidak dapat
dihindari. Namun sebenarnya pencemaran yang disebabkan oleh manusia dapat
dicegah dan dikendalikan. Usaha yang dapat kita lakukan adalah mengurangi
pencemaran,

mengendalikan

pencemaran,

dan

meningkatkan

kesadaran,

kepedulian masyarakat agar tidak mencemari lingkungan, serta menetapkan baku


mutu lingkungan.
Pada dasarnya ada tiga cara yang dapat dilakukan dalam rangka
pencegahan pencemaran lingkungan, yaitu:
1. Secara Administratif
Upaya pencegahan pencemaran lingkungan secara administratif
adalah pencegahan pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh pemerintah
dengan cara mengeluarkan kebijakan atau peraturan yang berhubungan dengan
lingkungan hidup. Contohnya adalah dengan keluarnya undang-undang tentang
pokok-pokok pengelolaan lingkungan hidup yang dikeluarkan oleh presiden
Republik Indonesia pada tanggal 11 Maret 1982. Dengan adanya AMDAL
sebelum adanya proyek pembangunan pabrik dan proyek yang lainnya.

2. Secara Teknologis
Cara ini ditempuh dengan mewajibkan pabrik untuk memiliki unit
pengolahan limbah sendiri. Sebelum limbah pabrik dibuang ke lingkungan, pabrik
wajib mengolah limbah tersebut terlebih dahulu sehingga menjadi zat yang tidak
berbahaya bagi lingkungan.

25

3. Secara Edukatif
Cara

ini

ditempuh

dengan

melakukan

penyuluhan

terhadap

masyarakat akan pentingnya lingkungan dan betapa bahayanya pencemaran


lingkungan. Selain itu, dapat dilakukan melalui jalur pendidikan-pendidikan
formal atau sekolah.
Adapun cara penggulangan pencemaran
- Penggunaan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan, serta mesin
kendaraan yang efisien
- Pengolahan limbah udara di pabrik, misalnya dengan menggunakan
alat dust collector yang dapat menangkap debu.
- Menggalakkan penghijauan untuk menyerap/mengkonversi zat
pencemar.

26

BAB 4
KESIMPULAN

Kesimpulan dari makalah ini adalah :


1. Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di
dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari
keadaan normalnya.
2. Sumber pencemaran udara adalah zat pencemar primer dan zat pencemar
sekunder.
3. Jenis bahan pencemar udara adalah gas, partikel dan energi.
4. Truck merupakan salah satu alat angkutan yang menggunakan mesin diesel dan
solar sebagai bahan bakar sehingga menghasilkan gas-gas, antara lain karbon
dioksida , nitrogen oksida ,dan sulfur dioksida yang menyebabkan pencemaran
udara.
5. Pencemaran udara berdampak buruk terhadap kesehatan dan lingkungan.
6. Upaya yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah pencemaran udara
adalah upaya secara administratif dan teknologis serta edukatif.

27

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. Asap Kendaraan dapat menyebabkan darah mengental. di akses 16 Desember
2012 http://www.jantungku.com.
Arifin, Zainal. Pengendalian Polusi Kendaraan. Yogyakarta: Afabeta, 2009.
Darmono, Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Bogor: UI-press, 2008.
Deswita, 2006. di akses pada tanggal 16 Desember 2012.http://bunadarma.ac.id./library
/articles/graduate/pshycologi/2007/artikel,
Hidayat, Alimul Aziz. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba
Medika, 2009.
Machfoedz, Ircham. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Fitramaya , 2009
Marsyy, Sumber dan Dampak Zat Pencemar di Amerika Serikat. Di akses pada tanggal 16
Desember 2012.http://radmarssy.wordpress.com, 2007.
Meliono,

Irmayanti.

Pengetahuan.

akses

pada

tanggal

16

Desember

2012

http://id.wikipedia.org/wiki/pengetahuan, 2007.
Morgan, Sally. Polusi. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009.
Prihandoko, 2008, Dampak polusi asap kendaraan bermotor di akses pada tanggal 16 Desember
2012, http://radmarssy.wordpress.com.
Satrawijaya, A. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Wikipedia, 2010 Pencemaran Udara. diakses 16 Desember 2012 http://id.wikipedia.org
/wiki/Pencemaran_udara.

28

LAMPIRAN
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
NOMOR 3 TAHUN 2008
TENTANG
PENGATURAN PENGGUNAAN JALAN UMUM DAN JALAN KHUSUS
UNTUK ANGKUTAN HASIL TAMBANG
DAN HASIL PERUSAHAAN PERKEBUNAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN
Menimbang : a. bahwa demi ketertiban dan keamanan serta dalam rangka usaha
pemeliharaan
jalan umum dan pembangunan serta penyelenggaraan jalan khusus, dipandang
perlu melakukan pengaturan mengenai penggunaan jalan umum dan jalan
khusus untuk angkutan hasil pertambangan dan hasil perusahaan perkebunan ;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu
membentuk Peraturan Daerah tentang Pengaturan Penggunaan Jalan Umum
dan Jalan Khusus untuk Angkutan Hasil Tambang dan Hasil Perusahaan
Perkebunan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1956 Jo. Undang-Undang
Nomor 21
Tahun 1958 Tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 10 Tahun
1957 antara lain mengenai Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat I
Kalimantan Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956
Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1106) ;
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor
22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2831) ;
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209) ;
4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3480) ;
5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389) ;
6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4411) ;
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

29

tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun


2005 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4493) yang telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005
www.djpp.depkumham.go.id
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548) ;
8. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4444) ;
9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4725) ;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan UndangUndang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pertambangan sebagaimana telah diubah dua kali, terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 75 Tahun 2001 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2001 Nomor 141, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4154);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3527) ;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan
Kendaraan Bermotor di Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1993 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3528) ;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu
Lintas Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 64,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3530) ;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan
Pengemudi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993
Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3529) ;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan
dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 `Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4593) ;
16. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4655) ;
17. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4737) ;
18. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan
dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-Undangan;

30

19. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Kalimantan Selatan Nomor 02


Tahun 1987 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan
Pemerintah Daerah Tingkat I Kalimantan Selatan (Lembaran Daerah Propinsi
Kalimantan Selatan Tahun 1987 Nomor 5) ;
www.djpp.depkumham.go.id
20. Peraturan Daerah Propinsi Kalimantan Selatan Nomor 9 Tahun 2000 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Kalimantan Selatan (Lembaran Daerah
Propinsi Kalimantan Selatan Tahun 2000 Nomor 14) ;
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KALIMANTAN SELATAN
dan
GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGATURAN
PENGGUNAAN
JALAN UMUM DAN JALAN KHUSUS UNTUK ANGKUTAN HASIL
TAMBANG DAN HASIL PERUSAHAAN PERKEBUNAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Daerah Provinsi Kalimantan Selatan.
2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai unsur
penyelenggara
pemerintahan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan.
3. Gubernur adalah Gubernur Kalimantan Selatan.
4. DPRD Kalimantan Selatan adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kalimantan Selatan.
5. Kepala Dinas, adalah Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Kalimantan Selatan.
6. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan
pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada
pada
permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau
air serta di atas
permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel.
7. Jalan Umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.
8. Jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha,
perseorangan atau kelompok
masyarakat untuk kepentingan sendiri.
9. Perusahaan perkebunan adalah pelaku usaha perkebunan Warga Negara
Indonesia atau badan
hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia
yang mengelola usaha perkebunan dengan skala tertentu.

31

10. Penyelenggaraan jalan adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan,


pembangunan serta
pengawasan jalan.
www.djpp.depkumham.go.id
BAB II
TUJUAN
Pasal 2
Pengaturan penggunaan jalan umum untuk tidak dipergunakan mengangkut hasil
tambang dan hasil
Perusahaan Perkebunan bertujuan untuk :
a. mewujudkan keamanan, ketertiban dan keselamatan dalam penggunaan jalan;
b. mewujudkan sistem jaringan jalan yang berdaya guna dan berhasil guna untuk
mendukung
penyelenggaraan sistem transportasi yang terpadu;
c. mewujudkan peran masyarakat dalam penyelenggaraan jalan;
d. mewujudkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan bagi masyarakat
pengguna jalan.
e. memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup dan mencegah kerusakannya.
BAB III
PENGATURAN PENGGUNAAN JALAN
Bagian Pertama
Jalan Umum
Pasal 3
(1) Setiap angkutan hasil tambang dan hasil perusahaan perkebunan dilarang
melewati jalan umum.
(2) Setiap hasil tambang dan hasil perusahaan perkebunan harus diangkut melalui
jalan khusus yang
telah ditetapkan oleh Gubernur.
(3) Hasil tambang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah batu bara dan bijih
besi.
(4) Hasil Perusahaan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah
tandan buah segar
(TBS) kelapa sawit.
Pasal 4
(1) Hasil tambang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) yang sudah
berupa kemasan dan
ditujukan untuk keperluan rumah tangga, dapat diangkut melalui jalan umum
dengan
pembatasan tonase sesuai dengan kelas jalan berdasarkan ketentuan peraturan
perundangundangan
yang berlaku.
(2) Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit hasil perkebunan rakyat perorangan
ataupun yang
melaksanakan kemitraaan dengan perusahaan perkebunan dapat diangkut melalui
jalan umum

32

dengan pembatasan tonase sesuai dengan kelas jalan berdasarkan ketentuan


peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
www.djpp.depkumham.go.id
Bagian Kedua
Jalan Khusus
Pasal 5
(1) Instansi, badan usaha, perseorangan dapat membangun dan memelihara jalan
khusus dengan
izin pemerintah daerah.
(2) Jalan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat digunakan untuk lalu
lintas umum
secara terbatas, sepanjang tidak merugikan kepentingan penyelenggara jalan
khusus
berdasarkan persetujuan dari penyelenggara jalan khusus.
Pasal 6
(1) Pemerintah daerah dapat mengalihkan pelaksanaan pembangunan jalan khusus
kepada pihak
lain dalam hal pengusaha yang ditetapkan sebagai pelaksana tidak dapat
menyelesaikan
pembangunan jalan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)
berdasarkan waktu
yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah ini.
(2) Apabila dalam jangka waktu kurang dari waktu yang telah ditetapkan dalam
peraturan daerah
ini, pengusaha yang ditetapkan sebagai pelaksana selesai melakukan
pembangunan jalan khusus,
maka jalan khusus tersebut harus digunakan dan tidak diperbolehkan lagi
menggunakan jalan
umum.
Pasal 7
Penyelenggara jalan khusus dapat menyerahkan jalan khusus kepada pemerintah
kabupaten/kota
untuk dinyatakan sebagai jalan umum dalam hal jalan khusus dimaksud tidak lagi
dipergunakan untuk
angkutan hasil tambang dan hasil perusahaan perkebunan.
BAB IV
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 8
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi
wewenang khusus
sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam
peraturan daerah ini.
(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:

33

a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laboran


berkenaan dengan
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam peraturan daerah ini, agar keterangan
atau
laboran tersebut menjadi lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau
badan tentang
kebenaran perbuatan yang dilakukan;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan
dengan
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam peraturan daerah ini;
d. memeriksa buku-buku catatan-catatan dan dokumen lain;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,
pencatatan dan
dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka melaksanakan tugas penyidikan;
www.djpp.depkumham.go.id
g. menyuruh berhenti atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat
pada saat
pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang atau dokumen
yang dibawa
sebagaimana dimaksud pada huruf e;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam
peraturan daerah ini;
i. mengambil sidik jari atau memotret seseorang tersangka;
j. memberhentikan penyidikan;
k. melakukan tindakan lain yang diperlukan untuk kelancaran penyidikan tindak
pidana
sebagaimana dimaksud dalam peraturan daerah ini menurut hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya
penyidikan dan
menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum melalui Penyidik
Pejabat Polri sesuai
dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana yang
berlaku.
BAB V
KETENTUAN PIDANA
Pasal 9
(1) Setiap orang yang mengangkut hasil tambang dan Hasil Perusahaan
Perkebunan dengan
menggunakan jalan umum diancam dengan pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan atau
denda paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

34

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
(3) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disetor ke Kas Daerah.
BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 10
Larangan penggunaan jalan umum untuk angkutan hasil tambang dan hasil
perusahaan perkebunan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) berlaku 1 (satu) tahun 6 (enam)
bulan setelah
tanggal pengundangan Peraturan Daerah ini, kecuali jalan khusus dimaksud telah
selesai dibangun
sebelum waktu yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2).
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 11
Ketentuan lebih lanjut mengenai hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan
Daerah ini, sepanjang
mengenai teknis pelaksanaannya ditetapkan dengan Peraturan Gubernur.
www.djpp.depkumham.go.id
Pasal 12
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Selatan.
Ditetapkan di Banjarmasin
pada tanggal 21 Januari 2008
GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,
H. RUDY ARIFFIN
Diundangkan di Banjarmasin
pada tanggal 23 Januari 2008
SEKRETARIS DAERAH PROVINSI
KALIMANTAN SELATAN,
H. M. MUCHLIS GAFURI
LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2008
NOMOR 3
www.djpp.depkumham.go.id
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
NOMOR 3 TAHUN 2008
TENTANG
PENGATURAN PENGGUNAAN JALAN UMUM DAN JALAN KHUSUS
UNTUK ANGKUTAN HASIL TAMBANG DAN HASIL PERUSAHAAN
PERKEBUNAN
I. UMUM

35

Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi yang merupakan urat nadi
kehidupan
masyarakat mempunyai peranan penting dalam usaha pengembangan kehidupan
dan ekonomi
rakyat. Dalam kerangka tersebut, Pemerintah Daerah mempunyai hak sekaligus
kewajiban
mengatur dan memelihara jalan yang ada di wilayahnya sehingga selain dapat
dimanfaatkan secara
optimal dari segi ekonomi juga terciptanya stabilitas dan unsur keadilan dalam
masyarakat dalam
penggunaan jalan tersebut.
Sebagai salah satu daerah yang mempunyai hasil tambang yang melimpah serta
hasil
perusahaan perkebunan, Kalimantan Selatan harus mempunyai sarana transportasi
yang
representatif untuk mendukung distribusi hasil pertambangan dan perkebunan
besar tersebut.
Namun di lain pihak, kelancaran arus lalu lintas masyarakat lainnya dalam
menjalankan aktivitas
sehari-hari juga tidak boleh terganggu dengan adanya angkutan hasil
pertambangan dan
perusahaan perkebunan tersebut.
Demi memenuhi kebutuhan tersebut dan demi memenuhi rasa keadilan dan
keamanan serta
kenyamanan semua komponen masyarakat, Pemerintah Daerah mengambil
kebijakan untuk
mengatur pemanfaatan jalan umum dan jalan khusus bagi angkutan hasil
pertambangan dan
perusahaan perkebunan.
Selain itu, hal tersebut juga sesuai dengan amanah peraturan di bidang
pertambangan dimana
para pengusaha mempunyai kewajiban membangun jalan sendiri sebelum
melakukan
penambangan, untuk mengangkut hasil tambangnya.
Kebijakan Pemerintah Daerah tersebut selain dapat menciptakan keamanan dan
kenyamanan,
baik bagi masyarakat pada umumnya dan pengguna jalan pada Khususnya, para
sopir angkutan
tambang dan perkebunan besar serta para pengusaha sendiri. Sedangkan dampak
positifnya
terhadap kondisi jalan adalah terpeliharanya kondisi jalan dari kerusakan akibat
maraknya truktruk
yang mengangkut hasil tambang dan perusahaan perkebunan yang membawa
beban relatif
berat.

36

Dengan pertimbangan sebagaimana tersebut di atas Pemerintah Daerah menilai


perlu
membentuk Peraturan Daerah yang mengatur mengenai penggunaan jalan umum
dan jalan khusus
bagi angkutan hasil tambang dan perusahaan perkebunan.
www.djpp.depkumham.go.id
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Ayat (1)
Sesuai dengan kewenangannya, jalan umum dimaksud dalam ayat ini adalah jalan
nasional
dan jalan provinsi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Termasuk ke dalam golongan bijih besi adalah pasir besi.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.

37

Dokumentasi: Antrian truk-truk di

Jalan H. Mistar Cokrokusumo,

Banjarbaru.

Gambar1. Antrian truk di badan jalan Jalan H. Mistar Cokrokusumo, Banjarbaru

38

Gambar2. Asap knalpot truk yang menyebabkan polusi udara.

39

Gambar3 dan 4. aktifitas lalu lintas di Jalan H. Mistar Cokrokusumo, Banjarbaru.

40

Anda mungkin juga menyukai