Anda di halaman 1dari 18

POTENSI AGREGAT BATU APUNG (ABA) SEBAGAI KOMPONEN

BETON RINGAN RUMAH INSTAN SEDERHANA (RISHA)


SITI AISYAH NURJANNAH, ST, MT

Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman


E-mail: hana_uti@yahoo.com
RACHMAT PRAMUDJI, S.ST, MT

Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman


E-mail: rachmatpramudji@yahoo.com
IR. NANA PUDJA SUKMANA

Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman


E-mail: pudjasukmana@gmail.com

ABSTRAK : Di Indonesia, kebutuhan akan pembangunan perumahan masih cukup tinggi,


terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah. Selain itu, terdapat masalah
kekurangan lapangan kerja akibat krisis ekonomi yang sedang terjadi saat ini. Puslitbang
Permukiman telah menghasilkan inovasi bangunan yang disebut rumah dengan model
RISHA dari Beton Normal (BN) yang telah diuji dapat menahan beban gempa sampai
dengan parameter kegempaan tertentu dan juga sanggup menahan beban gravitasi.
Rumah dengan model RISHA menggunakan sistem modular, sehingga bisa dibangun dalam
waktu singkat dan dikerjakan secara padat karya. Diharapkan, hal ini dapat membantu
menjawab persoalan kekurangan penyediaan rumah dan lapangan kerja. Salah satu tema
kegiatan inovasi tahun 2009 adalah penelitian potensi Agregat Batu Apung (ABA) sebagai
pembentuk beton komponen struktur RISHA. Massa jenis beton dengan agregat batu
apung akan menjadi lebih kecil daripada massa jenis beton normal. Sehingga, saat struktur
RISHA-ABA menahan beban akibat gempa, diharapkan respon strukturnya lebih kecil
daripada respon struktur RISHA yang menggunakan beton normal. Karena respon yang
lebih rendah, kerusakan struktur yang terjadi akibat gempa dapat dikurangi. Perilaku
struktur bangunan RISHA-ABA diteliti dengan uji pembebanan lentur terhadap tiga benda
uji balok dan uji pembebanan lateral siklik statik dan tekan aksial konstan terhadap satu
benda uji portal. Perilaku yang diteliti dari pengujian beban lentur pada balok adalah nilai
beban leleh, beban batas, lendutan beton saat leleh, lendutan beton saat beban mencapai
batas, daktilitas, faktor kuat lebih beban dan bahan, dan faktor kuat lebih total. Sedangkan,
perilaku yang diteliti dari pengujian beban siklik statik dan tekan aksial konstan pada portal
adalah tingkat kestabilan struktur berdasarkan kriteria dalam National Earthquake Hazards
Reduction Program (NEHRP) 1997, nilai beban leleh, nilai beban batas, faktor kuat lebih
beban dan bahan, nilai daktilitas, nilai faktor reduksi gempa, dan pola retak. Hasil
pengujian tersebut dibandingkan dengan hasil pengujian RISHA-BN yang telah dilakukan
dalam penelitian sebelumnya. Analisis hasil pengujian memperlihatkan bahwa struktur
RISHA-ABA mempunyai parameter kegempaan yang hampir sama dengan RISHA-BN dan
mengalami kerusakan struktur yang lebih sedikit daripada RISHA-BN.
K ata kunci: beban leleh, beban batas, faktor kuat lebih beban dan bahan,

daktilitas, faktor reduksi gempa, pola retak, story drift, faktor respons gempa

1. PENDAHULUAN
Kebutuhan akan pembangunan perumahan masih cukup tinggi di Indonesia, terutama bagi
masyarakat yang berpenghasilan rendah. Selain itu, terdapat masalah kekurangan lapangan kerja
akibat krisis ekonomi yang sedang terjadi saat ini.
Puslitbang Permukiman telah menghasilkan inovasi bangunan yang disebut rumah dengan model
RISHA yang telah diuji dapat menahan beban gempa sampai dengan parameter kegempaan
tertentu dan juga sanggup menahan beban gravitasi. Rumah dengan model RISHA menggunakan
sistem modular, sehingga bisa dibangun dalam waktu singkat dan dikerjakan secara padat karya.
Diharapkan, hal ini dapat membantu menjawab persoalan kekurangan penyediaan rumah dan
lapangan kerja. Struktur rumah RISHA yang sudah dibangun tersebut terdiri dari bahan bangunan
beton bertulang dengan mutu K-300 (= f c = 25 MPa). Bahan bangunan ini terdiri dari agregat, air,
dan Portland Cement I atau semen biasa. Massa jenis dari beton bertulang ini kurang lebih adalah
2400 kg/m3.
Struktur bangunan dirancang untuk menahan beban-beban gravitasi (beban hidup dan beban mati)
serta beban gempa. Komponen struktur yang menahan beban gravitasi akan memikul beban hidup
dan beban mati, termasuk beban akibat berat sendiri komponen tersebut. Komponen yang memiliki
massa jenis lebih ringan dari beton bertulang biasa, dengan massa jenis lebih kurang 2000 kg/m3
akan memikul beban berat sendiri yang lebih ringan.
Dalam menahan beban gempa, struktur bangunan berperilaku seperti kumpulan massa yang
terbagi per lantai bangunan. Jika ada suatu bangunan dengan dimensi tertentu dan kekakuan
tertentu mendapat beban gempa lateral, maka bangunan tersebut akan merespon dengan cara
melakukan disipasi energi beban gempa melalui mekanisme kerusakan. Semakin besar massa
bangunan, maka akan semakin besar respons struktur bangunan terhadap beban gempa.
Sebaliknya, jika struktur bangunan lebih ringan, respons bangunan terhadap gempa akan menurun,
sehingga mengurangi dampak kerusakan pada bangunan. Komponen struktur bangunan RISHA
yang dibuat dengan bahan yang lebih ringan, diharapkan akan menghasilkan struktur bangunan
yang bisa menahan beban gravitasi dan beban gempa dengan suatu respons kerusakan yang lebih
sedikit daripada struktur dengan beton bertulang biasa. Tujuan dari kegiatan inovasi penelitian ini
adalah untuk menilai kinerja struktur komponen RISHA yang menggunakan batu apung sebagai
agregat beton dalam menahan beban gempa dan beban gravitasi.

2. METODOLOGI
Penelitian pengembangan teknologi pracetak dilakukan dengan pendekatan kajian teoritis dan
eksperimental. Kajian teoritis mencakup pencarian referensi mengenai beton ringan dan kriteria
kestabilan struktur. Kajian eksperimental dilakukan di Pusat Penelitian dan Pengembangan
Permukiman, Kementerian Pekerjaan Umum. Pengujian bahan bangunan dilakukan di Laboratorium
Bahan Bangunan. Sedangkan, pengujian struktur dilakukan di Laboratorium Struktur dan Konstruksi
Bangunan.
Untuk melakukan penelitian kuat tekan beton, dilakukan uji tekan silinder berdiamater 10 cm dan
tinggi 30 cm yang menggunakan Agregat Batu Apung (ABA). Dari pengujian tekan, diperoleh data
kuat tekan beton. Penelitian kekuatan tulangan baja dilakukan dengan pengujian tarik baja polos
berdiameter 6 mm dan 8 mm, sehingga diperoleh data tegangan leleh dan tegangan batas baja.

Potensi Agregat Batu Apung (ABA) Sebagai Kom ponen Beton Ringan Rum ah I nstan Sederhana Sehat (RI SHA)
Siti Aisyah Nurjannah, Rachmat Pramudji, Nana Pudja Sukmana

Pengujian lentur terhadap tiga benda uji balok yang menggunakan komponen RISHA-ABA
diletakkan di atas dua tumpuan dilakukan untuk meneliti kekuatan komponen struktur dan
sambungan komponen terhadap beban gravitasi. Pemberian beban dilakukan sampai benda uji
mencapai kekuatan batas. Benda uji struktur terdiri dari tiga set balok (BU-1, BU-2, dan BU-3).
Setiap satu set balok terdiri dari dua panel RISHA Tipe ke-1 (30 cm x 120 cm) dan dua panel siku
(30 cm x 30 cm) yang dirangkai menjadi balok dengan sambungan di tengah bentang. Hasil
pengujian lentur balok RISHA-ABA dibandingkan dengan hasil pengujian lentur balok RISHA-Beton
Normal (BN) yang telah dilakukan pada penelitian sebelumnya.
Penelitian kekuatan struktur terhadap beban gempa dan gravitasi dilakukan dengan pengujian
beban lateral siklik statik dan beban tekan aksial konstan terhadap satu benda uji portal RISHAABA. Portal tersebut terdiri dari enam panel RISHA tipe ke-1 (30 cm x 120 cm), empat panel tipe
ke-2 (20 cm x 120 cm), dan dua panel siku (30 cm x 30 cm). Hasil pengujian portal RISHA-ABA
dibandingkan dengan hasil pengujian portal RISHA-BN yang telah dilakukan pada penelitian
sebelumnya.
Panel RISHA yang digunakan adalah seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 1 dan Gambar 2. Set
up pengujian lentur pada benda uji balok dan set up pengujian beban lateral siklik statik dan tekan
aksial konstan terhadap benda uji portal adalah berturut-turut seperti yang diperlihatkan dalam
Gambar 3 dan Gambar 4 1.

Gambar 1. Detil Dimensi dan Tulangan Panel RISHA Tipe ke-1

3|Page

Gambar 2. Detil Dimensi dan Tulangan Panel RISHA Tipe ke-2

.
Gambar 3. Set up Pengujian Lentur pada
Balok

Gambar 4. Set up Pengujian Siklik Statik pada


Portal

Pengujian beban gempa siklik statik dilakukan berdasarkan siklus berulang beban dengan kontrol
deformasi lateral (drift) yang meningkat untuk mensimulasikan siklus drift yang diharapkan terjadi
karena gerakan struktur akibat gempa. Pengujian dilakukan sampai story drift mencapai 3,50%
seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 5.

4|Page

Potensi Agregat Batu Apung (ABA) Sebagai Kom ponen Beton Ringan Rum ah I nstan Sederhana Sehat (RI SHA)
Siti Aisyah Nurjannah, Rachmat Pramudji, Nana Pudja Sukmana

Gambar 5. Riwayat Deformasi Siklik

Penilaian kestabilan struktur berdasarkan kriteria dalam National Earthquake Hazards Reduction
Program 1997 2. Nilai beban nominal (V n ) harus tercapai sebelum rasio story drift melebihi batas
story drift ijin yang ditetapkan dalam peraturan terkait yang berlaku; dan karakteristik siklus penuh
ketiga dalam setiap pengujian, pada rasio story drift tidak kurang dari 3,50 %, harus memenuhi
ketiga syarat berikut:
1. Beban puncak yang diaplikasikan pada arah pembebanan harus tidak kurang dari 75 % beban
lateral puncak pada arah pembebanan yang sama.
2. Disipasi energi relatif, , tidak boleh kurang dari 0,125. Rasio tersebut adalah sama dengan
area di dalam kurva histeretik dibagi dengan area jajaran genjang yang dibatasi oleh kekakuan
awal pada setiap arah pembebanan saat siklus pembebanan pertama (story drift 0,20 %) dan
beban puncak pada arah yang sama saat siklus ketiga story drift 3,50 %.
3. Kekakuan secan antara batas drift -0,35% dan +0,35% harus tidak kurang dari 0,05 kali
kekakuan awal benda uji saat siklus pembebanan pertama.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Nilai hasil uji tekan silinder beton ABA dan bahan baja tulangan masing-masing tertera pada Tabel
1 dan Tabel 2. Nilai kekuatan tekan beton rencana adalah 25 MPa, sesuai dengan Spesifikasi Teknis
RISHA. Nilai ini merupakan nilai kekuatan tekan beton minimum untuk komponen RISHA yang akan
menahan beban gempa. Hasil uji memperlihatkan nilai kekuatan tekan beton belum memenuhi
rencana. Ketiga benda uji silinder mempunyai kuat tekan di bawah kuat tekan rencana. Nilai ratarata kuat tekan beton masih di bawah kuat tekan beton rencana, yaitu 19,74 MPa.
Nilai tegangan leleh rencana tulangan baja polos adalah 240 MPa. Hasil uji memperlihatkan
tegangan leleh tiga benda uji baja tulangan berdiameter 8 mm ada di atas nilai rencana. Nilai ratarata tegangan baja 8 adalah 310,54 MPa. Hasil uji tulangan baja berdiameter 6 mm
5|Page

memperlihatkan nilai tegangan leleh di atas nilai rencana. Nilai rata-rata tegangan baja 6 adalah
377,41 MPa.
Tabel 1. Nilai Kuat Tekan Beton
Modulus
No.

Tanggal Cor

Berat

Diameter

Luas

Beban Uji

Kuat Tekan

Elastisitas

fc'

Ec

(N)

(mm)

(mm )

(N)

(MPa)

5 Des 2009

91.30

150

17662.5

325500

18.43

20176.57

5 Des 2009

90.24

150

17662.5

339700

19.23

20611.97

5 Des 2009

92.10

150

17662.5

380900

21.57

21826.16

Rata-rata

19.74

20883.23

Tabel 2. Nilai Tegangan Leleh dan Tegangan Batas Tulangan Baja


Tulangan

Panjang

As

(mm)

(mm)

7.5

Tegangan

Leleh

Putus

Leleh

Putus

(mm2)

(N)

(N)

(MPa)

(MPa)

600

44.18

14700

21100

332.74

477.61

7.6

600

45.36

11560

22900

254.82

504.80

7.5

600

44.18

15200

23200

344.06

525.14

rata-rata

fy & fu

310.54

502.52

()

1552.70

2512.58

Baja

Beban

5.5

600

23.76

8100

13500

340.93

568.22

5.5

600

23.76

9500

14200

399.86

597.69

5.5

600

23.76

9300

14200

391.44

597.69

rata-rata

fy & fu

377.41

587.86

()

1887.06

2939.32

Dari hasil pengujian lentur tiga benda uji balok RISHA-ABA: BU-1, BU-2, dan BU-3, diperoleh nilai
beban leleh (P y ) dan beban batas (P u ), serta lendutan leleh ( y ) dan lendutan batas ( u ). Dari nilai
parameter pengujian, diperoleh nilai daktilitas (), nilai faktor kuat lebih beban dan bahan (f 1 ),
serta faktor kuat lebih total (f).
Bentang balok adalah 2400 mm. Dengan persamaan (1), diperoleh nilai lendutan ijin.
ijin = L/360

(1)

ijin = 2400 mm/360 = 6,67 mm


Hasil pengujian lentur diperlihatkan dalam bentuk grafik hubungan antara beban dengan lendutan
seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 6.

6|Page

Potensi Agregat Batu Apung (ABA) Sebagai Kom ponen Beton Ringan Rum ah I nstan Sederhana Sehat (RI SHA)
Siti Aisyah Nurjannah, Rachmat Pramudji, Nana Pudja Sukmana

Gambar 6. Grafik Hubungan Beban dan Lendutan di Tengah Bentang Balok RISHA-ABA
(BU-1, BU-2, BU-3)

Dari grafik hasil pengujian lentur, diperoleh nilai beban ijin (P ijin ) BU-1, BU-2, dan BU-3. Beban uji
rencana untuk bangunan rumah tinggal dengan Beban Hidup 125 kg/m2 adalah P n = 727,92 kg.f.
Nilai daktilitas (), nilai faktor kuat lebih beban dan bahan (f 1 ), serta faktor kuat lebih total (f)
diperoleh dengan persamaan (2), (3), dan (4). Rangkuman seluruh hasil uji kuat lentur dapat
ditampilkan pada Tabel 3 dan tabel 4.
Nilai daktilitas:
= u/ y

(2)

Faktor kuat lebih beban dan bahan :


f1 = Py / Pn
(3)
Faktor kuat lebih total
f = P max /P n

(4)

Tabel 3. Hasil Pengujian Lentur Balok RISHA-ABA


Benda

P maks

maks

P ijin

ijin

P leleh

leleh

Uji

(kg.f)

(mm)

(kg.f)

(mm)

(kg.f)

(mm)

BU-1

3198.00

43.56

1199.00

6.67

3170.00

38.04

BU-2

2951.00

46.58

1559.04

6.67

2212.00

13.02

BU-3

2873.00

48.28

1248.10

6.67

2707.00

35.12

3007.33

46.14

1335.38

6.67

2696.33

28.73

No.

Rata-rata

Tabel 4. Nilai Faktor Kuat Lebih Beban dan Bahan Serta Daktilitas Balok RISHA-ABA
Benda

f1 =

f total =

R=

Uji

P ijin / P n

P max /P n

maks / leleh

x 1,6

BU-1

1.65

4.39

1.15

1.83

BU-2

2.14

4.05

3.58

5.72

BU-3

1.71

3.95

1.37

2.20

No.

7|Page

Rata-rata

1.83

4.13

1.61

2.57

Berdasarkan hasil uji lentur, panel struktur RISHA-ABA memiliki ketahanan lentur yang memenuhi
syarat untuk bangunan rumah tinggal dua lantai. Hasil uji tidak jauh berbeda dengan hasil uji
komponen RISHA-BN dengan parameter hasil uji P max = 3045 kg.f, P ijin = 2580 kg.f , f 1 = 3,54 dan
f total = 4,18 3. Maka, kapasitas balok RISHA-ABA berdasarkan nilai kuat lebih beban dan bahan (f 1 )
berada di bawah balok RISHA-BN. Sedangkan, berdasarkan nilai kuat lebih total (f), balok RISHAABA hampir sama dengan balok RISHA-BN.
Dari hasil pengujian pembebanan lateral siklik statik dan tekan aksial konstan pada portal, dibuat
kurva hubungan beban dan deformasi lateral ujung atas kolom dalam arah lateral, seperti yang
diperlihatkan dalam Gambar 7. Dari kurva tersebut, terlihat adanya pinching (penyempitan lebar
kurva di sekitar pusat koordinat grafik) yang menyebabkan rendahnya disipasi energi4 pada RISHAABA. Beban lateral maksimum yang dicapai pada saat pengujian adalah 13,20 kN pada
pembebanan dorong dan 11,90 kN pada pembebanan tarik. Kurva hasil uji tersebut dibandingkan
dengan kurva hasil uji portal RISHA-BN yang diisi dengan pasangan bata merah seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 8. Kurva RISHA-BN juga memperlihatkan adanya pinching yang
menyebabkan rendahnya disipasi energi. Beban lateral maksimum yang dicapai pada saat
pengujian adalah 145,00 kN pada pembebanan dorong dan 114,70 kN pada pembebanan tarik.
Perbandingan rentang deformasi lateral yang terjadi pada portal RISHA-ABA dan RISHA-BN
menunjukkan kekakuan RISHA-ABA lebih kecil daripada RISHA-BN. Hal ini disebabkan oleh adanya
pasangan bata merah di dalam portal RISHA-BN yang menyebabkan kekuatan struktur portal
tersebut lebih tinggi daripada kekuatan RISHA-ABA.

Gambar 7.

Kurva Hubungan BebanDeformasi Lateral Portal RISHA


Batu Apung

Gambar 8.

Kurva Hubungan Beban-Deformasi


Lateral Portal RISHA Beton Normal
Diisi Pasangan Bata Merah

Dari pola retak yang disajikan pada Gambar 9, dapat dilihat bahwa kerusakan pada bagian
sambungan antar komponen kolom portal RISHA-ABA disebabkan beban lateral yang menghasilkan
momen di titik sambungan tersebut seperti yang diperlihatkan dalam Foto 1. Kerusakan pada
sambungan antara kaki kolom dengan fondasi diakibatkan gaya geser diperlihatkan dalam Foto 2.
Komponen balok tidak mengalami kerusakan akibat gaya tekan aksial konstan. Simpul penyambung

8|Page

Potensi Agregat Batu Apung (ABA) Sebagai Kom ponen Beton Ringan Rum ah I nstan Sederhana Sehat (RI SHA)
Siti Aisyah Nurjannah, Rachmat Pramudji, Nana Pudja Sukmana

komponen balok dengan kolom juga tidak mengalami kerusakan. Secara visual, tidak terdapat
kerusakan atau lepasnya baut penyambung antara komponen struktur.

Foto 1. Kerusakan pada Sambungan


Antar Komponen Kolom
Portal RISHA-ABA

Gambar 9. Pola Keretakan Portal RISHA-ABA

Foto 2.

Kerusakan pada Sambungan


Antara Komponen Kolom
dengan Fondasi Portal
RISHA-ABA

Pada benda uji portal RISHA-BN, retak awal terjadi di bagian bawah pasangan bata pada kondisi
pembebanan tarik step pembebanan ke-36, dengan beban 81,10 kN. Sampai sebelum step
pembebanan ke-131, keretakan relatif tidak bertambah, dan hanya terjadi pada bagian bawah
benda uji. Selanjutnya, pada step pembebanan ke-131, saat beban tarik sebesar 90,30 kN, terjadi
penambahan retakan diagonal pada daerah bawah dinding pasangan. Selanjutnya, pada step
pembebanan ke-230 dengan beban 97,10 kN, retakan pada pasangan bertambah di daerah pojok
kiri atas benda uji berupa retak geser.
Pada siklus-siklus selanjutnya, retakan relatif tidak bertambah, hanya terjadi pelebaran retak yang
sudah ada. Di kaki kolom, mulai terjadi retakan akibat pembebanan dorong pada step pembebanan
ke-440 dengan beban 126,30 kN. Sedangkan, pada kaki kolom sebelah kanan, retakan mulai
terjadi pada step ke-550 pada pembebanan tarik dengan beban 108,50 kN seperti yang
diperlihatkan dalam Foto 3. Pada step pembebanan selanjutnya, retakan yang sudah ada melebar
dan terjadi pula kerusakan di daerah dinding pasangan dan retakan kecil pada panel kolom.
Sampai akhir pengujian, kerusakan yang dominan terjadi pada pasangan bata berupa retak geser
akibat beban lateral siklik. Sedangkan, pada panel-panel struktur, pola keretakan yang terjadi mirip
dengan pola keretakan pada portal RISHA-ABA seperti yang diperlihatkan pada Gambar 10.
9|Page

Keretakan hanya terjadi pada kedua kaki kolom berupa retak-retak akibat beban lateral siklik.
Keretakan pada komponen kolom pada portal RISHA-BN lebih tersebar daripada retak pada kolom
portal RISHA-ABA seperti yang diperlihatkan pada Foto 4. Hal ini disebabkan adanya pasangan
bata yang memperkaku struktur secara keseluruhan dan mendistribusikan beban yang harus dipikul
ke komponen struktur. Panel siku dan panel balok tidak mengalami kerusakan akibat beban tekan
aksial konstan. Secara visual, alat sambung baut tidak mengalami kerusakan 5.

Foto 3. Retak pada Bagian Kolom


yang Dihubungkan dengan
Fondasi Portal RISHA-BN

Foto 4. Portal RISHA-BN Setelah Pengujian


Beban Lateral Siklik Statik dan
Aksial Konstan

Foto 4. Portal RISHA-BN Setelah Pengujian


Beban Lateral Siklik Statik dan Aksial
Konstan

Gambar 10. Pola Keretakan Portal RISHA-BN yang Diisi Pasangan Bata

Hasil pengujian portal RISHA-ABA pada puncak siklus setiap story drift diperlihatkan dalam Tabel 5.
Dari tabel tersebut, dibuat grafik hubungan beban lateral dan deformasi lateral seperti yang
diperlihatkan dalam Gambar 11. Dari Tabel 5, terlihat bahwa kriteria pertama kestabilan struktur
pada story drift 3,50 % siklus ke-3 tidak terpenuhi. Kriteria ini terpenuhi pada story drift 2,20 %
siklus ke-3 (pembebanan dorong) dan pada story drift 2,75 % siklus ke-3 (pembebanan tarik).

10 | P a g e

Potensi Agregat Batu Apung (ABA) Sebagai Kom ponen Beton Ringan Rum ah I nstan Sederhana Sehat (RI SHA)
Siti Aisyah Nurjannah, Rachmat Pramudji, Nana Pudja Sukmana

Pada story drift tersebut, nilai perbandingan beban puncak siklus dibandingkan nilai beban
maksimum adalah berturut-turut adalah 10,10 kN/13,20 kN = 76,52% dan 9,20 kN/11,90 kN =
77,31 %. Kriteria kestabilan struktur kedua tidak terpenuhi pada story drift 3,50 % siklus ke-3.
Kriteria ini terpenuhi pada story drift 1,75 % siklus ketiga dengan perbandingan luas kurva disipasi
energi pada story drift 1,75 % siklus ke-3 dan luas jajaran genjang pada story drift 1,75 % siklus
ke-3 dengan gradien 0,200 % adalah 0,134 seperti yang terlihat pada Gambar 12. Kriteria
kestabilan struktur ketiga tidak terpenuhi pada story drift 3,50 % siklus ke-3. Kriteria ini terpenuhi
pada story drift 2,20 % siklus ke-3 pada pembebanan dorong dan pembebanan tarik. Nilai
perbandingan kemiringan kurva pada story drift 2,20 % siklus ke-3 pembebanan dorong dan
pembebanan tarik berturut-turut adalah 0,10 dan 0,08 seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 13.
Dari peninjauan tiga kriteria kestabilan struktur tersebut, maka benda uji portal RISHA-ABA masih
stabil sampai dengan story drift 1,75% siklus ke-3.
Tabel 5. Hubungan Beban dan Deformasi Lateral pada Puncak Siklus Portal RISHA-ABA
Step

Beban V
(kN)

Tr2
(mm)

Story Drift

Siklus

(%)

Beban V
(kN)

Keterangan

Tr2
(mm)

0.00

0.00

0.00

271

4.80

5.19

0.20

283

-3.80

-5.39

295

4.80

5.19

0.20

307

-3.90

-5.39

319

4.40

5.29

0.20

330

-3.90

-5.39

355

5.10

6.49

0.25

367

-4.40

-6.79

379

5.10

6.59

0.25

391

-4.30

-6.89

403

4.90

6.59

0.25

415

-4.30

-6.79

440

5.90

9.19

0.35

454

-5.10

-9.59

467

5.90

9.29

0.35

482

-4.80

-9.59

496

5.60

9.19

0.35

510

-4.80

-9.49

536

6.80

13.29

0.50

550

-6.40

-13.79

564

6.60

13.09

0.50

577

-6.10

-13.59

592

6.40

13.19

0.50

606

-5.90

-13.89

632

7.40

19.69

0.75

646

-7.80

-20.89

660

6.90

19.69

0.75

674

-10.10

-20.99

688

9.10

19.69

0.75

702

-9.60

-20.89

728

10.10

26.09

1.00

742

-10.20

-27.99

756

9.20

26.09

1.00

770

-9.70

-27.99

784

8.90

26.19

1.00

798

-9.40

-27.89

824

10.70

36.19

1.40

838

-10.90

-38.99

852

9.90

36.29

1.40

867

-9.90

-38.99

880

9.60

36.39

1.40

894

-9.40

-38.99

921

11.20

45.29

1.75

937

-10.60

-49.39

953

10.40

45.39

1.75

969

-9.60

-48.79

985

9.90

45.49

1.75

1001

-9.20

-48.79

1029

11.90

57.09

2.20

1045

-11.40

-61.19

1061

10.60

57.09

2.20

1077

-10.20

-61.19

1093

10.10

57.09

2.20

1109

-9.70

-61.49

Leleh (kurva berbelok)

Stabil (Kriteria NEHRP)

11 | P a g e

Lanjutan Tabel 5.
Step

Beban V
(kN)

Tr2
(mm)

Story Drift

Siklus

(%)

Beban V
(kN)

Tr2

Keterangan

(mm)

1137

12.60

74.49

2.75

1153

-11.90

-76.19

1170

10.60

72.19

2.75

1186

-9.70

-75.19

1202

9.70

72.29

2.75

1217

-9.20

-75.29

1244

13.20

100.98

3.50

1258

-9.90

-86.49

1271

9.70

94.69

3.50

1285

-8.10

-81.89

1298

9.20

94.89

3.50

1312

-8.90

-86.69

V Maksimum (-)

V Maksimum (+)

Gambar 11. Kurva Envelope Beban Lateral-Defleksi Maksimum Portal RISHA-ABA

Gambar 12. Luas Kurva Disipasi Energi pada Story Drift 1,75 % Siklus ke-3 dan Luas Jajaran
Genjang pada Story Drift 1,75 % Siklus ke-3 dengan Kemiringan 0,20 %

12 | P a g e

Potensi Agregat Batu Apung (ABA) Sebagai Kom ponen Beton Ringan Rum ah I nstan Sederhana Sehat (RI SHA)
Siti Aisyah Nurjannah, Rachmat Pramudji, Nana Pudja Sukmana

Gambar 13. Perbandingan Gradien Kurva pada Story Drift 2.20 % Siklus ke-3

Nilai daktilitas adalah seperti yang ditampilkan dalam Tabel 6. Deformasi lateral pada saat leleh
diambil saat kurva hubungan beban lateral-deformasi memperlihatkan titik belok berwarna merah
akibat terjadinya leleh sistem struktur6 seperti yang terlihat pada Gambar 11. Deformasi batas
diambil pada saat deformasi maksimum yang bisa dicapai oleh sistem struktur saat struktur masih
stabil. Nilai daktilitas adalah perbandingan nilai deformasi lateral saat struktur masih stabil dengan
deformasi lateral saat struktur leleh pertama kali. Nilai daktilitas yang diperoleh adalah 3,41 untuk
pembebanan dorong dan 3,58 untuk pembebanan tarik. Nilai ini termasuk dalam kategori daktail
parsial7. Nilai faktor reduksi gempa (R) adalah seperti yang diperlihatkan pada Tabel 6.
Untuk menghitung nilai beban geser nominal (V n ) dan faktor kuat lebih beban dan bahan (f 1 ),
dibuat model perhitungan bangunan tiga dimensi dua lantai dengan struktur rangka terbuka
menggunakan komponen RISHA-ABA. Dengan berat jenis beton sebesar 1860 kg/m3, diperoleh
berat bangunan 11,08 kN. Karena struktur RISHA-ABA mempunyai nilai daktilitas parsial, maka nilai
beban geser nominal (V n ) diambil berdasarkan Faktor Respons Gempa (C 1 ) Wilayah Gempa 4 pada
kondisi tanah lunak, tanah sedang, dan tanah keras. Pemilihan wilayah gempa tersebut adalah
sebagai daerah tinjauan yang mempunyai resiko gempa tingkat sedang8. Dengan perhitungan
seperti yang ditampilkan pada Tabel 7, diperoleh nilai faktor kuat lebih beban dan bahan terkecil
adalah 4,04 (beban gempa dorong) dan 3,80 (beban gempa tarik). Nilai ini lebih besar daripada
nilai minimum faktor kuat lebih beban dan bahan yang ditetapkan dalam SNI 03-1726-2002, yaitu
1,2. Maka, komponen struktur RISHA dengan agregat batu apung mempunyai kapasitas hasil uji
lebih besar dari beban lateral rencana.
Tabel 6. Nilai Daktilitas() Portal dan Faktor Reduksi Gempa (R) RISHA-ABA
Pembebanan

Lateral

(mm)

stabil

(mm)

R = x 1,6

Dorong

13.29

45.29

3.41

5.45

Tarik

-13.79

-49.39

3.58

5.73

3.49

5.59

Rata-rata

13 | P a g e

Tabel 7. Evaluasi Parameter Kegempaan Portal RISHA-ABA


No.

Tanah
Lunak

EVALUASI

W tot (Berat Bangunan Total) (kN)

Dari Hasil Uji :

Tanah
Sedang

Tanah
Keras

11.08

Beban leleh dorong V y (+) (kN)

6.80

Beban leleh dorong V y (-) (kN)

-6.40

Koefisien Gempa untuk Wilayah Gempa 4


3

C 1 (faktor respons getar dari spektrum gempa rencana;


Tabel 6, hal 20, SNI 03-1726-2002)

0.85

0.70

0.83

I (Faktor keutamaan; Tabel 1, hal. 7 SNI 03-1726-2002)

1.00

1.00

0.60

(Faktor daktilitas struktur gedung) = stabil / y

3.49

3.49

3.49

R (Faktor Reduksi Gempa) = x1,6

5.59

5.59

5.59

V tot (Gaya geser dasar horizontal total) = V n


V n = (C 1 /R) x I x W tot

1.68

1.39

0.99

f 1positif = V y / V n

4.04

4.90

6.89

f 1negatif = V y / V n

-3.80

-4.62

-6.49

Perbandingan nilai parameter kegempaan RISHA-ABA dan RISHA-BN disajikan pada Tabel 8. Dari
perbandingan hasil uji antara beton normal dengan batu apung sebagai komponen RISHA, terlihat
bahwa penelitian ini cukup membuktikan bahwa beton ringan yang memiliki massa jenis lebih
ringan dari beton bertulang biasa, akan memikul beban berat sendiri yang lebih ringan. Karena
struktur bangunan lebih ringan, maka respons bangunan terhadap gempa akan menurun. Sehingga,
dampak kerusakan pada struktur bangunan dapat dikurangi.
Tabel 8. Perbandingan Parameter Kegempaan RISHA-ABA dan RISHA-BN
No
1

Hasil Pengujian Komponen RISHA


Berat Benda Uji 1 panel
3

RISHA-BN

RISHA-ABA

54,14 kg

44 kg
3

Berat benda uji m

2542,23 kg/m

2151,78 kg/m3

Kuat Tekan Silinder

32,33 MPa

19,74 MPa

Uji Lentur Terhadap Balok


1

P max

3045 kg.f

3007,33 kg.f

max

38,78 mm

46,14 mm

P ijin

2580 kgf

1335,38 kg.f

Uji Beban Siklik Statik dan Aksial Konstan Terhadap Portal


1

Daklititas ()_pembebanan dorong (+)

5,00

3,42

Daklititas ()_pembebanan tarik (-)

3,90

3,54

14 | P a g e

Potensi Agregat Batu Apung (ABA) Sebagai Kom ponen Beton Ringan Rum ah I nstan Sederhana Sehat (RI SHA)
Siti Aisyah Nurjannah, Rachmat Pramudji, Nana Pudja Sukmana

Faktor Kuat Lebih Beban dan Bahan (f 1 +)

4,02

17,80

Faktor Kuat Lebih Beban dan Bahan (f 1 -)

3,79

16,20

4. UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih ditujukan kepada seluruh staf Laboratorium Balai Struktur dan Konstruksi
Bangunan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, Kementerian Pekerjaan Umum.
Penelitian ini dilaksanakan dengan dana inovasi Tahun Anggaran 2009.

5. KESIMPULAN DAN SARAN


Dari analisis hasil pengujian, diperoleh kesimpulan bahwa mutu kekuatan beton dengan agregat
batu apung lebih rendah dari kekuatan tekan beton minimum yang disyaratkan dalam Spesifikasi
Teknis RISHA. Sedangkan, hasil pengujian portal menggunakan komponen struktur RISHA dengan
agregat batu apung, memperlihatkan bahwa struktur tersebut mempunyai daktilitas parsial dan
kuat lebih beban dan bahan yang mencukupi menurut SNI 03-1726-2002.
Saran untuk hasil penelitian ini adalah:
1.

Perlu kajian lebih lanjut mengenai desain campuran beton ringan agar diperoleh beton ringan
dengan nilai kuat tekan yang lebih tinggi.

2.

Peningkatan kekuatan pada sambungan antara komponen balok serta antara komponen kolom
dan fondasi dengan memasang ikatan berupa sling untuk mencegah gaya geser permukaan
(sliding shear surface) memisahkan komponen.

3.

Untuk mengetahui perilaku struktur lebih lanjut, perlu dilakukan pengujian beban lateral siklik
statik dan tekan aksial konstan pada benda uji berupa bangunan struktur tiga dimensi dengan
partisi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sukmana, N. P, Bakheri C., Rakhman J., Bahtiar T., Rasad S., Wagino, Laporan Hasil Pengujian
RSH Sistem RISHA (Bandung: Puslitbang Permukiman, 2003).
2. Hawkins, N. M. dan Ghosh, S. K., Proposed Revision to 1997 NEHRP (National Earthquake
Hazard Reduction Program) Recommended Provisions for Seismic Regulation for Precast
Concrete Structures, Part 2-Seismic-Forces-Resisting Systems, PCI Journal, September Oktober
2000, pp. 34-42.
3. Puslitbang Permukiman. 2004. Hasil Uji Struktur Bangunan RISHA Skala Penuh Terhadap Beban
Lateral Gempa. Bandung.
4. Paulay, T. and Priestly, M.J.N. 1992. Seismic Design of Reinforced Concrete and Masonry
Buildings. New York: John Willey & Sons.
5. Tim Peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Laporan Hasil Uji Lateral Siklik
Monotonik Model Uji Dinding RISHA Diisi Pasangan Bata Merah. 2007.
6. American Society of Civil Engineers. 2000. PRESTANDARD AND COMMENTARY FOR THE
SEISMIC REHABILITATION OF BUILDINGS (FEMA 356) Chapter 3.

15 | P a g e

7. Anonim. 2002. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung SNI 03
1726 2002.
8. Anonim. 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03 2847
2002.

16 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai