A. Pendahuluan
Penelitian kuantitatif merupakan suatu penelitian yang analisisnya secara
umum memakai analisis statistik. Penelitian kuantitatif dikembangkan oleh
penganut positivisme yang dipelopori oleh Auguste Conte. Aliran ini berpendapat
bahwa untuk memacu perkembangan ilmu-ilmu sosial, maka metode-metode IPA
harus diadopsi ke dalam riset-riset ilmu sosial (Harahap, 1992).
Karenanya dalam penelitian kuantitatif pengukuran terhadap gejala yang
diamati menjadi penting, sehingga pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan daftar pertanyaan berstruktur (angket) yang disusun berdasarkan
pengukuran terhadap variabel yang diteliti yang kemudian menghasilkan data
kuantitatif.
Berbeda dengan penelitian kualitatif yang menekankan pada studi kasus,
penelitian kuantitatif bermuara pada survey.
Richard dan Cook (dalam Abdullah Fajar, 1992) mengemukakan perbedaan
paradigma penelitian kualitatif dan kuantitatif sebagai berikut :
PARADIGMA KUALITATIF
Menganjurkan
pemakaian
kualitatif
PARADIGMA KUANTITATIF
metode Menganjurkan
pemakaian
metodemetode kuantitatif.
Bersifat subyektif
Dekat dengan data; bertolak dari
perspektif dari dalam individu atau
masyarakat yang diteliti.
Bersifat holistic
Bersifat partikularistik
2) Masalah harus dirumuskan secara jelas dan tidak berarti dua, artinya tidak
ada maksud lain yang terkandung selain bunyi masalahnya. Rumusan
masalah tersebut juga harus dapat menerangkan dirinya sendiri sehingga
tidak diperlukan keterangan lain untuk menjelaskannya. Masalah yang baik
selalu dilengkapi dengan rumusan yang utuh antara unsur sebab dan unsur
akibat sehingga dapat menantang pemikiran lebih jauh.
3) Masalah yang baik hendaknya dapat memancing pembuktian lebih lanjut
secara empiris. Suatu masalah tidak hanya menggambarkan hubungan
antargejala tetapi juga bagaimana gejala-gejala tersebut dapat diukur (Ace
Suryadi: 2000).
b. Perumusan Tujuan dan Manfaat Penelitian
1) Tujuan penelitian adalah suatu pernyataan tentang apa yang akan kita cari/
capai dari masalah penelitian. Cara merumuskan yang paling mudah adalah
dengan mengubah kalimat pertanyaan dalam rumusan masalah menjadi
kalimat pernyataan.
2) Manfaat penelitian mencakup manfaat teoritis dan praktis (Arikunto:1992).
c. Telaah Pustaka
1) Manfaat Telaah Pustaka
2) Untuk memperdalam pengetahuan tentang masalah yang diteliti
3) Menyusun kerangka teoritis yang menjadi landasan pemikiran
4) Untuk mempertajam konsep yang digunakan sehingga memudahkan
perumusan hipotesa
5) Untuk menghindari terjadinya pengulangan penelitian
b.
Proses pengukuran variabel merupakan rangkaian dari empat aktivitas pokok yaitu:
1. Menentukan dimensi variabel penelitian. Variabel-variabel penelitian sosial
sering kali memiliki lebih dari satudimensi. Semakin lengkap dimensi suatu
variabel yang dapat diukur, semakin baik ukuran yang dihasilkan.
2. Merumuskan dimensi variabel. Setelah dimensi-dimensi suatu variabel dapat
ditentukan, barulah dirumuskan ukuran untuk masing-masing dimensi. Ukuran
ini biasanya berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan dimensi
tadi.
3. Menentukan tingkat ukuran yang akan digunakan dalam pengukuran. Apakah
skala: nominal, ordinal, interval, atau ratio.
4. Menguji tingkat validitas dan reliabilitas dari alat pengukur apabila yang
dipakai adalah alat ukur yang baru.
Contoh yang bagus proses pengukuran suatu variabel dikemukakan oleh Glock dan
Stark (dalam Ancok:1989) yang mengembangkan suatu konsep untuk mengukur
7
mengunjungi
tetangganya
yang
sakit,
mendermakan
sebagian
1. Mencari definisi konsep yang dikemukakan para ahli. Untuk ini perlu
dipelajari buku-buku referensi yang relevan.
2. Kalau dalam literatur tidak dapat diperoleh definisi konsep-konsep penelitian,
maka peneliti harus mendefinisikan sendiri konsep tersebut. Untuk tujuan ini
peneliti dapat mendiskusikan dengan ahli-ahli yang kompeten dibidang konsep
yang akan diukur.
3. Menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon responden atau
orang-orang yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden (Ancok:
1989). Misalnya peneliti ingin mengukur konsep religiusitas. Dalam
mendefinisikan konsep ini peneliti dapat langsung menanyakan
kepada
dipercaya
atau
dapat
diandalkan.
Reliabilitas
menunjukkan
atau konsisten, apabila untuk mengukur sesuatu berulang kali, alat pengukur itu
menunjukkan hasil yang sama, dalam kondisi yang sama.
Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil
pengukuran yang mantap atau konsisten. Pada alat pengukur fenomena fisik
seperti berat dan panjang suatu benda, kemantapan atau konsistensi hasil
pengukuran bukanlah sesuatu yang sulit diperoleh. Tetapi untuk pengukuran
fenomena sosial, seperti sikap, pendapat, persepsi, kesadaran beragama,
pengukuran yang mantap atau konsisten, agak sulit dicapai.
Berhubung gejala sosial tidak semantap fenomena fisik, maka dalam pengukuran
fenomena sosial selalu diperhitungkan unsur kesalahan pengukuran. Dalam
penelitian sosial kesalahan pengukuran ini cukup besar. Karena itu untuk
mengetahui hasil pengukuran yang sebenarnya, kesalahan pengukuran ini perlu
diperhitungkan. Makin kecil kesalahan pengukuran, semakin reliabel alat
pengukurnya. Semakin besar kesalahan pengukuran, semakin tidak reliabel alat
pengukur tersebut.
Teknik-teknik untuk menentukan reliabilitas ada tiga yaitu: a. teknik ulangan, b.
teknik bentuk pararel dan c. teknik belah dua. Dalam tulisan ini akan dijelaskan
satu teknik saja yaitu teknik belah dua.
Teknik belah dua merupakan cara mengukur reliabilitas suatu alat ukur dengan
membagi alat ukur menjadi dua kelompok. Adapun langkah-langkahnya adalah
sebagai berikut:
a. Mengajukan instrumen kepada sejumlah responden kemudia dihitung validitas
itemnya. Item yang valid dikumpulkan menjadi satu, item yang tidak valid
dibuang.
11
b. Membagi item yang valid tersebut menjadi dua belahan. Untuk mebelah
instrumen menjadi dua, dapat dilakukan dengan salah satu cara berikut: 1).
Membagi item dengan cara acak (random). Separo masuk belahan pertama,
yang separo lagi masuk belahan kedua; atau (2) membagi item berdasarkan
nomor genap-ganjil. Item yang bernomor ganjil dikumpulkan menjadi satu dan
yang bernomor genap juga dijadikan satu. Untuk menghitung reliabilitasnya
skor total dari kedua belahan itu dikorelasikan.
F. Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data diperlukan kemampuan melacak peta wilayah, sumber
informasi dan keterampilan menggali data. Untuk itu diperlukan pelatihan bagi
para tenaga pengumpul data.
12
13
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Fajar, Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Jurnal Penelitian Agama
Nomor: 1 Juni Agustus 1992. Balai Penelitian P3M IAIN Sunan Kalijaga
Ace Suryadi, Teori dan Praktek Perumusan Masalah Dalam Penelitian Sosial
Keagamaan, Makalah Tidak Diterbitkan, 2000.
Djamaluddin Ancok, Teknik Penyusunan Skala Pengukuran; PPK UGM, Yogyakarta,
1989.
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Gramedia, Jakarta, 1973.
Harahap, Nasruddin, Penelitian Sosial : Latar Belakang, Proses : Persiapan
Pelaksanaannya, dalam Jurnal Penelitian Agama Nomor: 1 Juni Agustus
1992. Balai Penelitian P3M IAIN Sunan Kalijaga
Moh. Nasir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta,
1985.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta, PT.
Rineka Cipta, 1992.
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Logos: Jakarta, 1997.
14
Lampiran 1.
Pedoman Penyusunan Angket
1. Tujuan Pokok Pembuatan Angket
a. Memperoleh data yang relevan dengan tujuan penelitian
b. Memperoleh data dengan reliabilitas dan validitas setinggi mungkin
2. Sumber Penyusunan Angket
a. Kerangka konseptual (variabel)
b. Tujuan penelitian
c. Hipotesa
3. Hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket
a. Apakah pertanyaan yang diajukan relevan dengan tujuan dan hipotesa
penelitian
b. Bagaimana cara tabulasi untuk tiap pertanyaan
c. Mempelajari angket yang sudah ada
d. Konsultasi dengan ahli yang pernah meneliti hal yang sama
4. Isi Pertanyaan dalam angket
a. Pertanyaan tentang fakta misal : umur, jenis kelamin, agama, pendidikan
dan sebagainya.
b. Pertanyaan tentang pendapat, tanggapan dan sikap, misal : sikap responden
terhadap sesuatu hal.
5. Jenis Pertanyaan dalam angket.
a. Pertanyaan tertutup
Jawaban
pertanyaan
sudah
disediakan
oleh
peneliti.
Keuntungan
15
16
Lampiran 2.
Contoh Angket
RITUAL INVOLVEMENT
1. Apakah Anda sholat ?
1. Ya
2. Tidak
Kalau ya, hal yang manakah dari hal-hal berikut ini yang sesuai bagi Anda :
a. solat secara teratur lima kali sehari,
b. solat tiap hari, tetapi tidak sampai lima kali sehari,
c. solat hanya seminggu sekali pada hari Jumat,
d. solat hanya pada Hari Raya saja.
2. Apakah Anda berdoa sebelum makan ?
1. Ya
2. Tidak
Kalau ya, dari hal berikut ini yang manakah yang sesuai bagi Anda :
a. selalu membaca doa setiap kali akan makan makanan apa saja,
b. hanya berdoa setiap akan makan di meja makan,
c. bila akan makan di meja makan kadang-kadang beroda, kadang-kadang tidak,
d. pernah berdoa, tetapi pada umumnya tidak
IDEOLOGICAL INVOLVEMENT
1. Apakah Anda yakin bahwa hari kiamat pasti datang?
a. sangat yakin
b. cukup yakin
c. kurang yakin
d. tidak yakin
2. Apakah Anda yakin bahwa surga itu hanya tempat bagi orang yang taat beribadah?
a. sangat yakin
b. cukup yakin
c. kurang yakin
d. tidak yakin
17
INTELECTUAL INVOLVEMENT
1. Apakah Anda sering menghadiri pengajian keagamaan?
a. sangat sering
b. cukup sering
c. agak jarang
d. sangat jarang
2. Apakah Anda sering membaca buku-buku tentang agama yang Anda peluk?
a. sangat sering
b. cukup sering
c. agak jarang
d. sangat jarang
EXPERIENTAL INVOLVEMENT
1. Apakah doa Anda sering dikabulkan Tuhan?
a. sangat sering
b. cukup sering
c. agak jarang
d. sangat jarang
EXPERIENTAL INVOLVEMENT
1. Bila Anda disuruh berbuat curang dalam suatu pertandingan olahraga oleh teman
Anda, apakah Anda selalu menolak?
a. selalu menolak
b. pada umumnya menolak, walaupun kadang-kadang menerima
c. kadang-kadang menerima, kadang-kadang menolak
d. umumnya tidak menolak
2. Bila Anda berbuat kesalahan terhadap seseorang, apakah yang Anda lakukan?
a. selalu segera meminta maaf
b. umumnya segera meminta maaf, walaupun kadang-kadang tidak
c. sering minta maaf, tetapi sering pula tidak
d. jarang meminta maaf
18