2.2.1 Ekonomi Makro Setelah terjadinya krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1998, perekonomian di Provinsi Lampung secara umum telah mengalami perkembangan Pada tahun 2002, 2003, 2004, 2005 dan 2007 Provinsi Lampung mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 5,62%; 5,07%; 4,02%; 4,93%; dan 5,94%. Pada tahun 2007 sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 33,13%; diikuti sektor perdagangan, hotel dan rumah makan sebesar 15,84%; industri pengolahan sebesar 15,13%; dan jasa-jasa sebesar 10,67%. Sementara PDRB per kapita menurut harga berlaku pada tahun 2000 adalah Rp. 3.490.456,-; dan pada tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp. 7.979.382,-. Berdasarkan harga konstan, pada tahun 2000 sebesar Rp. 3.490.456,-; dan pada tahun 2007 meningkat menjadi Rp. 4.510.403,-. Selama 7 tahun terakhir terlihat bahwa PDRB per kapita pada tahun 2007 mengalami peningkatan yang paling tinggi, yakni sebesar 6,70%. 2.2.2 Keuangan Daerah Pada tahun 2004 PAD Provinsi Lampung mencapai 410,682 milyard dan meningkat menjadi 685,249 milyard pada tahun 2007. APBD meningkat dari 751,109. milyard pada tahun 2004 menjadi 1.532,443 milyard pada tahun 2007. Dana perimbangan juga mengalami peningkatan, yakni 366,435 milyard pada tahun 2004 menjadi 672,630 milyard pada tahun 2007.Dalam menyelenggarakan pemerintahan di daerah, Provinsi Lampung sejak tahun 2004 sampai dengan 2007 telah berhasil mengembangkan asset daerah, baik berupa kendaraan, gedung dan bangunan, maupun lahan. Sementara realisasi dana SILPA menunjukkan nilai yang jauh di bawah target, sehingga hal ini menunjukkan adanya peningkatan efisiensi penggunaan dana pembangunan. Target SILPA pada tahun 2007 sebesar 1.374,119 milyard, sedangkan realisasi hanya mencapai 350,625 milyar. 2.2.3 Kinerja Produksi Produksi pangan merupakan aspek penting dalam kehidupan karena terkait erat dengan ketahanan pangan. Produksi padi mengalami peningkatan, yakni dari 2,091 juta ton pada tahun 2004 menjadi 2,130 juta ton di tahun 2007. Komoditi jagung juga mengalami peningkatan, yakni dari 1,216 juta ton pada tahun 2004 menjadi 1,339 juta ton di tahun 2007. Komoditi ubi kayu mengalami peningkatan dari sebesar 4,673 juta ton pada tahun 2004 menjadi 5,659 juta ton di tahun 2007. Kinerja di bidang perikanan menunjukkan terjadinya peningkatan, baik dalam hal produksi maupun nilai ekspor. Produksi dari tahun 2005 sebesar 285,57 ribu ton, dan kemudian meningkat menjadi 337,17 ribu ton, sementara nilai ekspor meningkat dari 181,16 juta US$ menjadi 119,95 juta US$. Di bidang peternakan, populasi sapi potong meningkat dari 387.350 ekor pada tahun 2004 dan menjadi 430.103 ekor di tahun 2007. Populasi kambing juga mengalami peningkatan, yakni dari 824.235 ekor di tahun 2004 menjadi 1,098 juta ekor di tahun 2007. Sementara populasi ayam potong mengalami penurunan, yakni dari 24,902 juta ekor di tahun 2004 menjadi 21,094 juta ekor di tahun 2006, namun kemudian meningkat kembali menjadi 21,516 juta ekor di tahun 2007. Sementara itu, produksi kopi meningkat dari 142.595 ton di tahun 2004 menjadi 185.380 ton di tahun 2007. Komoditas sawit meningkat dari 251.462 ton di tahun 2004 menjadi 358.353 ton di tahun 2007. Produksi lada mencapai 23.520 ton pada tahun 2004 dan mengalami penurunan menjadi 21.537 ton pada tahun 2006, namun pada tahun 2007 meningkat kembali menjadi 21.612 ton. Komoditas kakao mengalami peningkatan menjadi 25.373 ton di tahun 2007 dari 18.200 ton di tahun 2004. Sedangkan komoditas kelapa meningkat dari 112.638 ton pada tahun 2004 menjadi 112.996 ton di tahun 2007. Sementara itu, kinerja bidang kehutanan mengalami fluktuasi produksi dari tahun 2004-2007. Hal ini disebabkan karena produksi bukan hanya berasal dari hutan, sehingga produksinya tidak terpantau. Pada sisi lain, salah satu andalan pendapatan Provinsi Lampung adalah dari bidang pariwisata. Potensi pariwisata meliputi: wisata alam, wisata agro, wisata budaya, wisata kuliner, dan sebagainya.Pada tahun 2004 jumlah wisatawan mencapai 581.486 orang, sedangkan pada tahun 2007 mencapai 1.185.413 orang. Selanjutnya untuk mendorong perkembangan pariwisata di Provinsi Lampung telah diagendakan Visit Lampung 2009. Meskipun demikian, pengembangan kepariwisataan Lampung belum maksimal, sehingga belum mampu memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian Lampung.