Anda di halaman 1dari 11

Lapindo Brantas Inc.

, pertama didirikan pada tahun 1996 setelah proses


kepemilikan sahamnya diambil alih dari perusahaan yang berbasis di
Amerika Serikat, Huffington Corporation, yang saat itu telah
menandatangani perjanjian Production Sharing Contract (PSC) dengan
Blok Brantas di Jawa Timur untuk jangka waktu 30 tahun.

Tahun

Kegiatan

1990

HUFFCO menandatangani Kontrak Kerja Sama dengan Pertamina Blok Brantas.

1996

Lapindo Brantas, Inc. mengambil alih Blok Brantas dari HUFFCO.

1998

LBI melakukan pengeboran dan pengembangan sumur-sumur, serta membangun


stasiun produksi gas di lokasi Wunut-1, di Desa Kedungboto, Kecamatan Porong,
Kabupaten Sidoarjo.

1999

LBI melakukan produksi gas pertama pada tanggal 25 Januari 1999 sebesar 4
MMSCFD

2004

Pemboran sumur Tanggulangin-3 berhasil menemukan minyak mentah. Perjanjian


pembelian gas terjadi dalam periode tahun 2004-2005 yaitu sebesar 80 MMSCFD.

2005

Lapindo melakukan kegiatan eksplorasi lepas pantai pada sumur Bisma-1, dan
berhasil menemukan gas biogenik.

2008-2009

LBI dan PT. Indogas Kriya Dwiguna menandatangani Perjanjian Jual Beli Gas untuk
Lapangan Tanggulangin pada tanggal 14 April 2008. Kegiatan Workover yang
dilakukan pada tahun 2009 berhasil meningkatkan produksi gas menjadi 13 juta kaki
kubik per hari, dibandingkan dengan produksi awal sekitar 7 juta kaki kubik per hari.

2010-2011

Di tahun 2010 dan 2011, Kontrak Jual Beli Gas dengan PGN kembali diperpanjang
dengan volume 8 MMSCFD.

Tragedi Lumpur Lapindo dimulai pada tanggal 27 Mei 2006. Peristiwa ini
menjadi suatu tragedi ketika banjir lumpur panas mulai menggenangi
areal persawahan, pemukiman penduduk dan kawasan industri.

Aspek Teknis
Aspek Ekonomis

Aspek Politis

KEGUNAAN

DILANGGAR

HAK

DILANGGAR

KEADILAN

KEPEDULIAN

DILANGGAR

DILANGGAR

Dari uraian kasus diatas diketahui bahwa kelalaian yang dilakukan LBI
merupakan penyebab meluapnya lumpur panas di Sidoarjo yang
dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek tekhnis, ekonomis, dan politis.
Jika dilihat dari sisi etika bisnisnya, apa yang telah dilakukan LBI jelas
telah melanggar etika dalam berbisnis. LBI telah melanggar norma
kegunaan, hak, keadilan, dan kepedulian, sehingga tindakan tersebut
termasuk tindakan yang tidak etis.

Anda mungkin juga menyukai