Anda di halaman 1dari 15

engenalan, Pencegahan, Penapisan, dan Deteksi Dini Kanker Serviks

Ksatria Putra Abadi Kabakoran


102010213
D5
Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta
Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731
utha_kabakoran@yahoo.com
Mengenal Kanker Serviks, Pencegahan, Penapisan, dan Deteksi secara Dini
Ksatria Putra Abadi Kabakoran
Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta
Abstrak : Kanker serviks merupakan kanker yang sangat berbahaya bagi wanita karena kanker
ini menyerang pada leher rahim bagi wanita tersebut. Jika wanita tersebut sudah terkena kanker
serviks, maka ia harus melakukan operasi pengangkatan rahim dan tentunya ia mempunyai
kemungkinan kecil untuk mempunyai keturunan. Oleh karena itu lebih baik kita mencegah
kanker serviks itu terjadi sebelum kita terjangkit kanker serviks tersebut. Ada beberapa untuk
mencegah kanker serviks dengan memakan makanan yang mengandung vitamin A, C, dan E,
serta juga memakan makanan yang mengandung asam folat. Selain mencegah, kita juga perlu
untuk mendeteksi sejak dini apakah terjadi pertumbuhan kanker srviks ataupun lesi pra-kanker.
Ada beberapa cara untuk mendeteksinya, yaitu dengan IVA, mengikuti Pap Smear, Thin Prep,
Kolposkopi, Triase, dan juga ada teknik baru yang disebut dengan HC-II.
Kata kunci : kanker serviks, pencegahan, deteksi dini.
Abstract : Cervical cancer is cancer that is very dangerous for women because it attacks the
cancer of the cervix for the woman. If a woman has cervical cancer, then he should perform
surgical removal of uterus and of course he had little chance to have offspring. Therefore it is
better we prevent cervical cancer that occur before we contract the cervical cancer. There are a
few to prevent cervical cancer by eating foods that contain vitamins A, C, and E, and also eat
foods containing folic acid.In addition to prevention, we also need to detect early on whether
there is growth servical cancer or prep-cancerous lesions. There are several ways to detect, by
IVA, following the Pap Smear, Thin Prep, Colposcopy, Triage, and also there is a new technique
called HC-II.
Keywords : cervical cancer, prevention, early detection.

Pendahuluan
1. 1. Latar Belakang
Kanker Serviks merupakan kanker nomor dua tersering diderita oleh perempuan di seluruh dunia
dan penyebab kematian akibat kanker yang paling utama, khususnya bagi perempuan di negaranegara berkembang. Data histopatologik kanker tahun 1997 di Indonesia dan data penderita
kanker di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta tahun 1999, juga menunjukkan bahwa
kanker serviks merupakan jenis kanker terbanyak di derita oleh perempuan. Pada tahun 2000
diperkirakan 370.000 kasus dari sekitar 470.600 kasus baru kanker serviks dari seluruh dunia
diderita oleh perempuan di negara-negara berkembang. Dari jumlah tersebut lebih dari separuh
berasal dari negara-negara Asia, termasuk Indonesia. Kanker Serviks juga menjadi penyebab
kematian 233.400 perempuan di dunia setiap tahunnya, yang 80% nya berasal dari negara-negara
berkembang. Penyebab utama tingginya angka kejadian kanker serviks di negara-negara
berkembang adalah karena tidak adanya program skrining yang efektif yang ditujukan untuk
mendeteksi dan menata laksana secara dini kanker serviks, yaitu pada fase lesi prakanker. Jika
dibandingkan dengan wanita di negara maju, amat sedikit jumlah perempuan di negara-negara
berkembang yang mempunyai akses pada pelayanan deteksi dini kanker serviks. Diperkirakan
hanya lima persen perempuan di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, yang pernah
menjalani pemeriksaan untuk deteksi dini kanker serviks selama lima tahun terakhir. Di negaranegara maju yang deteksi dini kanker serviks dengan tes Pap sudah terorganisasi dengan baik
dan setiap perempuan diperiksa secara teratur, insiden kanker serviks dapat diturunkan secara
dramatis. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kematian akibat kanker serviks
sebetulnya amat sederhana dan efektif. Jika saja lesi prakanker serviks dapat diidentifikasi (lesi
ini pada umumnya tetap merupakan lesi prakanker selama bertahun-tahun sebelum berubah
menjadi kanker serviks) dan di tatalaksana dengan tepat, lesi ini tidak akan berkembang menjadi
kanker serviks. Angka karapan hidup lima tahun perempuan dengan lesi prakanker mendekati
seratus persen bila ditatalaksana dengan tepat. Hingga saat ini upaya pencegahan kanker serviks
di seluruh dunia masih berfokus pada upaya skrining terhadap perempuan yang beresiko dengan
melakukan penatalaksanaan terhadap lesi prakanker. Meskipun program skrining dengan tes pap
sudah diperkenalkan pada hampir seluruh negara yang sedang berkembang, keberhasilannya di
negara-negara ini masih amat terbatas. Masalah yang muncul meliputi terbatasnya jumlah
perempuan yang dapat menjalani skrining, terbatasnya pusat kesehatan yang dapat melayani tes
Pap.4
1. 2. Tujuan
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kanker serviks.
2. Meningkatkan kepedulian perempuan dalam menjaga alat vital mereka.
3. Memberikan pengetahuan tentang apa saja kerugian bagi perempuan jika
menderita kanker serviks.
4. Meningkatkan kepedulian perempuan dalam mencegah dan mendeteksi akan
adanya kanker serviks maupun lesi pra-kanker sejak dini.

Isi
Faktor Resiko
1. Perilaku Seksual
Dari Studi Epidemiologi, kanker serviks skuamosa berhubungan kuat dengan perilaku seksual,
seperti berganti-ganti mitra seks dan usia saat melakukan hubungan seks yang pertama. Resiko
meningkat lebih dari sepuluh kali bila mitra seks enam atau lebih, atau bila hubungan seks
pertama di bawah 15 tahun. Resiko akan meningkat apabila berhubungan dengan pria beresiko
tinggi mengidap kondiloma akuminatum. Pria beresiko tinggi adalah pria yang melakukan
hubungan seks dengan banyak mitra seks.
1. Merokok
Tembakau mengandung bahan-bahan karsinogen baik yang dihisap sebagai rokok / sigaret
maupu yang dikunyah. Asap rokok menghasilkan polycylic aromatic hydrocarbons heterocyclic
amine yang sangat karsinogen dan mutagen, sedangkan bila dikunyah ia menghasilkan
netrosamine. Bahan yang berasal dari tembakau dihisap terdapat pada getah serviks wanita
perokok dan dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus. Ali dkk. Bahkan membuktikan bahwa
bahan-bahan tersebut dapat menyebabkan kerusakan DNA epitel serviks sehingga
mengakibatkan ceoplasma serviks.
1. Nutrisi
Banyak sayur dan buah mengandung bahan-bahan antioksidan dan berkhasiat mencegah kanker.
Dari penelitian, ternyata defisiensi terhadap asam folat, vitamin C, E, beta karotin / retinol
dihubungkan dengan peningkatan resiko peningkatan resiko kanker serviks.
1. Perubahan Sistem Imun
Perubahan sistem Imun dihubungkan dengan meningkatnya resiko terjadinya karsinoma serviks
infasif. Hal ini dihubungkan dengan penderita yang terinfeksi dengan Human Immunodeficiency
Virus (HIV) meningkatkan angka kejadian kanker serviks prainvasif dan invasif.1
Gambaran Klinis
Ganbaran Klinis kanker serviks adalah :

Pendarahan abnormal dari vaginapeningkatan jumlah, frekuensi dan / atau lamanya

Pendarahan kontak saat berhubungan seksual

Urgensi berkemih, disuria, dan hematuria2

Gejala

Pada tahap awal, penyakit ini tidak menimbulkan gejala yang mudah diamati. Itu sebabnya, Anda
yang sudah aktif secara seksual amat dianjurkan untuk melakukan tes pap smear setiap dua
tahun sekali. Gejala fisik serangan penyakit ini pada umumnya hanya dirasakan oleh penderita
kanker stadium lanjut.3
Gejala kanker serviks tingkat lanjut :

munculnya rasa sakit dan perdarahan saat berhubungan intim (contact bleeding).

keputihan yang berlebihan dan tidak normal.

perdarahan di luar siklus menstruasi.

penurunan berat badan drastis.

Apabila kanker sudah menyebar ke panggul, maka pasien akan menderita keluhan nyeri
punggung

juga hambatan dalam berkemih, serta pembesaran ginjal.3

Faktor Etiologi
Faktor Etiologi yang perlu mendapat perhatian adalah infeksi Human Pavilloma Virus (HPV).
HPV tipe 16, 18, 31, 33, 35, 45, 51, 52, 56, dan 58 sering ditemukan pada kanker dan lesi
prakanker. HPV adalah DNA virus yang menimbulkan proliferasi pada permukaan epidermal dan
mukosa . Infeksi virus papilloma sering terdapat pada wanita yang aktif secara seksual.1 Aktifitas
seksual yang berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya kanker serviks termasuk usia
dimulainya aktifitas seksual di bawah 18 tahun dan perilaku seksual dengan pasangan lebih dari
satu. Banyaknya partner seksual dari pasangan pria, juga memegang peranan penting dalam
terjadinya kanker serviks. Adanya riwayat infeksi penyakit menular seksual oleh virus, seperti
virus Herpes simpleks tipe 2 (HSV tipe 2), virus Human papilloma (terutama tipe HPV-16 dan
HPV-18), kehamilan pertama sebelum usia 18 tahun, dan kehamilan ganda membuat seorang
wanita memiliki resiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya kanker serviks.2
Cara penularan
Penularan virus HPV bisa terjadi melalui hubungan seksual, terutama yang dilakukan dengan
berganti-ganti pasangan. Penularan virus ini dapat terjadi baik dengan cara transmisi melalui
organ genital ke organ genital, oral ke genital, maupun secara manual ke genital.
Karenanya, penggunaan kondom saat melakukan hubungan intim tidak terlalu berpengaruh
mencegah penularan virus HPV. Sebab, tak hanya menular melalui cairan, virus ini bisa
berpindah melalui sentuhan kulit.1
Klasifikasi Histopatologi

Secara histopatologi kanker serviks terdiri dari berbagai jenis. Dua bentuk yang sering dijumpai
adalah karsinoma sel skuamosa dan adenokarsinoma. Sekitar 85% merupakan karsinoma, serviks
jenis skuamosa (epidermoid), 10% jenis adenokarsinoma dan 5% adalah jenis adenoskuamosa,
clear cell, small cell, dan verucous.1
Lesi Prakanker
Lesi prakanker disebut juga sebagai lesi intraepitel serviks (Cervical Intraepithelial Neoplasia)
merupakan awal dari perubahan menuju kaesinoma serviks uteri. Diawali dengan NIS I (CIN I)
yang secara klasik dinyatakan dapat berkembang menjadi NIS II dan kemudian menjadi NIS III,
setelah itu berkembang menjadi karsinoma serviks. Konsep regresi spontan serta lesi yang
persisten menyatakan bahwa tidak semua lesi prakanker akan berkembang menjadi lesi invasif
sehingga diakui masih cukup banyak faktor yang memengaruhi. Memperhatikan permasalahan
dalam penanggulangan kanker serviks di Indonesia, Infeksi Visual Asam Asetat (IVA) dapat
menjadi metode alternatif untuk skirning.1 Perimbangan ini dibuat dengan alasan :
1. Mudah dan praktis dilaksanakan.
2. Dapat dilakukan oleh tenaa kesehatan nondokter ginekologi, bahkan oleh bidan praktik
swasta maupun di tempat-tempat terpencil.
3. Alat-alat yang dibutuhkan sangat sederhana hanya untuk pemeriksaan ginekologi dasa.
4. Biaya murah, sesuai untuk pusat pelayanan sederhana.
5. Hasil langsung diketahui.
6. Dapat segera diterapi (see and treat).1
Faktor yang Mempengaruhi Prognosis
Ketahanan hidup penderita pada kanker serviks stadium awal setelah histerektomi radikal dan
limfadenektomi perlvis bergantung pada beberapa faktor berikut ini.
1. Status KGB
Penderita tanpa metastase ke KGB, 5 year survival rate (5-YSR)nya adalah 85-90%. Bila
didapatkan metastase ke KGB maka 5-YSR antara 20-74% bergantung pada jumlah, lokasi, dan
ukuran metastase.
1. Ukuran tumor
Penderita dengan ukuran tumor <2 cm angka survivalnya menjadi 60%. Bila tumor primer >4 cm
angka survival turun menjadi 40. Analisis dari GOG terhadap 645 penderita menunjukkan 94,6%
tiga tahun bebas kanker untuk lesi yang tersembunyi. 85,5% untuk tumor <3cm, dan 68,4% bila
tumor >3cm.

1. Invasi ke jaringan parametrium


Penderita dengan invasi kanker ke parametrium memiliki 5-YSR 69% dibandingkan 95% tanpa
invasi. Bila invasi disertai KGB yang positif maka 5-YSR turun menjadi 39-42%
1. Kedalaman Invasi
Invasi <1cm memiliki 5-YSR sekitar 90% dan akan turun menjadi 63-78% bila >1cm.
1. Ada tidaknya invasi ke lymph vascular space
Invasi ke lymph-vascular space sebagai faktor prognosis masih menjadi kontroversi. Beberapa
laporan menyebutkan 50-70% 5-YSR bila invasi tidak didapatkan. Akan tetapi, laporan lain
mengatakan bila ada perbedaan bermakna dengan adanya invasi atau tidak.1
Metastasis
Karsinoma serviks merupakan tumor yang bertumbuh secara lambat yang menginvasi langsung
jaringan yang berdekatan dengan uterus, vagina, rektum, kandung kemih dan jaringan
parametrium. Invasi limfatik juga terjadi baik regional maupun yang lebih jauh. Kanker serviks
jarang mengalami metastasis secara hematologis, walaupun demikian, dapat timbul juga di paru
atau hati.2
Kelas dan Tahapan Tumor
Karsinoma serviks ditahapkan sebagai hasil dari temuan sebagai berikut :

Tahap 0 Karsinoma in Situ

Karsinoma intraepitheal kelas 1-3 stadium penyakit mikroskopis 1A terbatas pada serviks dan
lebih besar dari tahap 1A.

Tahap 1B

Penyakit terbatas pada serviks dan lebih besar dari tahap 1A.

Tahap 2A

Carcinoma memperluas luar serviks tanpa keterlibatan parametrium.

Tahap 2B

Keterlibatan parametrium.

Tahap 3A

Ekstensi ke dinding samping panggul

Tahap 3B

Ekstensi ke dinding pelvis dengan hidronefrosis atau ginjal yang tidak berfungsi.

Tahap 4A

Ekstensi luar panggul yang benar ke organ yang berdekatan.

Tahap 4B

Menyebar ke organ jauh3


Enam puluh enam persen dari kanker serviks adalah tumor sel skuamosa. Ini dinilai sebagai G1,
tumor G2 atau G3, sesuai dengan penampilan mikroskopik mereka. G1 tumor baik dibedakan,
tumor G2 cukup dan tumor G3 diferensiasi buruk.Lima belas persen adalah adenocarcinoma, dan
ada juga dinilai G1-3. tumor langka lainnya termasuk kanker kecil sel dan limfoma. Cancinomas
di situ yang dinilai I-III dan disingkat CIN atau CGIN, tergantung pada apakah sel skuamosa
atau adenocarcinoma yang hadir.3
Prosedur Penentuan Diagnosis
1. Anamnesa, untuk mencari faktor predisposisi dan keluhan penderita. Keputihan
danpendarahan abnormal per vaginam merupakan keluhan utama pasien yang dicurigai
menderita kanker serviks invasif.
2. Pemeriksaan fisik termasuk pemeriksaan ginekologis dan pemeriksaan kelenjar inguinal.
3. Pemeriksaan penunjang seperti foto thorax, BNO-IVP, sistoskopi, rektoskopi, CT-scan
optional, MRI, serta Bone survei, terutama jika menentukan jauhnya metastase.
4. Biopsi serviks untuk menentukan jenis histopatologi.
5. Untuk mendeteksi kanker serviks stadium dini dapat dilakukan beberapa cara mulai dari
uji Pap konvensional, IVA, papnet, thin prep, servikografi, uji HPV, dan kolposkopi.5
Diagnosis pasti kanker serviks ditegakkan dengan pemeriksaan diagnostik dan histopatologi.
Penentuan stadium menggunakan stadium klinis yang diterapkan oleh FIGO.5
Diagnosis Rawat Jalan
Gp harus merujuk pasien ke dokter kandungan yang akan mengulang pemeriksaan, mengambil
noda dari serviks untuk pemeriksaan sitologi dan kemudian mengatur masuk untuk pemeriksaan
di bawah anastesi dan biopsi serviks. Kolposkopi harus dilakukan sebagai prosedur rawat jalan
sebelum masuk. Teknik ini memungkinkan visualisasi langsung dari biopsi serviks dengan arah
yang benar. Setelah penilaian ini telah dilakukan dan diagnosis histologis telah diperoleh,

pementasan investigasi harus diorganisisr. Hal ini harus termasuk jumlah darah penuh, profil,
sinar-X dada dan CT scan atau MR dari perut dan panggul.4
Terapi Selama Kehamilan
Wanita hamil dengan hasil Pap smear yang abnormal diperiksa lebih lanjut dengan kolposkopi
dan biopsi. Jika taut skumokolomnar dapat terlihat seluruhnya dengan kolposkopi dan biopsi
langsung dapat menyingkirkan adanya kanker invasif, dokter yang menangani dapat memantau
pasien dengan pemeriksaan Pap smear dan kolposkopi berkala. Wanita dengan stadium IA dapat
dipantau dengan Pap smear, kolposkopi dan biopsi. Pada kasus kanker invasif, terapi harus
dilakukan dengan segera. Bagi wanita dengan usia kehamilan kurang dari 24 minggu, kehamilan
segera diakhiri. Histerektomi radikal atau terapi radiasi dapat di pakai sebagai terapi primer.2
Tindak Lanjut
Tindak lanjut pada kanker serviks stadium awal adalah terutama dengan Pap Smear yang
sebaiknya dilaksanakan setiap tahun setelah dua hapusan normal pada bulan ke-4 dan 10.
Kekambuhan terbanyak setelah terapi bedah pada kanker serviks berkembang di daerah pelvis
dalam dua tahun pertama pascaterapi primeer, 25% terjadi di bagian proksimal vagina dan 27 %
kekambuhan pada tempat yang jauh seperti paru dan hepar. Sekitar 40-45% penderita dengan
kanker serviks invasif mengalami kekambuhan atau penyakit menetap setelah radioterapi
denganb presentasi, 43% kekambuhan terjadi di area parametrium termasuk dinding pelvis, 27%
di serviks, uterus atau vagina proksimal, 6% di dibawah vagina dan ditempat jauh atau tempat
yang tidak diketahui.1 Observasi selama kunjungan tidak lanjut adalah sebagai berikut :

Respons dari terapi

Identifikasi komplikasi akibat terapi

Deteksi adanya kekambuhan atau penyakit yang presisten1

Frekuensi yang ideal untuk pemantauan yang direkomendasikan adalah setiap 3 bulan pada tahun
pertama dan kedua, setiap 6 bulan pada tahun ketiga sampai kelima, dan setiap tahun setelah
lebih dari 5 tahun. Setiap kunjungan dilakukan pemeriksaan pada KGB supraklavikular, palpasi
abdomen untuk mencari pembesaran KGB paraaorta, hepatomegali, dan massa yang tidak jelas.
Pemeriksaan vagina dan rektal dilakukan untuk mencari kekambuhan di sentral dan
parametrium. Operasi radikal akan memperpendek vagina sehingga menyebabkan masalah fisik
dan psikis. Pasien harus selalu ditanya tentang gangguan buang air besar dan buang air kecil.
Pemeriksaan terhadap stomp vagina juga harus dilakukan dengan cermat.1
Tanda-tanda kekambuhan kanker rahim
Tanda-tanda yang ditimbulkan, antara lain :

Badan semakin kurus

Nyeri pada kaki dan bokong

Semban kedua kaki, tanpa jelas penybabnya3

Bila kekambuhan kanker terbatas hanya pada organ rongga panggul, masih cukup baik, dan
masih bereaksi cukup baik terhadap pengobatan. Dalam pengobatan kanker, kata kuncinya
adalah menemukan secara dini.3
Belakangan ini, para ahli menganjurkan sebaiknya pemeriksaan Pap Smear dilakukan secara
rutin sejak umur 20-an atau sejak mulai aktivitas seksual hingga perubahan gambaran sel leher
rahim terdeteksi secara dini. 3
Pengobatan Kanker Serviks
Jika terinveksi HPV, jangan cemas, karena saat ini tersedia berbagai cara pengobatan yang dapat
mengendalikan HPV. Beberapa pengobatan bertujuan mematikan sel-sel yang mengandung virus
HPV. Cara lainnya adalah dengan menyingkirkan bagian yang rusak atau terinfeksi dengan
pembedahan listrik, pembedahan laser, atau cyrosurgery (membuang jaringan abnormal dengan
pembekuan).8
Jika Kanker Serviks sudah mencapai ke stadium lanjut, maka akan dilakukan terapi kemoterapi.
Pada beberapa kasus yang parah mungkin juga dilakukan histerektomi yaitu operasi
pengangkatan rahim atau kandungan secara total. Tujuannya untuk membuang sel-sel kanker
serviks yang sudah berkembang pada tubuh.8
Namun, mencegah lebih baik daripada mengobati. Karena itu, bagaimana cara mencegah
terinfeksi HPV (kanker serviks)? Berikut ini beberapa cara yang dapat anda lakukan untuk
mencegah kanker serviks.8
Pencegahan Kanker Serviks

Miliki pola makan sehat, yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal untuk merangsang
sistem kekebalan tubuh. Misalnya mengkonsumsi berbagai karotena, vitamun A, C, dan
E, dan asam folat yang dapat mengurangi resiko terkena kanker leher rahim.8

Hindari merokok. Banyak bukti menunjukkan penggunaan tembakau dapat meningkatkan


resiko terkena kanker serviks.8

Meningkatkan derajat kesehatan secara umum, dan mencegah CIN (Cervical Intraepitheal
Neoplasia = pertumbuhan sel epitel ke arah ganas), dan kanker leher rahim.

Hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau belasan tahun.8

Hindari berhubungan seks selama masa haid terbukti efektif untuk mencegah dan
menghabat terbentuknya dan berkembangnya kanker serviks.8

Hindari berhubungan seks dengan banyak partner.8

Membatasi penggunaan kontrasepsi penghalang seperti diafragma.1

Hindari minuman alkohol.8

Penggunaan kondom bila berhubungan seks dapat mencegah penularan penyakit infeksi
menular.2

Vaksinasi
o Pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas
(antibodi) dari sistem imun di dalam tubuh.
o Vaksinasi merupakan pencegahan Primer
o Yang sebaiknya dimiliki oleh vaksin HPV pencegah kanker serviks :

Memberikan perlindungan yang kuat terhadap infeksi HPV penyebab


kanker serviks.

Melawan virus tersering dan agresif penyebab kanker.

Memberikan perlindungan tambahan dari tipe virus HPV lain yang


juga menyebabkan kanker.

Respon imun tubuh yang baik akan menghasilkan neutralizing


antibodies yang tinggi.

Dapat memberikan perlindungan jangka panjang.

Memberikan perlindungan tinggi hingga ke lokasi infeksi (serviks).

Profil keamanan yang baik.

Affordable (terjangkau bagi lebih banyak perempuan).9

Kapan sebaiknya vaksinasi diberikan?


o Untuk pencegahan infeksi oleh HPV onkogenik penyebab kanker, vaksinasi
sebaiknya dilakukan sedini mungkin dan dapat diberikan mulai remaja putri
berusia 10 tahun.

o Walaupun demikian, hampir semua perempuan dapat memperoleh manfaat karena


:

Seorang perempuan dapat terkena HPV semasa hidupnya.

Infeksi HPV terdahulu tidak memberikan kekebalan terhadap infeksi


berikutnya.

Data menunjukka saat seorang perempuan bertambah usia, infeksi HPV


menetap dan berpotensi memicu lesi pra kanker dan dapat menyebabkan
kanker.9

Jadwal pemberian vaksin bulan 0, 1 atau 2, dan 6

Contoh :

Penyuntikan 1 : Januari

Penyuntikan 2 : Februari / Maret

Penyuntikan 3 : Juli9

Melakukan pembersihan organ intim atau dikenal dengan istilah vagina toilet. Ini dapat
dilakukan sendiri atau dapat juga dengan bantuan dokter ahli. Tujuannya untuk
membersihkan organ intim dari kotoran dan penyakit.8

Penapisan Kanker Serviks


Rekomendasi ACS sebagai sarana penapisan bagi wanita tanpa gejala adalah dengan
pemeriksaan Pap smear dan pemeriksaan panggul bagi seluruh wanita yang telah melewati atau
sedang dalam masa aktif seksual atau pada mereka yang telah berusia 18 tahun atau lebih.
Setelah tiga kali atau lebih hasil pemeriksaan pap smear tahunan normal, pemeriksaan tersebut
dapat dilakukan lebih jarang sesuai dengan anjuran dokter.2
Deteksi Kanker Serviks sejak Dini
Deteksi kanker serviks pada wanita yang tidak menunjukkan gejala ditentukan dengan anamnesa
dan pemeriksaan bimanual dilakukan untuk melihat serviks, melakukan pemeriksaan Pap smear,
melakukan pemeriksaan kolposkopi, dan palpasi serviks dan jaringan sekitarnya.7 Sedikit
penjelasan mengenai deteksi dini :

Bagi perempuan yang sudah melakukan hubungan seksual, lakukan deteksi dini secara
rutin.

Deteksi dini dapat mendeteksi sel abnormal, lesi pra-kanker dan kanker serviks, namun
tidak dapat mencegah terjadinya infeksi HPV.

Kanker serviks yang ditemukan pada stadium dini dan diobati dengan cepat dan tepat dan
dapat disembuhkan, oleh karena itu lakukan deteksi dini secara berkala.

Resiko berkembangnya infeksi menjadi kanker serviks adalah 3-10 kali lebih tinggi pada
perempuan yang tidak menjalankan deteksi dini secara teratur.7

Pemeriksaan saat ini populer dengan nama Pap smear atau Papanicolaou smear yang diambil dari
nama dokter Yunani yang menemukan metode ini yaitu George N. Papanicolaou. Namun, ada
juga berbagai metode lainnya untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV dan kanker serviks
sebagai berikut :

IVA

VA yaitu singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam Asetat. Metode pemeriksaan dengan
mengoles serviks atau leher rahim dengan asam asetat 3-5%. Kemudian diamati secara kasat
mata oleh tenaga medis yang terlatih apakah ada kelainan seperti area berwarna putih. Jika tidak
ada perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks. Anda dapat
melakukan di Puskesmas dengan harga relatif murah. Ini dapat dilakukan hanya untuk deteksi
dini. Jika terlihat tanda yang mencurigakan, maka metode deteksi lainnya yang lebih lanjut harus
dilakukan.5
Batasan Operasional :
Prakanker / displasia : suatu perubahan sel di serviks, tetapi tidak memenuhi persyaratan
karsinoma. Displasia ini ada 3 macam yaitu displasia ringan, sedang, dan berat. Stadium klinik
kanker serviks sesuai dengan FIGO (Federation of International Gynecology and Obstetrics).
Kolposkopi : pemeriksaan serviks dengan memakai alat dengan pembesaran 10-15X; serviks
sebelumnya dipulas terlebih dahulu dengan asam asetat 3-5%. Asam asetat ini diencerkan dari
asam cuka yang dipakai untuk memasak (25%). Asam asetat yang sudah diencerkan dengan
segera digunakan paling lama dalam 2 hari, karena ada kemungkinan konsentrasi asam asetat
menurun akibat penyimpanan yang lama.5
Kriteria hasil pemeriksaan IVA :

Negatif yaitu normal dan radang serviks.

Positif yaitu terdapat bercak putih (mencurigakan displasia) dan mencurigakan ganas.5

Pap smear

Pap semar dapat dilakukan pada saat pemeriksaan dalam rutin. Pap smear merupakan metode
skirning yang sudah dikenal luas. Metode tes Pap smear yang umum yaitu dokter menggunakan

pengerik atau sikat untuk mengambil sedikit sampel sel-sel serviks atau leher rahim. Kemudian
sel-sel tersebut akan dianalisa di laboratorium. Kemudian sel-sel tersebut dipulas pada kaca
objek. Tes itu dapat menyingkapkan apakah ada infeksi, radang, atau sel-sel abnormal. Pap smear
biasanya tidak nyeri, tetapi kurang nyaman bagi sebagian perempuan. Menurut laporan sedunia,
dengan secara teratur melakukan tes Pap smear telah mengurangi jumlah kematian akibat kanker
serviks.9

Thin prep

Metode Thin prep lebih akurat dibanding Pap smear. Jika Pap smear hanya mengambil sebagian
dari sel-sel di serviks atau leher rahim, maka Thin prep akan memeriksa seluruh bagian serviks
atau leher rahim. Tentu hasilnya akan jauh lebih akurat dan tepat.9

Kolposkopi

Jika semua hasil tes pada metode sebelumnya menunjukka adanya infeksi atau kejanggalan,
prosedur kolposkopi akan dilakukan dengan menggunakan alat yang dilengkapi lensa pembesar
untuk mengamati bagian yang terinfeksi seperti kelainan epitel serviks. Tujuannya untuk
menentukan apakah ada lesi atau jaringan yang tidak normal pada serviks atau leher rahim. Jika
ada yang tidak normal, biopsi pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh dilakukan dan
pengobatan untuk kanker serviks segera dimulai. Pemeriksaan kolposkopi tidak hanya terbatas
pada serviks, tetapi meliputi vulva dan vagina.9

Triase

Triase adalah upaya meningkatkan efektivitas suatu pemeriksaan dengan melakukan


pemeriksaan tambahan jika hasil pemeriksaan pertama menunjukkan hasil positif (dilakukan
pemeriksaan dua tahap, yaitu pemeriksaan gabungan dengan cara serial). Untuk pemeriksaan
skirning denga tes Pap, teknik pemeriksaan triase yang sudah diteliti, antara lain, adalah tes HPV
dan servikografi. Hasil pemeriksaan triase pada tes Pap abnormal menunjukkan adanya
peningkatan spesifisitas dalam mendeteksi lesi prakanker serviks.4 Dengan demikian,
penggunaan pemeriksaan triase seperti tes HPV, tes Pap, serta servikografi yang diketahui
mempunyai spesifitas lebih baik dari tes IVA diharapkan akan dapat menurunkan angka kejadian
positif palsu dari tes IVA sebelum dilakukan rujukan untuk pemeriksaan kolposkopi.

Tes HPV adalah pemeriksaan terhadap DNA HPV untuk dapat membuktikan adanya
infeksi virus ini. Infeksi HPV yang menetap pada sekitar 10-20% kasus akan berpotensi
menjadi prekursor kanker serviks. Adanya infeksi HPV dapat diduga melalui adanya
perubahan sel pada tes Pap atau biopsi. Penelitian prospektif menunjukkan 15-28% kasus
dengan DNA HPV positif akan menderita lesi prakanker serviks dalam waktu 2 tahun
dibandingkan dengan 1-3% kasus dengan DNA HPV negatif. Deteksi DNA HPV dapat
dilakukan dengan metode hibridisasi atau dengan cara amplifikasi seperti PCR
(Polymerase Chain Reaction). Pemeriksaan dengan PCR biayanya mahal sedangkan
pemeriksaan dengan hibridisasi lebih murah. Tes DNA HPV menggunakan teknologi
Hybrid Capture 2 (tes DNA HPV hc2) adalah pemeriksaan hibridisasi asam nukleat
menggunakan florosensi kimia. Dengan teknik ini pengambilan dan pengiriman sampel

cukup sederhana yaitu hanya dengan mengusapkan suatu sikat kecil pada serviks dan
memasukkannya pada satu tabung kecil berisi cairan khusus sebelum dikirim ke
laboratorium.4

Servikografi

Servikografi adalah pemeriksaan kelainan di serviks dengan membuat foto pembesaran serviks
menggunakan kamera khusus setelah dipulas dengan asam asetat. Hasil pemotretan merupakan
foto slaid yang dapat dikirimkan pada ahlinya untuk dinilai.4

Hybrid Capture II System (HC-II)

Ini merupakan teknik baru sebagai pelengkap Pap smear untuk mengetahui tingkat akurasi sel-sel
epitelium, apakah benar-benar terinfeksi HPV atau hanya terinfeksi bakteri (mendeteksi DNA
virus).
Prinsip kerja HC-II adalah melakukan hibridisasi DNA, DNA virus akan terikat oleh probe
sehingga terbentuk ikatan DNA virus dengan probe yang meruoakan RNA. Ikatan yang
terbentuk disebut hibrid DNA : RNA akan terikat oleh antibodi spesifik yang ada di dalam sumur
mucroplate. Ikatan antibodi dengan hibrid DNA : RNA akan bereaksi dengan alkaline
phosphatase. Reaksi ini dideteksi oleh chemiluminescent yang akan menghasilkan sinyal
amplifikasi dalam bentuk emisi cahaya. Emisi cahaya diukur oleh luminometer menghasilkan
nilai RLU (Relative Light Unit). Nilai RLU inilah yang akan menentukan apakah pasien tersebut
terinfeksi atau tidak oleh HPV.6
Tes DNA HPV menggunakan perangkat HCII memiliki keakuratan yang lebih tinggi
dibandingkan teknik lainnya , selain karena dilengkapi oleh teknik komputerisasi, juga karena
HC-II memiliki sensitivitas 98%, nilai spesifisitas 98%, dan nilai prediksi negatif 99% sehingga
kemungkinan kesalahan diagnosis negatif palsu sangat kecil. Hal ini juga dikarenakan karena
sistem ini mampu mendeteksi keberadaan DNA HPV dalam jumlah yang sangat kecil. Nilai
sensitifitas suatu uji berarti yang menjamin bahwa nilai positif yang dihasilkan adalah benar
positif dengan peluang nilai negatif palsu yang kecil sedangkan nilai spesifisitas suatu uji adalah
yang menjamin bahwa nilai negatif yang dihasilkan adalah benar negatif dengan peluang nilai
positif palsu yang kecil. Nilai sensitifitas HC-II adalah sebesar 98% sedangkan pada Pap smear
seperti 51-76% sedangkan nilai spesitifitas HC-II 98% dan Pap smear 97% sehingga
kemungkinan terjadinya kesalahan diagnosisi negatif palsu dari pemeriksaan ini sangat kecil.6
Penutup

Simpulan

Dengan demikian, apabila sudah terjadi kanker, maka timbul gejala yang sesuai dengan stadium
penyakit gejala lokal atau gejala umum. Gejalanya bisa pendarahan pada waktu senggama,
pendarahan di luar masa haid, atau pendarahan pasca menopause. Apabila tumornya besar, dapat
terjadi infeksi dan keluar cairan berbau melalui vagina.3 Apabila penyakit sudah lanjut, timbul
nyeri panggul, gejala gangguan pengeluaran air seni atau buang air besar. Kanker serviks bisa

dicegah dan bisa diobati!!! Deteksi sejak dini dan rutin melakukan Pap smear akan memperkecil
resiko terkena kanker serviks. Ubah gaya hidup anda dan juga pola makan anda agar terhindar
dari penyakit yang membunuh banyak wanita di dunia ini. Dengan demikian, maka kesehatan
serviks atau leher rahim lebih terjamin. Dengan penanganan yang tepat, kanker serviks bukanlah
sesuatu yang menakutkan.8
Daftar Pustaka
1. Rasjidi I. Panduan penatalaksanaan kanker ginekologi berdasarkan evidence base.
Malang: EGC, 2007. h. 6-30.
2. Otto SE. Keperawatan onkologi. Jakarta: EGC, 2003.h . 159-182.
3. Yatim F. Penyakit kandungan: myom, kista, indung telur, kanker rahim / leher rahim,
serta gangguan lainnya. Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2005.h . 44-59.
4. Ocviyanti. Tes pap, tes HPV, dan servikografi sebagai pemeriksaan triase untuk tes IVA
positiv : upaya tindak lanjut deteksi dini kanker serviks pada fasilitas kesehatan dengan
sumber daya terbatas beserta analisis sederhana efektifitas biayanya. Maj Obstet Ginekol
Indones vol 31 no 4, hal 201-209, 2007.
5. Sirait AM, Nuranna L. Deteksi dini kanker serviks dengan metode inspeksi visual asam
asetat di Depok. Maj Obstet Ginekol Indones vol 31 no 4, hal 212-214, 2007.
6. Novel SS, Safitri R, Nuswantara S. Aplikasi hybrid campure II system dalam deteksi dini
kanker serviks. Maj Obstet Ginekol Indones vol 36 no 1, hal 24-26, 2009.
7. Sianturi MHR. Penanganan prakanker serviks : keluhan pasien dan pandangan klinikus.
Dexa Media vol 9 no 2, hal 8-9, 1996.
8. Kanker serviks pembunuh banyak wanita. Edisi 9 November 2009. Diunduh dari
http://kumpulan.info, 15 November 2010.
9. Setiap perempuan beresiko terkena kanker serviks. Diunduh dari
http://kankerserviks.com, 16 November 2010.

Anda mungkin juga menyukai