Definisi
Definisi
Definisi
Cerebral
palsi
(CP)
adalah
terminologi
yang
digunakan
untuk
seperti tidak dapat mengontrol gerakan menulis atau selalu mengeluarkan air liur.
Tiap penderita CP, menunjukkan gejala yang berbeda. CP bukan penyakit menular
atau bersifat herediter.(nelson, kuliah umum).
B. Epidemiologi
Serangan CP diperkirakan ditemukan pada 2 neonati tiap 1.000
kelahiran(aisen). Collaborative Perinatal Project, dimana sekitar 45.000 anak secara
teratur dipantau sejak dalam kandungan hingga umur 7 tahun, melaporkan bahwa
angka prevalensi CP sekitar 4/1.000 bayi lahir hidup.(Aisen, nelson)
Asosiasi CP dunia memperkirakan >500.000 penderita CP di Amerika.
Disamping peningkatan dalam prevensi dan terapi penyakit penyebab CP, jumlah
anak-anak dan dewasa yang terkena CP tampaknya masih tidak banyak berubah atau
mungkin lebih meningkat sedikit selama 30 tahun terakhir. (kuliah umum)
C. Etiologi
Penyebab CP dapat dibagi menjadi 3 bagian, antara lain:
1. Prenatal
Infeksi terjadi dalam masa kandungan, menyebabkan kelainan pada janin,
misalnya oleh lues, toksoplasmosis, rubela, dan penyakit inklusi sitomegalik.
Kelainan yang menyolok biasanya gangguan pergerakan dan retardasi mental.
Anoksia dalam kandungan, terkena radiasi sinar-X, dan keracunan kehamilan.
2. Perinatal
a. Anoksia
Penyebab terbanyak ditemukan dalam masa perinatal ialah brain
injury. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya anoksia. Hal ini
terdapat pada keadaan presentasi bayi abnormal, disproporsi sefalo-pelvik,
2. CP Atetoid/diskinetik
Lebih sedikit dibandingkan dengan spastic cerebral palsy. Terjadi pada
sekitar
10-20%
penderita
CP.
Terjadi
kerusakan
pada
ganglia
basalis.
Karakteristiknya seperti gerakan menulis yang tidak terkontrol dan perlahan. Gerakan
abnormal ini mengenai, tangan, kaki, lengan, atau tungkai dan pada sebagian besar
kasus, otot muka dan lidah, menyebabkan anak tampak menyeringai dan selalu
mengeluarkan air liur. Gerakan meningkat selama periode peningkatan stres dan
hilang pada saat tidur. Disartria juga merupakan gejala yang tampak pada CP tipe ini.
(nelson inggris)
3. CP Ataksid
Kasus ini jarang dijumpai, hanya sekitar 5-10% penderita CP. Melibatkan
keseimbangan dan persepsi dalam. Gejala-gejala ini melibatkan tonus otot yang
menurun serta koordinasi gerakan yang buruk, termasuk tremor. Penderita berjalan
tidak stabil, dengan gaya berjalan kaki terbuka lebar, dengan posisi kedua kaki yang
saling berjauhan. (handbook of disability)
4. CP campuran
Kasus ini terjadi dimana sesorang mempunyai gejala lebih dari 1 dari 3 tipe
diatas sebelumnya. Kombinasi paling umum adalah atetoid dan spastic CP, meskipun
tidak menutup kemungkinan kombinasi dari tipe-tipe lain. (handbook)
Klasifika Perkembangan
Minimal
Normal,
si
Morikhanya
terganggu secara
kualitatif
Gejala
Kelainan tonus sementara
Refleks primitif menetap terlalu
lama
Penyakit
Gangguan komunikasi
Penyerta
Gangguan belajar
spesifik
Sedang
Berat
Retardasi mental
kadang memerlukan
bracing
kuat
komunikasi
Kejang
Dikutip dari Buku ajar neurologi anak IDAI 1999, hal 116
E. Penyakit Lain Yang Berhubungan dengan CP
Banyak penderita CP menderita penyakit-penyakit penyerta lainnya.
Kelainan yang mempengaruhi otak dan menyebabkan gangguan fungsi motorik dapat
menyebabkan kejang dan mempengaruhi perkembangan intelektual sesorang, atensi
terhadap dunia luar, aktivitas dan perilaku, serta penglihatan dan pendengaran.
Penyakit-penyakit tersebut adalah:
1. Gangguan Mental
Sepertiga anak CP memiliki gangguan intelektual ringan, sepertiga dengan
gangguan sedang hingga berat dan sepertiga lainnya normal. Gangguan mental sering
dijumpai pada anak dengan klinis spastik quadriplegia.
2. Kejang atau epilepsi
Setengah dari seluruh anak menderita kejang. Selama kejang, aktivitas
elektrik dan pola normal dan teratur di otak mengalami gangguan. Pada penderita CP
dan epilepsi, gangguan tersebut akan tersebar ke seluruh otak dan menyebabkan
gejala pada seluruh tubuh, seperti kejang tonik-klonik atau mungkin hanya pada satu
bagian otak dan menebabkan gejala kejang parsial. Kejang tonik-klonik secara umum
menyebabkan penderita menjerit dan diikuti dengan hilangnya kesadaran, twitching
kedua tungkai dan lengan, gerkan tubuh konvulsi dan hilangnya kontrol kandung
kemih. Kejang parsial diklasifikasikan menjadi simpleks atau kompleks. Pada tipe
simpleks, penderita menunjukkan gejala yang terlokalisir, misalnya kejang otot,
gerakan mengunyah, mati rasa atau rasa gatal. Pada tipe kompleks, penderita dapat
mengalami halusinasi, berjalan sempoyongan, gerakan tanpa tujuan, atau mengalami
gangguan kesadaran atau kebingungan.
3. Gangguan Pertumbuhan
Sindroma gagal tumbuh sering terjadi pada CP derajat sedang hingga berat,
terutama tipe quadriparesis. Gagal tumbuh secara umum adalah istilah untuk
mendeskripsikan anak-anak yang terhambat pertumbuhan dan perkembangannya
walaupun cukup mendapat asupan makanan. Pada bayi-bayim terhambatnya laju
pertumbuhan terlihat dari kenaikan berat badan yang sangat kecil; pada anak kecil,
dapat tampak terlalu pendek; pada remaja, tampak sebagai kombinasi antara terlalu
pendek dan tidak tampak tanda maturasi seksual. Gagal tumbuh dapat disebabkan
karena beberapa sebab, termasuk nutrisi yang buruk dan kerusakan otak yang
berfungsi untuk mengontrol pertumbuhan dan perkembangan. Sebagai tambahan, otot
tungkai yang mengalami spastisitas mempunyai kecenderungan lebih kecil dibanding
normal. Hal tersebut tampak nyata pada sebagian besar penderita dengan spastik
hemiplegia, karena tungkai pada sisi yang sakit tidak dapat tumbuh secepat sisi yang
normal. Kondisi tersebut juga mengenai tangan dan kaki karena gangguan
penggunaan otot tungkai (disuse atrophy).
4. Gangguan penglihatan dan pendengaran
Banyak anak CP menderita strabismus, dimana mata tidak tam[ak segaris
karena ada perbedaan pada otot mata kanan dan kiri. Pada perkembangannyam hal ini
akan menimbulkan gejala penglihatan ganda. Jika tidak segera dikoreksi akan
menimbulkan gangguan penglihatan berat pada satu mata dan sebenarnya dapat
diintervensi dengan kemampuan visus tertentu, misalnyamembatasi jarak pandang.
Pada beberapa kasus, terapi bedah direkomendasikan untuk koreksi strabismus. Anak
dengan hemmiparesis dapat mengalami hemianopia, dimana terjadi kecacatan visus
atau kebutaan yang mengenai lapangan pandang abnormal pada satu sisi. Pada
beberapa penyebab, seperti kernikterus, post meningitis, dapat meningkatkan
gangguan pendengaran. Skrining direkomendasikan untuk mencegah terjadinya
gangguan pendengaran.