Anda di halaman 1dari 90

ELECTRIC

SUBMERSIBLE
PUMP
Dr. Ir. Sudjati Rachmat, DEA

86

ELECTRIC SUBMERSIBLE PUMP


1. Pendahuluan
2. Dasar-Dasar Perhitungan Pompa
- TDH (Total Dynamic Head)
- Daya Kuda (Horse Power, HP) dan Efisiensi
3. Konstruksi
4. Karakteristik Kerja Pompa
- Dasar Kerja
- Kelakuan Pompa
5. Disain Pompa
6. Aplikasi Khusus
7. Memasang Alat

86

Pendahuluan
Electric Submersible Pump (ESP) digunakan di Indonesia
oleh Caltex lebih dari lima belas tahun yang lalu. Pada
tahun 1970, 60 persen total produksi minyak Indonesia
atau sekitar 80 persen dari produksi minyak Caltex
diproduksi oleh pompa ini. Dewasa ini ada beberapa
produsen ESP, yang terbesar REDA (70 persen pasaran
dunia, sekitar 2500 dipunyai oleh Caltex, Centrilift (25
persen pasaran dunia), Oil Line, ODI, Weir, Rothless,
Wulanke, Weatherfor, ESP dan lain-lain.
Pada prinsipnya pompa-pompa ini sama saja kecuali
pada bentuk impeller dan diffusernya. Unit pompanya
terdiri dari pompa centrifugal, seal section (istilah
Centrilift, Reda menyebut protector dan ODI menyebut
ini equilizer) dan electric motor. Unit 86
ini ditenggelamkan3
di cairan, disambung dengan tubing dan motornya

Kabel tersebut diklem di tubing pada jarak 15-20 ft.


listrik bisa dari 220-2400 volt tergantung unitnya.
Pompa ini bisa memproduksi minyak atau air dari 300
B/D sampai 60000 B/D (pada ukuran ID casing 10 ) dan
kedalamannya ada yang sampai 15000 ft. ukuran
motornya bisa dari 1 sampai lebih dari 700 daya kuda
dan ini lebih besar dari alat pompa manapun.
Penggunaan umumnya pada industri minyak, baik untuk
sumur minyak, secondary recovery dan pada instalasi air
di offshore unit. Gambar 1 menunjukan suatu ESP ini
dengan bagian-bagiannya.

86

Gambar 1
86 unit
Submersible centrifugal pumping

Dasar-Dasar Perhitungan Pompa


1. TDH (Total Dynamic Head)
a. TDH (Total Dynamic Head)
TDH adalah suatu istilah untuk pompa yang
menyatakan total pressure dimana pompa bekerja,
dinyatakan sebagai head (kolom atau ketinggian
kolom cairan). TDH juga dapat dinyatakan sebagai
pressure differential sepanjang pompa (outlet-inlet),
atau sebagai kerja yang dilakukan oleh pompa pada
cairan untuk menaikannya dari satu level energi ke
level lainnya.

86

b. Faktor-faktor Yang Berpengaruh Pada TDH


Energi di segala titik adalah jumlah pressure head,
elevation head dan velocity head (atau tekanan,
ketinggian dan kecepatan). Pressure head adalah
head yang berhubungan dengan tekanan di suatu
titik tertentu. Elevation head adalah ketinggian
diatas suatu datum (dasar) yang ditentukan. Velocity
head adalah head ekivalent pada mana cairan akan
jatuh pada kecepatan yang sama. Velocity head =
V2/2.g. Gambar 2 memperlihatkan suatu skema dari
suatu
sistem
komponen
TDH
ini.
Dengan
2
2
mengabaikan selisih
elevasi inletVd
dan outlet pompa
Vs
Ed

Pd

Es

Ps

dan
maka energi pada
dapat dinyatakan
2g kedua titik ini 2g
sebagai berikut :

86

dimana :
Es
: Energi pada lubang masuk (suction) pompa
Ps
: Tekanan pada lubang masuk

Vs 2
2.g : Kecepatan (dinyatakan dalam head) pada
lubang masuk
Ed : Energi pada lubang keluar (pump discharge)
Pd 2 : Tekanan pada lubang keluar
Vd
2.g
: Kecepatan (dinyatakan dalam head) pada
lubang keluar

TDH adalah selisih energi antara kedua titik keluar


dan masuk. Jadi
86
8

Atau :

Vd 2
Vs 2
TDH Pd
Ps 2g
2g

Pd Z
Selanjutnya

Pt x 2.31
Hf
SG

Vs 2
Ps Zs - He
2g

Dan
Dimana
Z
Pt
Hf
Zs

:
:
:
:

Kedalaman pompa (pump suction depth)


Tekanan tubing di permukaan
Kehilangan tekanan karena friksi
Kedalaman tenggelamnya pompa

He

: Kehilangan waktu di lubang masuk86

Distribusikan
2
2
2
Vd
Vs
Vs

Pt
x
2.31

(Zs He) )
TDH

Hf

2g
2g
2g
SG

Pt x 2.31
Vd 2
TDH Z Zs
Hf
He
SG
2.g
Vd 2
Pt x 2.31
He
TDH Zf1
Hf
2.g
SG
Dimana :
Zf1 : Kedalaman dari permukaan fluida di annulus
sementara
produksi
86 (producing fluid
10

Kedua istilah yang terakhir pada persamaan ini dapat


diabaikan. Kebanyakan ESP mempunyai kecepatan
fluida di bawah 10 ft/detik (kaki per detik) dan cukup
ruang untuk masuknya fluida.
Jadi :

TDH Zf1

Pt x 2.31
Hf
SG

86

11

Gambar 2
86
Faktor-faktor pada TDH

12

2. Daya Kuda (Horse Power, hp) Dan Efisiensi


Dengan mengetahui TDH dan rate (laju produksi),
hydraulic horse power dapat dituliskan sebagai
berikut :

Q x TDH x SG
HHP
C

Dimana :
HHP : Hydraulic horse power yang diberikan oleh
pompa
Q
: Rate produksi, B/D, gpm, m3/D
TDH : Total Dynamic Head, ft atau86
meter
13

Untuk menyatakan input brake horse power dari


permukaan ke pompanya, kita harus mengoreksi
dengan efisiensi pompa, motor dan kehilangan di
kabel (efisiensi kabel).

Jadi :

BHP = HHP / Efisiensi

BHP

HHP
Efisiensi Pompa x Efisiensi Motor x Efisiensi Kabel

Umumnya :
Efisiensi Pompa : 55-75 persen
Efisiensi Motor : 85 persen
Efisiensi Kabel : 90-95 persen

86

14

Pada pompa, efisiensi tersebut menggambarkan


terjadinya
kehilangan
friksi
fluida
pada
impeller/diffuser, pada lubang masuk, pusaran
(Eddy), separasi dan tercampur. Selain itu juga
kehilangan
pada
sela-sela
(clearance)
impeller/diffuser/asnya serta kehilangan mekanis di
bearingnya (thrust bearing).

86

15

Konstruksi
Komponen-komponen ESP adalah pompa, seal section,
electric motor, kabel, switchboard dan transformator.
Selain itu pada sistem ini diperlukan alat-alat tambahan
lain seperti vent box, check valve, bleeder valve, tubing
head dan lain-lain.
a. Pompa
Pompa tersedia dalam bermacam-macam ukuran.
Setiap pompa mempunyai beberapa tingkat (stage)
yang masing-masing terdiri dari impeller dan diffuser
(Gambar 3). Impeller melekat pada as (fixed) atau
dapat bergerak sepanjang as (floating impeller).
Untuk casing 7 atau kurang, biasanya impellernya
floating, karena dapat meratakan thrust (tekanan
pada as), tetapi bila casing besar,86
terdapat bentuk fix
16
(yang ini lebih tahan terhadap pasir selain kokoh).

As pada mana impeller melekat berhubungan dengan seal


dan motor. Diffuser dan impeller (Gambar 4) dibuat dari
alloy besi-nikel (Ni), bronze dan untuk asnya K-Monel agar
awet dan kuat. Head per stage sangat tergantung pada
diameter impeller. Karena diameter impeller ini terbatas
oleh casing maka diperlukan banyak stage/tingkat.
Impeller/diffuser bisa sampai 417 stage.

Bila minyak mengandung gas, maka sebelum masuk ke


pompa ia dapat dimasukan dulu melalui suatu gas separtor
(Gambar 5) agar efisiensi pompa tetap cukup besar. Gas
separator ini merupakan bagian dari pompa dan terdapat
dalam banyak ukuran. Prinsip kerjanya dapat dengan
reverse flow (aliran balik), gravitasi atau hydraulicmekanis/centrifugal dimana gas mengalir di tengah dan
dikirim ke annulus sedang minyak yang dilempar oleh
86
17
putaran gaya/centrifugal ke pinggir dan dialirkan ke inlet

Gambar 3
PUMP

86

18

Gambar 4
Impeller dan Diffuser 86

19

Gambar 5
Gas Separator

86

20

b. Seal Section / Protector / Equilizer


Protector digunakan untuk menyamakan tekanan
dalam motor dan tekanan submergence (tekanan
tenggelamnya pompa). Dengan ini ia mencegah
rusaknya dinding motor (collapse) yang dibebani
untuk 20 psi saja dan juga mencegah masuknya
fluida sumur ke motor. Dengan menyamakan tekanan
di luar dan di dalam motor maka dinding motor tak
perlu terlalu tebal/kuat. Ia juga memisahkan thrust
pompa dari bearing-bearing motor. Ia terletak antara
pompa dan motor (Gambar 1). Gambar 6 menunjukan
skema protector.

86

21

Gambar 6
PROTECTOR

86

22

c. Electric Motor
Electric motor pada ESP adalah motor induksi sinkron
dua kutub, tiga-fasa, berbentuk sangkar (two pole,
three-phase, squirrel cage, induction-type electric
motor) yang mempunyai kecepatan 3500 rpm pada
60 Hz dan 2915 rpm pada 50 Hz (motor Reda lama
3450 rpm, sedang yang terbaru 3500 rpm, Centri Lift
3475 rpm dan ODI 3500 rpm). Pada ruang motor ini
diisi dengan minyak olei yang dielectric (tidak
merambatkan listrik seperti oli pada beberapa
transformator). Oli ini digunakan untuk pelumasan,
pendinginan dan juga anti karat. Karena diameter
motor terbatas oleh ukuran casing, maka untuk
mendapatkan daya kuda yang cukup, motor dibuat
86
23
panjang dan kadang-kadang didobel (tandem).

Pendinginan dilakukan oleh fluida sumur yang


mengalir di dinding luarnya, maka pada instalasinya
motor harus dipasang di atas perforasi, atau
kalaupun terpaksa di bawah perforasi, ditambahkan
jacket (shroud) di luar pompa agar fluida sumur
mengalir ke bawah sebelum naik ke pompa (setelah
melewati motor). Gambar 8 menunjukan penggunaan
jacket ini. Tabel-1 menunjukan macam-macam harga
daya kuda motor maksimum untuk ukuran casing
tertentu. Gambar 7 menunjukan suatu motor (Reda).

86

24

Gambar 7
MOTOR

86

25

Gambar 8
Shrouded Aplication 86

26

Shrouded Configuration86

27

d. Kabel
Kabel didisain menurut nomor, seperti 1/0, 2/0 dan
seterusnya. Untuk ESP dibuat dari tembaga (Cu) dan
Aluminium (Al) dan kabel dibuat bulat atau pipih
(flat). Standar tahanan ohm untuk Cu = 10.37 dan Al
= 17.0 pada 20o. Tabel-2 menunjukan voltage drop
dari macam-macam kabel tersebut.

Kabel Al lebih murah dan tahan korosi (H2S) tetapi


lebih mudah patah dan sukar disambung. Walaupun
demikian kabel Al dipakai untuk sumur dengan H 2S
tinggi.

86

28

Gambar 10 menunjukan gambar kabel untuk ESP.


Kabel yang digunakan umumnya yang bulat tetapi
untuk motor ke splice (lihat Gambar 1) digunakan flat
cable karena ruang antara motot/pompa dan casing
yang sempit. Kadang-kadang bila tubing couplingnya
sangat besar maka digunakan pula flat cable
seluruhnya. Kabel harus berdiameter cukup kecil,
tahanan listriknya sedikit, tahan oli/karat dan bisa
digulung.
Dalam
memiliha
kabel,
centrilift
menganjurkan agar kabel tersebut mempunyai
penurunan tegangan listrik di bawah 30 volt per 1000
ft, sedang clearance (lubang untuk kabel antara
casing dan sambungan tubing) adalah :

86

29

OD kabel ID casing OD tubing Cp1 0.250


Dimana :
OD kabel
: diameter kabel, inch
ID casing
: diameter dalam casing, inch
OD. Tubing Cp1 :
diameter luar sambungan
(kopling) tubing, inch

86

30

Gambar 9
KABEL

86

31

Gambar 9a
Bentuk Kabel Pompa ESP

86

32

Gambar 9b
Protector pada Pompa ESP

86

33

Gambar 3.10
WELL HEAD

86

34

Bila
digunakan
flat
cable
seluruhnya
maka
kehilangan tegangan listrik akan bertambah sekitar
8%.
Flat
cable
juga
mudah
rusak
dalam
pemasangannya.

Kabel
dengan
bungkus
polyethylene
terbatas
penggunaanya sampai 130 oF. Polypropylene dengan
armor sampai 180 oF. EPR leat sheat sampai 250 oF.
Kabel standar biasanya dibuat untuk maksimum 167
o
F, 10 tahun masa pakai dengan umur dibagi dua
untuk setiap kenaikan 18 oF.Kabel dipasang dengan
klem pada tubing dimana klem dipasang setiap 15
20 ft.

86

35

e. Switch board
Switchboard tersedia dengan range 400 2400 volt
dan ditempatkan pada kotak tahan cuaca. Isinya
macam-macam tergantung keperluan, umumnya ada
sekering (fuse), alat otomatis untuk mematikan
(overload/underload protection), tombol sakelar atau
switch, start-stop dan start otomatis, anti petir dan
pencatat ampere (recording ammeter). Kadangkadang terdapat lampu tanda bahaya, timer untuk
pompa intermittent dan alat-alat kontrol otomatis
seperti float atau tekanan.

86

36

f.

Well Head (Gambar 10)


Well head harus dilengkapi dengan seal agar tidak
bocor pada lubang untuk kabel dan tulang. Well head
didisain untuk tahanan tekanan 500-3000 psi.

86

37

g. Check Valve dan Drain Valve


Check valve dipasang 2-3 joint diatas pompa
(Gambar 1). Gunanya untuk menahan liquid agar
tidak turun ke bawah yang mana mengakibatkan
pompa berputar terbalik waktu pompa mati. Bila
pada saat ini pompa direstart, motor bisa terbakar,
kabel terbakar atau as-nya rusak. Bila check valve
tidak dipasang, maka minimum 30 menit diperlukan
antara pompa mati dan direstart. Bila check valve
tidak bisa diangkat dengan wireline,maka pada saat
mengangkat tubing akan berat dan fluida berantakan
di permukaan. Untuk ini dipasang bleeder (drain
valve)
1
joint
di
atas
check
valve
untuk
mengeringkan fluida ke annulus bila suatu bar (besi)
86
38
dijatuhkan
dalam
tubing
untuk
membukanya.

h. Junction box
Junction box atau vent box (Gambar 1) digunakan
untuk melepaskan gas yang ikut dalam kabel agar
tidak menimbulkan kebakaran di switchboard. Ia juga
menghubungkan kabel tenaga ke kabel sumur.
i.

Lain-lain
Cable guard untuk pelindung kabel flat dipompa
motor; Swaged Nipple untuk menyambung kepala
pompa atau drain valve ke tubing; Service cable yaitu
kabel dari trafo ke switchboard dan vent box. Cable
guide wheel, untuk pemasangan kabel; cable reels,
gulungan kabel dan penahannya (reel support).

86

39

Karakteristik Kerja Pompa


1. Dasar Kerja
ESP mempunyai sifat seperti pompa centrifugal yang
lain. Setiap stage terdiri dari impeller dan diffuser
(Gambar 4). Dalam operasinya, fluida diarahkan ke dasar
impeller dengan arah tegak. Gerak putar diberikan pada
cairan oleh sudu-sudu impeller. Gaya centrifugal fluida
menyebabkan aliran radial dan cairan meninggalkan
impeller dengan kecepatan tinggi dan diarahkan kembali
ke impeller berikutnya oleh diffuser. Fluida produksi
akan lewat pada impeller-impeller yang disusun
berurutan dan setiap stage akan mengembangkan
tekanan atau head. Head total yang terjadi adalah
jumlah masing-masing head yang terbentuk di setiap
86
40
impeller.

2. Kelakuan Pompa
Kelakuan kerja atau sifat karakteristik kerja pompa
ditentukan berdasarkan test di pabrik dengan air tawar.
Penyajiannya secara grafis dari hasil test ini disebut
grafik karakteristik (performance atau characteristic
curve). Pada grafik ini akan digambarkan head yang
dihasilkan, brake hp dan efisiensi pompa terhadap rate
produksi (Gambar 11).

86

41

Gambar 11
86
Typical Pump Performance Curve

42

a. Head Capacity Curve


Grafik head ini menunjukan hubungan antara TDH
dengan rate produksi pada kecepatan (rpm) konstan.
Dengan naiknya TDH maka rate akan turun dan
sebaliknya. Gambar 11 menunjukan grafik untuk satu
stage. Pompa yang baru atau yang masih baik akan
berkarakteristik kerja sepanjang grafik ini. Yang
menyimpang dapat dikarenakan oleh rusaknya pompa,
interferensi gas atau tubingnya bocor. Grafik head untuk
ESP akan melalui rate nol seperti pada Gambar 11.
Shutt-off head atau head bilamana ESP bekerja dan flow
line valve (klep produksi) ditutup, dapat ditentukan
(menutup tak boleh lebih dari 1 menit).
Untuk

ini

impeller

akan

86 di
berputar

cairan

43
yang

Untuk banyak stage maka rumusnya adalah :

D.N
H S

1840

Dimana :
H : shutt-off head dalam ft liquid yang dipompakan
D : diameter impeller, in
N : rpm
S : jumlah stage (tingkat)

86

44

Shutt-off head yang sebenarnya tergantung dari aliran


fluida dalam pompa dan kemungkinan bocor. Perbedaan
antara rumus ini dengan sebenarnya 20%. Bentuk grafik
head tergantung dari lebar impeller, bentuknya, jumlah
sudu-sudu impeller dan friksi dalam pompanya. Head
capacity suatu pompa digunakan untuk menghitung
jumlah stage pompanya dengan ratio-nya terhadap TDH
sistem. Pompa dengan head yang lebih curam disukai
karena bisa lebih toleran terhadap kesalahan data-data
sumur (oAPI, GOR dan lain-lain)

86

45

b. Horsepower Curve
Grafik head horsepower pada Gambar 11 menunjukan
BHP input yang diperlukan per stage pada test pabrik.
Grafik ini mula-mula naik sedikit dengan laju produksi
kemudian turun lagi. Hal ini dikarenakan oleh efek laju
produksi lebih besar dari turunnya head dan pada rate
besar turunnya head yang lebih berpengaruh karena
relatif lebih curam. Test pada pabrik dilakukan dengan
air tawar yang viskositasnya 1 cp (32 SSU) dan SG=1.

86

46

c. Grafik Efisiensi
Efisiensi pada ESP bukannya efisiensi volume pompanya
melainkan rasio dari output hp pompa dibagi input
brake hp.
Dengan test data :

output hp pompa Q x TDH x SG


Efisiensi Pompa

135770 x PI
input brake hp

Dimana :

Q
:
TDH :
PI
:

laju produksi, B/D


total dynamic head, ft
input brake, hp

86

47

Efisiensi ini sebenarnya adalah gabungan antara


hidraulis, volumetris dan mekanis.

Seperti terlihat pada Gambar 11, efisiensi naik dari 0


pada laju produksi 0 ke maksimum lalu turun kembali
pada laju produksi maksimum.
Di sebelah kiri dari titik maksimum ini, kehilangan
karena kebocoran, friksi pada bearing (laher) karena
down thrust (gerak impeller ke bawah) dan friksi
antara impeller dan fluida produksi terjadi.

Di sebelah kanan dari maskimum akan terjadi friksi


dalam cairan sendiri dan dinding impeller/diffuses,
tetapi juga up-thrust (gerak mendorong
impeller ke
86
48
atas jadi juga as nya ke atas).

Untuk menerangkan adanya up-thrust dan down-thrust


lihat Gambar 12. Pada gambar tersebut impeller
menekan ke atas (up-thrust) pada laju tinggi dan
menekan ke bawah (down-thrust) pada laju rendah.
Pada daerah efisiensi tertinggi impeller seakan-akan
melayang bebas. Hal ini dapat dihubungkan dengan
helicopter yang dapat melayang pada rpm tertentu
tetapi akan turun kalau udara tiba-tiba menipis dan naik
kalau menebal.

ESP didisain agar bekerja pada daerah dekat efisiensi


maksimal untuk antara lain mengurangi kerusakan
bearing pompa akibat up-thrust/down-thrust (ternyata
dalam praktek up-thrust lebih merusak dari down-thrust
49
karena luas washer di atas lebih 86
kecil dari bawah).

Gambar 12
86
Possible Impeller Positions

50

Disain Pompa
Disain pompa ESP tidak sesulit disain pompa yang lain,
karena masing-masing komponen sistem mempunyai
banyak ukuran dan penentuan dari satu komponen
dilanjutkan dengan penentuan komponen berikutnya
dan seterusnya.

Disain akan agak rumit bilamana laju produksi q belum


ditentukan dan masih fungsi dari indeks produktivitas
(PI) sumur dan TDH. Dalam hal ini TDH dan laju produksi
q menjadi dua faktor yang perlu dicoba-coba (trial and
error) dan akibatnya jenis pompa yang akan dipakai
harus dicoba-coba juga. TDH akan berubah dengan rate
karena working fluid level (permukaan kerja fluida di
annulus) dan kehilangan tekanan di tubing merupakan
86 dibicarakan : 51
fungsi dari rate. Dalam diskusi ini akan

1. Disain Normal, yaitu tanpa trial and error dan ini bisa
dipakai untuk
dasar trial and error (bila q danTDH
tidak tetap).
2. Disain untuk memilih pompa yang ada di gudang
3. Disain untuk minyak atau emulsi berviskositas tinggi
4. Disain untuk pompa rangkap yang disusun secara
berurutan diman GOR (gas) berpengaruh.
5. Variable Frequency Drive (VFD)
Note : ESP yang terlalu besar akan mengharuskan
penggunaan VFD (Variable Frequency Drive dimana
frequency diubah-ubah) atau menggunakan intermitten
system. Pada ESP bisa-bisa merusak pompa bila
diberikan back pressure di permukaan.
86
52

Data-data di bawah ini harus diketahui


mendapatkan disain yang baik antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
H.

untuk

Ukuran casing dan beratnya


Ukuran tubing
Kedalaman pompa
Permukaan kerja cairan (WHL), ft dari permukaan
Rate yang diinginkan
SG fluida
THP (Tekanan kepala sumur)
BHT (Temperatur dasar sumur)

86

53

Data-data lain misalnya PI, tekanan statik PS, viskositas,


persentase air, GOR, Bubble point Pressure (tekanan
dimana gas pertama keluar dari minyak), perforasi,
problem kepasiran, paraffin, scale dan lain-lain perlu
diketahui pula.

86

54

Desain ESP
Dalam mendesain suatu ESP dapat dilakukan dengan
urutan-urutan sederhana sebagai berikut :
1. Tentukan Pwf lebih besar 100 psi dari Pb
2. Berdasarkan Pwf dan PI tentukan laju alir fluida total
(BPD)
Q = PI(Ps Pwf)
dimana
Ps = Tekanan static sumur, psi
Pwf
= Tekanan alir dasar sumur, psi
PI = Productivity Index, bbl/psi
3. Pilih pompa yang sesuai dengan laju produksi (Q),
carar : type pompa,
Head/stage, HP/stage,
86
55
Efisiensi.

4. Tentukan SGrata-rata fluida

1 x SGo WOR x SGw


SGrata rata
1 WOR
SGrata-rata = Wc * SGW + (1 Wc) SGO

5. Menentukan gradient tekanan sepanjang tubing


Gradient = SGrata-rata x 0.433
6. Berdasarkan setting depth pump, tentukan pump
intake pressure (PIP)
atau rekanan disuction
PIP = Pwf Gradient (D Dsetting)
Dimana :
PIP
= pump intake pressure, psi
Gradient = gradient tekanan sepanjang tubing, psi/ft
D
= kedalamam lubang perforasi
Dsetting
=
letak
kedalaman
pompa,
ft
(dari
86
56
permukaan)

7. Tentukan harga Total Dynamik Head (TDH)

Pt
Pwf
TDH
D
Zf
Gradient
Gradient
atau

TDH

Pt
PIP
Dsetting Zf
Gradient
Gradient

Pt = tekanan kepala tubing


Zf = friction loss sepanjang pipa, psi (lihat Gambar
29)
8. Tentukan jumlah tingkat pompa (N) :

TDH
N
Head stage

86

57

9. Tentukan Horse Power Fluida,

HPpumop
10.

Q x TDH x SGrata rata


135770 x eff

Dari Tabel 1 diambil satu jenis motor yang mewakili


syaratsyarat di atas.

Vs

11. Check pendinginan


Vs

0.0119 x Q
Csg D 2 motor OD 2

= kecepatan lebeh besar dari 1 ft/detik

KVA 3 fasa
12. Check Travo

1.73 x Vtotal x l
1000

Kehilangan tegangan di kabel dipilih sekitar 30


86
58
volt/1000 ft atau kurang (lihat Gambar 30).


Dsett 100
Loss Total Dikabel
1000

x 30

(penambahan 100 ft untuk di permukaan)


13.

Maka berdasarkan Tabel 2 untuk pemilihan travo dan


Tabel
untuk pemilihan switchboard.

14. Untuk bisa distar motor membutuhkan 35 % voltage


rating, tetapi delivery-nya (Ampere) tiga kali
nameplate voltage sehingga lossnya
tiga kali
pula.
35 % nameplate voltage = 0,35 x nameplate
voltage
loss 3x = 3 (tegangan total nameplate
voltage
86
59

Gambar 28
Reda Pump Performance Curve

86

60

Gambar 29
Friction Loss

86

61

86

62

Tabel 2
Pemilihan Travo

86

63

Tabel 2
Pemilihan Travo (lanjutan)

86

64

86

65

86

66

Gambar 30
Pemilihan Tegangan Kabel

86

67

Aplikasi Khusus
Aplikasi pada ESP dapat meliputi banyak hal, seperti
telah diterangkan, ESP dapat dipakai untuk laju
produksi 300 sampai 60000 B/D dan juga untuk
viskositas tinggi. Selain sumur minyak ESP digunakan
pula pada sumur air atau untuk injeksi pada proyek
water flood. ESP mempunyai harga di bawah alat
produksi lain, tetapi ongkos operasinya cukup tinggi.
Terutama ini dikarenakan oleh efisiensi yang rendah (55
60) persen dan teknologi agak rumit.

Hanya laju produksi yang besar saja yang akan menutup


biaya operasinya. Beberapa aplikasi khusus yang lain :

86

68

Untuk sumur berpasir


ESP dapat dipakai sampai tingkat tertentu. Tetapi
pompa lebih mudah rusak walaupun demikian
impeller/diffuser khusus dengan bahan Ni-Resist
telah dibuat untuk melawan pasir.

Untuk sumur korosif


Sumur yang mudah mengakibatkan karat pada
pompa dilawan dengan misalnya resistant-coating
khusus, bronze & Ni-Resist impeller, Ni-Resist
diffuser, housing (tabung atau rumah pompa) tanpa
sambungan (las) dan as pompa dari K-monel. Juga
kabel dengan ditutup Monel sebagai pengganti besi
86
69
telah digunakan. Untuk ini kabel Al mendapat tempat

Untuk sumur sangat korosif maka rumah pompa, seal


dan motor dibuat dari Monel juga.

Bagi sumur dengan problem parafin ESP lebih baik


dari pompa lain karena ESP menghasilkan panas.
Juga
laju
produksi
yang
tinggi
mengurangi
kemungkinan pengendapan parafin.

Temperatur yang tinggi sampai 160o tergantung


pabriknya biasanya bisa tahan oleh ESP. Untuk
temperatur tinggi sampai 280o harus dikonsultasikan
dengan pabrik.

86

70

Sumur miring
Untuk sumur miring (directional well) dan tidak lurus
(crooked well) ESP dapat dipasang dengan lebih hatihati agar kabel tidak lecet. Centralizer pada
pompa/motor dapat digunakan.

Menentukan PI dengan ESP


ESP bisa dipergunakan untuk menentukan PI dengan
jalan menutup flow line.

86

71

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Tutup sumur untuk mendapat statik fluid level


Dengan tubing penuh, tutup klep
Start pompa (maksimum 1 unit)
Catat tekanan permukaan. Ini menunjukan tekanan
dengan laju = 0.
Buka valve
Ukur laju produksi yang tetap
Tutup klep
Baca tekanan pada saat klep ditutup. Ini adalah
tekanan permukaan pada laju produksi langkah 6.

86

72

Pada Gambar 13, H adalah kolom fluida statik. P1 adalah


tekanan di gauge yang berhubungan dengan kolom
statik sedalam FL1. Demikian juga untuk Head H
konstan, dapat dibaca P2 yang berhubungan dengan laju
produksi q dan FL2, permukaan fluida pada saat kerja.
Maka :
H = FL1 + P1/K
H = FL2 +P1
P2/K
- P2

Jadi :

FL2 FL1

Dimana :
K
K
K

=
=
=

0.433 untuk air tawar


0.45 0.5 untuk air garam
0.36 untuk 40oAPI

86

73

Juga :
Ps = (D FL1) x 0.433 x SG
Pwf= (D FL2) x 0.433 x SG

Ps - Pwf
FL2 FL1
Dari sini dapat dihitung :
0.433 x SG
q
PI

Dan
Ps - Pwf

PI

q
P1 - P2

Menutup sumur tak boleh lebih


pompa akan panas, demikian pula

dari 1 menit karena


motornya.
86
74

Gambar 13
86
Reda Pump Performance Curve

75

Memasang Alat
Pada pemasangan ESP harus diperhatikan 2 hal :
1. Pada penyambungan kabel flat/bulat tidak terjadi
lubang yang dapat
masuk air.
2. Hati-hati terhadap pemasangan, jangan terjadi
ketegangan pada kabel, jangan lecet.
3. Pemasangan pompa sesuai instruksi pabrik.
4. Cable rell harus 75 100 ft dari rig dan cable guide
wheelnya tak
lebih dari 30 ft di atas tanah. Harus
selalu ada slack (kabel
menggantung) antara cable
reel dan cable guide wheel.
Note : 60 persen kerusakan pada pompa biasanya
karena kabel walaupun biayanya hanya 30% sampai 40%
86
76
dari seluruh instalasi.

b. Pada saat pompa akan distart :


Apakah ada fluida turun ke pompa sehingga terjadi
putaran balik ? Kalau ya jangan start dulu. Tunggu 30
menit sebelum restart. Ini terutama kalau tak ada
check valve. Kadang-kadang tubing harus diisi fluida
dulu (bila ada check valve) untuk mengurangi upthrust.

a. Waktu restart
Perhatikan build up (kenaikan) tekanan di tubing dan
annulus. Kalau build up di annulus cepat matikan,
karena ini artinya motor berputar terbalik (walaupun
jarang). Dalam hal ini dapat 86diganti hubungan
77
kabelnya ke masing-masing trafo 1 fasa.

Trouble shooting
a. Check alat apa masih bekerja pada ratingnya
ESP
didisain
untuk
sesuai
dengan
grafik
characteristicnya (kesalahan 5% kalau baru pada
efisiensi dan head, 15% pada BHP.

Untuk ini bisa dicheck headnya dengan shut-off head


seperti pada Gambar 13 diatas. Lalu dijalankan biasa,
bila TDH penuh tetapi q (rate) kecil artinya
pompa/tubing agak buntu. Kalau TDH dan q
keduanya kecil.

Pompa rusak impellernya atau tubing bocor. Head


yang
terlihat
kecil
(TDH)
bisa
karena
gas,
pompa/tubing buntu atau kerusakan impeller.

86

78

Cara lain yang terbaik adalah dengan mengamati


amper kerja di motor. Untuk inii di switchboard
biasanya diberi pencatat amper, yang merupakan
salah satu komponen power. Gambar 14 untuk
normal operation, dalam hal biasanya akan terjadi
kenaikan amper 2 8 kali. Waktu start yang bisa
merusak. Untuk ini penggunaannya VFD dapat
mencegahnya (Gambar 15), Gambar 16 20
memperlihatkan bermacam-macam persoalan sumur,
dengan menggunakan amper chart.

86

79

Gambar 14
Menentukan PI Sumur86

80

Gambar 15
Ampere meter bekerja dekat name plate amperenya. Kenaikan pada
jam 3 biasa saja, pada waktu pompa distart ampere akan naik dari 2
81
sampai 8 kalinya 86

Gambar 16
Penggunaan VFD : memberikan start yang tidak menimbulkan ampere
82
yang melompat tinggi86

Gambar 17
GAS LOCK : Start di A adalah normal. Dari B ke C sumur jadi kering dan
motor berkurang bebannya. Level fluida mencapai lubang masuk
pompa di D, gas dan cairan yang bergantian masuk menyebabkan
undercurrent shutdown (pompa mati karena arus terlalu rendah).
Pompa distart otomatis dengan timer. Instalasi ini mempunyai pompa
83
terlampau besar. 86

Gambar 18
Fluktuasi pada Supply Listriknya
Adanya fluktuasi pada listrik dicatat sebagai sedikit kenaikan ampere.
Umumnya ini dikarenakan distartnya pompa lain atau alat lain yang
86Jadi masih normal. 84
sama power supplynya dengan ESP di sini.

Gambar 19
PUMPED OFF CYCLIC
Analisa sama seperti pada gas, tetapi di sini tidak ada gasnya. Unit
dimatikan oleh relay ampere rendah dan distart otomatis oleh timer.
85
Pompa di sini oversize.86

Gambar 20
PRODUKSI DENGAN GAS
Fluktuasi pada ampere karena campuran gas/cairan masuk ke pompa.
Jika mungkin, pompa perlu ditenggelamkan lebih dalam atau perlu
86
86
dipasang gas separator.

Gambar 21
MATI KARENA BEBAN TERLALU BERAT
Pompa di atas mati karena overload di mana ampere naik sedikit demi
sedikit sampai relay beban berat mematikan pompa. Ini bisa
dikarenakan oleh faktor mekanis, pasir atau lumpur masuk ke pompa.
86direstart.
87
Sistem harus dicek sebelum pompa

86

88

86

89

86

90

Anda mungkin juga menyukai