Disusun Oleh:
1. Rima Sari Arisnawati
NIM H1E112034
NIM H1E112035
3. Hadiyah Ridha
NIM H1E112038
4. Widya Maulida
NIM H1E112039
NIM H1E112040
NIM H1E112041
2012
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Mengidentifikasi masalah pencemaran di kawasan jalan H. Mistar
Cokrokusumo Banjarbaru, Kalimantan selatan.
2. Mempelajari pencemaran udara oleh truk di kawasan jalan H. Mistar
Cokrokusumo Banjarbaru, Kalimantan selatan.
3. Mengetahui dampak pencemaran udara oleh truk jalan H. Mistar
Cokrokusumo Banjarbaru, Kalimantan selatan.
4. Memberikan alternatif solusi penanggulangan pencemaran udara.
BAB 2
INDENTIFIKASI MASALAH
dengan
konservasi
energi
dan
teknik-teknik
pencegahan
pencemaran. Pengalaman dari negara-negara maju menunjukkan bahwa emisi zatzat pencemar udara dari sumber transportasi dapat dikurangi secara substansial
dengan penerapan teknologi kendaraan seperti katalis (three-way catalyst) dan
juga pengendalian manajemen lalu lintas setempat.
Namun, untuk kondisi Indonesia, dengan pertumbuhan perkotaan
yang cepat yang meningkatkan kepemilikan dan penggunaan kendaraan bermotor
di daerah perkotaan perlu terus dilakukan upaya mengurangi emisi kendaraan
bermotor. Dalam beberapa tahun terakhir jumlah kendaraan bermotor bertambah
rata-rata 12% per tahun.
Menurut International Agency for Research on Cancer (IARC) di
Prancis, asap buangan dari knalpot mobil bermesin diesel menjadi penyebab
utama penyakit kanker. Berdasarkan badan yang menjadi bagian dari Organisasi
Kesehatan Dunia (Wold Health Organization atau WHO) itu, asap knalpot
bahan-bahan
yang
mengandung
Sulfur
akan
dalam jumlah cukup, SO3 dan uap air akan segera bergabung membentuk droplet
asam sulfat (H2SO4 ) dengan reaksi sebagai berikut :
SO SO2 + H2O2 ------------ > H2SO4
Komponen yang normal terdapat di udara bukan SO3 melainkan
H2SO4 Tetapi jumlah H2SO4 di atmosfir lebih banyak dari pada yang dihasilkan
dari emisi SO3 hal ini menunjukkan bahwa produksi H2SO4 juga berasal dari
mekanisme lainnya. Setelah berada diatmosfir sebagai SO2 akan diubah menjadi
SO3 (Kemudian menjadi H2SO4) oleh proses-proses fotolitik dan katalitik
Jumlah SO2 yang teroksidasi menjadi SO3 dipengaruhi oleh beberapa faktor
termasuk jumlah air yang tersedia, intensitas, waktu dan distribusi spektrum sinar
matahari, Jumlah bahan katalik, bahan sorptif dan alkalin yang tersedia. Pada
malam hari atau kondisi lembab atau selama hujan SO2 di udara diaborpsi oleh
droplet air alkalin dan bereaksi pada kecepatan tertentu untuk membentuk sulfat di
dalam droplet.
2. Karbon Monoksida
Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senjawa karbon
monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan karbon
dioksida (CO2) sebagai hasil pembakaran sempurna. Karbon monoksida
merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa dan pada suhu udara normal
berbentuk gas yang tidak berwarna. Tidak seperti senyawa CO mempunyai
potensi bersifat racun yang berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang
kuat dengan pigmen darah yaitu haemoglobin.
3. Nitrogen Dioksida
Oksida Nitrogen (NOx) adalah kelompok gas nitrogen yang terdapat
di atmosfir yang terdiri dari nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida
(NO2). Walaupun ada bentuk oksida nitrogen lainnya, tetapi kedua gas tersebut
yang paling banyak diketahui sebagai bahan pencemar udara. Nitrogen monoksida
9
merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau sebaliknya nitrogen
dioksida berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam.
Nitrogen monoksida terdapat diudara dalam jumlah lebih besar
daripada NO2. Pembentukan NO dan NO2 merupakan reaksi antara nitrogen dan
oksigen diudara sehingga membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut dengan lebih
banyak oksigen membentuk NO2.
Udara terdiri dari 80% Volume nitrogen dan 20% Volume oksigen.
Pada suhu kamar, hanya sedikit kecendrungan nitrogen dan oksigen untuk
bereaksi satu sama lainnya. Pada suhu yang lebih tinggi (diatas 1210C) keduanya
dapat bereaksi membentuk NO dalam jumlah banyak sehingga mengakibatkan
pencemaran udara. Dalam proses pembakaran, suhu yang digunakan biasanya
mencapai 1210 1.765 C, oleh karena itu reaksi ini merupakan sumber NO yang
penting. Jadi reaksi pembentukan NO merupakan hasil samping dari proses
pembakaran.
Dari seluruh jumlah oksigen nitrogen ( NOx ) yang dibebaskan ke
udara, jumlah yang terbanyak adalah dalam bentuk NO yang diproduksi oleh
aktivitas bakteri. Akan tetapi pencemaran NO dari sumber alami ini tidak
merupakan masalah karena tersebar secara merata sehingga jumlah nya menjadi
kecil. Yang menjadi masalah adalah pencemaran NO yang diproduksi oleh
kegiatan manusia karena jumlahnya akan meningkat pada tempat-tempat tertentu.
Kadar NOx diudara perkotaan biasanya 10100 kali lebih tinggi dari
pada di udara pedesaan. Kadar NOx diudara daerah perkotaan dapat mencapai 0,5
ppm (500 ppb). Seperti halnya CO, emisi NOx dipengaruhi oleh kepadatan
penduduk karena sumber utama NOx yang diproduksi manusia adalah dari
pembakaran dan kebanyakan pembakaran disebabkan oleh kendaraan bermotor,
produksi energi dan pembuangan sampah. Sebagian besar emisi NOx buatan
manusia berasal dari pembakaran arang, minyak, gas, dan bensin.
10
Sebelum matahari terbit, kadar NO dan NO2 tetap stabil dengan kadar sedikit
lebih tinggi dari kadar minimum seharihari.
b.
c.
Dengan terbitnya sinar matahari yang memancarkan sinar ultra violet kadar
NO2 ( sekunder ) kadar NO2 pada saat ini dapat mencapai 0,5 ppm.
d.
e.
Jika intensitas sinar matahari menurun pada sore hari ( jam 5-8 malam ) kadar
NO meningkat kembali.
f.
g.
Produk akhir dari pencemaran NOx di udara dapat berupa asam nitrat, yang
kemudian diendapkan sebagai garamgaram nitrat didalam air hujan atau debu.
Merkanisme utama pembentukan asam nitrat dari NO2 di udara masih terus
dipelajari Salah satu reaksi dibawah ini diduga juga terjadi diudara tetapi
diudara tetapi peranannya mungkin sangat kecil dalam menentukan jumlah
asam nitrat di udara.
h.
11
Reaksi tersebut diatas masih terus dibuktikan kebenarannya, tetapi yang penting
adalah bahwa proses-proses diudara mengakibatkan perubahan NOx menjadi
HNO3 yang kemudian bereaksi membentuk partikel-partikel.
4. Oksidan
Oksidan (O3) merupakan senyawa di udara selain oksigen yang
memiliki sifat sebagai pengoksidasi. Oksidan adalah komponen atmosfir yang
diproduksi oleh proses fotokimia, yaitu suatu proses kimia yang membutuhkan
sinar matahari mengoksidasi komponen-komponen yang tak segera dioksidasi
oleh oksigen. Senyawa yang terbentuk merupakan bahan pencemar sekunder yang
diproduksi karena interaksi antara bahan pencemar primer dengan sinar.
Hidrokarbon merupakan komponen yang berperan dalam produksi
oksidan fotokimia. Reaksi ini juga melibatkan siklus fotolitik NO2. Polutan
sekunder yang dihasilkan dari reaksi hidrokarbon dalam siklus ini adalah ozon dan
peroksiasetilnitrat.
Ozon
Ozon merupakan salah satu zat pengoksidasi yang sangat kuat setelah
fluor, oksigen dan oksigen fluorida (OF2). Meskipun di alam terdapat dalam
jumlah kecil tetapi lapisan lain dengan bahan pencemar udara Ozon sangat
berguna untuk melindungi bumi dari radiasi ultraviolet (UV-B). Ozon terbentuk
diudara pada ketinggian 30 km dimana radiasi UV matahari dengan panjang
gelombang 242 nm secara perlahan memecah molekul oksigen (O2) menjadi atom
oksigen tergantung dari jumlah molekul O2 atom-atom oksigen secara cepat
membentuk ozon. Ozon menyerap radiasi sinar matahari dengan kuat didaerah
panjang gelombang 240-320 nm. Absorpsi radiasi elektromagnetik oleh ozon
didaerah ultraviolet dan inframerah digunakan dalam metode-metode analitik.
Peroksiasilinitrat
Proses-proses fotokimia menghasilkan jenis-jenis pengoksidasi lain
O
RC
00NO2
R = CH3 : peroksiasetilnitrat ( PAN )
R = C2H5 : peroksipropionilnitrat ( PPN )
R = C6H5 : peroksibenzoilnitrat ( PBzN )
Meskipun untuk setiap jenis peroksiasetilnitrat sudah diberikan
perhatian, data monitoring yang tersedia hanya untuk peroksiasetilnitrat.
Peroksiasrtilnitrat mempunyai 2 ciri yang dapat digunakan untuk mendeteksi
adanya peroksiasetilnitrat kadar rendah. Ciri pertama adalah absorpsi di daerah
inframerah dan kemampuan dalam menangkap elektron. Ciri kedua digunakan
sebagai dasar metoda pengukuran kadar peroksiasetilnitrat di udara secara
khromatografi.
Oksidan lain
Hidrogen peroksida telah diidentifikasi sebagai oksidan fotokimia
yang potensial. Akan tetapi hidrogen peroksida ini merupakan senyawa yang
sangat sulit dideteksi secara spesifik di udara. Oleh arena itu tidak mungkin
memperkirakan dengan pasti bahwa hidrogen peroksida sebagai pencemar
fotokimia udara.
5. Hidrokarbon
Struktur Hidrokarban (HC) terdiri dari elemen hidrogen dan korbon
dan sifat fisik HC dipengaruhi oleh jumlah atom karbon yang menyusun molekul
HC. HC adalah bahan pencemar udara yang dapat berbentuk gas, cairan maupun
padatan. Semakin tinggi jumlah atom karbon, unsur ini akan cenderung berbentuk
padatan.
13
14
6. Partikel debu
Partikulat debu melayang (Suspended Particulate Matter/SPM)
merupakan campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan
anorganik yang terbesar di udara dengan diameter yang sangat kecil, mulai dari <
1 mikron sampai dengan maksimal 500 mikron. Partikulat debu tersebut akan
berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang-layang di
udara dan masuk kedalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan. Selain dapat
berpengaruh negatif terhadap kesehatan, partikel debu juga dapat mengganggu
daya tembus pandang mata dan juga mengadakan berbagai reaksi kimia di udara.
Partikel debu SPM pada umumnya mengandung berbagai senyawa
kimia yang berbeda, dengan berbagai ukuran dan bentuk yang berbada pula,
tergantung dari mana sumber emisinya. Karena Komposisi partikulat debu udara
yang rumit, dan pentingnya ukuran partikulat dalam menentukan pajanan, banyak
istilah yang digunakan untuk menyatakan partikulat debu di udara. Beberapa
istilah digunakan dengan mengacu pada metode pengambilan sampel udara seperti
: Suspended Particulate Matter (SPM), Total Suspended Particulate (TSP), balack
smake.
Istilah lainnya lagi lebih mengacu pada tempat di saluran pernafasan
dimana partikulat debu dapat mengedap, seperti inhalable/thoracic particulate
yang terutama mengedap disaluran pernafasan bagian bawah, yaitu dibawah
pangkal tenggorokan (larynx ). Istilah lainnya yang juga digunakan adalah PM-10
(partikulat debu dengan ukuran diameter aerodinamik
<10 mikron), yang mengacu pada unsur fisiologi maupun metode
pengambilan sampel.
Secara alamiah partikulat debu dapat dihasilkan dari debu tanah
kering yang terbawa oleh angin atau berasal dari muntahan letusan gunung berapi.
Pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar yang mengandung senyawa
karbon akan murni atau bercampur dengan gas-gas organik seperti halnya
penggunaan mesin disel yang tidak terpelihara dengan baik.
15
7. Timah hitam
Timah hitam ( Pb ) merupakan logam lunak yang berwarna kebirubiruan atau abu-abu keperakan dengan titik leleh pada 327,5C dan titik didih
1.740C pada tekanan atmosfer. Senyawa Pb-organik seperti Pb-tetraetil dan Pbtetrametil merupakan senyawa yang penting karena banyak digunakan sebagai zat
aditif pada bahan bakar bensin dalam upaya meningkatkan angka oktan secara
ekonomi. PB-tetraetil dan Pb tetrametil berbentuk larutan dengan titik didih
masing-masing 110C dan 200C.
Karena daya penguapan kedua senyawa tersebut lebih rendah
dibandingkan dengan daya penguapan unsur-unsur lain dalam bensin, maka
penguapan bensin akan cenderung memekatkan kadar P-tetraetil dan Pbtetrametil. Kedua senyawa ini akan terdekomposisi pada titik didihnya dengan
adanya sinar matahari dan senyawa kimia lain diudara seperti senyawa holegen
asam atau oksidator.
Pembakaran Pb-alkil sebagai zat aditif pada bahan bakar kendaraan
bermotor merupakan bagian terbesar dari seluruh emisi Pb ke atmosfer
berdasarkan estimasi skitar 8090% Pb di udara ambien berasal dari pembakaran
bensin tidak sama antara satu tempat dengan tempat lain karena tergantung pada
16
Terhadap kesehatan
WHO Inter Regional Symposium on Criteria for Air Quality and
17
Tingkat I: Konsetrasi dan waktu expose yang tidak ditemui akibat apa-apa, baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Tingkat II: Konsentrasi yang mungkin dapat ditemui iritasi pada pencaindera,
akibat berbahaya pada tumbuh-tumbuhan, pembatasan penglihatan atau akibatakibat lain yang merugikan pada lingkungan (adverse level).
Tingkat IV: Konsentrasi yang mungkin menimbulkan penyakit akut atau kematian
pada golongan populasi yang peka (emergency level).
18
19
rumah.
juga dihubungkan dengan polusi udara. Juga gangguan pertumbuhan anak dan
kelainan hematologik pernah diumumkan. Di Rusia pernah ditemukan hambatan
pembentukan antibodi terhadap influenza vaccin di daerah kota dengan tingkat
polusi tinggi, sedangkan di daerah lain pembentukannya normal.
1.
Terhadap Ekosistem
Punahnya Spesies
Bahan pencemar lazimnya berbahaya bagi kehidupan biota air dan
Pemekatan Hayati
21
merupakan permasalahan global yang dirasakan oleh semua umat manusia. Hal ini
disebabkan karena bahan pencemar dapat tersebar dan menimbulkan dampak di
tempat lain.
6. Efek lain
1). Dampak Pencemaran Oleh Oksida Nitrogen (NOx)
Jika ikut terkondensasi di udara dan jatuh bersama air hujan menyebabkan
hujan asam.
Bagi tumbuhan kadar SOx 0,5 ppm dapat menyebabkan timbulnya bintikbintik pada daun. Jika paparan lama daun menjadi berguguran.
Pada benda-benda, SO2 bersifat korosif. Cat dan bangunan gedung warnanya
menjadi kusam kehitaman karena PbO pada cat bereaksi dengan SOx
menghasilkan PbS.
22
Terhadap Psikologis
Dampak psikologis akibat dari pencemaran lingkungan yang tidak
emosional
tersebut
antara
lain
kejengkelan
dan
23
3. Gangguan kecerdasan
Hal ini biasanya terjadi pada anak-anak di bawah umur yang sedang
dalam usia pertumbuhan. Awal mulanya ketika masih bayi sering menghirup
ataupun mengkonsumsi zat-zat berbahaya lainnya sampai di luar batas kewajaran
karena di sekitar tempat tinggalnya terdapat pencemaran lingkungan. Sewaktu
masih bayi gangguan ini masih sulit untuk di deteksi dan gangguan kecerdasan ini
mulai tampak ketika anak tersebut mulai memasuki kehidupan sekolahnya.
24
BAB 3
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
mengendalikan
pencemaran,
dan
meningkatkan
kesadaran,
2. Secara Teknologis
Cara ini ditempuh dengan mewajibkan pabrik untuk memiliki unit
pengolahan limbah sendiri. Sebelum limbah pabrik dibuang ke lingkungan, pabrik
wajib mengolah limbah tersebut terlebih dahulu sehingga menjadi zat yang tidak
berbahaya bagi lingkungan.
25
3. Secara Edukatif
Cara
ini
ditempuh
dengan
melakukan
penyuluhan
terhadap
26
BAB 4
KESIMPULAN
27
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Asap Kendaraan dapat menyebabkan darah mengental. di akses 16 Desember
2012 http://www.jantungku.com.
Arifin, Zainal. Pengendalian Polusi Kendaraan. Yogyakarta: Afabeta, 2009.
Darmono, Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Bogor: UI-press, 2008.
Deswita, 2006. di akses pada tanggal 16 Desember 2012.http://bunadarma.ac.id./library
/articles/graduate/pshycologi/2007/artikel,
Hidayat, Alimul Aziz. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba
Medika, 2009.
Machfoedz, Ircham. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Fitramaya , 2009
Marsyy, Sumber dan Dampak Zat Pencemar di Amerika Serikat. Di akses pada tanggal 16
Desember 2012.http://radmarssy.wordpress.com, 2007.
Meliono,
Irmayanti.
Pengetahuan.
akses
pada
tanggal
16
Desember
2012
http://id.wikipedia.org/wiki/pengetahuan, 2007.
Morgan, Sally. Polusi. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009.
Prihandoko, 2008, Dampak polusi asap kendaraan bermotor di akses pada tanggal 16 Desember
2012, http://radmarssy.wordpress.com.
Satrawijaya, A. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Wikipedia, 2010 Pencemaran Udara. diakses 16 Desember 2012 http://id.wikipedia.org
/wiki/Pencemaran_udara.
28
LAMPIRAN
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
NOMOR 3 TAHUN 2008
TENTANG
PENGATURAN PENGGUNAAN JALAN UMUM DAN JALAN KHUSUS
UNTUK ANGKUTAN HASIL TAMBANG
DAN HASIL PERUSAHAAN PERKEBUNAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN
Menimbang : a. bahwa demi ketertiban dan keamanan serta dalam rangka usaha
pemeliharaan
jalan umum dan pembangunan serta penyelenggaraan jalan khusus, dipandang
perlu melakukan pengaturan mengenai penggunaan jalan umum dan jalan
khusus untuk angkutan hasil pertambangan dan hasil perusahaan perkebunan ;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu
membentuk Peraturan Daerah tentang Pengaturan Penggunaan Jalan Umum
dan Jalan Khusus untuk Angkutan Hasil Tambang dan Hasil Perusahaan
Perkebunan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1956 Jo. Undang-Undang
Nomor 21
Tahun 1958 Tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 10 Tahun
1957 antara lain mengenai Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat I
Kalimantan Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956
Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1106) ;
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor
22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2831) ;
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209) ;
4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3480) ;
5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389) ;
6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4411) ;
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
29
30
31
32
33
34
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
(3) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disetor ke Kas Daerah.
BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 10
Larangan penggunaan jalan umum untuk angkutan hasil tambang dan hasil
perusahaan perkebunan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) berlaku 1 (satu) tahun 6 (enam)
bulan setelah
tanggal pengundangan Peraturan Daerah ini, kecuali jalan khusus dimaksud telah
selesai dibangun
sebelum waktu yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2).
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 11
Ketentuan lebih lanjut mengenai hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan
Daerah ini, sepanjang
mengenai teknis pelaksanaannya ditetapkan dengan Peraturan Gubernur.
www.djpp.depkumham.go.id
Pasal 12
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Selatan.
Ditetapkan di Banjarmasin
pada tanggal 21 Januari 2008
GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,
H. RUDY ARIFFIN
Diundangkan di Banjarmasin
pada tanggal 23 Januari 2008
SEKRETARIS DAERAH PROVINSI
KALIMANTAN SELATAN,
H. M. MUCHLIS GAFURI
LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2008
NOMOR 3
www.djpp.depkumham.go.id
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
NOMOR 3 TAHUN 2008
TENTANG
PENGATURAN PENGGUNAAN JALAN UMUM DAN JALAN KHUSUS
UNTUK ANGKUTAN HASIL TAMBANG DAN HASIL PERUSAHAAN
PERKEBUNAN
I. UMUM
35
Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi yang merupakan urat nadi
kehidupan
masyarakat mempunyai peranan penting dalam usaha pengembangan kehidupan
dan ekonomi
rakyat. Dalam kerangka tersebut, Pemerintah Daerah mempunyai hak sekaligus
kewajiban
mengatur dan memelihara jalan yang ada di wilayahnya sehingga selain dapat
dimanfaatkan secara
optimal dari segi ekonomi juga terciptanya stabilitas dan unsur keadilan dalam
masyarakat dalam
penggunaan jalan tersebut.
Sebagai salah satu daerah yang mempunyai hasil tambang yang melimpah serta
hasil
perusahaan perkebunan, Kalimantan Selatan harus mempunyai sarana transportasi
yang
representatif untuk mendukung distribusi hasil pertambangan dan perkebunan
besar tersebut.
Namun di lain pihak, kelancaran arus lalu lintas masyarakat lainnya dalam
menjalankan aktivitas
sehari-hari juga tidak boleh terganggu dengan adanya angkutan hasil
pertambangan dan
perusahaan perkebunan tersebut.
Demi memenuhi kebutuhan tersebut dan demi memenuhi rasa keadilan dan
keamanan serta
kenyamanan semua komponen masyarakat, Pemerintah Daerah mengambil
kebijakan untuk
mengatur pemanfaatan jalan umum dan jalan khusus bagi angkutan hasil
pertambangan dan
perusahaan perkebunan.
Selain itu, hal tersebut juga sesuai dengan amanah peraturan di bidang
pertambangan dimana
para pengusaha mempunyai kewajiban membangun jalan sendiri sebelum
melakukan
penambangan, untuk mengangkut hasil tambangnya.
Kebijakan Pemerintah Daerah tersebut selain dapat menciptakan keamanan dan
kenyamanan,
baik bagi masyarakat pada umumnya dan pengguna jalan pada Khususnya, para
sopir angkutan
tambang dan perkebunan besar serta para pengusaha sendiri. Sedangkan dampak
positifnya
terhadap kondisi jalan adalah terpeliharanya kondisi jalan dari kerusakan akibat
maraknya truktruk
yang mengangkut hasil tambang dan perusahaan perkebunan yang membawa
beban relatif
berat.
36
37
Banjarbaru.
38
39
40