Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Hidrosefalus adalah akumulasi berlebihan dari cairan serebrospinal (CSS)
dalam sistem ventrikel, yang mengakibatkan dilatasi positif pada ventrikel.
(Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik).
Hidrosefalus
merupakan penumpukan cairan serebrospinal yang
menyebabkan dilatasi ventrikel otak.

1.2.
Rumusan Masalah
1.2.1. Apa yang dimaksud dengan hidrosefalus ?
1.2.2. Apa penyebab dari hidrosefalus ?
1.2.3. Bagaimana patofisiologi dari hidrosefalus ini ?
1.2.4. Bagaimana tanda dan gejala hidrosefalus ini ?
1.2.5. Bagaimana manifestasi klinis dari hidrosefalus ?
1.2.6. Bagaimana klasifikasi dari hidrosefalus ?
1.2.7. Apa saja komplikasi dari hidrosefalus ini ?
1.2.8. Pemeriksaan seperti apa yang digunakan untuk hidrosefalus ini ?
1.2.9. Bagaimana penatalaksanaan untuk hidrosefalus ?
1.2.10. Bagaimana asuhan keperawatan untuk anak dengan hidrosefalus ?
1.3.

Tujuan
1. Tujuan Umum
Dalam hal ini tujuan umum dari makalah antara lain adalah untuk
menambah pengatahuan bagi para pembaca.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas
dari mata kuliah Keperawatan Anak yang berjudul ASUHAN
KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIDROSEFALUS.

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1.

Pengertian
Hidrosefalus

adalah

suatu

keadaan

patologis

otak

yang

dapat

mengakibatkan gangguan dari cairan serebrospinalis yang berubah menjadi


banyak, disebabkan oleh karena obstruksi aliran cairan serebrospinalis (CSS),
gangguan absorpsi dan atau produksi cairan serebrospinalis yang sangat
berlebihan. Terjadinya gangguan cairan serebrospinalis dapat diakibatkan
oleh kemungkinan beberapa hal, di antaranya malformasi vaskular, abses,
perdarahan, keradangan otak, dan lain sebagainya.
2.2.

Etiologi
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu
tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem partikel dan tempat
absorpsi dalam ruangan subaraknoid. Secara teoritis pembentukan CSS yang
terlalu banyak dengan kecepatan absorpsi yang normal akan menyebabkan
terjadinya hidrosefalus, tetapi dalam klinik sangat jarang dijumpai, misalnya
terlihat pelebaran pentrikel penyumbatan pada adenomata pleksus koroidalis.
Penyebab penyumbatan untuk aliran CSS yang sering terdapat pada bayi ialah
kelainan bawaan (kongenital), infeksi, neoplasma, dan perdarahan.

2.3.

Patofisiologi
Hidrocephalus ini bisa terjadi karena konginetal (sejaklahir), infeksi
(meningitis,pneumonia,TBC), pendarahan di kepala dan faktor bawaan
(stenosis aquaductussylvii) sehingga menyebabkan adanya obstruksi pada
system ventrikuler atau pada ruangan subarachnoid, ventrikel serebral
melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut dan merobek garis
ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi
menjadi pita yang tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat
selektif, sehinggawalaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray
matter tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses
yang tibatiba/akut dan dapat juga selektif tergantung pada kedudukan
penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus emergency. Pada bayi dan
anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi

peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak
akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan. Stenosis aquaductal
(Penyakit keluarga/keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran
pada ventrikel lateral dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala
berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara dominan
(dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi
obstruksi pada foramina di luarpada ventrikel IV. Ventrikelke IV melebar dan
fossae posterior menonjol memenuhi sebagian besar ruang dibawah
tentorium. Klien dengan tipe hidrosephalus diatas akan mengalami
pembesaran cerebrum yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil secara
disproporsional.
Pada orang yang lebihtua, sutura cranial telah menutup sehingga
membatasi ekspansimasa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala:
Kenailkan ICP sebelum ventrikel cerebral menjadi sangat membesar.
Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus tidak
komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 68 jam dan
ketiadaan absorbsi total akan menyebabkan kematian.
Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma
normal yang pada dinding rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika
route kolateral cukup untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka
akan terjadi keadaan kompensasi.
2.4.

Tanda dan Gejala


Gejala yang tampak berupa gejala akibat tekanan intrakranial yang
meninggi. Pada bayi biasanya disertai pembesaran tengkorak, bila tekanan
yang meninggi ini terjadi sebelum sutura tengkorak menutup. Gejala tekanan
intrakranial yang meniggi dapat berupa muntah, nyeri kepala, dan pada anak
yang agak besar mungkin terdapat edema pupil saraf otak II pada
pemeriksaan funduskopi (chocked disk). Kepala terlihat lebih besar bila
dibandingkan dengan tubuh. Ini dipastikan dengan mengukur lingkar kepala
suboksipito-bregmatikus dibandingkan dengan lingkar dada dan angka norma
pada usia yang sama. Lebih penting lagi ialah pengukuran berkala lingkar
kepala, yaitu untuk melihat pembesaran kepala yang progresif dan lebih cepat
dari normal.

Pasien hidrosefalus adalah pasien yang banyak penderitaan. Untuk


menentukan rencana pertolongan tersebut perlu dilakukan berbagai
pemeriksaan lebih dahulu. Pemeriksaan yang diperlukan diantaranya ialah
transiluminasi, USG, tomografi komputer (CT Scan), ventrikulografi,
menyuntikan zat warna PSP ke dalam ventrikel lateralasis untuk ini keluarga
harus diberitahu dan diterangkan kegunaan pemeriksaan tersebut. Persiapan
pasien disesuaikan dengan pemeriksaan yang akan dilakukan.
2.5.

Manifestasi Klinis
Kepala bisa berukuran normal dengan fontanela anterior menonjol, lama
kelamaan menjadi besar dan mengeras menjadi bentuk yang karakteristik oleh
peningkatan dimensi ventrikel lateral dan anteriorposterior diatas proporsi
ukuran wajah dan bandan bayi. Puncak orbital tertekan kebawah dan mata
terletak agak kebawah dan keluar dengan penonjolan putih mata yang tidak
biasanya. Tampak adanya distensi vena superfisialis dan kulit kepala menjadi
tipis serta rapuh. Uji radiologis: terlihat tengkorak mengalami penipisan
dengan sutura yang terpisahpisah dan pelebaran vontanela. Ventirkulogram
menunjukkan

pembesaran

pada

sistim

ventrikel.

CT

scan

dapat

menggambarkan sistim ventrikuler dengan penebalan jaringan dan adanya


massa pada ruangan Occuptional. Pada bayi terlihat lemah dan diam tanpa
aktivitas normal. Proses ini pada tipe communicating dapat tertahan secara
spontan atau dapat terus dengan menyebabkan atrofioptik, spasme
ekstremitas, konvulsi, malnutrisi dan kematian, jika anak hidup maka akan
terjadi retardasi mental dan fisik.

2.6.

Klasifikasi
Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan dengannya,

berdasarkan;
1. Gambaran klinis, dikenal hidrosefalus manifest (overt hydrocephalus) dan
hidrsefalus tersembunyi (occult hydrocephalus)
2. Waktu pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus
akuisita.
3. Proses terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.

4. Sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non


komunikans.
Hidrosefalus intername nunjukkan adanya dilatasi ventrikel, hidrosefalus
eksterna lmenunjukkan adanya pelebaran rongga subarakhnoid di atas
permukaan korteks. Hidrosefalus obstruktif menjabarkan kasus yang
mengalami obstruksi pada aliran likuor. Berdasarkan gejala, dibagi menjadi
hidrosefalus

simptomatik

dan

asimptomatik.

Hidrosefalus

arrested

menunjukan keadaan dimana faktor-faktor yang menyebabkan dilatasi


ventrikel pada saat tersebut sudah tidak aktif lagi. Hidrosefalus ex-vacuo
adalah sebutan bagi kasus ventrikulo megali yang diakibatkan atrofi otak
primer, yang biasanya terdapat pada orang tua (Darsono, 2005).
2.7.
1.
2.
3.
4.
5.

Komplikasi
Komplikasi Hidrocefalus menurut Prasetio (2004):
Peningkatan TIK
Pembesaran Kepala
Kerusakan Otak
Meningitis, Ventrikularis, abses abdomen
Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit

6.
7.
8.
9.

menurun
Kerusakan jaringan saraf
Proses aliran darah terganggu
Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik
Infeksi; septicemia, endokarditi, infeksiluka, nefritis,

meningitis,

ventrikulitis, absesotak
2.8.

Pemeriksaan Diagnostik
Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil
pemeriksaan fisik dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus
dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yaitu;
1. Rontgen Foto Kepala
Dengan prosedur ini dapat diketahui :
1) Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya
pelebaran sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik
berupa imopressio digitate dan erosi proses susklionidalis posterior.

2) Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup


maka dari foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan
tekanan intrakranial.
2. Transimulasi
Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka,
pemeriksaan ini dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa
beradaptasi selama 3 menit. Alat yang dipakai lampu senter yang
dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi
sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.
3. Lingkaran Kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan
lingkar kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak
antara dua garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak
yang besar lingkaran kepala dapat normal hal ini disebabkan oleh karena
hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan secara fungsional.
Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan
kranialis maka penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.
4. Ventrikulografi
Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras
mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena
fontanela telah menutup untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang
dengan bor pada kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi
ini sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang
telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
5. Ultrasanografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan
USG diharapkan dapat menunjukkan sistem ventrikel yang melebar.
Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus
ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem
ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan
anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT
Scan.

6. CT Scan Kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya
pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas
ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang besar.Ventrikel
IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh karena
terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS.
Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan
dilatasi ringan dari semua sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid
di proksimal dari daerah sumbatan.
7. MRI ( Magnetic Resonance Image )
Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medulaspinalis
dengan menggunakan teknik scaning dengan kekuatan magnet untuk
membuat bayangan struktur tubuh.
2.9. Penatalaksanaan
2.9.1. Penatalaksanaan Medis
Pada sebagian pasien pembesaran kepala berhenti sendiri (arrested
hidrosefalus) mungkin oleh rekanalisasi ruang subaraknoid atau
kompensasi pembentukan CSS yang berkurang (Laurence, 1965).
Tidakan bedah belum ada memuaskan 100% kecuali bila penyebabnya
adalah tumor yang masih dapat diangkat.
2.9.2. Penatalaksanaan Keperawatan
Pasien hidrosefalus adalah pasien yang sangat menderita dan
memerlukan perawatan khusus karena adanya kerusakan saraf yang
menimbulkan kelainan neurologis berupa gangguan kesadaran sampai
pada gangguan pusat vital. Masalah yang perlu diperhatikan adalah
gangguan neurologis, resiko terjadi dekubitas, kurangnya pengetahuan
orang tua mengenai penyakit.

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIDROSEFALUS
3.1. Pengkajian
3.1.1. Identitas :
Biasanya pada klien hidrosefalus terjadi pada anak usia kurang dari 5
tahun atau bayi yang baru lahir.
3.1.2. Keluhan utama :
Pada umumnya klien kepalanya membesar, mata selalu melihat
kebawah, kelemahan serta tidak dapat mengangkat kepalanya.
3.1.3. Riwayat Kesehatan
1. Sekarang :
Pada umumnya klien datang dengan keluhan kepala membesar,
mata selalu melihat kebawah dan kelemahan serta tidak dapat
mengangkat kepalanya.
2. Sebelumnya :
Hidrosefalus merupakan penyakit bawaan, akibat pernah cedera
atau infeksi serebral dan hidrosefalus juga merupakan komplikasi
dari penyakit meningitis.
3. Keluarga
Sebagian besar hidrosefalus merupakan kelaian bawaan karena
anggota keluarga klien pernah mengalami penyakit yang sama.
4. Keadaan umun :
Kepala klien lebih besar dari norma (>35 cm pada BBL), dilatasi
vena kulit kepala, perenggangan sutura, lemah, mata selalu
melihat ke bawah, tidak bisa mengangkat kepalanya.
5. Pengkajian fisik BBL
Penilaian APGAR Skor
A : Warna kulit seluruh tubuh normal (skor 2)
P : Denyut jantung/nadi menurun/<140 x/menit (skor 1)
G : Meringis, menarik, batuk, atau bersin saat stimulasi (skor 2)
A : Gerakan sedikit (skor 1)
R : Menangis kuat dan pernafasan teratur (skor 2)
Atropometri terutama pengukuran lingkar kepala.
1) BB
: 2500- 3500gr , bila BB 2500 gr dikatakan
BBLR, 3500 gr, dikatakan makrosomia.
2) TB/ PB: (normal) 45- 50 cm

3) LK

: LK normal 33-35 cm. Diameter kepala 3cm dari

LD, dikatakan hidrosefalus.


TTV
Suhu : Normal (37,5 C)
Nadi : Bradikardi (<140 x/menit)
TD

: Meningkat dari normal (> 70/42 mmHg)

: Normal (35 x/menit)

3.2.

Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial.
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan sistem drainase mekanis dan
prosedur pembedahan.
3. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berehubungan dengan area
tekanan, paralisis, sfingter anal yang terelaksasi.

3.3.

Intervensi
3.3.1. Diagnosa 1
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan 3 x 24 jam, diharapkan
pasien tidak mengalami peningkatan TIK dengan kriteria
hasil : Bayi tidak menunjukkan bukti-bukti peningkatan
TIK.
Intervensi :
1) Observasi adanya tanda-tanda peningkatan TIK
R/ : Untuk mencegah keterlambatan tindakan
2) Lakukan pengkajian neurologis dasar pada praoperasi.
R/ : Sebagai pedoman untuk pengkajian pascaoperasi dan evaluasi
fungsi pirau.
3) Hindari pemasangan infus intravena di vena kulit kepala bila
pembedahan akan dilakukan
R/ : Prosedur akan mempengaruhi sisi IV
4) Tinggikan kepala tempat tidur, bila diinstruksikan
R/ : Meningkatkan aliran gravitasi melalui pirau
5) Hindari pemasangan infus intravena di vena kulit kepala bila
pembedahan akan dilakukan.
R/ : Prosedur akan mempengaruhi sisi IV.
6) Jaga agar anak tetap berbaring datar, bila dinstruksikan

R/ :Membantu mencegah komplikasi karena penurunan cairan


intrakranial yang terlalu cepat.
7) Hindari sedasi
R/ : Tingkat kesadaran adalah indikator penting dari peningkatan
TIK
8) Ajari keluarga tentang tanda-tanda peningkatan TIK dan kapan
harus memberi tahu praktisi kesehatan
R/ : Mencegah keterlambatan tindakan
3.3.2. Diagnosa 2
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan 3 x 24 jam, diharapkan
pasien tidak menunjukkan bukti-bukti infeksi dengan
kriteria hasil : Bayi tidak menunjukkan bukti-bukti
infeksi dan TTV normal.
Intervensi :
1) Observasi tanda-tanda vital
R/ : Perubahan TTV secara tidak normal dapat menunjukan
adanya infeksi
2) Inspeksi sisi insisi untuk adanya kebocoran; uji drainase untuk
adanya glokusa
R/ : Merupakan indikator dari CSS.
3) Beri perawatan luka sesuai ketentuan, dengan menggunakan
teknik aseptik ketat.
R/ : Mencegah kontaminasi
4) Jaga agar popok anak tidak menyentuh sisi balutan peritoneal atau
garis jahitan
R/ : Mencegah kontamiansi

3.3.3. Diagnosa 3
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan 3 x 24 jam, diharapkan
pasien dapat mempertahankan integritas kulit dengan
kriteria hasil : Kulit bayi tetap bersih, utuh dan bebas
iritasi.
Intervensi :
1) Kaji kulit kepala setiap 2 jam dan monitor terhadap area yang
tertekan
R/ : Untuk memantau keadaan integument kulit secara dini.
2) Ubah posisi tiap 2 jam dapat dipertimbangkan untuk mengubah
poisisi kepala setiap jam.

R/ : Untuk meningkat-kan sirkulasi kulit.


3) Berikan perawatan kulit yang cermat
R/ : Untuk mencegah kerusakan jaringan

karena

kelembaban

dan tekanan
3.4.

Implementasi
Implementasi merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan perawat
pada hidrosefalus dimana implementasinya sesuai dengan intervensi
keperawatan dan kebutuhan pasien.
Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari manajemen keperawatan dan

3.5.

dilakukan sesuai SOAP yang berdasarkan tujuan dan kriteria hasil.

BAB 4
PENUTUP
4.1.

Kesimpulan
Hidrosifalus ialah

keadaan

patologis

otak

yang

mengakibatkan

bertambahnya cairan serebrospinalis (CSS) dengan atau pernah dengan


tekanan intrakranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan
tempat mengalirnya CSS. Harus dibedakan dengan pengumpuan cairan lokal
tanpa tekanan intrakranial yang meninggi seperti pada kista porensefali atau
pelebaran ruangan CSS akibat tertimbunnya CSS yang menepati ruangan
sesudah terjadinya atropi otak.
4.2.

Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua dan sebaiknya
setelah membaca makalah ini kita lebih memahami dan memperhatikan
tentang materi ini. Oleh sebab itu, kita perlu memahami lebih mendalam lagi
tentang Asuhan Keperawatan Anak dengan Hidrosefalus.

Anda mungkin juga menyukai